PENGUJIAN KIMIAWI
KULIT BOKS
NIM : 1801054
Kelas : TPK B
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKAN:
NIM : 1801054
Kelas : TPK B
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan resmi Praktikum Pengujian Kimiawi Kulit.
Penulisan laporan bertujuan untuk memenuhi persyaratan jian mata kuliah
Praktikum Pengujian Kimiawi Kulit. Saya mengucapkan terimkasih kepada :
Semoga dengan membaca laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan menambah ilmu kita mengenai Praktikum Pengujian Kimiawi Kulit.
Laporan ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu saya meminta kritik dan
saran pembaca untuk perbaikan yang lebih baik lagi.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Contents
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................1
C. Manfaat.........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
BAB III METODE KERJA...................................................................................10
A. Alat dan Bahan............................................................................................10
B. Prosedur Kerja.............................................................................................13
1.Penyiapan Contoh Uji.................................................................................13
2.Pengujian Kadar Air....................................................................................14
3.Pengujian Kadar Abu..................................................................................15
4.Pengujian Kadar Minyak/Lemak................................................................16
5.Pengujian Kadar Krom................................................................................18
6.Pengujian pH...............................................................................................20
BAB VI HASIL DAN PERHITUNGAN..............................................................22
A. Penyiapan Contoh Uji.................................................................................22
B. Pengujian Kadar Air....................................................................................23
C. Pengujian Kadar Abu..................................................................................25
D. Pengujian Kadar Minyak/Lemak................................................................26
E. Pengujian Kadar Krom Oksida...................................................................27
F. Pengukuran pH............................................................................................28
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................29
BAB VI..................................................................................................................35
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................35
A. KESIMPULAN...........................................................................................35
B. SARAN.......................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
LAMPIRAN...........................................................................................................37
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sirkulasi Ekstraksi..............................................................................................25
Tabel 2. Perubahan warna................................................................................................26
Tabel 3. Data pengukuran berat sampel...........................................................................27
Tabel 4. Data pengukuran pH dengan pH meter..............................................................27
Tabel 5. Data pengukuran pH dengan kertas pH..............................................................27
Tabel 6. Syarat Mutu Kulit Boks (SNI 06-0234-1989)....................................................28
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan material yang memiliki keunikan dalam hal kekuatan,
ketahanan, keelastisan, kenyamanan, dan kekakuan (stiffness), sehingga
kedudukannya masih belum tergantikan bahan lain (Sundar et al., 2006).
Akan tetapi, semakin meningkatnya kepedulian masyarakat pada
penyembelihan hewan dan langkanya bahan mentah menyebabkan tingginya
permintaan akan kulit yang berkualitas baik (Sundar et al., 2006; Olle et al.,
2014).
Kulit yang baik adalah kulit yang bersih dan tidak memiliki banyak cacat.
Kulit tersebut merupakan bahan mentah bagi berbagai sektor industri yang
dapat diubah menjadi berbagai barang, seperti sepatu, mebel, dan barang
otomotif (Fantová et al., 2015).
Pengujian tidak dapat dipisahkan dari pengendalian mutu, Mutu adalah
suatu obyek yang abstrak, yaitu sesuatu yang bernilai mahal, tahan lama, kuat
dan memenuhi keinginan consumen. Mutu Menurut SNI 19-8402-91 adalah
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang
tersirat. Sedangkan ISO 8402 (1986) mendefinisikan mutu sebagai totalitas
dari wujud dan ciri suatu barang maupun jasa yang didalamnya terkandung
rasa aman dan pemenuhan kebutuhan pengguna. Di Indonesia masalah mutu
tidak bisa lepas dari standar yang ada yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia).
B. Tujuan
1
PENGUJIAN pH
C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang pengujian mutu kulit secara kimiawi.
2. Bila dilakukan dengan alat atau bahan dan cara yang sesuai Standar
2
3. Bagi pengusaha produsen dengan adanya label atau sertifikasi dari
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit boks adalah kulit jadi yang berasal dari kulit sapi/anak sapi yang
disamak dengan proses yang lazim disebut samak krom dan umumnya digunakan
untuk sepatu bagian atas/upper leather (SII-018-79/SNI-06-0234-1989).
Sedangkan Gerhard John, 1997; menyebutkan kulit atasan sepatu (Upper-leather)
adalah semua kulit yang digunakan dalam produksi sepatu khususnya untuk
kontruksi sepatu.
4
proses-proses apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut dan dapat
diperbaiki pada proses berikutnya sehingga kulit yang dihasilkan menjadi lebih
baik atau berkualitas baik.
5
kembali sampai klor bebasnya hilang.Selanjutnya kadar krom oksidnya
ditetapkan secara iodometri. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut;
6
karbon tetra klorida, eter, kloroform, benzen dan lain-lain. Metode
yang digunakan adalah extraksi sedangkan pemisahan minyak dengan
bahan pelarut dilakukan dengan destilasi.
7
5. Derajat Keasaman (pH)
Kualitas air yang baik/netral berada di rentang pH 7. Air dengan
pH di bawah 7 dikatakan asam dan diatas 7 dikatakan basa (Rizky,
2015). pH paper dengan range lebar 0-14 dengan deret empat warna per
strip pH kertas tes penggunaan:Akan tinggal bekas tetesan cairan pada
bagian empat warna kertas pH atau pH kertas empat bagian warna
direndam dalam cairan yang diuji setelah setengah detik akan kelihatan
dan kemudian keluar pembacaan warna kontras. Kertas pH luas
digunakan secara umum dengan penggunaan sebagai berikut:
a. Semua jenis cair, gas larut dalam air nilai pH tetap.
b. Mengukur kualitas air, pengukuran air merupakan salah satu indeks
deteksi kualitas air umum. Minum persyaratan nilai pH air
umumnya antara 6,5-8,5.
c. Dapat mengukur air liur manusia, urine, dll, sehingga untuk
menentukan asam dan basa konstitusi.
d. Mengukur kulit atau perangkat kosmetik dan kebutuhan sehari-hari
lainnya dari pengukuran, saran umum untuk melindungi kulit asam
lemah lebih baik, karena kulit adalah asam lemah. Yang terbaik
adalah antara 4 sampai 6. Penggunaan jangka panjang dari
kosmetik basa, mudah untuk membuat kulit kering, garis-garis
panjang.
e. Pertanian, kehutanan dan konstruksi untuk pengukuran ph tanah.
Seperti jenis tanaman dan larutan nutrisi tanah.
f. Pengukuran pH enzim.
Kertas pH
Kertas pH (Lakmus) adalah alat Yang digunkan untuk
mengukur pH Air yang non elektronik dan mempunyai
kelebihan jika air dalam kondisi keruh atau banyak lumpur
yang tercampur, Kertas pH akan lebih Akurat untuk dibuat
pengukuran pH Air.
8
pH Meter
pH meter adalah alat yang diguakan untuk pengkuran pH air
yang elektronik dan ini biasa di gunakan untuk air yang tidak
bercampur lumpur ( air yang jernih) karna jika dipakai dalam
kondisi air yang bercampur lumpur maka pH tersebut tidak
akurat lagi dan setiap penggunaan harus di kalibrasi. pH air
yang ideal adalah 6,5 - 8,5 dan TDS kurang dari 50 ppm jika
pH dibawah 6 maka air akan asam dan jika di atas 8,5 maka air
akan terasa pahit (Anonim, 2014).
9
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Penyiapan Contoh Uji
a. Alat b. Bahan
1) Frame (1 1) Kulit boks samak krom 1
buah) side
2) Tickness (1
buah)
3) Penggaris (2
buah)
4) Talenan (1
buah)
5) Gunting (1
buah)
6) Cutter (1
buah)
7) Silver pen (1
buah)
a. Alat b. Bahan
1) Sendok Plastik (1 1) Kulit boks samak
buah) krom
2) Cawan (1
Porselin buah)
3) Krus Tang (1
buah)
4) Keranjang (1
buah)
5) Neraca (1
3. Analitik buah)
6) Eksikator (1
buah)
7) Oven (1
buah)
Pengujian Kadar Abu
a. Alat b. Bahan
10
1) Sendok (1 buah) 1) Kulit boks samak
Plastik krom
2) Krus (2 buah)
Porselin
3) Krus Tang (1 buah)
4) Keranjang (1 buah)
5) Neraca (1 buah)
Analitik
6) Eksikator (1 buah)
7) Furnace (1 buah)
8) Oven ( 1 buah)
a. Alat b. Bahan
1) Batu didih(secukupnya) 1) Larutan xylol
2) Gunting (1 buah) 2) Sampel kulit boks
3) Krus tang (1 buah)
4) Pinset (1 buah)
5) Steples (1 buah)
6) Cawan petri (1 buah)
7) Kertas saring (1 buah)
8) Gelas arloji (1 buah)
9) Labu destilasi (1 buah)
10) Soxlet (1 buah)
11) Pendingin (1 buah)
12) Aerator (1 buah)
13) Selang (1 buah)
14) Ember (1 buah)
15) Heating mantle(1 buah)
16) Statif klem (1 buah)
17) Neraca analitik(1 buah)
18) Eksikator (1 buah)
19) Oven (1 buah)
20) Gelas beker (1 buah)
21) Gelas ukur 100 ml(1 buah)
22) Corong kaca (1 buah)
23) Erlenmeyer (1 buah)
24) Pipet Volume (1 buah)
a. Alat b. Bahan
11
1) Pipet gondok 100 ml (1 buah) 1) Abu
2) Sampel kulit
2) Pro pipet (1 buah)
boks
3) Erlemeyer 250 ml (1 buah) 3) Amilum
4) Corong kaca (1 buah) 4) Na2S2O3 0,1 N
5) Labu ukur 500ml (1 buah) 5) HCl 4 N
6) Erlenmeyer
6) KI 10%
7) sumbut asah (1 buah)
8) Gelas beker 250 ml (1 buah) 7) Air bebas CO2
9) Pengaduk kaca (1 buah) 8) Aquadest
10) Pipet tetes (1 buah) 9) HClO4 pekat
11) Statif (1 buah) 10) H2SO4 pekat
12) Buret (1 buah) 11) HNO3 pekat
13) Gelas ukur 100 ml (1 buah)
14) Krus tang (1 buah)
15) Batu didih (1 buah)
16) Kompor listrik (1 buah)
17) Neraca analitik (1 buah)
6. Pengukuran pH
a. Alat b. Bahan
1) Corong kaca (1 buah) 1) Air bebas CO2
2) Sampel kulit
2) Labu ukur 100 ml (1 buah)
boks
3) Erlemeyer 250 ml (2 buah) 3) Aquadest
4) Corong kaca (1 buah)
5) Pipet gondok 100 ml (1 buah)
6) Pipet gondok 10 ml (1 buah)
7) Gelas beker 250 ml (1 buah)
8) Gelas arloji (1 buah)
9) Shaker (1 buah)
10) Neraca analitik (1 buah)
11) Botol semprot (1 buah)
12) pH meter (1 buah)
13) Kertas pH (1 buah)
12
13
B. Prosedur Kerja
1. Penyiapan Contoh Uji
14
2. Pengujian Kadar Air
15
3. Pengujian Kadar Ab
4. Pengujian Kadar Minyak/Lemak
9. Setelah 15 menit
dikeluarkan dan 10. Setelah ditimbang
ditimbang dengan krus porselin yang berisi
neraca analitik. 16
abu contoh uji disimpan
K1 = 10,9914 gram di dalm furnace.
K2 = 10,2957 gram
Labu destilasi Setelah 30 menit Menimbang Membuat selongsong
5. kemudian sampel kulit dengan menggunakan
dimasukkan ke
6. didinginkan di sebanyak 10 kertas saring kemudian
dalam oven dengan
7. dalam eksikator gram sampel kulit diamsukkan
suhu 100⁰C selama
30 menit. selama 15 menit. (10, 0142 gram) pada selonsong tersebut
18
5. Pengujian Kadar Krom
Diamkan 10
Setelah larutan menit. Setelah 10 Masukkan ke Sebelum dilakukan titrasi
menjadi kuning menit dilakukan dalam ruang ditambahkan HCl 4 N
cerah, ditambahkan titrasi dengan gelap terjadinya sebanyak 10 ml dan
amilum sebanyak 1- Na2S2O3 sampai reaksi oksidasi- ditambahkan KI 10%
3 tetes. bewarna kuning 19reduksi KI sebanyak 5 ml.
cerah. dengan Cr 6+
Warna larutan menjadi
Terdapat perbedaan Dilakukan pengulangan
gelap. Dan dilakukan
warna sebelum titrasi sebanyak 2x. (Volume
titrasi kembali sampai
dititrasi dan sesudah titrasi 2 8,6 ml)
warna jernih. (Volume
dititrasi.
titrasi 1 8,7 ml)
20
6. Pengujian pH
Air bebas CO2
dimasukkan dengan
Dilakukan Sampel kulit
8. memberi lubang sesuai
penimbangan 2x untuk dimasukkan ke Menutup rapat
9. dengan ukuran pipet
2x percobaan. dalam masing- dengan
10. gondok, agar tidak
Erlenmeyer 1 = 5,0027 masing plastik.
terkontaminasi.
gr; Erlenmeyer 2 = erlenmeyer.
5,0017 gr.
Dilakukan pengecekan pH
Saring dan
Setelah di shaker, dengan menggunakan kertas
masukkan ke pH.
Hasil sterilisasi diamkan selama 4
dalam gelas beker
ditutup dengan jam. Posisi erlemeyer Gelas beker 1 = 3,8
100 ml secara
plastik. dimiringkan sedikit. Gelas beker 2 = 3,8
aseptis.
22
BAB IV
HASIL DAN PERHITUNGAN
23
Gambar 2. Contoh uji kulit ukuran 7,5 x 5 cm
24
Kadar Air Kadar Air
25
= 14,4858 %
= 14,48 %
26
= 14,5432 %
= 14,54
%
27
= 14,4023 %
= 14,40 %
28
= 14,1280 %
= 14,12 %
K1 K2
A = Berat abu dan krus A = Berat abu dan krus
= 10,9914 gram = 10,2957 gram
29
=
4,6360 %
= 4,6105 % = 4,63 %
= 4,61 %
30
2. Perhitungan
( A−B)
Kadar minyak atau lemak = x 100 %
C
(115,9552−115,0834)
= x 100 %
10 ,0142
0,8718
= x 100 %
10 ,0142
= 8,5959%
= 8,59%
Perubahan warna
Sesudah
Sebelum Titrasi
Titrasi
Warna merah Biru kehijauan
kehitaman. jernih.
31
3 I2 + 6 Na2S2O3 3 Na2S4O6 + 6 NaI
3. Perhitungan
a. Berat abu yang dioksidasi
berat krusdan abu−berat kruskosong x 100 %
=
berat krusdan abu−berat sisa abu pada krus
10,2957 gram−10,1562 gram
=
10,2957 gram−10,1611 gram
= 1,0364 gram
b. Kadar Cr2O3
=
V titran Na 2 S 2 O 3 x N Na 2 S 2 O3 x 0,0253 x fp x berat abu yang dioksidasi
x 100 %
berat contoh uji kulit
8,65 ml x 0,1 N 0,0253 x 5 x 1,0364 gram
= x 100 %
3,0090 gram
= 3,74%
F. Pengukuran pH
1. Data pengukuran berat sampel
Tabel 3. Data pengukuran berat sampel
Kode Sampel Berat Sampel (g)
Erlenmeyer 1 5,0027 gr
Erlenmeyer 2 5,0017 gr
32
3. Data pengukuran pH dengan kertas pH
Tabel 5. Data pengukuran pH dengan kertas pH
Kode Selisih pH
pH awal pH akhir
Sampel (pH akhir-pH awal)
Gelas beker
3,8 4,5 0,7
1
Gelas beker
3,8 4,6 0,8
2
Keterangan:
pH awal = pH sebelum pengenceran
pH akhir = pH setelah pengenceran
2. Maks. 2% diatas
Kadar abu jumlah %
Cr2O3
4. Kadar
minyak/lema % 2,0 - 6,0
k
5. -
pH pH 3,5–4,5
33
BAB V
PEMBAHASAN
Persiapan Pengujian
Artikel kulit yang diguanakan pada praktikum kali ini adalah kulit boks.
Sebagai persiapan pengujian kimia, kulit yang akan diuji diukur luasnya
menggunakan frame sehingga diketahui luas kulit sebesar 12,5 sqft. Kulit
yang telah di ukur kemudian dipotong pada bagian kroupon 20 x 20 cm,
bagian perut 5 x 7,5 cm, bagian leher 5 x 7,5 cm. Potongan kulit selanjutnya
dipotong kecil kecil sebesar 0,5 x 0,5 cm dan ditimbang sampai diperoleh
berat potongan 50 gram sebagai sampel. Potongan kuit tersebut akan
digunakan pada proses pengujian berikutnya.
34
penyulingan. Kelemahan menggunakan metode pengeringan diantaranya
adalah bahan organik yang mudah menguap akan ikut menguap sehingga
dapat mengurangi ketelitian. Faktor yang mempenagruhi proses pengeringan
ada dua yaitu faktor yang berhubungan dengan udara pengering faktor yang
berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan. Faktor yang termasuk
dalam faktor pertama adalah suhu, kecepatan volumetrik, aliran udara
pengering dan kelembababan udara. Faktor faktor golongan kedua adalah
ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial di dalam bahan.
Pengujian pH
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pH kulit box yang diuji
sehingga dapat diketahui ketahanan kulit terhadap asam maupun basa.
Berdasarkan syarat mutu kulit boks (SNI 06-0234-1989) pH optimal kulit box
berkisar antara 3,5 – 4,5. Kulit box dengan pH di bawah 3,5 tanpa buffer akan
mudah rusak bila terkenan larutan asam sedangkan kulit boxdengan pH di
atas 7 akan mudah rusak jika terkena larutan basa. Keadaan pH juga
akan mempengaruhi kenyamanan pada hasil kulit samak tersebut apabila
dipakai oleh manusia.
Yang dimaksud pH dari kulit tersamak adalah negatip logaritma dari
konsentrasi ion hidrogen larutan dari kulit dalam air suling. Pengujian pH
kulit tersamak dilakukan dengan penyarian zat-zat yang terdapat dalam kulit
tersamak dengan air suling kemudian di ukur pHnya.
Pengecekan dilakukan menggunakan kertas pH dan pH meter.
Pengecekan menggunakan kertas pH diperoleh pH larutan gelas beker 1 (3,8)
dan gelas beker 2 (3,8) juga pengecekan menggunakan pH meter diperoleh
sebesar gelas beker 1 (3,8) dan gelas beker 2 (3,6). Sedangkan untuk pH
setelah pengenceran menggunakan pH meter sebesar gelas beker 1 (4,66) dan
gelas beker 2 (4,37) juga pengecekan menggunakan kertas pH gelas beker 1
(4,5) dan gelas beker 2 (4,6) berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa
pH kulit box yang diuji memiliki sifat asam meski demikian kulit tersebut
35
setelah dilakukannya pengencaran pH tidak sesuai syarat mutu kulit boks
(SNI 06-0234-1989) yaitu 3,5-4,5.
Pengujian Kadar Abu
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bahan organik yang terdapat
dalam kulit. Kadar abu adalah kadar sisa pembakaran dari kulit, dihitung
berdasarkan berat cuplikan. Pengujian kadar abu dilakukan dengan berbagai
metode diantaranya adalah metode pengabuan kering.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui kadar abu jumlah
sebesar 4,61 % dan 4,63%. Kadar abu ini tidak memenuhi persyaratan kadar
abu yang telah ditetapkan oleh syarat mutu kulit boks (SNI 06-0234-1989)
yaitu kadar abu yang diperoleh maksimal 2%.Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa kulit yang diujikan berkualitas tidak baik.
Pengujian Kadar Krom
Krom adalah bahan utama yang digunakan dalam penyamakan terutama
untuk menyamak kulit box, dimana krom ini akan mematangkan kulit
sehingga kulit yang awalnya bersifat labil menjadi lebih stabil. Bahan
penyamak krom akan memberikan sifat-sifat tertentu pada artikel kulit seperti
kelemasan dan ketahanan panas. Tingkat kematangan suatu kulit yang
disamak menggunakan krom dilihat menggunakan boiling test. Saat kulit
belum matang atau kadar krom dalam kulit kurang maka kulit akan
mengalami pengerutan lebih dari 10% sehingga ketahanan panas kulit kurang
baik. Menurut standar SII (Standar Industri Indonesia) jika kadar krom dalam
kulit kurang dari 3 maka kulit tersebut diasumsikan belum matang dalam
proses penyamakannya sehingga kestabilannya kurang dan akan mudah sekali
mengalami kerusakan serta kurang memenuhi standar.
Kadar krom oksida kulit tersamak adalah jumlah senyawa krom
ditetapkan sebagai Cr2O3 yang terdapat dalam kulit tersamak yang dinyatakan
dalam persen berat. Pengujian kadar krom dalam kulit bertujuan untuk
mengetahui jumlah krom pada kulit tersamak yang menyebabkan kulit
tersebut menjadi matang. Pengujian ini dilakukan menggunakan metode
oksidasi yang akan dilanjutkan dengan titrasi.
36
Setiap perubahan warna yang terjadi saat titrasi disebabkan oleh telah
tercapainya titik ekuivalen antara larutan dan bahan penitrasi.Berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh kadar krom sebesar 3,74% . Hal ini menunjukkan
bahwa kulit yang diuji telah memenuhi syarat mutu kulit boks (SNI 06-0234-
1989) yang menyebutkan bahwa kadar krom mimimal dalam kulit boks
adalah 3%.
Pengujian Minyak/Lemak
Pengujian kadar lemak, bertujuan untuk mengetahui kadar minyak /
lemak yang terdapat pada kulit. Menurut SNI kadar minyak / lemak untuk
kulit boks adalah 2,0 % - 6,0 %.
Dalam percobaan ini xylol digunakan sebagai solvent (pelarut). Xylol
dipilih karena xylol mudah larut dalam lemak. Selain itu xylol memiliki titik
didih yang lebih rendah dari minyak, sehingga pada saat destilasi untuk
pemisahan minyak, xylol dapat cepat menguap dan dihasilkan minyak untuk
perhitungan kadar minyak. Pengisian xylol hanya 2/3 dari volume labu didih.
Hal ini agar pada saat mendidih larutan tidak meluap dan mengganggu kerja
soxlet. Sebelumya, ke dalam labu didih ditambahkan batu didih. Penambahan
batu didih ini bertujuan untuk meratakan pemanasan agar tidak terjadi
ledakan.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan pemanasan pada pelarut
menggunakan heater mantel dengan acuan pada titik didihnya agar pelarut
bisa menguap, uapnya akan menguap melalui pipa F dan akan menabrak
dinding-dinding kondensor hingga akan terjadi proses kondensasi
(pengembunan), dengan kata lain terjadi perubahan fasa dari fasa gas kefasa
cair. Kemudian pelarutakan bercampur dengan sampel dan mengekstrak
(memisahkan/mengambil) senyawa yang diinginkan (minyak) dari suatu
sampel. Setelah itu maka pelarutnya (xylol) akan memenuhi sifon, dan ketika
sifon penuh akandisalurkan kembali pada labu alas bulat. Proses ini
dinamakan 1 siklus. Percobaan ini dilakukan sebanyak 15 siklus karena
percobaan menggunakan labu didih dengan volume 250 ml. Semakin banyak
37
jumlah siklus maka bisa diasumsikan bahwa senyawa yang larut dalam
pelarut juga akan semakin maksimal.
Pada saat praktikum diperoleh data tiap siklus memerlukan waktu rata-
rata 12 - 15 menit. Akan tetapi pada awalnya waktu yang praktikan perlukan
untuk mencapai 1 siklus adalah 8 menit. Banyak faktor yang mempengaruhi
kecepatan dari siklus itu sendiri, diantaranya yaitu diameter soxlet yang
digunakan kecil, karena semakin kecil diameter soxlet maka siklus bisa
semakin cepat.
Dilakukan destilasi uap. Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan
pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih. Pada praktikum ini
dilakukan destilasi untuk menguapkan xylol hingga yang tersisa pada labu
didihhanya minyak. Langkah selanjutnya minyak pada labu dipindahkan ke
almari pengering dan dipanaskan dengan suhu 1000celcius. Pengovenan ini
bertujuan untuk menguapkan xylol yang mungkin masih tersisa pada minyak.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kadar minyak/lemak
sebesar 8,59%. Hal ini menunjukkan bahwa kulit yang diuji tidak memenuhi
standar syarat mutu kulit boks (SNI 06-0234-1989) yang menyebutkan bahwa
kadar krom maksimal kadar minyak / lemak untuk kulit boks adalah 2,0 % -
6,0 %.
38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkah hasil percobaan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Hasil pengujian dan analisa secara kimiawi pada sampel kulit boks yang
tidak sesuai dengan SNI dapat disebabkan karena proses pada kulit yang
kurang tepat.
2. Kadar air dalam kulit sebesar 14,48% dan 14,54% dengan waktu selama
2 jam sedangkan diperoleh 14,4% dan 14,12% dengan waktu selama 2
jam 30 menit. Kadar air maksimal sampel kulit box syarat mutu kulit
boks (SNI 06-0234-1989) adalah 20%
3. kadar minyak/lemak sebesar 8,59%. Hal ini menunjukkan bahwa kulit
yang diuji tidak memenuhi standar syarat mutu kulit boks (SNI 06-0234-
1989) yang menyebutkan bahwa kadar krom maksimal kadar minyak /
lemak untuk kulit boks adalah 2,0 % - 6,0 %.
4. Kadar krom sebesar 3,74% . Hal ini menunjukkan bahwa kulit yang diuji
telah memenuhi syarat mutu kulit boks (SNI 06-0234-1989) yang
menyebutkan bahwa kadar krom minimal dalam kulit boks adalah 3%.
5. kadar abu jumlah sebesar 4,61 % dan 4,63%. Kadar abu ini tidak
memenuhi persyaratan kadar abu yang telah ditetapkan oleh syarat mutu
kulit boks (SNI 06-0234-1989) yaitu kadar abu yang diperoleh maksimal
39
2%.Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kulit yang
diujikan berkualitas tidak baik.
6. pH kulit box yang diuji memiliki sifat asam meski demikian kulit
tersebut setelah dilakukannya pengencaran pH tidak sesuai syarat mutu
kulit boks (SNI 06-0234-1989) yaitu 3,5-4,5.
7.
B. SARAN
Dalam penulisan laporan ini, tentu masih banyak kesalahan. Oleh karena
itu, praktikan sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan penulisan laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1979 "Mutu dan Cara Uii Kulit Boks" Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri, Departemen Perindustrian.
40
Vocabulary.
Sudarmadji, S; B. Haryono dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan
dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA
“PENYIAPAN CONTOH UJI”
Kelas : 1801054
A. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui langkah-langkah dalam mempersiapkan contoh uji atau
sample.
2. Mengetahui ukuran sample yang akan digunkan dalam pengujian.
41
g. Silver pen (1 buah)
42
C. Prosedur Kerja
43
D. Hasil Percobaan
1. Defek Kulit : Terdapat 1 lubang kecil pada bagian belly.
Dari hasil pengamatan defek, kulit memiliki kualitas
I-IV.
2. Luas Kulit : 12,5 sqft
3. Tebal Kulit :A = 1,5 mm (titik pertama pada bagian punggung)
F = 1,5 mm (titik kedua pada bagian punggung)
G = 1,7 mm (titik pertama pada bagian perut)
H = 1,3 mm (titik kedua pada bagian perut)
I = 1,5 mm (titik ketiga pada bagian perut)
4. Hasil Contoh Uji Kulit
a. Kulit dipotong berupa segi empat dengan ukuran (20 x 20) cm pada bagian krupon.
b. Kulit dipotong berupa persegi panjang dengan ukuran (7,5 x 5) cm pada bagian
leher dan belly masing- masing 1 sampel setiap bagian kulit.
44
E. Kesimpulan
1. Didapat hasil contoh uji kulit pada bagian krupon dengan 20 cm x 20 cm, perut 7,5
cm x 5 cm, dan leher 7,5 cm x 5 cm.
2. Setiap sample dipotong kecil-kecil dengan ukuran 5 mm x 0,5 mm dan
dihomogenkan agar tercampur rata dan sampel siap digunakan untuk pengujian.
Yogyakarta, 16 Oktober
2020
Asisten Mahasiswa
45
LAPORAN SEMENTARA
PENGUJIAN KADAR KROM OKSIDA
4. Tujuan Percobaan
1. Melakukan dan mengetahui cara menguji kadar krom
2. Mengetahui kadar krom kulit boks
5. Alat dan Bahan
1. Alat 2. Bahan
a. Pipet gondok 100 ml (1 buah) a. a. Abu
b. Pro pipet (1 buah) b. b. Sampel kulit boks
c. Erlemeyer 250 ml (1 buah) c. Amilum
d. Corong kaca (1 buah) d. Na2S2O3 0,1 N
e. Labu ukur 500ml (1 buah) e. HCl 4 N
f. Erlenmeyer
sumbut asah (1 buah) f. KI 10%
46
6. Prosedur Kerja (Diagram Blok)
Diamkan 10
Setelah larutan menit. Setelah 10 Masukkan ke Sebelum dilakukan titrasi
menjadi kuning menit dilakukan dalam ruang ditambahkan HCl 4 N
cerah, ditambahkan titrasi dengan gelap terjadinya sebanyak 10 ml dan
amilum sebanyak 1- Na2S2O3 sampai reaksi oksidasi- ditambahkan KI 10%
3 tetes. bewarna kuning reduksi KI sebanyak 5 ml.
47
dengan Cr 6+
cerah.
Warna larutan menjadi
Terdapat perbedaan Dilakukan pengulangan
gelap. Dan dilakukan
warna sebelum titrasi sebanyak 2x. (Volume
titrasi kembali sampai
dititrasi dan sesudah titrasi 2 8,6 ml)
warna jernih. (Volume
dititrasi.
titrasi 1 8,7 ml)
48
7. Hasil Percobaan
1. Perubahan warna
Perubahan warna
Sebelum Titrasi Sesudah Titrasi
Warna merah Biru kehijauan
kehitaman. jernih.
9. Perhitungan
berat krusdan abu−berat kruskosong x 100 %
1. Berat abu yang dioksidasi =
berat krusdan abu−berat sisa abu pada krus
10,2957 gram−10,1562 gram
=
10,2957 gram−10,1611 gram
= 1,0364 gram
2. Kadar Cr2O3 =
V titran Na 2 S 2 O 3 x N Na 2 S 2 O3 x 0,0253 x fp x berat abu yang dioksidasi
x 100 %
berat contoh uji kulit
8,65 ml x 0,1 N 0,0253 x 5 x 1,0364 gram
= x 100 %
3,0090 gram
= 3,74%
10. Kesimpulan
1. Didapat kadar Cr2O3 pada contoh uji kulit boks sebesar 3,74%
2. Terdapat perubahan yang dihasilkan melalui titrasi. Dengan perubahan warna merah
kehitaman menjadi biru hijau bening.
49
Yogyakarta, 13 November 2020
Asisten Mahasiswa
50
LAPORAN SEMENTARA
“PENGUJIAN KADAR ABU KULIT SAMAK KROM”
Kelas : 1801054
A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat melakukan pengujian kadar abu.
2. Mahasiswa dapat memahami pengertian abu.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kadar abu pada kulit.
B. Alat dan Bahan
1. Alat 2. Bahan
a. Sendok Plastik (1 buah) a. Kulit boks samak krom
b. Krus Porselin (2 buah)
c. Krus Tang (1 buah)
d. Keranjang (1 buah)
e. Neraca Analitik (1 buah)
f. Eksikator (1 buah)
g. Furnace (1 buah)
h. Oven ( 1 buah)
51
C. Prosedur Kerja
9. Setelah 15 menit
dikeluarkan dan 10. Setelah ditimbang
ditimbang dengan krus porselin yang berisi
neraca analitik. abu contoh uji disimpan
K1 = 10,9914 gram di dalm furnace.
K2 = 10,2957 gram
52
D. Hasil Percobaan
1. Perhitungan
K1 K2
A = Berat abu dan krus A = Berat abu dan krus
= 10,9914 gram = 10,2957 gram
= 4,6105 % = 4,6360 %
= 4,61 % = 4,63 %
E. Kesimpulan
1. Didapat hasil perhitungan uji kadar abu pada contoh uji.
K1 = 4,61 %
K2 = 4,63 %
2. Abu merupakan proses pembakaran zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan
organik. Dengan menggunakan alat furnace untuk proses pembakaran dan dapat
mengetahui perubahan contoh uji kulit menjadi abu. Sehingga dapat mengetahui
kadar abu pada contoh uji kulit tersebut.
53
Yogyakarta, 16 Oktober 2020
Asisten Mahasiswa
54
LAPORAN SEMENTARA
“PENGUJIAN KADAR AIR KULIT SAMAK KROM”
A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat melakukan uji kadar air.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kadar air pada kulit boks
B. Alat dan Bahan
1. Alat 2. Bahan
a. Sendok Plastik (1 buah) a. Kulit boks samak krom
d. Keranjang (1 buah)
e. Neraca Analitik (1 buah)
f. Eksikator (1 buah)
g. Oven (1 buah)
55
Prosedur Kerja
56
D. Hasil Percobaan
1. Perhitungan waktu selama 2 jam
K1 K2
A = Berat setelah di oven selama 2 jam A = Berat setelah di oven selama 2 jam
= 46,8976 gram = 50,1725 gram
Kadar
Air Kadar Air
= 14,5432 %
= 14,54 %
= 14,4858 %
= 14,48 %
A = Berat setelah di oven selama 2 jam A = Berat setelah di oven selama 2 jam
30 menit 30 menit
= 46,8937 gram = 50, 1933 gram
57
= 42,5860 gram = 45,8918 gram
= 14,4023 % = 14,1280 %
= 14,40 % = 14,12 %
E. Kesimpulan
1. Didapat hasil perhitungan uji kadar air pada contoh uji.
a. Perhitungan waktu selama 2 jam
K1 = 14,48 %
K2 = 14,54 %
b. Perhitungan waktu selama 2 jam 30 menit
K1 = 14,40 %
K2 = 14,12 %
2. Pada perhitungan kadar air sampel K1 dan K2 menunjukkan penurunan presentase.
Sehingga waktu dapat mempengaruhi jumlah presentase kadar air pada kulit.
Yogyakarta, 23 Oktober
2020
58
Asisten Mahasiswa
LAPORAN SEMENTARA
59
PENGUJIAN pH
A. Tujuan Percobaan
1. Dapat melakukan dan mengetahui cara mengukur pH kulit.
2. Mengetahui pH kulit boks.
B. Alat dan Bahan
1. Alat 2. Bahan
a. Corong kaca (1 buah) a. Air bebas CO2
b. Labu ukur 100 ml (1 buah) b. Sampel kulit boks
c. Erlemeyer 250 ml (2 buah) c. Aquadest
d. Corong kaca (1 buah)
e. Pipet gondok 100 ml (1 buah)
f. Pipet gondok 10 ml (1 buah)
60
C. Prosedur Kerja (Diagram Blok)
Dilakukan pengecekan pH
Saring dan
Setelah di shaker, dengan menggunakan kertas
masukkan ke pH.
Hasil sterilisasi diamkan selama 4
dalam gelas beker
ditutup dengan jam. Posisi erlemeyer Gelas beker 1 = 3,8
100 ml secara
plastik. dimiringkan sedikit. Gelas beker 2 = 3,8
aseptis.
62
D. Hasil Percobaan
1. Data pengukuran berat sampel
Kode Sampel Berat Sampel (g)
Erlenmeyer 1 5,0027 gr
Erlenmeyer 2 5,0017 gr
E. Kesimpulan
3. Didapat selisih pH dengan kertas pH dan pH meter:
a. Pengukuran kertas pH = 0,7 dan 0,8
b. Pengukuran pH meter = 0,86 dan 0,77
2. Pengujian pH tingkat keakuratan nilai pH menggunakan pH meter karena
menggunakan digital dan berbeda dengan menggunakan kertas pH yang
mengandalkan penglihatan itu melihat perubahan warna.
63
……………………………………… Divia Susanto Putri
64
LAPORAN SEMENTARA
PENGUJIAN KADAR MINYAK/LEMAK
A. Tujuan Percobaan
1. Dapat melakukan pengujian kadar minyak
2. Memahami pengertian minyak/lemak
3. Mengetahui kadar lemak pada kulit
B. Alat dan Bahan
1. Alat 2. Bahan
a. Batu didih (secukupnya) a. Larutan xylol
b. Gunting (1 buah) b. Sampel kulit boks
c. Krus tang (1 buah)
d. Pinset (1 buah)
e. Steples (1 buah)
f. Cawan petri (1 buah)
g. Kertas saring (1 buah)
h. Gelas arloji (1 buah)
i. Labu destilasi (1 buah)
j. Soxlet (1 buah)
k. Pendingin (1 buah)
l. Aerator (1 buah)
m. Selang (1 buah)
n. Ember (1 buah)
o. Heating mantle (1 buah)
p. Statif klem (1 buah)
q. Neraca analitik (1 buah)
r. Eksikator (1 buah)
s. Oven (1 buah)
t. Gelas beker (1 buah)
u. Gelas ukur 100 ml (1 buah)
v. Corong kaca (1 buah)
w. Erlenmeyer (1 buah)
x. Pipet Volume (1 buah)
65
C. Prosedur Kerja (Diagram Blok)
67
D. Hasil Percobaan
1. Siklus Ekstraksi
No Waktu Sirkulasi Interval Waktu (menit)
1 10.40-10.52 12
2 10.52-11.02 10
3 11.02-11.11 9
4 11.11-11.19 8
5 11.19-11.30 11
6 11.30-11.46 16
7 11.46-11.56 10
8 11.56-12.02 6
9 12.02-12.29 27
10 12.29-12.44 15
11 12.44-12.53 9
12 12.53-13.05 12
13 13.05-13.27 22
14 13.27-13.40 13
15 13.40-14.05 25
16 14.05-14.18 13
17 14.18-14.35 17
18 10.03-10.13 10
19 10.10-10.23 10
20 10.23-10.55 32
68
E. Perhitungan
( A−B)
Kadar minyak atau lemak = x 100 %
C
(115,9552−115,0834)
= x 100 %
10 ,0142
0,8718
= x 100 %
10 ,0142
= 8,5959%
= 8,59%
69
F. Kesimpulan
1. Kadar minyak dan atau lemak dalam kulit tersamak adalah kadar zat yang larut dalam
pelarut organik karbon tetra klorida dihitung berdasarkan berat cuplikan. Hasil uji
kadar minyak atau lemak menunjukkan 8,59%
2. Minyak adalah suatu trigliserida ester yang tidak larut dalam air (pelarut polar).
70