Disusun oleh:
1. Eddy Purnomo
2. Emiliana Anggriyani
3. Laili Rachmawati
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga atas Karunia-Nya Diktat Mata
Kuliah Praktek Teknik Pasca Tanning Kulit Kecil dapat selesai tepat waktu.
Modul Teknik Pasca Tanning Kulit Kecil ini berisi penjelasan mengenai proses-proses
pasca tanning mulai dari sortasi dan grading raw material, proses netralisasi, retanning,
fatliquoring, dyeing dan fixing untuk kulit-kulit kecil. Modul ini berkaitan dengan 4 macam jenis
praktek yang akan dilakukan mahasiswa yaitu :
1. Praktek Nappa Garment kulit kambing
2. Praktek Batting Glove kulit domba
3. Praktek Upper Nubuck kulit kambing
4. Praktek Glove Snaw White kulit domba
Praktikum Teknik Pasca Tanning Kulit Kecil selain dilakukan proses pelaksanaan praktek
sesuai dengan jobsheet yang ada juga dilakukan ujian mandiri. Ujian praktek mandiri mahasiswa
ini dilakukan untuk mengetahui capaian kompetensi mahasiswa dalam melaksanakan praktek
pasca tanning kulit kecil sesuai artikel yang telah dipraktekkan dan diujikan.
Kami menyadari bahwa modul ini masih terdapat banyak kekurangannya, oleh karena itu
masukan dan kritik dari berbagai pihak dapat membantu perbaikan modul Mata Kuliah Praktek
Teknik Pasca Tanning Kulit Kecil kedepannya.
Penyusun
Suatu pedoman tata tertib diperlukan agar pekerjaan dapat berjalan lancar, tertib, dan dapat
menghindarkan dari bahaya yang mungkn timbul karena kelalaian.
Tata Tertib :
1. Mempelajari acara-acara praktek sebelum pelaksanaan praktek di Workshop Pasca
Tanning.
2. Dilarang makan, minum, merokok di dalam dan area Workshop.
3. Siap di pintu luar Workshop 5 menit sebelum praktek dimulai dengan WAJIB memakai
jas Lab dengan rapi dan benar.
4. Memperhatikan semua petunjuk yang diberikan Dosen maupun asisten.
5. Tidak boleh memperbaiki sendiri alat-alat yang dirusakkan/rusak kecuali di bawah
pengawasan asisten atau laboran.
6. Membuang hasil potongan kulit di tempat yang telah disediakan.
7. Membuang sampah, plastik bekas, kertas pH bekas pada tempat sampah.
8. Setelah praktek selesai, wajib membersihkan area dalam Workshop bersih seperti semula.
9. Mengisi penggunaan Drum dan pemakaian bahan kimia.
10. Membuat laporan sementara setiap hari sesuai praktek yang dikerjakan pada hari tersebut.
11. Dilakukan PRE-TEST di awal perkuliahan/ praktikum
12. Dilakukan POST-TEST di akhir pelaksanaan setiap acara praktikum
13. Masuk kuliah praktek tepat waktu. Keterlambatan maksimal 10 menit. (konsekuensi
keterlambatan 10 – 15 menit akan mendapat tugas 1(satu) resume jurnal, keterlambatan >
15 menit tugas 2 (dua) resume jurnal sesuai artikel yang dikerjakan pada minggu blok
tersebut, dikumpulkan pada hari senin setelah blok praktek).
14. Apabila berhalangan atau tidak dapat mengikuti praktek harus memberitahukan secara
tertulis (dengan surat) dan diketahui oleh orang tua atau wali, penanggungjawab kegiatan
yang diikuti atau surat keterangan dokter (sakit).
15. Tidak ada INHAL. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti rangkaian praktikum diberikan
nilai 0 (nol) pada acara praktikum yang tidak diikutinya.
16. Dilarang meninggalkan drum yang berputar tanpa penanggungjawab setiap kelompok.
Standarisasi skin wet blue berdasarkan standar UNIDO sudah dipakai sebagai besar
perusahaan perkulitas di Indonesia. Gambar dibawah ini menunjukkan kualitas kulit wet blue
sebagai bahan raw material pasca tanning berdasarkan standar UNIDO: 1st, 2nd, 3rd and 4th grade.
Netralisasi
Netralisasi sering juga disebut deacidifikasi adalah proses untuk menghilangkan sebagian
sisa asam bebas yang terdapat pada wet blue baik yang berasal dari proses pengasaman atau yang
terbentuk selama reaksi olasi dan oksilasi selama masa penyimpanan. Proses perlu dilakukan
B.2. Retanning
Retanning bertujuan untuk menyempurnakan proses penyamakan, menciptakan karakter
khusus pada setiap artikel kulit yang berbeda, yang berhubungan dengan kelemasan, kepadatan,
elongasi, fleksibilitas, run, dan lain-lain, serta memperbaiki sifat alami kulit yang kurang
menguntungkan seperti area yang tidak berisi untuk menjadi lebih berisi dan padat.
Pada umumnya bahan retanning yang digunakan adalah kombinasi antara bahan penyamak
mineral seperti krom sulfat basis Cr(OH)SO4 baik basisitas 33,3% ; 45% atau chrome syntan
yang dikombinasi dengan dengan resin acrylic, dicyandiamide dimana resin akan lebih mengisi
di bagian yang kosong seperti belly atau flank dan dicyandiamide pada grain yang loose.
Di samping bahan tersebut di atas untuk mendapatkan efek netral yang merata dan
terdistribusi ke seluruh penampang kulit diperlukan penambahan auxiliaries syntan seperti
derivatif naphthalene, zat penyamak nabati seperti tara, atau syntan kombinasi. Mengingat
penggunaan sulphited fish oil dapat memicu terbentuknya Cr VI diperlukan penambahan tara atau
quebracho (1-3%) walupun akan mempengaruhi pegangan yg lebih keras.
Terkadang untuk artikel tertentu yang memerlukan pegangan lebih padat dan agak
lebih berat (garmen untuk olahraga otomotif) ditambahkan zat penyamak nabati seperti quebracho
(1-3 %) dari berat wet blue.
Cara implementasi akrilik pada retanning :
1. Masuk bersama-sama krom dalam retanning
Grafik perbedaan efek bahan retanning terhadap tingkat kemuluran (elongasi) kulit skin/
hide ditunjukkan pada tabel 6.
Catatan: Dewasa ini penggunaan minyak ikan, bahan bleaching dapat merubah Cr III
menjadi Cr VI sehingga diperlukan tambahan antioksidan (polyphenol) seperti zat penyamak
nabati (1 – 3 %), namun perlu dicatat bahwa penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan
perubahan pegangan.
B.3. Fatliquoring
Lubrikasi (lubrication) adalah usaha untuk menempatkan zat atau bahan yang berfungsi
memisahkan serat kulit agar tidak merekat satu sama lain, biasanya merupakan fat atau oil atau
bahan lain seperti silicon yang berbentuk emulsi oil in water (O/W). Emulsi adalah suspense
Jenis dan jumlah penggunaan minyak untuk setiap artikel adalah berbeda, tergantung
tingkat kelemasan dan efek yang dikehendaki. Tingkat kelemasan ditentukan dari kemampuan
penetrasi minyak yang digunakan. Tabel 4 menunjukkan jenis minyak dan % penggunaan minyak
pada setiap artikel, gambar 7 menunjukkan tingkat penetrasi minyak pada penampang kulit, dan
gambar 8 memperlihatkan pengaruh jenis minyak pada tingkat kelemasan kulit (softness).
B.4. Dyeing
Persyaratan utama yang harus diperhatikan untuk melakukan pewarnaan pada proses pasca
tanning yaitu:
1. Warna yang diharapkan adalah rata sempurna
2. Ketajaman warna maksimal dan shading dicapai dengan minimum dye (zat warna)
3. Mampu menutup cacat
4. Ketahanan warna tinggi dengan nilai penetrasi dyestuff yang dipilih 4 – 5. Hasil yang
diperoleh diharapkan memiliki tingkat kelunturan rendah, ketahanan gosok dan ketahanan
terhadap cahaya matahari tinggi
5. Penetrasi sempurna, biasanya dicapai menggunakan dyestuff dengan angka penetrasi 3, 4,
atau 5
Gambar 9 merupakan grafik tingkat penetrasi dyestuff (1 – 5) pada kulit wet blue. Semakin
tinggi angka penetrasi suatu dyestuff, maka semakin mudah untuk masuk ke dalam penampang
kulit.
b. Retanning
- Kulit wet blue yang disamak dengan bahan penyamak full chrome menyebabkan
afinitas anionic dyes lebih tinggi.
Jumlah : Tanggal :
Kontrol
No Proses % Generik Nama Paten 0C Keterangan
Waktu pH
domba
Jumlah : Tanggal :
Kontrol
No Proses % Generik Nama Paten Keterangan
Waktu pH 0C
200 H2O Air
1 Washing 0.75 CH3COOH Asam asetat 60' 3.8
0.5 Surfactant Peramit MLN
Drain
75 H2O Air
2 Retanning 3 Glutaraldehyde Novaltan PF 90'
4 Cr(OH)SO4xH2O Chromosal B
Drain, Washing
150 H2O Air 10'
1.2 NaCH2COO Sodium asetat 20'
1.2 NaHCOO Sodium Format 20'
Sodium
20'
3 Neutralizing 0.5 NaHCO3 bikarbonat
NaHCO3 Sodium
20'
0.5 bikarbonat
NaHCO3 Sodium
20' 5.8 - 6
0.5 bikarbonat BCG Biru
Drain, washing 10 menit
150 H2O Air 5' 85 Drain
Ester +
4 Fluorocarbon Derminol LUB
Syntetic oil +
syntetic
Pre 2 emulsifier Derminol OCS Short float
4
Fatliquoring Sulhoclorinate Lipoderm Liquor 90'
2 mineral oil SAF
14 Mayonaise oil Pellan 802
Peramit
Emulsifier LSW/Sodapelt
2 etoxylate EM
100 H2O Air 5' 80
Aryl Napthalene
20'
1.5 sulfonat Tanigan PR
1 NH3OH Amonia 10'
2.5 Acid Dyestuff Base Black N 60' Tembus
5 Dyeing +
100 H2O Air 60' 80
+
0.75 HCOOH Asam format 10'
0.75 HCOOH Asam format 10'
0.75 HCOOH Asam format 20' Clear
TES FORMATIF
1. Jelaskan apa yang dimaksud kulit batting glove?
2. Jelaskan persyaratan fisis kulit batting glove?
3. Sebutkan dan jelaskan bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam pembuatan batting
glove?
Jumlah : Tanggal :
Kontrol
No Proses % Generik Nama Paten 0C Keterangan
Waktu pH
1. Washing 200 H2O Air 60’
0.5 HCOOH FA
0.75 Surfactant Peramit MLN
Drain
2. Retanning 1 100 H2O Air
2 Chrome Sandotan CSC
90’
syntan
2 Aluminium Novaltan Al
Drain
3. Netralizing 150 H2O Air
1.5 Naftalene Alcotan PSN 10'
syntan
0.5 NaCOOH Na Format 10'
0.25 NaHCO3 Soda Kue 20'
0.25 NaHCO3 Soda Kue 30' 5-
5,3 BCG Green Ø
Drain +
4. Retanning 2 100 H2O Air
Naftalen
2 syntan Tysyntan TFS
4 Acrilic Resin Drasil SMS 45’
Melamin
3 Resin Renectan B
+
Resin
5 dyciandiamide Tsyntan RT 12
Replecement 60'
8 Syntan Tysintan TO
5 ZP Nabati Mimosa
2 Acid dyes Dyestuff Through
+
Drain
5. Fatliquoring 100 H2O Water 5’ 80
Sulphated
4 synthetic oil Glicermax 52/N
1 Lecitin Oil Sedaflor LC -13
1 Emulsifier Pelan GLH 20' 38
Formulasi proses Pasca Tanning II Nubuck Upper Kulit Kambing Wet Blue
Kontrol
No Proses % Generik Nama Paten 0C Keterangan
Waktu pH
Wetting 400 H2O Air
1. 60’
back
1.5 NH4OH Amonia
2 Wetting agent Paramit MLN 60
Drain
Rinse
3. Drying
Conditioning
4. Staking
5. Milling
6. Toggling
7. Measuring
8. Packing
TES FORMATIF
1. Jelaskan apa yang dimaksud kulit upper?
2. Jelaskan apa yang dimaksud kulit upper nubuck?
3. Jelaskan persyaratan fisis kulit upper nubuck?
4. Sebutkan dan jelaskan bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam pembuatan upper
nubuck?
Kulit sarung tangan yang disamak dengan formaldehyde biasanya digunakan untuk
kulit yang nantinya mempunyai warna muda seperti sky blue, pink rose, light yellow
maupun putih kebiruan atau yang dikenal dengan istilah snow white (putih seperti salju).
Hal ini agak berbeda dengan kulit sarung tangan yang disamak krom dimana lebih umum
untuk warna tua seperti hitam, navy blue, coklat dan menggunakan cat asam (acid dyestuff).
Kulit yang disamak dengan formaldehyde pada umumnya diwarnai dengan cat reaktif
(reactive dyestuff).
Dewasa ini produksi kulit sarung tangan olah raga golf didominasi oleh warna putih
(50%), htam (30%) dan sisanya adalah warna lain seperti navy blue, coklat, light colour
Jumlah : Tanggal :
Kontrol
No Proses % Generik Nama Paten Keterangan
Waktu pH °C
150 H2O Air
1 Washing 0.75 CH2COOH Asam asetat 60' 3
0.5 Alkyl sulfat Peramit MLN
Drain, Rinse
2 Retanning 100 H2O Air
Formaldehyde 30'
2 CHOH (40)%
+
Formaldehyde
40'
2 CHOH (40)% Clear
+
2 TiO2 Cronos 20'
+
Uji Air
Mendidih
(Baik)
Drain, Wash, Rinse
100 H2O Air panas 70°C
Drain
System
0 H2O dalam drum
suhu ±50°C
1 Alkyl sulfat Peramit MLN 30'
Corelene 360
8 Sulphited ester /Pellan 802
2 Sulphoclorinated Lip Liq SAF
+
3 Fatliquoring
1 Alkyl sulfat Peramit ML
Corelene 360
90'
8 Sulphited ester /Pellan 802
2 Sulphoclorinated Lip Liq SAF
100 H2O Air 10'
+
Cek
10' kesesuaian
1 TiO2 Cronos pegangan
+
0.5 HCOOH Asam formiat 10'
4 Fixing
0.5 HCOOH Asam formiat 10'
TES FORMATIF
1. Jelaskan apa yang dimaksud kulit glove snow white?
2. Jelaskan persyaratan fisis kulit glove snow white?
3. Sebutkan dan jelaskan bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam pembuatan glove snoe
white?
1. BASF. 1994. Pocket Book For The Leather Technologist. Third Edition. BASF
Aktingesellschaft. 67056 Ludwinshafen. Germany.
2. Covington AD, 2009 , Tanning Chemistry The Science Of Leather, RCS Publishing, ISBN
978-0-85404-170-1, British Library.
3. Eddy. P. 2008. Pasca Tanning. Akademi Teknologi Kulit. Yogyakarya.
4. Sharphouse,J.H. 1989, Leather Technician’s Handbook, Leather Producers Association, St.
Thomas Street, London.
5. Thorstensen, T.C. 1976, Practical Leather Technology, Robert E. Krieger Publishing Co. Inc.,
Huntington. New York.
6. Woodroffe, D. 1953. Leather Dressing Dyeing & Finishing. Published by Quality Books
Teignmouth, S. Dwvon. England.
7. Woodroffe, D. 1949. Standard Handbook of Industrial Leather. Published The National Trade
Press Ltd, Tower House. Southamphton Street. London. W. C.C.