Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM RESMI

TEKNIK PEMBUATAN BAHAN PROSES KULIT

PROSES PEMBUATAN FATLIQURING

Nama : Divia Susanto Putri

NIM : 1801054

Kelas : TPK B

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI

POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA

2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI INI DISUSUN GUNA MEMENUHI PERSYARATAN


UJIAN MATA KULIAH PRAKTIKUM TEKNIK PEMBUATAN BAHAN
PROSES KULIT

PRAKTIKAN:

Nama : Divia Susanto Putri

NIM : 1801054

Kelas : TPK B

Yogyakarta, 27 November 2020


ASISTEN DOSEN
DOSEN PENGAMPU

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum Teknik Pembuatan Bahan
Proses Kulit. Penulisan laporan bertujuan untuk memenuhi persyaratan jian mata
kuliah praktikum Teknik Pembuatan Bahan Proses Kulit. Saya mengucapkan
terimkasih kepada :

1. Dosen Pengampu mata kuliah Teknik Pembuatan Bahan Proses Kulit.

2. Asisten dosen Teknik Pembuatan Bahan Proses Kulit.

3. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini.

Semoga dengan membaca laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan menambah ilmu kita mengenai praktikum Teknik Pembuatan Bahan
Proses Kulit. Laporan ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu saya
meminta kritik dan saran pembaca untuk perbaikan yang lebih baik lagi.

Blora, 27 November 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Contents
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................1
C. Manfaat........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
BAB III METODE KERJA..................................................................................4
A. Alat dan Bahan............................................................................................4
B. Prosedur Kerja............................................................................................5
BAB IV HASIL DAN PERHITUNGAN..............................................................6
BAB V PEMBAHASAN........................................................................................7
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................8
A. KESIMPULAN............................................................................................8
B. SARAN.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Reaksi Fatliquor...............................................................................................2


Gambar 2. Reaksi antara asam sulfat dengan minyak........................................................3

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses penyamakan kulit menggunakan berbagai macam proses kimiawi
maupun mekanis untuk menghasilkan kulit tersamak. Penyamakan dengan
krom merupakan yang paling populer, lebih dari 80% aktivitas penyamakan
menggunakan metode ini (Hauber, 1999). Akan tetapi, kulit samak krom
ketika dikeringkan cenderung menjadi kaku, warna menjadi lebih gelap dan
penampakannya kurang baik (Megahed, 2010). Hal ini menunjukan bahwa,
pada saat air dihilangkan ada proses pengeringan, kohesi dari serat kolagen
berperan dan menyebabkan hard-intractable leather yang sulit untuk di
rehidrasi (Burgess, 1993). Dengan demikian, penggunakan minyak pada kulit
melalui proses fatliquoring akan menurunkan efek oksidasi udara dan
memperbaiki karakteristik kulit (Kronick, 1998).
Proses fatliquoring adalah suatu proses dimana minyak dimasukan ke
dalam kulit tersamak dalam bentuk emulsi sebelum kulit tersebut dikeringkan
(O’Flaherty, 1978). Pada saat ini terdapat kesepakatan yang cukup umum
bahwa fungsi utama dari penggunaan minyak fatliquor adalah untuk
mempengaruhi tingkat kohesi dari serat pada saat proses pengeringan (Das,
1956). Terdapat dua tipe fatliquor yang dominan digunakan di industri
pengolahan kulit. Pertama, fatliquor mayonaisse-type dimana minyak berada
di emulsi air dimana emulsifier bisanya berupa sabun dan protective koloid.
Kedua, Minyak tersulfatasi dengan beragam jenisnya. Sebagai tambahan.
Juga terdapat beberapa tipe emulsifiers sintetis tipe kationik, anionik dan non-
ionik yang juga digunakan untuk penggunaan khusus.
B. Tujuan
1. Mempelajari penggunaan bahan baku fatliquor dari minyak kelapa.
2. Mengetahui kegunaan proses sulfatasi.
3. Mengetahui dan memahami cara pembuatan minyak sulfat dari minyak
kelapa.
C. Manfaat
1. Mampu memahami cara analisa sifat – sifat kimia dari minyak kelapa.
2. Mampu membuat minyak sulfat dari minyak kelapa.
3. Mampu menganalisa minyak sulfat dari minyak kelapa

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fatliquoring merupakan proses peminyakan pada kulit dengan


menggunakan minyak anionic agar kulit lebih lunak dan lemas. Fatliqoring telah
dikembangkan pada abad yang lalu. Awal fatliqouring didasarkan campuran
minyak alami dan sabun, bahan pencair lainya yang mampu membentuk air dalam
emulsi minyak. Bahan utama yang digunakan pada proses ini adalah minyak yang
disebut dengan fatliquor. Jenis-jenis minyak yang dapat digunakan sebagai bahan
dasar pada proses fatliquoring adalah minyak hewani, minyak nabati, dan minyak
ikan.

Gambar 1. Reaksi Fatliquor

Sulfatasi adalah proses perlakuan minyak dengan asam sulfat pekat untuk
mendapatkan minyak yang dapat teremulsi dalam air. Sulfatasi merupakan
reaksi pemasukan gugus sulfat ke dalam suatu senyawa (Groggins, 1958).
Sulfatasi terhadap minyak dapat dilakukan jika asam lemak dalam minyak
memiliki ikatan rangkap atau gugus hidroksil. Sulfatasi minyak dapat dilakukan
dengan dua cara,yaitu proses tinggi dan cepat (Groggins, 1958).Proses tinggi
dijalankan pada suhu maksimal 35’C dengan waktu 5-6 jam, dan kadar asam
sulfat 93-94%. Prosescepat dijalankan pada suhu antara 26-52’C dengan waktu 2
-3 jam dan kadar asam sulfat 93% (Groggins, 1958). Apabila sulfatasi minyak
dimaksudkan untuk menyerang ikatan rangkap, proses dijalankan pada suhu yang
lebih rendah (Hildicth, 1949). Reaksi antara asam sulfat dengan minyak
dapat ditulis menurut persamaan (Bailley, 1945) :

2
Gambar 2. Reaksi antara asam sulfat dengan minyak

Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging buah
kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya.Kandungan minyak pada
daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%, atau kandungan minyak
dalam kopra mencapai 63-72%. Minyak kelapa sebagaimana minyak nabati
lainnya merupakan senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai asam lemak
dan90% diantaranya merupakan asam lemak jenuh. Selain itu minyak kelapa yang
belum dimurnikan juga mengandung sejumlah kecil komponen bukan lemak
seperti fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam lemak
bebas (< 5%) dan sedikit proteindan karoten. Sterol berfungsi sebagai stabilizer
dalam minyak dan tokoferol sebagai antioksidan (Ketaren, 1986).

3
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan

a. Alat b. Bahan
1) Gelas ukur (1 buah) 1) Minyak kelapa
2) Gelas beaker 50 ml (1 buah) 2) NaOH
3) Pipet tetes (1 buah) 3) Asam Sulfat
4) Gelas arloji (1 buah) 4) NaCl
5) Buret (1 buah)
6) Erlemenyer (1 buah)
7) Statif (1 buah)
8) Thermometer (1 buah)
9) Penangas air (1 buah)
10) Neraca analitik (1 buah)
11) Botol semprot (1 buah)
12) pH meter (1 buah)
13) Magnetic stirer (1 buah)
14) Cawan porselin (1 buah)

4
5
B. Prosedur Kerja

Timbang minyak kelapa Minyak goreng dimasukkan Ditambahkan asam sulfat


100,23 gram, kemudian dalam es direndam dengan perlahan – lahan kedalam Dilakukan titrasi secara
dijaga suhu kurang lebih 25 minyak kelapa dengan diukur oerlahan sehingga tidak
dimasukkan kedalam ºC. Dan ditambahkan suhu. Volume asam sulfat terjadi penggumpalan.
gelas beaker. magnetic stirer. yaitu 17 ml.

pH awal di cek. Setelah pH Lapisan bagian atas dicuci Perubahan warna menjadi Dilakukan proses
awal di cek, menetralkan dengan larutan garam jenuh coklat dan terpisahnya 2 pengadukan selama 1 jam.
minyak sulfat dengan larutan 600 ml di aduk selama 5 lapisan. Lapisan yang Kemudian didiamkan selama
NaOH hingga pH 6,5 – 7. menit dan cek pH. digunakan hanya lapisan atas. 1 malam.

Pengujian Suhu Pecah dan


Waktu Pecah Emulsi: Pengujian Kadar Air Ditimbang selama 3 jam
Minyak dan air dipanaskan. Ditimbang minyak 0,156
Ditimbang gelas arloji sekali. Setiap 1 jam di
Mencatat suhu sampai gram
timbang ( berat konstan )
minyak pecah pada suhu kosong seberat 33,698 gram
6
berapa dan waktu pecahnya.
7
BAB IV
HASIL DAN PERHITUNGAN

A. HASIL
1. Sulfatasi

a. Berat minyak kelapa = 100,23 gram


b. Volume titrasi H2SO4 = 17 ml
c. pH awal = 1
d. pH akhir = 6,5
e. Larutan garam pekat = 600 ml

2. Uji Waktu dan Suhu Pecah

Suhu pecah = 66,2 ºC


Waktu pecah = 8 menit

3. Uji Kadar Air

a. Berat cawan porselin kosong = 33,698 gram


b. Berat awal minyak = 0,156 gram
c. Berat minyak setelah 1 jam = 0,156 gram
d. Berat minyak setelah 2 jam = 0,156 gram
e. Berat minyak setelah 3 jam = 0,1554 gram

BAB V
PEMBAHASAN

8
Minyak tersulfatasi dibuat melalui reaksi antara minyak dan sejumlah asam sulfat
dengan temperatur, waktu dan kecepatan pengadukan yang terkontrol. Selanjutnya, mencuci
campuran asam dan minyak dengan larutan garam untuk menghilangkan sisa asam tidak
bereaksi. Larutan garam dari asam tersebut dibiarkan untuk memisah dan kemudian
dikeluarkan. Minyak tersulfatasi dinetralkan dengan larutan natrium hidroksida (NaOH)
sampai pH netral tercapai.
Banyak fakor yang berpengaruh pada proses pembuatan minyak sulfat antara lain
jenis minyak yang dipakai. Disini karakteristik dari minyak yang dijadikan bahan dasar
pembuatan minyak sulfat akan sangat mempengaruhi kualitas minyak tersebut. Begitu juga
dengan perbandingan antara asam dengan minyak, semakin banyak asam yang diberikan
akan membuat proses pencucian dan netralisasi menjadi semakin lama. Pemilihan jenis
asam yang digunakan juga akan membuat perbedaan pada proses sulfatasi dimana 
seharusnya kita menggunakan jenis asam sulfat yang merupakan jenis asam kuat. Suhu dan
waktu pereaksian jugamerupakan faktor yang tidak kalah penting dalam proses pembuatan
minyak sulfat. Misalnya saja pada proses suhu diatur tidak boleh melebihi 25 oC dengan
waktu reaksi yang ditetapkan sesuai dengan jumlah minyak yang kita reaksikan.Semua
faktor yang mempengaruhi proses pembuatan minyak sulfasian tidak terlepas dari proses
akhir yang dilakukan yaitu pada proses netralisasi dan pencucian. Hasil pengujian waktu
dan suhu pecah didapatkan waktu pecah selama 8 menit dan suhu pecah 66,2 ºC.
Pengujian kadar air perlu dilakukan karena untuk mengukur seberapa besar
kandungan air yang masih terdapat dalam minyak kelapa. Semakin besar kandungan air
yang terdapat dalam minyak, maka semakin encer minyak tersebut. Pengujian kadar air
dilakukan untuk mengukur besarnya kandungan air yang terdapat dalam minyak. Tetapi
dalam percobaan tersebut belum dilakukan perhitungan uji kadar air pada kandungan
minyak tersebut. Berat minyak setelah uji kadar air satu jam pertama dan setelah dua jam
sebesar 0,156 gram dan setelah 3 jam berat minyak menjadi 0,1554 gram.

BAB VI

9
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkah hasil percobaan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Hasil pengujian waktu dan suhu pecah didapatkan waktu pecah selama 8 menit dan
suhu pecah 66,2 ºC.
2. Berat minyak setelah uji kadar air satu jam pertama dan setelah dua jam sebesar
0,156 gram dan setelah 3 jam berat minyak menjadi 0,1554 gram.
3. Kegunaan Proses Sulfatasi salah satunya adalah untuk membuat minyak sulfat.
Minyak sulfat dapat dibuat dengan mereaksikan asam sulfat pekat dengan beberapa
jenis minyak termasuk minyak kelapa. Minyak sulfat ini merupakan bahan yang
terpenting dalam perkembangan fatliquor. Minyak sulfasian dibuat dengan
menggunakan minyak yang dikendalikan, waktu, dan besarnya agitasi,
yang diikuti dengan mencuci campuran minyak dan asam dengan larutan garam
untuk mengambil asam yang berlebihan.

B. SARAN
Dalam penulisan laporan ini, tentu masih banyak kesalahan.  Oleh karena itu,
praktikan sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
penulisan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

10
Bailley, A.E., 1945, “Industrial Oil and Fat Products”, 2 ed., pp. 177-179, McGrawHill
Book Company, Inc., New York.
Burgess, D., 1993, ”General Aspect of Fatliquoring: An Introduction To The
Application and Chemistry of Fatliquoring”, J. Soc. Leather Techno &
Chemists, 78: 39-43
Das, B.M., Das, D.K., and Mitra, S.K., 1956, Bull Central Leather Res. Inst.(Madras),
2,402
Groggins, P.H., 1958, “Unit Processes in Organic Synthesis”, 5 ed., pp. 323 and
386,Mc Graw-Hill Book Company, Inc., New York.
Hilditch, I.P., 1949, “The Industrial Chemistry of The Fats and Waxes”, 3 ed., pp.117-
165, Bailliere Tindall and Cox, London.Retzsetriec, Clinton E.Emulsion
Chemistric for Leather Fatliquoring Process
Hauber, C., Germann, H.P., 1999, “Investigation on a Possible Formation and
Avoidance of Chromate in Leather”, World Leather, October 1999: 73-80
Kronick, P.L., 1998, “Use of Polymerizable Oil for Leather Fat Liquor”, US.Patent 5,
853, 427
Megahed, M.G., Nashy, E.H.A., 2010, “Ester Phosphate of Discarded Palm Oil from
Potato Chip Factories as Fat-Liquoring Agent”, Journal of American
Science, 6(12): 617-626
O’Flaherty, F., Rodd, W.T., Lollar, R.M., 1978, “The Chemistry and Technology of
Leather”, Reinhold Publishing Corporation, New York
S. Ketaren. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Jakarta : UIPress

11
12

Anda mungkin juga menyukai