ARTIKEL UPHOLSTERY
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2019
JOB SHEET I
Warna Merah
Kondisi kulit Warna tidak rata
Grain halus
Kualitas I-IV
BAHAN KIMIA
NO TAHAPAN NAMA PRODUK FUNGSI BERAT PERHITUNGAN KETERANGAN
PROSES BAHAN PATEN KEBUTUHAN
1 Sortasi grading - - Mengukur dan - - Kulit sapi artikel CGB.
menentukan kualitas Jumlah kulit 1 side.
kulit Luas : 7,5 sqft
Tebal : 1,8 mm
Panjang : 90 cm
Lebar : 73 cm
Kualitas : I-IV
Defek : warna tidak
rata,loose pada bagian
belly.
Hasil Praktikum
Warna Merah
Kondisi kulit Efek two tone terlihat akibat perbedaan warna,
Efek spray tidak rata
Kulit mengkilap dan licin
Pegangan kulit hampir sama dengan bahan baku
awal (crust )
Kualitas I-IV
PEMBAHASAN
NIM : 1701064
Pada praktikum kali ini yaitu Finishing Pigmented two tone effect artikel
crust corrected grain finish (CGB). Kata Finishing digunakan dalam industry
penyamakan kulit untuk mendeskripsikan keseluruhan proses dan perlakuan yang
mana untuk meningkatkan karakteristik dan penampilan dari kulit samak dan
akhirnya merubah kulit menjadi lebih indah (BASF, 2007). Tujuan dari finishing
selain meningkatkan kualitas kulit tetapi juga untuk :
1. Perlindungan
2. Memperbaiki karakter kulit
3. Memperbaiki kesalahan proses dan tambalan pada kulit
4. Menerapkan lapisan grain buatan dari kulit split
5. Memodifikasi tampilan permukaan kulit.
(BASF, 2007).
Pewarna pigmen merupakan pewarna yang berasal dari alam, mineral, batuan yang
bersifat covering atau menutup permukaan hingga 90% (Purnomo, 2011). Konsep
finishing pigmented (opaque finish) adalah permukaan kulit total merupakan
covering pigmen dan binder (Abdullah dkk, 2019).
(Purnomo, 2017)
Pada praktikum kali ini digunakan 1 kulit crust sapi artikel Corrected grain
finish (CG). Kulit sapi untuk industri kulit merupakan hasil samping dari industri
daging atau peternakan. Kualitas kulit yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu
7,5 sqft, dimana kulit memiliki defek berupa warna tidak merata diseluruh bagian.
terdapat bagian yang loose pada perut. Hal tersebut terjadi akibat kesalahan/proses
yang kurang maksimal saat pasca tanning maka kulit ditujukan untuk finishing
pigmented two tone effect.
Droptest awal kulit material masih lebih 20 detik. Hal ini menyebabkan
kulit perlu di clearing dengan menggunakan surfactant dengan merk Perbon CC
(Anionik surfactant). Apabila tegangan antar muka antara kulit dan air turun,
menyebabkan penetrasi air ke dalam kulit lebih cepat. Selain itu surfactant juga
menyebabkan rusaknya hydrophobic interactions, menaikan internal repulsive
forces, dan melepaskan lipatan serat, semua hal tersebut menyebabkan serat kulit
relax dan kendor (Purnomo, 2015). Setelah clearing kulit memiliki serapan lebih
baik yaitu 5 detik.
Tahap selanjutnya yaitu base coat, yang merupakan lapisan yang mendasari
semua lapisan cat dan bertanggungjawab terhadap kekuatan adhesi cat tutup dengan
kulit. Lapisan dasar ini memiliki rekatan yang kuat dengan permukaan kulit
(Purnomo, 2017). Base coat menggunakan beberapa bahan yaitu air sebagai pelarut
dan media masuk chemical. Kedua X Grade CGS (Resin kationik) untuk mengisi
kulit karena adanya bagian loose yang belum terisi maksimal mengikat lapisan
dengan kulit serta memiliki efek covering yang bagus untuk menutupi cacat pada
kulit.. Ketiga yaitu pigmen (pigmen merah dengan orange) yang berfungsi sebagai
dasaran untuk meratakan warna agar lebih kuat menutup defek. Keempat yaitu SB-
100 (Resin Acrilic) yang berfungsi mengikat binder dengan grain kulit. Bahan yang
digunakan yang bersifat thermoplastic, soft polymer binder, fleksibelitas tinggi
sehingga dicarikan yang memiliki transition glass-nya rendah. Transition glass
merupakan sifat yang penting untuk polimer thermoplastic karena erat hubunganya
dengan pembentukan lapisan film pada temperatur minimum MFT (Minimum Film
Formation Temperature). Semakin rendah nilai TG suatu polimer maka semakin
soft (Purnomo, 2017). Teknik pengaplikasian yaitu dengan spray yang dilakuakan
sebanyak 2x dan hasil dari proses base coat menghasilkan kulit dengan lapisan
dasar.
Pada lapisan first coat ini kelompok kami melakukan sebanyak 2 kali hal ini
dikarenakan warna belum sesuai dengan yang dituju ( acuan warna flesh) dimana
warna masih terlalu terang dan tidak sama dengan bagian flesh sehingga dilakukan
covering lagi dengan warna yang sama dan rata, setelah 2 kali pegaplikasian didapat
warna yang rata dan sama dengan bagian flesh.
Tahapan selanjutnya yaitu second coat. Lapisan ini berisi Lacq Water
Emulo Top 725/N yang merupakan Nitrocellulose bahan pembentuk film emulsion
lacquer dapat dilarutkan dalam air. Lapisan ini berfungsi merekatkan warna pada
permukaan kulit, mengingat pigmen tidak dapat berikatan secara kimiawi dengan
kulit. Selain warna lapisan ini juga bertanggungjawab atas ketahanan kelunturan,
gosok baik kering maupun basah, lapisan ini juga memiliki kekerasan lebih tinggi
dari pada lapisan sebelumnya (Purnomo, 2017). Tahapan ini dilakukan dengan cara
di spray 2x cross dan masing-masing langsung dikeringkan. Hasil dari
pengaplikasian didapat defek kulit sudah tertutup, warna sedikit buram dikarenakan
efek dari Emullo Top 725/N yang deep/dull.
Tahap selanjutnya yaitu 3rd Coat. yang merupakan lapisan paling atas,
paling keras, dan paling tipis tapi lebih soft daripada 4th Coat , berfungsi untuk
memberi perlindungan pada lapisan warna dan permukaan kulit dari benturan,
pulukan, goresan, bahan kimia, pelarut, dan suhu. Top coat atau season coat ini
sangat mempengaruhi surface wear (permukaan dan ketahanan pakai) dan
termasuk sifat abrasion resistance, scuffing/friction, wet dan dry crock serta clean
ability (Purnomo, 2017). Pada lapisan 3rd menggunakan bahan kimia yang meliputi
air yang berfungsi sebagai pelarut dan membantu masuknya bahan kimia ke dalam
kulit,Top LN (PU top emulsion) yang berfungsi memberikan efek high glossy pada
permukaan kulit dan mengikat pigmen, dan terakhir pigmen (dark brown)
berfungsi untuk memberikan efek two tone dimana terjadi perbedaan warna
degradasi dari warna dasar dan warna kedua. Untuk lapisan ketiga ini kelompok
kami mendapatkan metode spray untuk membentuk two tone effect .Proses
pengaplikasiannya yaitu semua bahan dimix menjadi satu kemudian di aduk
sampai homogen kemudian dispray dengan metode spray diatas meja miring
bagian yang tinggi dekat dengan praktikan dan dispray dengan jarak 40°
kemiringan, settingan spray diatur dengan tekanan udara yang tinggi dan cairan
yang sedikit. Hasil dari two tone efek metode spray kulit kelompok kami pada
bagian motif ½ dari motif terwarnai dan sebagian tidak hal ini sesusi dengan
metode spray.
Tahap 4th coat. Lapisan ini ini sebenarnya bukanlah lapisan yang tersendiri
karena fungsi dan penggunaan chemical sama dengan 3th coat akan tetapi ada
tambahan bahan berupa hand modifier ( AS-6) yang memiliki fungsi untuk
menberikan efek silky dan tidak lengket. Hasil setelah dilakukannya fourth coat
yaitu permukaan kulit menjadi semakin glossy dibangdingkan sebelumnya,
pegangan silky, licin, dan munclnya efek two tone jika dilihat beda sisi.
Untuk efek two tone effect metode spray kulit kelompok kami belum maksimal, hal
ini dikarenakan pemilihan warna kedua yang kurang maksimal untuk perbedaan
degradasinya, kedua teknik spray yang kurang rata mengakibatkan nilai estetika
yang kurang.
KESIMPULAN
NIM : 1701045
Panjang : 90 cm
Lebar : 58 cm
Kwalitas : III
Drop Test
Clearing
Impregnasi
filler dan wax (wax HK) mengisi bagian yang loose 50 (3,25
gr) 50/1000 x 65 = 3,25 gr
1st coat
• Polimer butadiene.
• Emulsi polyacrylate dan turunannya.
• Emulsi Polimer vinilklorida
• Dispersi poliurethan (soft hard).
3rd coat
4th coat
Contoh:
• Nitrocellulose,
Measuring
panjang = 101 cm
lebar = 45 cm
KESIMPULAN
Jenis finishing terbagi menjadi 3 yaitu finish anilin, finish semi anilin, dan finish
pigmented
Tahapan dalam proses finishing ialah clearing, staining, base coat (1st coat), top
coat (2nd coat).
Tahapan yang pertama dilakukan ialah identifikasi kulit atau sortasi dan
grading pada kulit yang akan digunakan. Identifikasi kulit dilakukan untuk
mengetahui kelas dan kualitas kulit, kulit 1 barwarna merah memiliki panjang 90
cm, lebar 73 cm, luas 7,5 sqft dengan tebal rata-rata 1,9 mm, Kualitas 1-4, Cacat
Terdapat bekas kutu pada bagian pantat dan terdapat lubang pada bagian belly.
Kulit berwarna merah maroon. Selanjutnya dilakukan drop test yang bertujuan
untuk mengetahui serapan air pada kulit, drop test pertama membutuhkan waktu 25
detik untuk menyerap air, waktu tersebut melebihi batas waktu yang ditentukan
yaitu 15 detik, maka perlu dilakukan clearing. Clearing bertujuan untuk
membersihkan debu, kotoran dll yang menempel pada permukaan kulit. Sebelum
dilakukan coating, biasanya kulit dalam kondisi crust kering, berdebu, mungkin
sedikit berminyak, tegangan permukaan tinggi sehingga dapat menghambat
penetrasi dan serapan kulit yang tidak merata. Clearing merupakan tahap awal
persiapan kulit agar serapan permukaan kulit homogen, untuk itu maka dilakukan
drop test untuk mengetahui serapan permukaan kulit. Clearing (15/ sqft)
menggunakan air (72,7 gr) yang bertujuan sebagai pelarut bahan kimia dan
membantu penetrasi, perbon CC (1,5 gr) yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan permukaan kulit dan meratakan muatan, Clearing dilaksanakan dengan
cara diulas dengan padding, setelah dipadding maka kulit dikeringkan dengan
diangin-anginkan, setelah kering kulit di drop test kembali untuk mengetahui
serapan airnya. Drop test kedua ialah 5 detik maka proses clearing dianggap selesai.
Tahapan selanjutnya ialah base coat (1st coat) (15 gr/ sqft). Base coat
adalah lapisan pertama yang akan mendasari, sebagai pondasi dari lapisan cat tutup
secara keseluruhan. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling fleksibel, soft
karena menjadi tumpuan semua lapisan dan yang paling kuat mendapat tekanan
(flexing) ketika digunakan. Karena menjadi tumpuan semua lapisan dan yang
berhubungan langsung dengan grain/ permukaan kulit maka karakter lapisan cat
tutup kulit seperti: adhesion, coveragee, solvent resistance, dry cleanability,
toughness, plate release, print retention, wet soak resistance, dan tentunya
flexibility merupakan tanggung jawab lapisan ini. Komponen base coat ialah resin/
polimer emulsion (binder), diluent (pengencer larutan binder), auxiliaries dan
pigmen/ dyestuff larut air. Lapisan ini difungsikan sebagai dasar kekuatan seluruh
lapisan dan sebagai penyangga colour coat. Lapisan ini dibuat sangat lunak untuk
memperoleh kekenyalan dan elastisitas rajah/ grain karena rajah yang paling besar
mengalami tekanan dan perubahan gerak ketika digunakan. Selain itu juga sebagai
proteksi agar lapisan pigmen tidak terserap dan terpenetrasi terlalu masuk kedalam
penampang kulit. lapisan ini merupakan lapisan yang bertanggung jawab terhadap
ketahanan/ kuat rekat cat dengan kulit, sehingga ikatan dengan kulit bersifat
permanen.
Bahan yang digunakan dalam proses base coat ialah air ( 45 gr) untuk
melarutkan bahan kimia dan membantu penetrasi, X-Grade CGS (50 gr) merupakan
filler wax yang berfungsi sebagai high coverage, SB 100 (11,2 gr) yang berfungsi
untuk soft binder untuk melapisi kulit dengan sifat elastis, pigmen (6,7 gr) yang
berfungsi untuk meratakan warna, pigmen yang digunakan ialah pigmen warna
merah maroon dan orange dengan perbandingan 1:4. Base coat dilakukan dengan
cara spray rata sebanyak 2x dengan metode 1x spray dikeringkan. Warna yang
dihasilkan kurang gelap maka dilakukan penambahan bahan 5 gr/ sqft. Hasil kulit
setelah base coat ialah warna kulit mulai rata, kulit mulai mengkilap. Metode spray
base coat ialah tipis tetapi merata.
Tahap selanjutnya ialah medium coat (2nd coat) (15 gram/sqft), medium
coat atau colour coat berada diantara base coat dan top coat, bersifat lebih keras
dari base coat, lebih lunak dan fleksibel dari top coat, lapisan pembawa warna,
menyiapkan permukaan kulit akan siap untuk menerima aplikasi mekanik plating,
printing, ironing, embossing, milling. Colorant (pewarna) efek khusus seperti inlay,
tipping, antic dll. Medium coat memiliki komponen yaitu binder (resin/ polimer
emulsion, colour material (pigmen/ dyestuff), auxiliaries dan diluent (pengencer
larutan binder). Film lebih keras dibanding base coat. Pada medium coat juga
terdapat komponen yaitu binder yang merupakan pengikat atau pembentuk lapisan
tipis (film) umumnya merupakan emulsi resin atau polimer, merupakan komponen
vital/ utama dalam base coat. Penggunaan tegantung aplikasi dan yang akan dicapai
namun karena base coat memerlukan sifat yang sangat fleksibel maka resin atau
polimer yang digunakan bersifat termoplastik seperti resin akrilik dan turunannya.
Bahan medium coat lainnya ialah air (30 gr) berfungsi untuk melarutkan
bahan kimia dan Emulo Top 725/N (30 gr) yang berfungsi untuk memberikan efek
glossy pada kulit.
Pada praktikum ini yang akan dibuat ialah kulit dengan metode Two Tone
Effect, merupakan penerapan dua atau lebih lapisan akhir dengan warna yang
berbeda dengan cara menyemprotkan sudut, ujung bantalan atau pencetakan. Maka
dilakukan embos motif buaya di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik.
Tahapan selanjutnya ialah 3rd coat (10 gr/sqft), yaitu menggunakan air (30
gr), pigmen (11,2 gr) untuk memberi efek kedua pada kulit, pigmen yang digunakan
ialah cokelat, dan top LN (33,7 gr) untuk memberikan efek glossy pada kulit.
Metode dalam pengaplikasian warna kedua ini ada 3 yaitu spray effect, tipping
effect dan inlay effect. Spray effect merupakan aplikasi dengan metode spray yaitu
dengan meja miring bagian yang tinggi dekat dengan praktikkan dan dispray dari
jarak tertentu, sedangkan inlay effect ialah metode aplikasi two tone yang mana
garis atau cekungan pada embos yang terwarnai, tipping effect yaitu metode yang
dilakukan dengan mewarnai bagian yang timbul pada kulit embos. Pada praktikum
ini kelompok 10 mendapatkan metode spray effect. Hasil dari spray ada bagian yang
belang dan hampir rata/ tidak ada shading.
Tahapan proses yang terakhir ialah top coat (4th coat)( 15 gr/ sqft), lapisan
yang terakhir yang berfungsi untuk melindungi lapisan dibawahnya dari berbagai
bahan kimia dan pengaruh fisik seperti benturan, gosokan, panas, dingin dll. Untuk
itu lapisan ini dirancang menjadi lapisan yang paling keras dibandingkan lapisan
dibawahnya. Lapisan ini dapat dikelompokkan menjadi lapisan yang berbasis
pelarut air atau water bases dan non water bases, yang menggunakan pelarut
organik atau yang disebut dengan tipe laquer. Tipe top coat laquer mempunyai
ketahanan pakai, durabilitas, tacktile properties yang lebih baik dibandingkan
dengan water bases, namun kurang ramah lingkungan mengingat bahan kimia yang
digunakan banyak menghasilkan VOC.
Bahan yang digunakan dalam top coat ialah air ( 11,2 gr) sebagai pelarut
bahan kimia, Top 239 (0,88 gr) yang berfungsi untuk pengikat, Top LN (11,2 gr)
merupakan PU top emulsion yang berfungsi memberikan efek hard dan glossy
binder, AS 6 (1,1 gr) yang berfungsi untuk hand modifier. Aplikasi top coat dengan
cara spray 3x, kondisi kulit setelah di top coat kulit mengkilat warna hampir rata
dan belang. Setelah proses selesai dilakukan platting pada kulit yang bertujuan
polimerisasi. Tahap yang terakhir ialah sortasi dan grading hasil dari praktikum
yaitu kulit memiliki panjang 90 cm lebar 73 cm dan kulaitas 1-4 dengan luas 7,5
sqft. Warna terdapat sedikit shading, terdapat belang dan warna shading hampir rat,
kulit mengkilat.
Tahap terakhir ialah sortasi dan grading yang bertujuan untuk mengetahui
kelas dan kualitas pada kulit yang telah diproses dengan hasil yaitu luas 7, 1 sqft,
tebal rata-rata 1,9 mm warna merah shading cokelat, terdapat belang karena spray
yang kurang baik.
KESIMPULAN
NIM : 1701072
2. Clearing
Clearing yaitu bertujuan untuk mengurangi sisa minyak yang masih
menempel maupun tegangan permukaan yang tinggi serta menyamakan muatan
pada kulit, karena jika tidak dihilangkan dapat menghambat penetrasi dan serapan
kulit tidak merata. Sebelum melakukan clearing terlebih dahulu dilakukan drop
test. Drop test bertujuan untuk mengetahui besaran serapan permukaan kulit.
Setelah dilakukan droptest serapan kulit kelompok kami belum baik yaitu selama
25 detik, kami melakukan proses clearing 1x dan cek droptest sudah memenuhi
yaitu 10 detik Untuk presentase penggunaan chemical disesuaikan dengan luas
kulit yang akan diproses. Pada proses clearing kali ini kami menggunakan air,
perbon cc dan amonia.. Perbon cc berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan kulit dan meratakan muatan sedangkan amonia berfungsi untuk
membantu penetrasi. Setelah dilakukan clearing , hasil Drop test kedua ialah 10
detik maka proses clearing dianggap selesai.
3. Impregnasi
Proses ini bertujuan untuk membatasi serapan agar tidak sampai masuk ke
dalam Pada proses impregnasi kali ini kami menggunakan euderm 880 dan wax
HK.. Euderm 880 berfungsi untuk mengurangi serapan dan wax HK berfungsi
untuk mengisi bagian yang loose.
4. 1st Coat
Lapisan base coat merupakan lapisan yang mendasari seluruh lapisan cat
dan bertanggung jawab terhadap kekuatan adisi cat tutup dengan kulit. Lapisan ini
dibuat sangat lunak untuk memperoleh kekenyalan dan elastisitas rajah/grain
karena yang paling besar mengalami tekanan dan perubahan gerak ketika
digunakan. Selain itu lapisan dasar dapat berfungsi sebagai proteksi agar lapisan
pigment tidak terserap dan terpenetrasi terlalu masuk ke dalam penampang kulit.
Lapisan dasar merupakan lapisan yang bertanggung jawab terhadap ketahanan.
Komponen base coat ialah resin/ polimer emulsion (binder), diluent (pengencer
larutan binder), auxiliaries dan pigmen/ dyestuff larut air. Lapisan ini difungsikan
sebagai dasar kekuatan seluruh lapisan dan sebagai penyangga colour coat. Lapisan
ini dibuat sangat lunak untuk memperoleh kekenyalan dan elastisitas rajah/ grain
karena rajah yang paling besar mengalami tekanan dan perubahan gerak ketika
digunakan.. Pada proses base coat kali ini kami menggunakan. air ( 45 gr) untuk
melarutkan bahan kimia dan membantu penetrasi X Grade CGS (50 gr) merupakan
filler wax yang berfungsi untuk mengisi dan melumasi serta high coverage, SB 100
(11,65 gr) merupakan resin acrilik berfungsi untuk melapisi kulit dengan sifat
elastis. Serta pigment mix (6,75 gr) . Base coat dilakukan dengan cara di spray
sebanyak 2x kemudian spray dikeringkan. Hasil kulit setelah base coat ialah warna
kulit mulai rata, kulit mulai mengkilap. Metode spray base coat ialah tipis tetapi
merata.
5. 2nd Coat
Kulit dilakukan emboss croco.
6. 3rd Coat
3rd coat (15 gr/sqft), pada lapisan ini bahan yang digunakan adalah air
menggunakan yang berfungsi untuk melarutkan bahan kimia., soft binder (cmc)
yang berfungsi sebagai pengental crosslinker (top 239) yang berfungsi sebagai
hardener dan menambah ikatan rantai dengan PU resin acrylic ( melio A 777) yang
berfungsi untuk mengisi , binder PU soft (Promul C-81) yang berfungsi
memberikan ketahanan pakai dan ketahanan gosok serta pigment (red) memberi
warna / sebagai covering.
Binder berfungsi merekatkan warna pada kulit, disebut juga pembentuk
lapisan agar komponen warna dan bahan lain yang digunakan dalam pengecatan
tutup kulit dapat merekat diatas grain. Binder umumnya merupakan resin/ polimer
baik bersifat thermoplastic atau thermosetting. Pada praktikum kali ini, kelompok
kami menggunakan metode spray.
Dilakukan dengan menempelkan warna/bahan tersebut dengan spray lalu
ditambahkan pigmen merah dan ungu dan dengan cara men spray ke meja miring
Pengeringan harus dilakukan dengan cara perlahan, suhu tetap, udara
mengalir.Apabila pengeringan atau penguapan air dalam kulit yang dilakukan
terlalu cepat dengan panas tinggi menyebabkan kecenderungan kulit mengeras.
Pigmen dapat dibedakan sebagai materi yang tak larut (insoluble) merupakan
suspense sedangkan dyes adalah garam disatu sisi merupakan materi larut yang
terlarut dalam air atau pelarut organic. Pigmen, lake atau dyes dapat disebut
colorant pada kasus tertentu keduanya dapat digunakan tunggal atau bersama
sebagai pewarna dala finishing kulit. Pigment juga dapat dibuat dari mengendapkan
dye terlarut dengan garam metallik, dan hasilnya disebut sebagai salt lake pigment.
7. 4th Coat
Lapisan top coat merupakan lapisan paling atas atau season coat. Merupakan
lapisan yang paling keras karena harus mempunyai ketahanan terhadap gosokan,
benturan, benda tajam, bahan kimia, panas, dingin dll. Lapisan ini disebut juga
lapisan luar. Lapisan ini dapat dikelompokkan menjadi lapisan yang berbasis
pelarut air atau water bases dan non water bases, yang menggunakan pelarut
organik atau yang disebut dengan tipe laquer. Pada proses 4th Coat kali ini kami
menggunakan air ( 44,6 gr) sebagai pelarut bahan kimia, emullotop 725/N (NC)
yang berfungsi sebagai hardener dan efek dull, AS 6 (4,4 gr) yang berfungsi untuk
hand modifier. Aplikasi top coat dengan cara spray 3x, kondisi kulit setelah di top
coat kulit tidak mengkilat/ dull dan warna rata. Terdapat persamaan bahan yang
digunakan pada 3rd coat dan 4th coat dikarenakan untuk memaksimalkan proses top
coatnya.
Tahap yang terakhir ialah sortasi dan grading hasil dari praktikum yaitu kulit
kulit 1 berwarna merah memiliki luas 7,1 sqft, dan tebal 1,9 mm. Dilakukan
pengujian pada kulit finish meliputi uji kerekatan, uji gosok, uji kelemasan dan uji
warna. Uji kerekatan dengan cara menempelkan lakban yang kemudian ditarik
dengan kuat dan hasil dari uji kerekatan kulit kami ialah kulit tidak mengelupas
sama sekali. Uji gosok dilakukan dengan cara menggosokkan 2 kain yaitu 1 kain
kering dan 1 kain basah, digosokkan 10 kali pada masing-masing kain dan hasilnya
ialah untuk kulit warna hijau warna tidak luntur pada kain kering maupun kain
basah. Tetapi untuk kulit warna merah terdapat luntur sedikit pada kain basah. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh lapisan top coat nya yang kurang maksimal. Hasil
akhir warna sudah rata, noda/kotoran telah tertutupi, cacat telah tertutupi artinya
upgrading berhasil.
Daftar Pustaka