Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK FINISHING PIGMENTED

ARTIKEL UPHOLSTERY

Dosen Pengampu :

1. Sofwan Siddiq A,. A.Md., ST., M.Sc


2. Nais Pinta Adetya, M.Si

Disusun Oleh :

1. Dhany Firmansyah (1701045)


2. Hensen Almalia (1701046)
3. Khoriatul Maslukah (1701064 )
4. Reza Endika (1701072)

WORKSHOP PASCA TANNING DAN FINISHING


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT

POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA

2019

JOB SHEET I

FINISHING PIGMENTED KULIT UPHOLSTERY

DATA BAHAN BAKU KULIT

Luas 7,5 sqft


Panjang 90 cm
Lebar 73 cm
Tebal 1,8 mm

Warna Merah
Kondisi kulit Warna tidak rata
Grain halus

Kualitas I-IV
BAHAN KIMIA
NO TAHAPAN NAMA PRODUK FUNGSI BERAT PERHITUNGAN KETERANGAN
PROSES BAHAN PATEN KEBUTUHAN
1 Sortasi grading - - Mengukur dan - - Kulit sapi artikel CGB.
menentukan kualitas Jumlah kulit 1 side.
kulit Luas : 7,5 sqft
Tebal : 1,8 mm
Panjang : 90 cm
Lebar : 73 cm
Kualitas : I-IV
Defek : warna tidak
rata,loose pada bagian
belly.

2 Drop test H2O Air Mengukur daya serap - - Dilakukan droptest


kulit dengan menetesi kulit
dengan air hasilnya daya
serap air ke kulit lebih
dari 20 detik.
3 Clearing H2O Air Melarutkan bahan 72,7 970/1000x75= 72,7 Clearing dilakukan
(10gr/sqft) kimia gram dengan metode padding,
Surfactan Perbon CC Membasahkan dan 1,5 gram 20/1000x75= 1,5 pengulasan dilakukan dua
membersihkan kulit kali kemudian
dikeringkan, setelah
kering dilakukan cek
droptest hasilnya 5 detik
daya serapnya.
4 Impregnasi (10 H2O Air Melarutkan bahan 60 gram 800/1000x75=60 Impregnasi dilakukan
gr/sqft) kimia dengan cara di padding
Impregnation Euderm 880 - mengurangi 7,5 gram 150/1000x75=7,5 sebanyak 2 kali dam
agent serapan air dilakukan pengeringan.
- mengisi bagian kontrol proses : didapat
yang loose. hasil serapan 5 detik dan
Filler Wax Wax HK Mengisi bagian yang 3,75 50/1000x75=3,75 bagian yang loose lebih
loose gram padat.
5 First coat (15 H2O Air Melarutkan bahan 45 gram 400/1000x 112,5 = Semua bahan First coat di
gr/sqft) kimia 45 mix kemudian dilakukan
Resin acylic X Grade Merekatkan dan 50,6 440/1000x 112,5 = spray dua kali keringkan,
CGS mengisi serta gram 50,6 warna pada base coat
mengcover. belum memnuhi target,
Pigment Pigment Memberi warna 6,75 60/1000x112,5 = warna kurang gelap,
gram 6,75 dilakukan pelapisan
Resin Acrilic SB 100 Merekatkan lapisan 11,25 100/1000x112,5 = kembali dengan ukuran 5
dengan grain gram 11,25 gr/sqft
6 First coat (5 H2O Air Melarutkan bahan 1,87 50/1000x37,5=1,875 Spray dilakukan sebanyak
gr/sqft) kimia gram 1 kali kemudian
Resin acylic X Grade Merekatkan dan 16,5 440/1000x 37,5 = dikeringkan.
CGS mengisi serta gram 16,5 Kontrol proses : warna
mengcover. rata sama dengan bagain
Pigment Pigment Memberi warna 2,25 60/1000x37,5 = 2,25 flesh
gram . Lapisan ini berfungsi
Resin Acrilic SB 100 Merekatkan lapisan 3,75 100/1000x37,5 = sebagai lapisan dasar yang
dengan grain gram 3,75 bersifat fleksibel.
7 Second coat (8 H2O Air Melarutkan bahan 30 gram 500/1000x60= 30 Dilakukan 2 kali spray dan
gr/sqft) kimia dikeringkan.
Lacq water Emulo Top Mengikat pigmen 30 gram 500/1000x60= 30 Kontrol proses :
725/N Memberikan efek dull Lapisan kulit kering
Tidak lengket
Warna kulit buran dan
bercak putih.
Embossing Motif croco.
8 Third coat (10 H2O Air Penetrasi bahan kimia 30 gram 400/1000x75 = 30 Semua bahan dicampur
gr/sqft) menjadi satu..
Pigmen mix Dark brown Memberikan efek 11,25 150/1000x75=11,25 Dilakukan spray merata
warna two tone gram sebanyak 2 kali hingga
Lacq water Top LN Mengikat pigmen 33,75 450/1000x75=33,75 muncul efek dua warna.
gram Kontrol proses :
munculnya perbedaan
warna yang menjadikan
two tone effect.
9 Top coat H2O Air Penetrasi dan 53,57 100/210x112,5 = Kulit menghasilkan warna
(15 gr /sqft) melarutkan bahan gram 53,57 yang merata dan glossy.
kimia
Lacq water Top LN Memberi efek glossy 53,57 100/210x112,5 =
pada grain gram 53,57
Handmodifier AS 6 Pegangan agar tidak 5,3 gram 10/210x112,5 = 5,3
lengket gr
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Praktikum

Luas 7,1 sqft


Tebal 1,9 mm

Warna Merah
Kondisi kulit Efek two tone terlihat akibat perbedaan warna,
Efek spray tidak rata
Kulit mengkilap dan licin
Pegangan kulit hampir sama dengan bahan baku
awal (crust )
Kualitas I-IV
PEMBAHASAN

Nama : Khoriatul Maslukah

NIM : 1701064

Pada praktikum kali ini yaitu Finishing Pigmented two tone effect artikel
crust corrected grain finish (CGB). Kata Finishing digunakan dalam industry
penyamakan kulit untuk mendeskripsikan keseluruhan proses dan perlakuan yang
mana untuk meningkatkan karakteristik dan penampilan dari kulit samak dan
akhirnya merubah kulit menjadi lebih indah (BASF, 2007). Tujuan dari finishing
selain meningkatkan kualitas kulit tetapi juga untuk :

1. Perlindungan
2. Memperbaiki karakter kulit
3. Memperbaiki kesalahan proses dan tambalan pada kulit
4. Menerapkan lapisan grain buatan dari kulit split
5. Memodifikasi tampilan permukaan kulit.

(BASF, 2007).
Pewarna pigmen merupakan pewarna yang berasal dari alam, mineral, batuan yang
bersifat covering atau menutup permukaan hingga 90% (Purnomo, 2011). Konsep
finishing pigmented (opaque finish) adalah permukaan kulit total merupakan
covering pigmen dan binder (Abdullah dkk, 2019).

Kulit emboss merupakan jenis kulit yang permukaanya timbul. Cara


membuatnya adalah dengan melakukan stamping dengan motif tertentu pada suhu
dan tekanan tinggi. Beberapa diantaranya adalah motif pori halus (haircell), buaya,
ular, aligator, saffiano, bunga dan pola kulit hewan lain. Sedangkan kulit upper
glaze adalah kulit yang setelah proses masih mempunyai lapisan grain bisa berasal
dari kambing, sapi atau domba, umumnya yang digunakan merupakan kulit kualitas
tinggi disamak dengan zat penyamak krom kombinasi, digunakan untuk atasan
sepatu dan di-finishing dengan teknik glassing menggunakan kaca, kulit ini
memiliki sifat padat merata diseluruh bagian dan tidak memiliki kemuluran
(Abdullah dkk, 2019).

Pada proses finishing terdapat beberapa komponen bahan yang digunakan


meliputi:

1. Pewarna/Colorant (pigmen atau dyestuff). Pewarna yang digunakan umumnya


merupakan pewarna mineral atau pigmen mineral spt Titanium, Zing (putih);
Aluminums Silikat (ultramarine); iron Oxide (ocher, red brown); Cadmium
sulphat (lemon yellow, red); Carbon (black). Selain itu digunakan pigmen
organik yang berasal dari metal komplek dyestuff atau pewarna
aniline/dyestuff terutama untuk kulit height quality.
2. Binder ( film forming ). Binder berfungsi merekatkan warna pada kulit, disebut
juga pemersatu/pembentuk lapisan agar komponen warna dan bahan lain yang
digunakan dalam pengecatan tutup kulit dapat merekat diatas grain. Binder
yang digunakan dewasa ini merupakan water soluble atau water base system,
sehingga merupakan emulsi. Binder umumnya merupakan resin/polimer baik
yang bersifat thermoplastic atau thermosetting .
Binder for Base Coating agent : bersifat thermoplastik, softer polymer binder
( paling lunak/lemas ), fleksibelitasnya tinggi.
Binder for Coloring Coating Agent : Binder yang lebih keras dibandingkan
dengan diatas namun masih termasuk dalam golongan thermoplastic.
Binder for Top Coatingt Agent : Biasanya bersifat sebagai thermosetting dan
merupakan solvent soluble (lacquers) atau dilutable in water and solvent
product. Lapisan yang terbentuk biasanya keras sehingga digunakan untuk top
coat.
3. Plastisizer. Biasanya ditambahkan pada lapisan cat tutup untuk kulit yang
lemas. Contoh Minyak jarak, wax, minyak biji rami, ester sintetik dari asam
phthalate dan adipat dll.
4. Impregnating agent. Digunakan kusus untuk kulit yang serapan airnya tinngi
atau yang akan dijadikan kuli CGB, berfungsi sebagai sealing agent.
5. Auxiliaries. Bahan pembantu yang akan memberikan efek tertentu pada
permukaan kulit, contoh : Antisticking agent, handmodifier. Dll.

(Purnomo, 2017)

Pada praktikum kali ini digunakan 1 kulit crust sapi artikel Corrected grain
finish (CG). Kulit sapi untuk industri kulit merupakan hasil samping dari industri
daging atau peternakan. Kualitas kulit yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu
7,5 sqft, dimana kulit memiliki defek berupa warna tidak merata diseluruh bagian.
terdapat bagian yang loose pada perut. Hal tersebut terjadi akibat kesalahan/proses
yang kurang maksimal saat pasca tanning maka kulit ditujukan untuk finishing
pigmented two tone effect.

Droptest awal kulit material masih lebih 20 detik. Hal ini menyebabkan
kulit perlu di clearing dengan menggunakan surfactant dengan merk Perbon CC
(Anionik surfactant). Apabila tegangan antar muka antara kulit dan air turun,
menyebabkan penetrasi air ke dalam kulit lebih cepat. Selain itu surfactant juga
menyebabkan rusaknya hydrophobic interactions, menaikan internal repulsive
forces, dan melepaskan lipatan serat, semua hal tersebut menyebabkan serat kulit
relax dan kendor (Purnomo, 2015). Setelah clearing kulit memiliki serapan lebih
baik yaitu 5 detik.

Karena adanya bagian yang loose maka diperlukan impregnation pada


bagian tersebut. Impregnation menggunakan bahan-bahan berupa air sebagai bahan
pelarut dan pembawa bahan kimia masuk ke kulit kedua Wax HK (Filler wax) yang
berfungsi mengisi pada bagian yang loose.bahan ketiga adalah Euderm 880
(impregnation agent) yang berfungsi untuk mengurangi serapan air dan mengisi
bagian yang kosong (loose).Impregnation dilakukan dengan cara padding sebanyak
2x menggunakan mohair. Fungsi Impregnation sendiri yaitu mengurangi serapan
air agar penggunaan bahan kimia tidak berlebihan serta dapat terikat pada kulit,
mengisi bagian yang loose agar lebih padat, memadatkan permukaan kulit juga
terjadi dalam proses ini dimana artikel two tone effect ini nantinya akan di
embossing dengan motif croco agar motif dapat timbul yang dalam maka perlu
kepadatan kulit. Impregnation dilakukan dengan cara padding dengan alat yang
dinamakan mohair larutan diulas pada permukaan dan sedikit ada tekanan hal ini
dilakukan agar bahan kimia lebih cepat masuk meresap sampai kedalam akibat
adanya tekanan saat proses. Hasil dari pross impregnation kulit menjadi lebih padat
dan berisi, walaupun bagian perut tetap tidak sama dengan bagian lain.

Tahap selanjutnya yaitu base coat, yang merupakan lapisan yang mendasari
semua lapisan cat dan bertanggungjawab terhadap kekuatan adhesi cat tutup dengan
kulit. Lapisan dasar ini memiliki rekatan yang kuat dengan permukaan kulit
(Purnomo, 2017). Base coat menggunakan beberapa bahan yaitu air sebagai pelarut
dan media masuk chemical. Kedua X Grade CGS (Resin kationik) untuk mengisi
kulit karena adanya bagian loose yang belum terisi maksimal mengikat lapisan
dengan kulit serta memiliki efek covering yang bagus untuk menutupi cacat pada
kulit.. Ketiga yaitu pigmen (pigmen merah dengan orange) yang berfungsi sebagai
dasaran untuk meratakan warna agar lebih kuat menutup defek. Keempat yaitu SB-
100 (Resin Acrilic) yang berfungsi mengikat binder dengan grain kulit. Bahan yang
digunakan yang bersifat thermoplastic, soft polymer binder, fleksibelitas tinggi
sehingga dicarikan yang memiliki transition glass-nya rendah. Transition glass
merupakan sifat yang penting untuk polimer thermoplastic karena erat hubunganya
dengan pembentukan lapisan film pada temperatur minimum MFT (Minimum Film
Formation Temperature). Semakin rendah nilai TG suatu polimer maka semakin
soft (Purnomo, 2017). Teknik pengaplikasian yaitu dengan spray yang dilakuakan
sebanyak 2x dan hasil dari proses base coat menghasilkan kulit dengan lapisan
dasar.

Pada lapisan first coat ini kelompok kami melakukan sebanyak 2 kali hal ini
dikarenakan warna belum sesuai dengan yang dituju ( acuan warna flesh) dimana
warna masih terlalu terang dan tidak sama dengan bagian flesh sehingga dilakukan
covering lagi dengan warna yang sama dan rata, setelah 2 kali pegaplikasian didapat
warna yang rata dan sama dengan bagian flesh.

Tahapan selanjutnya yaitu second coat. Lapisan ini berisi Lacq Water
Emulo Top 725/N yang merupakan Nitrocellulose bahan pembentuk film emulsion
lacquer dapat dilarutkan dalam air. Lapisan ini berfungsi merekatkan warna pada
permukaan kulit, mengingat pigmen tidak dapat berikatan secara kimiawi dengan
kulit. Selain warna lapisan ini juga bertanggungjawab atas ketahanan kelunturan,
gosok baik kering maupun basah, lapisan ini juga memiliki kekerasan lebih tinggi
dari pada lapisan sebelumnya (Purnomo, 2017). Tahapan ini dilakukan dengan cara
di spray 2x cross dan masing-masing langsung dikeringkan. Hasil dari
pengaplikasian didapat defek kulit sudah tertutup, warna sedikit buram dikarenakan
efek dari Emullo Top 725/N yang deep/dull.

Tahap selanjutnya yaitu 3rd Coat. yang merupakan lapisan paling atas,
paling keras, dan paling tipis tapi lebih soft daripada 4th Coat , berfungsi untuk
memberi perlindungan pada lapisan warna dan permukaan kulit dari benturan,
pulukan, goresan, bahan kimia, pelarut, dan suhu. Top coat atau season coat ini
sangat mempengaruhi surface wear (permukaan dan ketahanan pakai) dan
termasuk sifat abrasion resistance, scuffing/friction, wet dan dry crock serta clean
ability (Purnomo, 2017). Pada lapisan 3rd menggunakan bahan kimia yang meliputi
air yang berfungsi sebagai pelarut dan membantu masuknya bahan kimia ke dalam
kulit,Top LN (PU top emulsion) yang berfungsi memberikan efek high glossy pada
permukaan kulit dan mengikat pigmen, dan terakhir pigmen (dark brown)
berfungsi untuk memberikan efek two tone dimana terjadi perbedaan warna
degradasi dari warna dasar dan warna kedua. Untuk lapisan ketiga ini kelompok
kami mendapatkan metode spray untuk membentuk two tone effect .Proses
pengaplikasiannya yaitu semua bahan dimix menjadi satu kemudian di aduk
sampai homogen kemudian dispray dengan metode spray diatas meja miring
bagian yang tinggi dekat dengan praktikan dan dispray dengan jarak 40°
kemiringan, settingan spray diatur dengan tekanan udara yang tinggi dan cairan
yang sedikit. Hasil dari two tone efek metode spray kulit kelompok kami pada
bagian motif ½ dari motif terwarnai dan sebagian tidak hal ini sesusi dengan
metode spray.

Tahap 4th coat. Lapisan ini ini sebenarnya bukanlah lapisan yang tersendiri
karena fungsi dan penggunaan chemical sama dengan 3th coat akan tetapi ada
tambahan bahan berupa hand modifier ( AS-6) yang memiliki fungsi untuk
menberikan efek silky dan tidak lengket. Hasil setelah dilakukannya fourth coat
yaitu permukaan kulit menjadi semakin glossy dibangdingkan sebelumnya,
pegangan silky, licin, dan munclnya efek two tone jika dilihat beda sisi.

Tahapan terakhir setelah proses spray selesai yaitu sortasi&grading. Proses


sorgrade setelah kulit jadi selesai diproses berfungsi untuk menentukan tingkat
keberhasilan dari proses finishing, apakah tujuanya yang meliputi upgrading,
decorating, dan covering.Sortasi dan grading setelah finishing mendapat hasil
lebar kulit 7,1 sqft, ketebalan 1,9 mm dan warna rata. Penurunan luas kulit
dikarenakan adanya trimming bagian kulit untuk sampel awal dalam variable
pengujian, penambahan tebal juga terjadi sebesar 0,1 mm direnakan effek dari
terbentuknya lapisan film dari lautan finishing yang digunakan. Kemudian
dilakukan pengujian ketahanan gosok basah dan kering, hasil pada kain basah dan
kering sama yaitu memiliki nilai 5 baik pada kain maupun kulit, artinya tidak
terdapat kepudaran warna pada permukaan kulit dan warna dapat menempel
dengan baik pada grain karena tidak luntur. Pengujian gosok menggunakan kain
basah dan kering agar dapat diketahui tingkat ketahanan lapisan finishing baik saat
kulit kering atau basah, yang notabenya pada kondisi basah kulit lebih mudah
luntur karena ada media untuk warna larut dan luntur. Kulit ini juga dilakukan uji
kerekatan lapisan coat untuk menguji seberapa kuat lapisan coat dapat bertahan
dan menempel pada grain ketika dilakukan pengujian dengan menempelkan
isolasi/perekat bening. Hasilnya kulit memiliki nilai 5 yang artinya daya rekat
lapisan memiliki daya yang sangat baik. Pada permukaan kulit kulit defek dapat
tertutup dengan baik sehingga fungsi covering dan upgrading tercapai. Selain itu
keindahan kulit juga bertambah karena adanya warna dan efek kilau pada kulit al
hasil tujuan decorating juga tercapai.

Untuk efek two tone effect metode spray kulit kelompok kami belum maksimal, hal
ini dikarenakan pemilihan warna kedua yang kurang maksimal untuk perbedaan
degradasinya, kedua teknik spray yang kurang rata mengakibatkan nilai estetika
yang kurang.

KESIMPULAN

- Finishing pigmented ditujukan untuk kulit kualitas rendah.


- Tujuan utama dari finishing pigmented yaitu untuk protecting, decorating
dan upgrading.
- Teknik finishing two tone effect metode spray mendapat hasil perbedaan
warn ajika dilihat dari sisi yang berbeda.
- Terjadi penurunan luas kulit akibat trimming.
- Terjadi penambahan tebal kulit akibat terbentuknya lapisan film dari larutan
finishing yangh digunakan.
Nama : Dhany firmansyah

NIM : 1701045

Tujuan finishing secara umum adalah :


1) Protecting: Melapisi atau memberikan lapisan tipis (film)
pada permukaan kulit untuk melindungi dari pengaruh bahan-bahan
kimia, panas, gosokan, air, benturan yang dapat merusak kulit dll.
2) Upgrading. Untuk memperbaiki (upgrading) cacat, defek –
defek pada permukaan kulit sehingga permukaan (grain) tampak lebih
natural.

3) Decorating. Untuk memperindah, menghias (decorating)


agar tampak lebih indah dan fashionable.

Karena ketiga tujuan diatas maka finishing atau coating, dalam


istilah teknis di Indonesia disebut pengecatan tutup merupakan kerja
yang komprehensip dan kompleks karena selain harus memenuhi
standar uji dan persyaratan teknis, juga harus fashionable, look natural
(bukan seperti palstik). Dalam tahapan proses finishing harus ada
korelasi antara satu lapisan dan lapisan berikutnya sehingga
menghasilkan sifat protecting, upgrading, decorating, dan sekaligus
memenuhi standar uji teknis yang telah ditetapkan.

Mengingat begitu banyaknya jenis kulit, tipe finishing, berbagai varian


dan komponen bahan kimia yang digunakan ditambah dengan berbagai
perlatan dan mesin yang berbeda, menyebabkan istilah atau nama jenis
finishing sangat beragam, tergantung dari tipe finishing, komponen
bahan kimia, mesin, efek yang dihasilkan serta metoda teknis yang
dipakai.Secara umum ada tiga lapisan dalam tahapan finishing kulit
yaitu:
- Lapisan Base Coat: Lapisan yang mendasari seluruh lapisan cat
dan yang bertanggungjawab terhadap kekuatan adisi cat tutup dengan
kulit. Lapisan dasar harus mempunyai rekatan yang kuat dengan
permukaan kulit. Lapisan ini disebut sebagai lapisan dasar.
- Lapisan Pigment Coat : Lapisan yang berada diatas lapisan
base-coat sebagai lapisan yang mengandung/pembawa warna baik
pigment atau dyes. Lapisan yang bertanggung jawab terhadap sifat
ketahanan gosok warna / cat baik basah maupun kering. Lapisan ini
disebut lapisan warna.
- Lapisan Top Coat : lapisan yang paling atas atau season coat.
Merupakan lapisan yang paling keras karena harus mempunyai
ketahanan terhadap gosokan, benturan, benda tajam, bahan kimia,
panas, dingin dll. Ketiga lapisan tersebut harus berinteraksi secara baik
dan menyatu sehingga tidak terpisah satu dengan yang lain. Lapisan ini
disebut juga lapisan luar.
Dalam perkembanggannya batasan atau penggolongan lapisan
diatas dapat dan selalu berubah disesuaikan dengan kebutuhannya dan
tuntutan mode dalam standar yang berlaku saat itu, bahkan ada yang
menyebutkan dalam istilah lapisan pertama (1st), kedua (2nd), ketiga
(3rd ) dst, namun inti tujuannya sama sebagai lapisan dasar, lapisan
warna, lapisan luar. Struktur lapisan cenderung berkembang lebih
bersifat adaptasi terhadap perubahan trend/mode/style/gaya yang
sangat cepat walapun tetap mempertimbangkan sisi teknisnya. Agar
menghasilkan lapisan cat tutup yang menyatu dan mempunyai
durabilitas yang baik setiap lapisan dalam struktur harus saling
berikatan walau memiliki fungsi yang tidak sama.

Sebelum proses coating dilakukan ada tahapan yang harus


dilalui untuk mendapatkan hasil maksimal karena berhubungan dengan
serapan permukaan kulit, dan keseragaman warna mengingat pada saat
pewarnaan dasar kerap timbul warna yang tidak sesuai, kurang rata
yang perlu diperbaiki terlebih dahulu.

Sortasi dan grading

Menggunakan kulit sapi artikel CGB

Panjang : 90 cm

Lebar : 58 cm

Defek : warna tidak rata, terdapat bekas kutu yang merata.

Kwalitas : III

luas 6,2 sqft

Drop Test

Langkah awal sebelum aplikasi cairan finishing dilakukan


droptest. Pada kulit two tone metode tipping ini droptest kulitnya yaitu
pada kulit 5 detik.

Clearing

Merupakan proses yang dilakukan untuk menyamakan muatan


pada kulit, membersihkan kulit dari sisa-sisa lemak yang menempel
pada kulit dan membersihkan kulit dari kotoran debu yang menempel
pada kulit. Pada proses clearing (10 gr/ sqft) 10 x 6,5 sqft = 65 gr
menggunakan bahan

H2O (air) untuk melarutkan bahan kimia 970 (63,05


gr)970/1000 x 65 = 63,05 gr.
Surfactan non ionic (Perbon CC) yang berfungsi untuk
menyamakan muatan pada kulit, membersihkan kulit, menurunkan
tegangan muka pada kulit. 20 (1,3 gr) 20/1000 x 65 = 1,3 gr

clearing dilakukan untuk menyamakan muatan pada kulit,


membersihkan kulit, dan mempercepat penetrasi. Larutan digunakan
untuk 1x padding ringan dan rata. Lalu dikeringkan.. Pada kelompok
kami proses clearing tidak menggunakan ammonia karena droptest
sudah mencapai yang diinginkan.

Impregnasi

Dilakukan kususnya untuk kulit-kulit yang mempunyai daya


serap air tinggi seperti kulit untuk CGB yang dibuffing permukaannya,
suede, atau yang mengalami retanning berat. Dengan impregnasi
diharap kan lapisan cat tutup tidak terserap terlalu dalam. impregnasi
(10 gr/sqft) 10 gr x 6,5 sqft = 65 gr dengan menggunakan bahan
H2O (air) untuk melarutkan bahan kimia 800 (52 gr) 800/1000
x 65 = 52 gr
Impregnasi agent (Euderm 880) mengisi bagian yang loose dan
mengurangi serapan 150 (9,75 gr) 150/1000 x 65 = 9,75 gr

filler dan wax (wax HK) mengisi bagian yang loose 50 (3,25
gr) 50/1000 x 65 = 3,25 gr

impregnasi dilakukan untuk mengurangi serapan pada kulit.


Larutan digunakan untuk 1x padding ringan dan rata. Lalu dikeringkan.
Dan kulit yang loose menjadi terisi dan padat. Cek drop test 8 detik.

1st coat

Lapisan yang paling lunak, fleksibel dibandingkan dengan


lapisan yang lain. Difungsikan sebagai dasar kekuatan seluruh lapisan
dan sebagai penyangga color coat. Lapisan ini dibuat sangat lunak
untuk memperoleh kekeyalan dan elastisitas rajah/grain karena rajah
yang paling besar mengalami tekanan dan perubahan gerak ketika
digunakan. Selain itu lapisan dasar dapat berfungsi sebagai proteksi
agar lapisan pigmen tidak terserap dan terpenetrasi terlalu masuk
kedalam penampang kulit. Lapisan dasar merupakan lapisan yang
bertanggung jawab terhadap ketahanan/ kuat rekat cat dengan kulit,
sehingga ikatan dengan kulit bersifat permanen.

Sifat fisik base coat sangat berhubungan dengan pembentukan


lapisan (film forming) dan lapisan ini berpengaruh besar terhadap
fieksibelitas, daya rekat (adhesi) terhadap kulit dan antara lapisan (inter-
coat), ketahanan pecah dingin, ketahanan basah (wet soak resistance),
toughness/stiffness cat tutup dan elastisitas. Pada buku (leather
finishing, 2017, politeknik atk Yogyakarta) Binder untuk Base Coating
agent yaitu bersifat thermoplastik, softer polymer binder (paling
lunak/lemas), fleksibelitasnya tinggi sehingga dicarikan Tg yang rendah
spt:

• Polimer butadiene.
• Emulsi polyacrylate dan turunannya.
• Emulsi Polimer vinilklorida
• Dispersi poliurethan (soft hard).

Dari beberapa hasil penelitian yang menggunakan resin akrilik


dan derivative nya, terutama yang digunakan sebagai base coating
agent diperoleh data sebagai berikut:
Dari data diatas tampak bahwa semakin tinggi nilai Tg maka
elongasi semakin kecil tetapi kuat tarik semakin besar (tensile strength).
Data diatas menunjukan pada Tg yang rendah akan menghasilkan
polimer semakin mulur, elastis dan fleksibel, lebih rekat (tacky) dan
adhesinya terhadap kulit baik.
Binder berfungsi merekatkan warna pada kulit, disebut juga
pemersatu/pembentuk lapisan agar komponen warna dan bahan lain
yang digunakan dalam pengecatan tutup kulit dapat merekat diatas
grain. Binder yang digunakan dewasa ini merupakan water soluble atau
water base system, sehingga merupakan emulsi. Binder umumnya
merupakan resin/polimer baik yang bersifat thermoplastic atau
thermosetting.

Binder atau pengikat atau pembentuk lapisan tipis (film)


umumnya merupakan emulsi resin atau polimer, merupakan komponen
vital/utama dalam base-coat. Untuk memahami sifat-sifat lapisan yang
akan terbentuk terlebih dahulu harus dipahami jenis emulsi
resin/polimer yang akan digunakan mengingat banyak sekali jenis yang
dapat dipakai.

Memahami emulsi polimer, perlu juga memahami sifat


kimiawi dari surface active agent yang terdapat dalam emulsi, karena
umumnya bahan- bahan inilah yang membentuk dan menstabilkan
emulsi. Seperti halnya pada fatliquore, jenis emulsi yang digunakan
bersifat O/W, dengan muatan anionik, nonionik dan kationik.

3rd coat

Dilakukan untuk mewarnai pada kulit dan menutup defek yang


ada pada kulit sehingga dapat tertutup sempurna dan meningkatkan
lapisan kulit dengan menggunakan (10gr/sqft) 10 x 6,2 sqft = 62 gr
menggunakan bahan:

H2O (air) yang berfungsi untuk melarutkan bahan kimia 225 (


13,92 gr) 225/1000 x 62 = 13,92 gr.
soft binder (cmc) yang berfungsi sebagai pengental 200 (12 gr)
200/1000 x 62 = 12 gr

crosslinker (top 239) yang berfungsi sebagai hardener dan


menambah ikatan rantai dengan PU5 (0,31 gr) 5/1000 x 61 = 0,31 gr

resin acrylic ( melio A 777) yang berfungsi untuk mengisi 250


(15,5 gr) 250/1000 x 65 = 15,5 gr

binder PU soft (Promul C-81) yang berfungsi memberikan


ketahanan pakai dan ketahanan gosok 250 (15,5 gr) 250/1000 x 65 =
15,5 gr

pigment (red) memberi warna / sebagai covering 250


(15,5 gr) 250/1000 x 65 = 15,5 gr

Dilakukan dengan menempelkan warna/bahan tersebut dengan


spray lau ditambahkan pigmen merah dan ungu dan dengan cara men
spray ke meja miring Pengeringan harus dilakukan dengan cara
perlahan, suhu tetap, udara mengalir.Apabila pengeringan atau
penguapan air dalam kulit yang dilakukan terlalu cepat dengan panas
tinggi menyebabkan kecenderungan kulit mengeras. Temper yang baik
dapat dicapai dengan mengatur kecepatan air in flow yang hangat (45-
50 oC) dan air out flow yang mengandung uap air ditarik keluar selama
4 jam.

Pigmen dapat dibedakan sebagai materi yang tak larut


(insoluble) merupakan suspense sedangkan dyes adalah garam disatu
sisi merupakan materi larut yang terlarut dalam air atau pelarut organic.
Pigmen, lake atau dyes dapat disebut colorant pada kasus tertentu
keduanya dapat digunakan tunggal atau bersama sebagai pewarna dala
finishing kulit. Pigment juga dapat dibuat dari mengendapkan dye
terlarut dengan garam metallik, dan hasilnya disebut sebagai salt lake
pigment.

4th coat

lapisan yang paling atas atau. Merupakan lapisan yang paling


keras karena harus mempunyai ketahanan terhadap gosokan, benturan,
benda tajam, bahan kimia, panas, dingin dll. Ketiga lapisan tersebut
harus berinteraksi secara baik dan menyatu sehingga tidak terpisah satu
dengan yang lain. Lapisan ini disebut juga lapisan luar. Lapisan yang
paling atas, paling keras, paling tipis dibuat dengan tujuan melindungi
lapisan warna dan permukaan kulit dari benturan, pukulan, goresan,
bahan kimia, pelarut, temperature tinggi/rendah. Top Coat atau season
coat ini sangat mempengaruhi surface wear (permukaan & ketahanan
pakai) dan termasuk sifat abrasion resistance, scuffing/friction, wet dan
dry crock dan clean ability.

Pada top coating menggunakan (15 gr/sqft) 15 x 6,2 sqft = 93,7


gr menggunakan bahan:

H2O (air) yang berfungsi untuk melarutkan bahan kimia 100


(44,6 gr) 100/1000 x 93,7 = 44,6 gr.

Lacqwater (emullotop 725/N (NC)) yang berfungsi sebagai


hardener dan efek dull 100 (44,6 gr) 100/1000 x 93,7 = 44,6 gr

Hand modifier (As-6) memberikan efek silky touch 10 (4,4


gr) 10/1000 x 93,7 = 4,4 gr

Dilakukan untuk melapisi lapisan sebelumnya sebagai lapisan


akhir. Digunakan dengan spray sampai larutan habis. Lalu dikeringkan.
Pada buku (leather finishing, 2017, politeknik atk Yogyakarta) Binder
for Top Coating Agent Biasanya bersifat sebagai thermosetting dan
merupakan solvent soluble (lacquers) atau dilutable in water and
solvent product. Lapisan yang terbentuk biasanya keras sehingga
digunakan untuk top coat.

Contoh:

• Nitrocellulose,

• Cellulose aceto butyrate (CAB),

• Polyurethan lacquer, Poliamida/casein.

Sebagai guideline untuk menetukan karakter lapisan dalam


pemilihan film forming/binder selain faktor diatas juga harus diingat
bahwa setiap jenis polimer sebagai pembentuk lapisan mempunyai
karakter berbeda satu sama lain. Contoh karakter :

• Surface Wear : Biasanya dimiliki oleh material dari


nitrocellulose, CAB, urethane dan vinyl.
Flexibility/suppleness: Dimiliki material berasal dari turunan
sellulose, urethane dan vinyl. Untuk mendapatkan sesuatu yang lebih
fleksibel dapat pula dicampur antara nitrosellolose dgn urethane
ditambah vinyl untuk meningkatkan ketahanan pakainya, kususnya pada
Top Coat.

Mengingat umumnya system finishing berdasarkan “water


bases” maka pengencer atau pelarut menggunakan air. Kusus untuk top
coat apabila bindernya yang digunakan water missible dapat digunakan
pengencer dan pelarutnya air atau organik solven, namun bila sistem
yang bertipe lacquer atau solvent bases pengencer (thinner)
menggunakan thinner yang merupakan campuran pelarut seperti seperti
BA (butyl acetate), DIBK (diisobutyl keton), IPA (iso-propylalcohol),
ether, paraffin dll. Perlu dicatat kecepatan penguapan pelarut yang
digunakan sangat berpengaruh terhadap efek pantulan cahaya (glossy,
dull). Biasanya pelarut air kurang mengkilap dibandingkan pelarut
solven organik dan daya gosok cat terhadap air lebih rendah, namun
lebih eco friendly bagi lingkungan dan pekerja.

Measuring

Setelah melalui proses finishing pigmented two tone metode


tipping kemudian kulit di measuring. dilakukan untuk mengetahui
kwalitas / hasil akhir setelah dilakukan finishing pigmented.

panjang = 101 cm

lebar = 45 cm

luas 5,9 sqft

tebal = 1,6 mm.

artikel two tone effect metode tipping

KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini dapat disimpulan bahwa semua


tahapan proses dari sortasi grading sampai dengan top coat sangat
berpengaruh dengan hasil dari finishing pigmenting kali ini. Pada
metode Spray yaitu mewarnai kulit pada bagian yang timbul saja
dan harus memerlukan kesabaran dan hati-hati dalam melakukan
praktikum artikel two tone metode Spray kali ini,karena jika pada
saat terburu dalam melakukan metode Spray,3rd coat akan masuk
ke sela-sela bagian embos yang seharusnya tidah dilapisi. Yang
paling berpengaruh yaitu drop test karena dari proses ini apabila
tidak memenuhi syarat hasil kebelakangnya akan merusak kulit
seperti lapisan stanning base coat maupun top coat yang tidak
dapat terserap dengan sempurna dan menyebabkan kulit memiliki
warna yang tidak rata.
Nama : Hensen Almalia
NIM :1701046

Finishing merupakan rangkaian aplikasi kimia dan aplikasi mekaanik (final


process) meningkatkan properties dan appearance produk yang sangat indah dan
menarik. Finishing memiliki tujuan yaitu:

1. Melapisi (protecting) permukaan kulit atau memberikaan lapisan tipis/film


pada permukaan kulit untuk melindungi permukaan kulit dari pengaruh
bahan kimia, panas, gosokan, air, benturan dll.
2. Memperbaiki (upgrading) cacat, defek-defek pada permukaaan kulit
sehingga permukaan (grain) tampak lebih natural.
3. Memprerindah, menghias (decorating) agar tampak lebih indah dan
fashionable.

Jenis finishing terbagi menjadi 3 yaitu finish anilin, finish semi anilin, dan finish
pigmented

1. Finish anilin merupakan lapisan tanpa pigmen/transparent coats.


Menggunakan kulit full grain atau High Quality Leather.
2. Finish semi anilin merupakan lapisan yang menggunakan sedikit pigmen
dan dyess yang dicampur dengan binder atau covering base.
3. Finish pigmented permukaan kulit total merupakan covering pigmen dan
binder.

Tahapan dalam proses finishing ialah clearing, staining, base coat (1st coat), top
coat (2nd coat).

Dalam praktikum ini jenis finishing yang digunakan ialah pigmented


dengan menggunakan metode spray finish. Kulit yang digunakan ialah kulit sapi
crust. Finishing pigmented merupakan finish dengan menggunakan full pigmen,
permukaan kulit total merupakan covering pigmen dan binder. Karakter dari jenis
finish pigmen ialah tekstur kulit halus dan seperti plastik, warna tidak akan berubah
ketika ditekan,tidak terlihat seperti kulit asli tetapi seperti bahan kulit imitasi, pola
dan permukaan terlihat sama dan konsisten, pori-pori tertutup rapat, tidak mudah
menyerap cairan.

Tahapan yang pertama dilakukan ialah identifikasi kulit atau sortasi dan
grading pada kulit yang akan digunakan. Identifikasi kulit dilakukan untuk
mengetahui kelas dan kualitas kulit, kulit 1 barwarna merah memiliki panjang 90
cm, lebar 73 cm, luas 7,5 sqft dengan tebal rata-rata 1,9 mm, Kualitas 1-4, Cacat
Terdapat bekas kutu pada bagian pantat dan terdapat lubang pada bagian belly.
Kulit berwarna merah maroon. Selanjutnya dilakukan drop test yang bertujuan
untuk mengetahui serapan air pada kulit, drop test pertama membutuhkan waktu 25
detik untuk menyerap air, waktu tersebut melebihi batas waktu yang ditentukan
yaitu 15 detik, maka perlu dilakukan clearing. Clearing bertujuan untuk
membersihkan debu, kotoran dll yang menempel pada permukaan kulit. Sebelum
dilakukan coating, biasanya kulit dalam kondisi crust kering, berdebu, mungkin
sedikit berminyak, tegangan permukaan tinggi sehingga dapat menghambat
penetrasi dan serapan kulit yang tidak merata. Clearing merupakan tahap awal
persiapan kulit agar serapan permukaan kulit homogen, untuk itu maka dilakukan
drop test untuk mengetahui serapan permukaan kulit. Clearing (15/ sqft)
menggunakan air (72,7 gr) yang bertujuan sebagai pelarut bahan kimia dan
membantu penetrasi, perbon CC (1,5 gr) yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan permukaan kulit dan meratakan muatan, Clearing dilaksanakan dengan
cara diulas dengan padding, setelah dipadding maka kulit dikeringkan dengan
diangin-anginkan, setelah kering kulit di drop test kembali untuk mengetahui
serapan airnya. Drop test kedua ialah 5 detik maka proses clearing dianggap selesai.

Tahap selanjutnya ialah impregnasi, impregnasi permukaan umumnya


dilakukan untuk kulit kualitas jelek, seperti CGB dengan tujuan mengurangi daya
serap kulit terhadap cairan karena umumnya kulit CGB diamplas permukaannya
untuk menghilangkan atau menipiskan cacat permukaan, sehingga 1/3- 1/2 tebal
rajah hilang dan menyebabkan daya serap airnya sangat tinggi. Disamping itu
impregnasi juga dapat berfungsi sebagai sealer berpengaruh dan meningkatkan
break pattern, scuff resistance dari kulit, karenanya impregnasi dewasa ini juga
sering dilakukan pada kulit full grain. Dalam praktikum bahan yang digunakan
dalam proses impregnasi ialah air (60 gr) yang berfungsi untuk melarutkan bahan
kimia yang digunakan, selanjutnya yaitu euderm 880 (7,5 gr) yang berfungsi untuk
mengurangi serapan, wak HK (3,7 gr) berfungsi mengisi bagian yang loose.
Impregnasi dilaksanakan dengan 2x ulas. Proses impregnasi telah selesai, hasil kulit
lebih mengisi dari sebelumnya.

Tahapan selanjutnya ialah base coat (1st coat) (15 gr/ sqft). Base coat
adalah lapisan pertama yang akan mendasari, sebagai pondasi dari lapisan cat tutup
secara keseluruhan. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling fleksibel, soft
karena menjadi tumpuan semua lapisan dan yang paling kuat mendapat tekanan
(flexing) ketika digunakan. Karena menjadi tumpuan semua lapisan dan yang
berhubungan langsung dengan grain/ permukaan kulit maka karakter lapisan cat
tutup kulit seperti: adhesion, coveragee, solvent resistance, dry cleanability,
toughness, plate release, print retention, wet soak resistance, dan tentunya
flexibility merupakan tanggung jawab lapisan ini. Komponen base coat ialah resin/
polimer emulsion (binder), diluent (pengencer larutan binder), auxiliaries dan
pigmen/ dyestuff larut air. Lapisan ini difungsikan sebagai dasar kekuatan seluruh
lapisan dan sebagai penyangga colour coat. Lapisan ini dibuat sangat lunak untuk
memperoleh kekenyalan dan elastisitas rajah/ grain karena rajah yang paling besar
mengalami tekanan dan perubahan gerak ketika digunakan. Selain itu juga sebagai
proteksi agar lapisan pigmen tidak terserap dan terpenetrasi terlalu masuk kedalam
penampang kulit. lapisan ini merupakan lapisan yang bertanggung jawab terhadap
ketahanan/ kuat rekat cat dengan kulit, sehingga ikatan dengan kulit bersifat
permanen.

Bahan yang digunakan dalam proses base coat ialah air ( 45 gr) untuk
melarutkan bahan kimia dan membantu penetrasi, X-Grade CGS (50 gr) merupakan
filler wax yang berfungsi sebagai high coverage, SB 100 (11,2 gr) yang berfungsi
untuk soft binder untuk melapisi kulit dengan sifat elastis, pigmen (6,7 gr) yang
berfungsi untuk meratakan warna, pigmen yang digunakan ialah pigmen warna
merah maroon dan orange dengan perbandingan 1:4. Base coat dilakukan dengan
cara spray rata sebanyak 2x dengan metode 1x spray dikeringkan. Warna yang
dihasilkan kurang gelap maka dilakukan penambahan bahan 5 gr/ sqft. Hasil kulit
setelah base coat ialah warna kulit mulai rata, kulit mulai mengkilap. Metode spray
base coat ialah tipis tetapi merata.

Tahap selanjutnya ialah medium coat (2nd coat) (15 gram/sqft), medium
coat atau colour coat berada diantara base coat dan top coat, bersifat lebih keras
dari base coat, lebih lunak dan fleksibel dari top coat, lapisan pembawa warna,
menyiapkan permukaan kulit akan siap untuk menerima aplikasi mekanik plating,
printing, ironing, embossing, milling. Colorant (pewarna) efek khusus seperti inlay,
tipping, antic dll. Medium coat memiliki komponen yaitu binder (resin/ polimer
emulsion, colour material (pigmen/ dyestuff), auxiliaries dan diluent (pengencer
larutan binder). Film lebih keras dibanding base coat. Pada medium coat juga
terdapat komponen yaitu binder yang merupakan pengikat atau pembentuk lapisan
tipis (film) umumnya merupakan emulsi resin atau polimer, merupakan komponen
vital/ utama dalam base coat. Penggunaan tegantung aplikasi dan yang akan dicapai
namun karena base coat memerlukan sifat yang sangat fleksibel maka resin atau
polimer yang digunakan bersifat termoplastik seperti resin akrilik dan turunannya.

Bahan medium coat lainnya ialah air (30 gr) berfungsi untuk melarutkan
bahan kimia dan Emulo Top 725/N (30 gr) yang berfungsi untuk memberikan efek
glossy pada kulit.

Pada praktikum ini yang akan dibuat ialah kulit dengan metode Two Tone
Effect, merupakan penerapan dua atau lebih lapisan akhir dengan warna yang
berbeda dengan cara menyemprotkan sudut, ujung bantalan atau pencetakan. Maka
dilakukan embos motif buaya di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik.

Tahapan selanjutnya ialah 3rd coat (10 gr/sqft), yaitu menggunakan air (30
gr), pigmen (11,2 gr) untuk memberi efek kedua pada kulit, pigmen yang digunakan
ialah cokelat, dan top LN (33,7 gr) untuk memberikan efek glossy pada kulit.
Metode dalam pengaplikasian warna kedua ini ada 3 yaitu spray effect, tipping
effect dan inlay effect. Spray effect merupakan aplikasi dengan metode spray yaitu
dengan meja miring bagian yang tinggi dekat dengan praktikkan dan dispray dari
jarak tertentu, sedangkan inlay effect ialah metode aplikasi two tone yang mana
garis atau cekungan pada embos yang terwarnai, tipping effect yaitu metode yang
dilakukan dengan mewarnai bagian yang timbul pada kulit embos. Pada praktikum
ini kelompok 10 mendapatkan metode spray effect. Hasil dari spray ada bagian yang
belang dan hampir rata/ tidak ada shading.

Binder berfungsi merekatkan warna pada kulit, disebut juga pemersatu/


pembentuk lapisan agar komponen warna dan bahan lain yang digunakan dalam
pengecatan tutup kulit dapat merekat diatas grain. Binder yang digunakan dewasa
ini merupakan water soluble atau water base system, sehingga merupakan emulsi.
Binder umumnya merupakan resin/ polimer baik bersifat thermoplastic atau
thermosetting.

Tahapan proses yang terakhir ialah top coat (4th coat)( 15 gr/ sqft), lapisan
yang terakhir yang berfungsi untuk melindungi lapisan dibawahnya dari berbagai
bahan kimia dan pengaruh fisik seperti benturan, gosokan, panas, dingin dll. Untuk
itu lapisan ini dirancang menjadi lapisan yang paling keras dibandingkan lapisan
dibawahnya. Lapisan ini dapat dikelompokkan menjadi lapisan yang berbasis
pelarut air atau water bases dan non water bases, yang menggunakan pelarut
organik atau yang disebut dengan tipe laquer. Tipe top coat laquer mempunyai
ketahanan pakai, durabilitas, tacktile properties yang lebih baik dibandingkan
dengan water bases, namun kurang ramah lingkungan mengingat bahan kimia yang
digunakan banyak menghasilkan VOC.

Bahan yang digunakan dalam top coat ialah air ( 11,2 gr) sebagai pelarut
bahan kimia, Top 239 (0,88 gr) yang berfungsi untuk pengikat, Top LN (11,2 gr)
merupakan PU top emulsion yang berfungsi memberikan efek hard dan glossy
binder, AS 6 (1,1 gr) yang berfungsi untuk hand modifier. Aplikasi top coat dengan
cara spray 3x, kondisi kulit setelah di top coat kulit mengkilat warna hampir rata
dan belang. Setelah proses selesai dilakukan platting pada kulit yang bertujuan
polimerisasi. Tahap yang terakhir ialah sortasi dan grading hasil dari praktikum
yaitu kulit memiliki panjang 90 cm lebar 73 cm dan kulaitas 1-4 dengan luas 7,5
sqft. Warna terdapat sedikit shading, terdapat belang dan warna shading hampir rat,
kulit mengkilat.

Tahap terakhir ialah sortasi dan grading yang bertujuan untuk mengetahui
kelas dan kualitas pada kulit yang telah diproses dengan hasil yaitu luas 7, 1 sqft,
tebal rata-rata 1,9 mm warna merah shading cokelat, terdapat belang karena spray
yang kurang baik.

KESIMPULAN

1. Praktikum jenis finishing yang digunakan ialah pigmented dengan


menggunakan metode spray finish. Kulit yang digunakan ialah kulit sapi
crust. Finishing pigmented merupakan finish dengan menggunakan full
pigmen, permukaan kulit total merupakan covering pigmen dan binder.
2. Terdapat 3 metode Two Tone Effect yaitu inlay, spray dan tipping.
3. Raw material yang digunakan ialah crust sapi berwarna merah maroon.
4. Hasil kulit setelah base coat ialah warna kulit belum rata, kulit bersifat
mengkilap.
5. Kondisi kulit setelah di medium coat warna kulit hampir rata, cacat
tersamarkan, terdapat belang karena effect spray yang kurang benar
dan warna efek hampir rata/ tidak ada shading.
6. Hasil setelah di lakukan top coat yaitu kulit mengkilat, warna efek hampir
rata dan belang karena metode spray effect
Nama : Reza Endika

NIM : 1701072

Finishing adalah proses akhir di dalam pengolahan kulit. Tujuan Finishing


yaitu melapisi permukaan kulit (Protecting) , Memperbaiki cacat pada kulit
(Uprading) , serta untuk memperindah kulit (Decoration). Salah satu jenis finishing
asalah Finishing Pigmented. Finishing Pigmented adalah finishing dengan
menggunakan pigment (full pigment) . Konsep pigmented finish (opaque finish)
adalah permukaan kulit total menggunakan covering binders dan pigment. Berikut
ini adalah persiapan dan tahapan proses finishing pigmented artikel twotone effect
metode spray :
1. Sortasi dan Grading
Sortasi dan Grading merupakan suatu proses untuk menentukan kualitas sesuai
dengan standart atau aturan yang berlaku. Proses finishing kali ini menggunakan
raw material kulit kambing artikel upper glaze. Untuk proses finishing pigmented
biasanya menggunakan raw material grade 5-6. Hasil sortasi dan Grading
kelompok kami , kulit 1 berwarna merah memiliki panjang 90 cm, lebar 73 cm,
dengan luas 7,5 sqft. Kualitas 1-4, Cacat Terdapat bekas kutu dan kondisi warna
nya tidak rata. Selanjutnya dilakukan drop test yang bertujuan untuk mengetahui
serapan air pada kulit, drop test pertama membutuhkan waktu 25 detik untuk
menyerap air, waktu tersebut melebihi batas waktu yang ditentukan yaitu 15 detik,
maka perlu dilakukan clearing.. Proses sortasi grading ini bertujuan sebagai
pembanding antara bahan baku (kulit crust) dengann hasil kulit jadinya (kulit
finish), sehingga dapat diketahui hasil kulit jadi kulit lebih baik dari kulit sebelum
proses finish atau lebih buruk dari bahan baku (crust). Serta untuk menentukan
bahan kimia apa saja yang cocok untuk digunakan untuk memproses kulit dengan
kondisi kulit tersebut.

2. Clearing
Clearing yaitu bertujuan untuk mengurangi sisa minyak yang masih
menempel maupun tegangan permukaan yang tinggi serta menyamakan muatan
pada kulit, karena jika tidak dihilangkan dapat menghambat penetrasi dan serapan
kulit tidak merata. Sebelum melakukan clearing terlebih dahulu dilakukan drop
test. Drop test bertujuan untuk mengetahui besaran serapan permukaan kulit.
Setelah dilakukan droptest serapan kulit kelompok kami belum baik yaitu selama
25 detik, kami melakukan proses clearing 1x dan cek droptest sudah memenuhi
yaitu 10 detik Untuk presentase penggunaan chemical disesuaikan dengan luas
kulit yang akan diproses. Pada proses clearing kali ini kami menggunakan air,
perbon cc dan amonia.. Perbon cc berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan kulit dan meratakan muatan sedangkan amonia berfungsi untuk
membantu penetrasi. Setelah dilakukan clearing , hasil Drop test kedua ialah 10
detik maka proses clearing dianggap selesai.
3. Impregnasi
Proses ini bertujuan untuk membatasi serapan agar tidak sampai masuk ke
dalam Pada proses impregnasi kali ini kami menggunakan euderm 880 dan wax
HK.. Euderm 880 berfungsi untuk mengurangi serapan dan wax HK berfungsi
untuk mengisi bagian yang loose.

4. 1st Coat
Lapisan base coat merupakan lapisan yang mendasari seluruh lapisan cat
dan bertanggung jawab terhadap kekuatan adisi cat tutup dengan kulit. Lapisan ini
dibuat sangat lunak untuk memperoleh kekenyalan dan elastisitas rajah/grain
karena yang paling besar mengalami tekanan dan perubahan gerak ketika
digunakan. Selain itu lapisan dasar dapat berfungsi sebagai proteksi agar lapisan
pigment tidak terserap dan terpenetrasi terlalu masuk ke dalam penampang kulit.
Lapisan dasar merupakan lapisan yang bertanggung jawab terhadap ketahanan.
Komponen base coat ialah resin/ polimer emulsion (binder), diluent (pengencer
larutan binder), auxiliaries dan pigmen/ dyestuff larut air. Lapisan ini difungsikan
sebagai dasar kekuatan seluruh lapisan dan sebagai penyangga colour coat. Lapisan
ini dibuat sangat lunak untuk memperoleh kekenyalan dan elastisitas rajah/ grain
karena rajah yang paling besar mengalami tekanan dan perubahan gerak ketika
digunakan.. Pada proses base coat kali ini kami menggunakan. air ( 45 gr) untuk
melarutkan bahan kimia dan membantu penetrasi X Grade CGS (50 gr) merupakan
filler wax yang berfungsi untuk mengisi dan melumasi serta high coverage, SB 100
(11,65 gr) merupakan resin acrilik berfungsi untuk melapisi kulit dengan sifat
elastis. Serta pigment mix (6,75 gr) . Base coat dilakukan dengan cara di spray
sebanyak 2x kemudian spray dikeringkan. Hasil kulit setelah base coat ialah warna
kulit mulai rata, kulit mulai mengkilap. Metode spray base coat ialah tipis tetapi
merata.

5. 2nd Coat
Kulit dilakukan emboss croco.

6. 3rd Coat

3rd coat (15 gr/sqft), pada lapisan ini bahan yang digunakan adalah air
menggunakan yang berfungsi untuk melarutkan bahan kimia., soft binder (cmc)
yang berfungsi sebagai pengental crosslinker (top 239) yang berfungsi sebagai
hardener dan menambah ikatan rantai dengan PU resin acrylic ( melio A 777) yang
berfungsi untuk mengisi , binder PU soft (Promul C-81) yang berfungsi
memberikan ketahanan pakai dan ketahanan gosok serta pigment (red) memberi
warna / sebagai covering.
Binder berfungsi merekatkan warna pada kulit, disebut juga pembentuk
lapisan agar komponen warna dan bahan lain yang digunakan dalam pengecatan
tutup kulit dapat merekat diatas grain. Binder umumnya merupakan resin/ polimer
baik bersifat thermoplastic atau thermosetting. Pada praktikum kali ini, kelompok
kami menggunakan metode spray.
Dilakukan dengan menempelkan warna/bahan tersebut dengan spray lalu
ditambahkan pigmen merah dan ungu dan dengan cara men spray ke meja miring
Pengeringan harus dilakukan dengan cara perlahan, suhu tetap, udara
mengalir.Apabila pengeringan atau penguapan air dalam kulit yang dilakukan
terlalu cepat dengan panas tinggi menyebabkan kecenderungan kulit mengeras.
Pigmen dapat dibedakan sebagai materi yang tak larut (insoluble) merupakan
suspense sedangkan dyes adalah garam disatu sisi merupakan materi larut yang
terlarut dalam air atau pelarut organic. Pigmen, lake atau dyes dapat disebut
colorant pada kasus tertentu keduanya dapat digunakan tunggal atau bersama
sebagai pewarna dala finishing kulit. Pigment juga dapat dibuat dari mengendapkan
dye terlarut dengan garam metallik, dan hasilnya disebut sebagai salt lake pigment.

7. 4th Coat
Lapisan top coat merupakan lapisan paling atas atau season coat. Merupakan
lapisan yang paling keras karena harus mempunyai ketahanan terhadap gosokan,
benturan, benda tajam, bahan kimia, panas, dingin dll. Lapisan ini disebut juga
lapisan luar. Lapisan ini dapat dikelompokkan menjadi lapisan yang berbasis
pelarut air atau water bases dan non water bases, yang menggunakan pelarut
organik atau yang disebut dengan tipe laquer. Pada proses 4th Coat kali ini kami
menggunakan air ( 44,6 gr) sebagai pelarut bahan kimia, emullotop 725/N (NC)
yang berfungsi sebagai hardener dan efek dull, AS 6 (4,4 gr) yang berfungsi untuk
hand modifier. Aplikasi top coat dengan cara spray 3x, kondisi kulit setelah di top
coat kulit tidak mengkilat/ dull dan warna rata. Terdapat persamaan bahan yang
digunakan pada 3rd coat dan 4th coat dikarenakan untuk memaksimalkan proses top
coatnya.

Tahap yang terakhir ialah sortasi dan grading hasil dari praktikum yaitu kulit
kulit 1 berwarna merah memiliki luas 7,1 sqft, dan tebal 1,9 mm. Dilakukan
pengujian pada kulit finish meliputi uji kerekatan, uji gosok, uji kelemasan dan uji
warna. Uji kerekatan dengan cara menempelkan lakban yang kemudian ditarik
dengan kuat dan hasil dari uji kerekatan kulit kami ialah kulit tidak mengelupas
sama sekali. Uji gosok dilakukan dengan cara menggosokkan 2 kain yaitu 1 kain
kering dan 1 kain basah, digosokkan 10 kali pada masing-masing kain dan hasilnya
ialah untuk kulit warna hijau warna tidak luntur pada kain kering maupun kain
basah. Tetapi untuk kulit warna merah terdapat luntur sedikit pada kain basah. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh lapisan top coat nya yang kurang maksimal. Hasil
akhir warna sudah rata, noda/kotoran telah tertutupi, cacat telah tertutupi artinya
upgrading berhasil.
Daftar Pustaka

Purnomo, Edy. 2011. “Teknologi Finishing”. Akademi Teknologi Kulit


Yogyakarta.

Abdullah, Sofwan Siddiq, dkk. 2019. “Teknik Finishing Pigmented”. Akademi


Teknologi Kulit Yogyakarta

BASF.2007. Pocket Book For Leather Technologist, Fourth Edition.

Purnomo, Eddy. 2017. LEATHER FINISHING. Politechnik Negeri ATK


Yogyakarta

Purnomo, E. (2014). Leather Finishing. Yogyakarta: Politeknik ATK Yogyakarta.

Purnomo, E. (2018). Teknologi Finishing. Yogyakarta : Politeknik ATK


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai