DISUSUN OLEH :
KELOMPOK/KELAS : 02 / TPK A
2019
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Deskripsi cacat :
1. Terdapat pes disebagian krupon,
rajah terkelupas dibeberapa
bagian.
2. Terdapat pess pada krupon,
gigitan kutu merata dibagian
krupon.
3. Terdapat pes pada bagian
Jumlah Kulit 3 kulit krupon, ada lubang kecil pada
Tebal sebelum di 1. 1,32 mm bagian krupon.
shaving 2. 1,20 mm
3. 1,46 mm
Tebal sesudah di 1. 0,65 mm
shaving 2. 0,62 mm
3. 0,67 mm
Berat sebelum di 1. 0,75 kg
shaving dan 2. 1 kg
trimming 3. 0,83 kg
Berat sesudah di 1. 0,344 kg
shaving dan 2. 0,462 kg
trimming 3. 0,335 kg
Luas sebelum di 1. 5 Squarefeet
shaving dan 2. 42 Squarefeet
trimming 3. 41 Squarefeet
Luas sesudah di 1. 43 Squarefeet
shaving dan 2. 42 Squarefeet
trimming 3. 41 Squarefeet
Berat limbah 2,9 kg
shaving (10
kelompok)
Berat limbah 0,505 kg
trimming (3 kulit)
Formulasi Pasca Tanning Artikel Nappa Garment
7
nappa garment,
mempercepat penetrasi.
25
HASIL
Deskripsi cacat :
1. Terdapat bekas pes dibagian
bahu dan leher, rajah kasar
seperti terkelupas
dibeberapa bagian, warna
biru yang tidak merata ada
warna putih di beberapa
bagian .
Jumlah Kulit 3 kulit 2. Terdapat pess dibagian
Tebal Kulit 1. 0,89 mm krupon, warna biru yang
2. 0,64 mm tidak merata ada warna
3. 0,89 mm putih di beberapa bagian.
Luas Kulit 1. 5,7 Squarefeet 3. Terdapat pes pada bagian
2. 4,9 Squarefeet krupon yang masih terlihat,
3. 4,5 Squarefeet ada lubang kecil pada
Panjang Kulit 1. 88 cm bagian krupon, warna biru
2. 78 cm yang tidak merata ada
3. 80 cm warna putih di beberapa
Lebar Kulit 1. 49 cm bagian.
2. 48 cm
3. 43 cm
Nama : PUTRI HIDAYATI NINGTIYAS
Nim : 1701009
Kelas : TPK A
Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum pasca tanning artikel nappa garmen.
Dengan bahan kulit kambing wet blue dan berat 1,131 kg, kami melakukan proses sortasi grading
karena untuk menentukan kualitas dan ukuran kulit wet blue sebelum dilakukan penyamakan pasca
tanning nanti. Kemudian kulit di sammying, hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar air di
dalam kulit wet blue, karena pada saat ini kulit masih dengan keadaan sangat basah. Langkah
selanjutnya adalah shaving yang bertujuan untuk meratakan ketebalan kulit menjadi 0,65 mm
karena artikel yang akan kami buat adalah garment dan kemudian kulit di trimming pinggirannnya
menggunakan gunting supaya lebih rapi, setelah itu dimulailah proses penyamakan yang diawali
dengan proses Rewetting yaitu proses pembasahan ulang dengan menggunakan bahan air, asam
formiat dan peramit MLN. Asam formiat berfungsi untuk mengurangi muatan positif pada krom
pada kulit dan peramit MLN berfungsi untuk membantu membasahkan kulit kembali dan
menurunkan tegangan permukaan kulit, selain itu bahan ini juga berfungsi untuk membantu
menghilangkan muatan kationik krom yang terdapat di dalam kulit. Kami memasukkan kulit
bersama seluruh bahan ke dalam drum dan memutarnya selana 45 menit dan pada putaran 30 menit
pH di dapat 4,6 kemudian di tambah putaran 15 menit pH menjadi 4,51 dan keadaan kulit lebih
basah dan lembut dari sebelumnya. Kemudian kami membuang larutan dan melanjutkan pada
proses selanjutnya yakni proses Retanning I dengan bahan air, chromsal B dan rellugan GT 50.
Chromosal B dapat memberi kelemasan pada kulit, dan sebagai bahan penyamak, pegangan yang
lembut dan menampakkan kenaturalan sifat kulit selain itu bahan ini juga dapat membantu
menaikkan suhu kerut pada kulit. Penambahan Glutaraldehyde dapat memberikan kelemasan dan
pegangan yang penuh. Bahan ini juga dapat membuat kulit menjadi tahan terhadap keringat dan
pencucian. Kulit dan bahan dimasukkan ke dalam drum kemudian diputar selama 90 menit dan
kulit menjadi lebih lembut/spongy dan sedikit padat. Kemudian larutan dibuang diganti air baru
dan kami melanjutkan proses Neutralizing.
Keesokan harinya kami melakukan adjust pH dengan soda kue 0,5% diputar didalam drum
selama 20 menit, dan pH menjadi 5,7 dan saat di cek BCG berwarna biru. kemudian melanjutkan
proses proses Retanning II. Dalam praktikum ini kami melakukan proses Retanning II dengan
menambahkan beberapa bahan kimia. Kami menambahkan Resin akrilik (Drasil SMS) yang
berfungsi untuk mengisi bagian-bagian kosong pada kulit terutama pada bagian flank dan belly.
Penambahan bahan ini dimaksudkan agar seluruh bagian kulit memiliki kepadatan dan pegangan
kulit yang sama sehingga kulit memiliki handling yang enak, proses ini diputar dalam drum selama
30 menit lalu cairan di drain dan washing.
Kami melanjutkan pada proses Fatliquoring dengan menambahkan air panas dan kulit
terlebih dahulu. Drum diputar selama 5 menit untuk mengondisikan kulit dalam kondisi hangat.
Kemudian larutan kami buang setengahnya. Kami menambahkan air panas kembali dan bahan
bahan yaitu derminol SPE, lipoderm liquor SAF, dan Peramit MLN, ketiga bahan tersebut diemulsi
dengan menambahkan air panas sedikit demi sedikit dan diaduk hingga homogen yang nantinya
dimasukkan dalam drum bersama dengan kulit. Penambahan sulfoclorinate oil (Lipoderm Liquor
SAF) berguna untuk membuat pegangan penuh pada kulit dan membuat grain menjadi lebih
elastis. Penambahan alkyl sulfat(Peramit MLN) berguna untuk mempercepat proses peminyakan
dan dapat mengemulsi minyak sehingga diharapkan minyak dapat meresap terpenetrasi penuh ke
dalam serat-serat kulit.
Kami melanjutkan proses Top Fatliquoring dengan menambahkan air panas 75% dan
bahan bahan yaitu Derminol SPE, Derminol OCS dan Derminol NLM yang berfungsi untuk
membuat kulit menjadi lebih lemas, memiliki kelemasan dan kemuluran yang baik dan fleksibilitas
yang tinggi yang sesuai dengan artikel kulit yang dibuat proses ini dilakukan dengan mencampur
bahan dan dimasukkan kedalam drum.
Kami melanjutkan dengan proses fixing yakni menggunakan asam formiat yang berfungsi
untuk mengikat cat dasar pada kulit. Lalu ditambahkan Sincal DR(Resin Kationik) yang bermuatan
kationik yang dapat membantu untuk mengikat dyes dan untuk meningkatkan sifat pencelupan dan
membantu menyempurnakan proses pengikatan cat dasar dan fiksasi pada kulit dan juga membuat
kulit stbil dan tahan terhadap asam. Preventol CR ditambahkan sebagai anti jamur pada kulit,
karena dapat mencegah tumbuhnya jamur pada kulit. Kemudian air dibuang dan kulit di cuci.
Setelah proses selesai kulit dilakukan proses mekanik dengan urutan pertama Setting out.
Kulit di setting out agar seratnya lebih terbuka. Lalu kulit di Hanging hingga kering. Setelah
kering, kulit di Conditioning dengan menyemprotkan air hingga lumayan lembab dan didiamkan
beberapa saat , kemudian kulit di stacking agar lebih lemas. Dan kulit dilanjutkan dengan proses
Milling yaitu diputar di dalam drum selama beberapa jam agar kulit menjadi lebih lemas Setelah
kering kemudian kulit di toggling selama semalam untuk mendapatkan luas maksimal pada kulit
dan keesokan harinya kulit dilepas dari toogleannya dan di trimming supaya lebih rapi, limbah
trimming ditimbang dan dihasilkan beratnya 6 gram, kenudian kulit di ukur panjang, lebar, dan
luasnya secara manual, terakhir di measuring dan di packing untuk mengetahui panjang, lebar, dan
luasnya dengan mesin supaya lebih akurat.
Nama : Prayogi Tawakal
Nim : 1701009
Kelas : TPK A
1. FATLIQUORING
Proses ini bertujuan untuk memberikan lapisan antar serat sehingga memberikan kulit
kelembutan yang diinginkan dan pegangan semacam pelumas.Pada saat yang sama, fatli
mempengaruhi sifat fisik kulit, seperti ekstensibilitas, kekuatan tarik, sifat pembasahan, daya
serap air dan permeabilitas terhadap uap udara dan air (BASF,2008). Fatliquoring: Langkah
ini terutama diterapkan untuk mencegah serat lengket saat kulit dikeringkan setelah proses
basah selesai. Sekunder efeknya adalah untuk mengontrol tingkat kelembutan yang diberikan
pada kulit. Satu dari konsekuensi dari pelumasan berpengaruh pada kekuatan
kulit(Covington,2009). Lubrikasi (lubrication) atau pelicinan adalah usaha untuk
menempatkan zat atau bahan yang berfungsi memisahkan serat kulit agar tidak merekat satu
sama lain, biasanya merupakan fat atau oil atau bahan lain seperti silicon yang berbentuk
emulsi oil in water ( O/W) ( Purnomo,2008).Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka
dapat disintesiskan bahwa fatliquoring bertujuan untuk melapisi serat kulit dengan
menggunakan minyak agar serat tidak saling merekat satu sama lain sehingga dapat
memberikan pegangan yang lembut dan dapat memperbaiki sifat kulit untuk artikel yang
diinginkan.
Proses ini menggunakan bahan 100% H2O dengan suhu 80oC yang berfungsi sebagai
pembantu penetrasi minyak kedalam kulit karena air panas dapat menurunkan tegangan
permukaan ( emulsion fair) sehingga menjadi penghubung antara minyak dan air. 8% derminol
spe merupakan sulphited fish oil yang mempunyai kemampuan penetrasi hingga kedalam kulit
sehingga memberikan efek kelemasan yang lebih baik sesuai dengan artikel yang diinginkan
yang memerlukan kelemasan yang baik. 4% lipoderm liquor yang berungsi untuk meratakan
penetrasi minyak kedalam kulit dan mencegah terjadinya blok warna pada saat proses dyestuff
yang disebabkan penetrasi minyak kedalam kulit tidak merata. 6% peramit mln yang berfungsi
sebagai emulsi fire yang membantu untuk menurunkan tegangan permukaan kulit sehingga
menjadi penghubung antara minyak dan air.Seluruh bahan diemulsikan terlebih dahulu dengan
cara seluruh chemical dicampur kemudian diaduk hingga merata dengan ditambahkan sedikit
demi sedikit air panas hingga larutan menjadi homogeny seluruhnya dan warna menjadi coklat
muda (crem). Emulsi: Suspensi dispersi phase campuran koloid suatu zat kedalam phase
lainnya seperti minyak dalam air yang disebut (O/W) atau sebaliknya air dalam minyak (W/O).
Emulsi diperlukan karena media proses masuknya bahan kimia kedalam kulit adalah air
sedangkan minyak/fat bersifat hydrophobic terhadap air. Sifat ini disebabkan karena tegangan
antar permukaan air dan minyak yang sangat tinggi sehingga tidak dapat bercampur(
Purnomo,2008). Berdasarkan teori tersebut emulgator akan memberikan tekanan penyebaran
gaya yang menyebabkan turunnya tegangan antar muka air dan Emulgator minyak sehingga
minyak dapat terdispersi dalam air atau sebaliknya. Minyak akan membentuk dispersi koloid
dalam air bila ditambahkan zat yang dapat menurunkan tegangan antar muka minyak dan air.
Kemudian setelah chemical diemulsikan masukan kedalam drum bersaaman dengan kulit,
sebelumnya kulit dan temperature suhu dalam drum disesuaikan yaitu hangat kemudian
diputar dalam drum selama 1 jam , putaran drum merupakan gerakan mekanik yg dapat
membantu mempercepat penetrasi minyak kedalam kulit. sesuai dengan tujuan dari
fatliquoring diatas maka kulit yang dihasilkan setelah proses fatliquoring menjadi
lemas,pegangannya alus,spongy,dan berisi.
(.covington,2009)
2. Dyeing
Tujuan dyeing pada pengolahan kulit: Memberikan warna dasar pada kulit sesuai dengan
standar yang ditetapkan, terutama yang berhubungan dengan karakteristik uji fisik,
organoleptik, kimia, termasuk persyaratan yang berhubungan dengan penggunaan jenis
dyestufnya(Covington,2009). Proses pewarnaan dilakukan untuk menghasilkan pewarnaan
yang konsisten pada seluruh permukaan setiap kulit dan untuk pencocokan yang tepat
antara kulit dalam kemasan komersial (BAT,2013).Berdasarkan kedua pendapat tersebut
dapat disinetsiskan bahwa tujuan dyeing adalah untuk memberikan warna dasar pada kulit
yang berkaitan dengan keingin konsumen guna keindahan artikel yang diinginkan yang
berhubungan dengan karakteristik uji fisik, organoleptic dan kimia.
Proses ini menggunakan bahan sebagai berikut 0,5% asam ammonia yang berfungsi
untuk mempercepat penetrasi dyestuff kedalam kulit kareena amoniak mengandung
muatan (-) yang dapat memblok muatan (+) dalam kulit karena pada proses ini
menggunakan acid dyestuff yang mengandung muatan (+) sehingga amoniak sangat
membantu untuk proses penetrasi dyestuff karena muatan (+) dapat diblok jadi banyak
muatan (-) dalam kulit sehingga acid dyestuff dapat terpenetrasi baik,1% dermagen gpa
yang merupakan lavelling agent yang berfungsi untuk membuat dyestuff meyebar merata
keseluruh permukaan/tidak ada blok warna pada kulit, 3% melioderm blue bg merupakan
acid dyestuff yang memberikan warna pada kulit. Anionic Dyestuff memiliki satu atau
lebih gugus auksokrom SO3Na atau SO3H yang juga berfungsi sbg gugus penentu tingkat
kelarutan dyes, dimana semakin banyak gugus sulfon, maka tingkat kelarutan cat dasar
akan semakin tinggi juga semakin anionik dan reaktif terhadap kulit wet blue yang bersifat
kationik.
Chemical tersebut dimasukan kedalam drum kemudian diputar selama 1 jam , setelah
diputar 1 jam warna kulit menjadi biru merata kemudian dipotong pada bagian yang paling
tebal lalu dikeringkan menggunakan hair dreyer tetapi ketika dipotong masih ada warna
yang belum tembus pada bagian tengah kulit (masih warna putih) dan larutan masih keruh,
yang berarti penetrasi dyestuff kurang baik oleh karena itu ditambahkan lagi ammonia
sebanyak 0,3% diputar selama 60 menit kemudian cek kulit lagi warna masih belum
tembus kemudian ditambahkan putaran selama 30 menit , setelah itu cek kulit sudah
tembus dan larutan sudah jernih. penambahan ammonia ini sebaiknya dikurangi karena
dapat mencemari lingkungan sebaiknya untuk membantu penetrasi hanya ditambahkan
penetrating/ lavelling agent seperti dermagen GPA yang lebih ramah lingkungan atau
dengan dilakukannya proses mekanik (tambah putaran drum).
3. Fixing
Proses ini bertujuan untuk mengikat warna antara kulit dengan dyestuff, chemical yang
digunakan pada proses ini adalah 1% asam formiat yang diencerkan 1:10 untuk menghidari
kulit kerut akibat terkena asam langsung kemudian diputar dalam drum selama 2x10 menit
lalu kulit dicek dengan hasil kulit berwarna biru merata,lemas dan pegangannya halus
setelah itu didrain.
4. Drying/hanging
conditioning adalah proses mengoptimalkan kadar air dalam kulit untuk proses
selanjutnya (BAT,2013). Proses ini bertujuan untuk membuat kulit mejadi sedikit basah
kembali untuk mempersiapkan masuk pada proses staking molissa dimana jika kulit terlalu
kaku maka dapat merusak kulit(kulit patah atau ada retakan pada nerf) dan dapat merusak
mesin staking molisa oleh karena itu maka kulit dilakukan conditioning. Proses ini
menggunakan alat spray gun dengan diisi sedikit air dengan pengaturan air yg keluar dikit
dan tekanan udara besar hal ini dilakukan untuk menghidari kulit menjadi terlalu basah,
untuk penyemprotannya dimulai dari bagian kaki sebelah kiri menuju bagian leher sebelah
kanan dan diulangi lagi dari bagian leher sebelah kiri menuju bagian kaki sebelah kanan ,
hal ini bertujuan agar proses penyemprotan air merata pada seluruh bagian kulit sehingga
tidak ada bagian yg masih kaku.setelah penyemprotan, kulit mejadi sedikit basah,lemas
dan pegangan halus.
6. Measuring
Setelah proses toggle dilanjutkan dengan proses measuring yang bertujuan untuk
menentukan luas kulit, sebelum masuk proses ini dilakukan trimming terlebih dahulu,
trimming adalah memotong beberapa tepi kulit seperti kaki,ekor,belly,dll (BAT,2013).
measuring ini menggunakan mesin dimana luas kulit akan terbaca secara otomatis. Hasil
luas kulit yang didapatkan adalah sebagai berikut;
a) Kulit 1 : 4,9 sqft
b) Kulit 2 : 5,7 sqft
c) Kulit 3 : 4,5 sqft
Nim : 1701014
Kelas : TPK A
Wetting Back
Wetting back yang artinya pembasahan kembali merupakan proses yang bertujuan untuk
membasahi kembali kulit dan mengembalikan kadar air dalam kulit sampai mendekati kulit segar
(60 -65%) karena selama masa penyimpanan kadar air dalam kulit rentan mengalami penurunan,
selain itu pada proses ini juga dapat membersihkan kulit dari kotoran yang menempel pada kulit
selama masa penyimpanan.
Bahan yang digunakan pada proses ini disebut dengan wetting agent. Produk paten yang
digunakan pada proses ini yaitu Peramit MLN (Tergolic NIA) yang merupakan surfaktan anionik.
Kegunaan Peramit MLN mampu menurunkan tegangan permukaan air di dalam kulit sehingga
serat lebih longgar dan dapat mempercepat penetrasi air ke dalam kulit. Penambahan surfaktan
kedalam air akan menurunkan tegangan permukaan air dan tegangan permukaan intervase air atau
zat padat sehingga menghasilkan nilai koefisien penyebaran yang positif. Cara kerja dari surfaktan
sangatlah unik karena bagian yang hidrofilik akan masuk kedalam larutan yang polar dan bagian
yang hidropobik akan masuk kedalam bagian yang non polar sehingga surfaktan dapat
menggabungkan (walaupun sebenarnya tidak bergabung) kedua senyawa yang seharusnya tidak
dapat bergabung tersebut. Namun semua tergantung pada komposisi dari komposisi dari surfaktan
tersebut. Jika bagian hidrofilik lebih dominan dari hidrofobik maka ia akan melarut kedalam air,
sedangkan jika ia lebih banyak bagian hidrofobiknya maka ia akan melarut dalam lemak dan
keduanya tidak dapat berfungsi sebagai surfaktan. Bagian liofilik molekul surfaktan adalah bagian
nonpolar, biasanya terdiri dari persenyawaanhidrokarbon aromatik atau kombinasinya, baik jenuh
maupun tidak jenuh. Bagian hidrofilik merupakan bagian polar dari molekul, seperti gugusan
sulfonat, karboksilat, ammonium kuartener,hidroksil, amina bebas, eter, ester, amida. Biasanya,
perbandingan bagian hidrofilik dan liofilik dapat diberi angka yang disebut Keseimbangan
Hidrofilik dan Liofilik yang disingkat KHL dari surfaktan (Jatmika, 1998).
Selain penggunaan surfaktan pada proses ini juga digunakan asam. Asam yang digunakan
yaitu HCOOH. Bahan ini mampu menurunkan pH secara perlahan-lahan sehingga dapat
memerlukan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan pH yang didinginkan (3,8 – 4)
.Penggunaan asam ini mempunyai maksud agar kulit tidak mengalami wringkel maupun rajah
rusak. HCOOH termasuk asam lemah karena nilai konsentrasi dari H+ nya yang paling kecil
dibandingkan dengan H2SO4 dan HCl. Oleh sebab itu dalam aplikasinya selalu digunakan asam
formiat terlebih dahulu kemudian asam sulfat atau asam klorida (Purnomo,2017).
Pada proses yang kami lakukan, kulit bersama bahan dan air yang berfungsi sebagai pelarut
bahan dan membantu penetrasi bahan diputar dalam drum selama 45 menit. Kontrol proses yang
dilakukan adalah pengecekan pH = 4,5 dan pengecekan penampang dengan indikator BCG =
kuning kehijauan karena tes penampang dengan indicator BCG sudah menunjukan warna kuning
kehijauan kulit bias dilanjutkan pad proses yang selanjutnya. kondisi kulit setelah di wetting back
sudah basah dengan sempurna dan pegangannya lemas.
Retanning I
Retanning merupakan salah satu tahapan proses dalam Pasca Tanning yang bertujuan
untuk menyempurnakan proses penyamakan, menciptakan karakter khusus pada setiap artikel kulit
yang berbeda, yang berhubungan dengan kelemasan, kepadatan, elongasi, fleksibilitas, run, dan
lain-lain, serta memperbaiki sifat alami kulit yang kurang menguntungkan seperti area yang tidak
berisi untuk menjadi lebih berisi dan padat. (Purnomo, dkk 2019)
Menurut Eddy Purnomo dkk dalam “Diktat Praktikum Pasca Tanning Kulit Kecil”, 2019
dituliskan bahwa bahan retanning yang digunakan biasanya adalah kombinasi antara bahan
penyamak mineral seperti krom sulfat basis Cr(OH)SO4 baik basisitas 33,3% ; 45% atau chrome
syntan yang dikombinasi dengan dengan resin acrylic, dicyandiamide dimana resin akan lebih
mengisi di bagian yang kosong seperti belly atau flank dan dicyandiamide pada grain yang loose.
Pendapat tersebut juga diperkuat dengan pendapat dari Khana Yasa dalam blog nya yang berjudul
“Pasca Tanning” pada tahun 2018 yang bertuliskan beberapa bahan kimia yang bisa dimasukkan
dalam proses Retanning I diantaranya Krom (Chrome) baik basisitas 33,33% maupun 45%,
Alumunium (untuk Tanning), dan glutaraldehyde. Tentu saja masing-masing bahan kimia yang
kita masukkan akan mempengaruhi karakter hasil jadi kulit (leather). Misa dengan penambahan
krom (Chrome/Cr sulfat) basisitas 33,33% akan lebih bersifat lemas dari pada menggunakan krom
45%. Bahkan jika menambahkan krom sintan akan lebih membuat karakter kulit lebih padat.
Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa chrome sulfat basis dan
glutaraldehyde dapat digunakan dalam proses rettaning I. Bahan yang digunakan dalam praktikum
yang kami lakukan adalah Cromosal B yang memiliki generic Cr(OH)SO4 dan Glutaraldehyde
yang produk patennya adalah Rellugan GT 50. Menurut Spesifikasi Bahan Kimia Produk Paten di
Workshop BHO dan Tanning diketahui bahwa :
Cromosal B memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Nama Bahan Kimia : Chromosal B
Bahan aktif : Krom sulfat basis (Cr2O3 26% ; Basisitas 33%)
Produsen : Lanxess
Wujud & Karakter Fisik : Serbuk hijau pH pada larutan 10%
Fungsi pada Proses Kulit : Sebagai bahan penyamak krom, sebagai bahan retanning
krom.
Aplikasi / Penggunaan : Proses basifikasi sebaiknya dilakukan setelah 30–60 menit
setelah penambahan bahan penyamak, Pada kulit yang
tidak di-split sebaiknya basifikasi dilakukan setelah bahan
penyamak tembus ke semua penampang kulit, dan jika
digunakan sebagai bahan retanning, dimasukkan 2–4% ke
dalam larutan sedikit (short float) pada suhu 40–50 °C.
Rellugan GT 50 memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Nama Bahan Kimia : Relugan GT 50
Bahan aktif : Glutaraldehida
Produsen : BASF
Wujud & Karakter Fisik : Cairan bening kekuningan berbau menyengat pH (100%)
3,7
Fungsi pada Proses Kulit : Sebagai bahan penyamak aldehida jenis glutaraldehida,
menghasilkan kulit samak dengan warna kekuningan,
lembut, pegangan yang full, ketahanan cuci yang tinggi, dan
efek dyeing lebih dalam.
Aplikasi / Penggunaan : Dapat digunakan untuk pretanning atau retanning
penyamakan nabati, penyamakan wet white, penyamakan
krom dan retanning krom, penyamakan rajah kerut,
penyamakan chamois, pembuatan artikel kulit untuk
otomotif - Dilarutkan dengan air dengan perbandingan 1:5
sebelum digunakan pada proses. Digunakan pada kulit
sebanyak 0,5–4 % pada pH kurang dari 3,8 untuk
memaksimalkan penetrasi dan rajah yang rata.
Purnomo (1985), mengemukakan bahwa ikatan yang terjadi antara krom dengan kolagen
kulit akan membentuk ikatan silang yang terjadi karena kemampuan bereaksi molekul krom yang
bervalensi 3 terhadap gugus amino pada protein kolagen kulit yang reaktif. Keunggulan bahan
penyamak khrom adalah dapat menghasilkan kulit samak yang bersifat lemas, kuat dan tahan
terhadap air mendidih (Sharphouse, 1975).
Berdasarkan hal diatas pemilihan Cromosal B sebagai bahan rettaning disini disesuaikan
dengan artikel yang akan dibuat yaitu Nappa Garmen yang notabennya harus memiliki kelemasan
yang tinggi dan suhu kerut yang tinggi agar memberi rasa nyaman kepada penggunanya. Selain
itu Cromosal B juga membantu menyempurnakan penyamakan kulit seperti yang diketahui bahwa
bahan baku kulit yang digunakan adalah wet blue yang juga disamak menggunakan krom.
Sedangkan penggunaan Rellugan GT 50 dipilih karena bahan ini dapat memberikan efek spongi
pada kulit, lembut dan memberikan efek dyeing yang lebih dalam. Banyaknya cromosal B dan
Rellugan GT 50 yang kami pakai masing - masing 3% dari berat kulit wet blue yang sudah di
shaving dan trimming. Selain kedua bahan yang telah disebutkan sebelumnya kami juga
menggunakan air yang berfungsi sebagai pelarut bahan dan membantu penetrasi bahan kimia
kedalam kulit. Proses rettaning yang kami lakukan adalah selama 90 menit.
Kondisi kulit setelah dilakukan Rettaning I warnanya sedikit kekuningan karena efek
penggunaan bahan Rellugan GT 50 seperti yang sudah tertera di spesifikasi bahan tersebut. Selain
itu, pegangan kulitnya menjadi lemas, lembut dan spongi.
Netralisasi
Netralisasi atau yang biasa disebut dengan deacidifikasi adalah adalah proses yang
bertujuan menghapuskan asam bebas pada kulit (samak mineral) yang terbentuk selama masa
penyimpanan kulit (BASF-Pocket Book). Hal inj juga serupa dengan pendapat Purnomo dkk
dalam “Diktat Praktikum Pasca Tanning Kulit Kecil”, 2019 yang menuliskan bahwa Netralisasi
yang sering juga disebut deacidifikasi adalah proses untuk menghilangkan sebagian sisa asam
bebas yang terdapat pada wet blue baik yang berasal dari proses pengasaman atau yang terbentuk
selama reaksi olasi dan oksilasi selama masa penyimpanan.
Proses Netralisasi harus dilakukan dengan hati-hati dan bertahap dengan bahan kimia
bersifat lemah. Hal tersebut karena apabila sampai terjadi over netralisasi dapat merusak kulit
(Purnomo,dkk 2019). Overneutralization harus selalu dihindari karena jika tidak dapat
menyebabkan serat- serat pada kulit menjadi longgar dan kasar serta menyebabkan pegangan kulit
menjadi kosong (BASF-Pocket Book).
Proses ini dilakukan dengan jalan menaikkan pH larutan menggunakan bahan yang bersifat
alkali yang nantinya akan menaikkan pH kulit. Semakin tinggi pH pada proses netralisasi akan
semakin lemas pula kulitnya. Misalkan kulit untuk artikel garmen memiliki pH netralisasi 5,5 –
5,9 yang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan pH netralisasi kulit atas sepatu (upper abri)
yang hanya 4,7 – 4,8 hal ini dikarenakan artikel garmen membutuhkan kelemasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan upper.
Bahan kimia yang kami gunakan dalam proses netralisasi ini adalah alkali yang bersifat
lemah yaitu NaCOOH dan NaHCO3 yang tentunya berfungsi untuk menaikan pH kulit sampai
target yang telah ditentukan yaitu 5,5 – 5,9 yang merupakan pH netralisasi untuk artikel garmen.
Selain penggunaan basa lemah pada proses ini kami juga menggunakan Alcoton PSN yang
merupakan neutralizing agent yang fungsinya sebagai buffer yang menyangga agar tidak terjadi
kenaikan pH yang drastis akibat penambahan basa dan mencegah terjadinya overnetralizing. Kami
juga menggunakan H2O yang berfungsi sebagai pelarut bahan kimia dan membantu penetrasi
bahan kimi kedalam kulit.
Proses netralisasi ini dirasa cukup apabila ketika p H lkulit sudah mencapai 5,5 – 5,9 dan
penampang kulit saat ditetesi dengan indicator BCG (Bromo Cresol Green) sudah berwarna biru.
pH netralisasi kulit kami adalah 5,8 dan penampang kulit kami ketika ditetesi indicator BCG telah
berwarna biru. banyaknya basa yang kami gunakan dalam proses ini adalah 48 gr. Kondisi kulit
kami setelah proses netralisasi pegangannya masih tetap spongi, soft, dan lemas.
Rettaning II
Proses rettaning II merupakan proses yang bertujuan untuk mengisi bagian dalam kulit dan
bagian – bagian yang kurang menguntungkan misalnya bagian kulit yang loose. Bahan kimia yang
digunakan dalam proses ini biasanya adalah bahan tanning nabati seperti mimosa, quebracho dan
chestnut. Bahan-bahan tersebut akan banyak mengisi pada bagian ekor dari kulit. Selain itu ada
juga acrylic dan resin dicyandiamide. Bahan tipe acrylic biasanya digunakan untuk menyamakan
kepadatan kulit seperti pada bagian belly, sedangkan dicyandiamide cenderung untuk mengisi
bagian grain (yana, khasa 2018).
Berikut adalah gambar yang memperlihatkan distribusi pengisian berbagai macam bahan
retanning pada area kulit skin maupun hide yang diambil dari “Diktat Praktikum Pasca Tanning
Kulit Kecil”, 2019 karangan Eddy Purnomo, dkk.
Pada proses rettaning II ini kami hanya menggunakan bahan resin acrylic liquid yaitu
Drasil SMS yang merupakan copolymer rettaning agent berfungsi untuk membuat pegangan kulit
menjadi lebih berisi terutama pada bagian flank dan belly. Selain itu akrilik memberikan ketahanan
kepecahan dan elongasi pada grain yang lebih baik namun memberikan efek yang firmer
(Purnomo,dkk 2019). Pada proses ini kami tidak menggunakan bahan penyamak nabati sebagai
rettaning agent dikarenkan penggunaan bahan penyamak nabati dapat mempengaruhi pegangan
kulit yaitu membuat pegangan kulit menjadi sedikit keras.
Proses rettaning II yang kami lakukan berlangsung selama 90 menit. Kondisi kulit setelah
dilakukan rettaning II pegangannya menjadi lebih padat berisi dan firm terutama pada bagian flank
dan belly.
Daftar Pustaka
Yana Khana. 2019. Pasca Tanning. Yogyakarta. diakses secara online melalui
http://khanayasa.blogspot.com/2018/05/pasca-tanning.html. Pada 22 februari pukul 22.34 WIB.
Jatmika, A., 1998, Aplikasi Enzim Lipase dalam Pengolahan Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Untuk Produk Pangan, Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 6 (1) : 31 - .
SharpHouse, J.H. 1975. Leather Technicians Hand book. Leather Producers Association 9 th
Thomas Street, London.
Purnomo, E. 1985 . Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Akademi Teknologi Kulit
Yogyakarta.
Purnomo, E., Emiliana Anggriyani, Laili Rachmawati. 2019. Diktat Praktikum Teknik Pasca
Tanning Kulit Kecil. Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta.
Kesimpulan keseluruhan