Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2021
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ke hadirat Alloh SWT yang sampai saat ini masih memberikan nikmat
iman dan kesehatan, sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Pemutihan Optik” ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam kita haturkan untuk junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW
yang telah menyampaikan petunjuk Alloh SWA untuk kita semua, yang merupakan karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk menambah wawasan kita pada salah satu proses
persiapan penyempurnaan tekstil. Karna raw material/serat yang berasal baik dari selulosa
maupun dari protein belum memiliki karakteristik untuk dilakukan proses penyempurnaan
sebelum di treatment terlebih dahulu. Salah satu proses persiapan nya yaitu pemutihan optic.
Dari makalah ini diharapkan dapat mengetahui proses pemutihan optic, zat zat yang digunakan
dalam pemutihan optic, serta manfaat dan kegunaan proses tersebut
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya banyak sekali hambatan yang penyusun rasakan,
oleh karena itu, penyusun berterima kasih kepada semua pihak terutama dosen mata kuliah
persiapan penyempurnaan tekstil ibu Feny Nurherawati yang telah membantu, membina, dan
mendukung penyusun dalam mengatasi beberapa hambatan.
Selain itu penyusun juga sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian
dapat penyusun revisi dan tulis di masa yang akan datang. Dan semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat untuk khalayak luas.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
1.4 Manfaat.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAAN..............................................................................................................5
2.1 Pengelantangan.................................................................................................................5
2.2 Pemutihan Optik/OBA (Optical Brightening Agent)........................................................5
2.2.1 Pengertian OBA.........................................................................................................5
2.2.2 Sejarah OBA..............................................................................................................6
2.2.3 Fungsi Pemutihan Optik............................................................................................7
2.2.4 Klasifikasi OBA.........................................................................................................7
2.2.5 Hal - hal yang harus diperhatikan dalam memilih OBA...........................................9
2.2.6 Contoh Resep Zat Pemutihan Optik........................................................................10
2.2.7 Diagram Alir Proses................................................................................................11
2.2.8 Skema Proses...........................................................................................................12
2.2.9 Evaluasi Pemutihan Optik.......................................................................................13
BAB III KESIMPULAN...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
2
BAB I PENDAHULUAN
Apa yang kita lihat sebagai warna suatu benda bukanlah sesuatu yang melekat di
dalamnya, melainkan pantulan cahaya dari permukaannya. Newton mengamati bahwa
permukaan suatu benda memantulkan sebagian sinar cahaya dan menyerap sisanya, dan sinar
yang dipantulkan tersebut kemudian diinterpretasikan oleh otak kita sebagai warna benda
tersebut. Jadi, warna sebenarnya adalah persepsi kita. Warna merah buah apel merupakan
pantulan sinar cahaya dengan frekuensi tertentu dan serapan lainnya. Sebuah benda tampak
putih bila memantulkan semua sinar dan hitam bila menyerap semua. Agen Pencerah Optik
atau OBA bekerja dengan prinsip ini. Juga dikenal sebagai agen fluoresen, media pemutih ini
telah menjadi industri besar karena digunakan secara luas di banyak industri termasuk kain,
kertas, deterjen, plastik, cat, dll.
Untuk mengatasi masalah ini Optical brighteners (OBs) digunakan untuk mendapatkan
warna putih cerah pada tekstil putih, karena efektif untuk menghindari warna kekuningan
pada produk putih dan memberikan sensasi putih yang lebih tinggi.
Pemutihan optik (Optical Brightener) adalah pewarna fluoresen tidak berwarna. Ketika
terkena sinar matahari, mereka menyerap sinar ultraviolet dekat dan memancarkan kembali
sebagian besar dalam kisaran biru sebagai fluoresensi terlihat di bawah sinar UV. Selain
tekstil, OB banyak digunakan di berbagai industri untuk meningkatkan warna putih di banyak
bahan. OB juga digunakan pada beberapa bahan berwarna untuk membuatnya tampak lebih
cerah. Mereka umumnya digunakan dalam deterjen, kertas (termasuk kertas toilet) dan produk
plastik. OB juga digunakan dalam industri fotografi, kulit, bulu, cat, lemak, gelatin, tinta
cetak, perekat, papan sirkuit dan pelapis untuk bola golf, peralatan, dll.
3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apa yang di maksud proses pemutihan optic?
b. Apa saja zat zat yang digunakan dalam proses pemutihan optik?
c. Bagaimana mekanisme proses pemutihan optik?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Mempelajari tentangproses pemutihan optik
b. Mempelajari zat-zat yang digunakan pada proses pemutihan optik
c. Mempelajari mekanisme proses pemutihan optik
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini diantaranya sebagai berikut.
a. Menambah wawasan tentang proses pemutihan optic
b. Dapat dijadikan referensi untuk pembelajaran yang berkaitan dengan proses
pemutihan optik
4
BAB II PEMBAHASAAN
Penggunaan yang signifikan dari pemutihan optik adalah dalam industri tekstil di mana
setiap kain perlu diputihkan sebelum diproses karena bahan baku penuh dengan kotoran yang
berasal dari pestisida, debu menempel pada kain saat transportasi. Dan dalam kain yang
bersumber dari hewan seperti lemak hewani, sekresi, dll perlu dihilangkan. Namun,
pengelantangan belum sempurna tanpa pemutihan optik.
2.1 Pengelantangan
Pengelantangan bertujuan menghilangkan pigmen yang ada dalam serat, sehingga bahan
menjadi putih. Pengelantangan serat tekstil dapat dilakukan dengan zat-zat pengelantang
yang bersifat oksidator atau reduktor. Serat-serat selulosa umumnya dikelantang dengan zat
pengelantang yang bersifat oksidator (seperti NaOCl; CaOCl2; NaClO2; H2O2; Na2O2;
NaBO3; dan KMnO4). Diantara zat-zat pengelantang tersebut yang paling banyak dipakai
adalah H2O2, karena waktu dan cara pengerjaannya lebih praktis dibandingkan zat-zat
pengelantang lainnya dan kerusakan terhadap bahan relatif sedikit. Hidrogen peroksida
(H2O2) bila dipanaskan mudah terurai menjadi gas oksigen sehingga efektif dipakai untuk
pengelantangan seperti ditunjukkan pada reaksi berikut :
H2O2 H2 + O2
Penguraian hidrogen peroksida dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH, suhu,
stabilisator dan logam-logam atau oksida logam.
Zat Flouresen dapat menghasilkan efek pemutihan secara fisika melalui pancaran sinar
tampak dipermukaan kain atau serat. Senyawa ini mampu menyerap energi dari sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang kurang dari 400nm dan memancarkan kembali pada
daerah sinar tampak, yaitu antara 400-700nm, pada spectrum warna violet hingga kebiruan.
Selain sinar ini tidak berwarna dan tidak menyerap energi pada daerah sinar tampak.
Fenomena ini hanya terjadi bila bahan yang telah diberi zat pemutih optik menangkap sinar
5
yang merupakan sinar ultraviolet, sehingga efek ini kurang terlihat jika disinari dengan
lampu.
Sifat-sifat lain yang harus dimiliki zat pemutih optic adalah zat ini harus lebih substantif
terhadap serat tekstil, memiliki sifat migrasi yang baik, stabil terhadap garam atau elektrolit,
dan memiliki kestabilan serta reaktifitas pH dan suhu proses.
Untuk kain yang terbuat dari selulosa terutama serat kapas, terdapat tiga jenis yang
berbeda dalam afinitas dan substantifitasnya. Afinitas yang rendah dipengaruh oleh
penambahan elektrolit dan suhu proses. Jenis medium sedikit terpengaruh oleh elektrolit dan
suhu. Dan jenis afinitas tinggi sedikit terpengaruh oleh elektrollit dan suhu. Proses pemutihan
optik biasanya ddilakukan setelah pengelantangan, atau diproses simultan dengan
pengelantangan. Proses pemutihan optic pada serat sintetik dilakukan dengan kondisi yang
sama dengan pencelupannya dengan zat warma dispersi, dan zat pemutih yang digunakan
adalah jenis non-ionik. Proses ini dapat dilakukan dengan metoda Exhaust, Pad Roll, Pad-
Steam, Pad-bake, dan Pad termosol.
6
Awalnya pemutih optik dianggap sebagai pemutihan bantu yang memungkinkan pemutih
pendek atau lebih ringan, ketika digunakan dalam jumlah kecil (sekitar 0,001 – 0,05%)
mereka juga dipanggil sebagai agen pemutihan optik. Agen-agen ini juga dapat ditingkatkan,
misalnya, bagian dalam bagian belakang kastanye kuda mengandung aeskulein atau asam
eskuleinat, glukosaida yang merupakan turunan dari coumarin dan yang memiliki ultra
fluorescent ungu. Coumarin (2H-chromen-2-one) adalah bahan kimia senyawa (khususnya,
benzopyrone) ditemukan di banyak tanaman dan Hewan. Kemudian datang pengenalan
produk organik berbasis pada turunan asam sulfonat Diaminostilbine.
Penggunaan zat pemutihan optik tergantung dari hasil akhir bahan, sehingga dapat
dipakai tersendiri atau bersama-sama dengan proses penyempurnaan khususnya.
Pembagian zat pemutih optic berdasarkan struktur nya terbagi menjadi 2 golongan zat
pemutih optik, yaitu golongan hetero-siklik dan golongan asam flavonat.
1) Golongan hetero-siklik.
Bagian lingkaran heteronya cukup banyak mengandung ikatan rangkap, misalnya
derivat pirazolina, imidazol dan benzotiazol. Golongan ini dapat dipakai untuk
memberi kilau pada serat-serat sintetik.
2) Golongan asam flavonat
Golongan ini terdiri dari derivat 4,4 diamina stilben 2,2 asam disulfonat dan
banyak dipergunakan dalam pabrik-pabrik tekstil. Dari golongan ini dikenal
beberapa zat pemutih optik antara lain :
Ultrasan, Blankophor BB4, BA dibuat dari asam flavonat dan khlorida
sianurat.
Blankophor R, dibuat dari asam flavonat dan fenilisosianat.
Blankophor G, dibuat dari asam flavonat yang mengandung gugus triazol.
7
Gambar 2. Struktur Diamino Stillbene Sulphonic Acid
8
Gambar 3. Contoh Penamaan Produk Komersil untuk Agent Pemutih Optik
10
2.2.7 Diagram Alir Proses
1. Cara Exhaust : 2. Cara Pad-Steam :
Kukus/Steaming
Pengeringan
11
2.2.8 Skema Proses
a. Padding Kapas
b. Padding Poliester
c. Exhaust Kapas
d. Exhaust Poliester
12
2.2.9 Evaluasi Pemutihan Optik
Whiteness didefinisikan sebagai ukuran seberapa dekat permukaan cocok dengan sifat-
sifat refleksi yang sempurna diffuser, yaitu permukaan pemantul yang ideal yang tidak
menyerap atau mentransmisikan cahaya, tetapi memantulkannya pada intensitas ke segala
arah. Untuk tujuan standar ini, warna permukaan tersebut dikenal sebagai putih pilihan.
b. ASTM E313 – prosedur pengukuran dan pengaturan dijelaskan dalam standar
yang sama (ASTM E313: kekuningan dan kekuningan kertas) seperti indeks
Kekuningan. Metode ini didasarkan pada penggunaan pembacaan colorimeter B
dan G. Idenya adalah bahwa faktor kromatitas G-B diperlukan tiga kali
pembobotan faktor ringan G dari cahaya. Persamaannya adalah:
WI=G-4(G-B) = 4B-3G
c. CIE Whiteness – Beberapa kelemahan dari indeks yang disebutkan sebelumnya
adalah bahwa dihitung dengan rumus ini tidak berbeda jika sampel yang diukur
memiliki drift warna atau hanya sedikit putih. Untuk membuat bobot putih lebih
informatif, CIE merekomendasikan pada tahun 1981 rumus yang hari ini dikenal
sebagai ― CIE Whiteness.‖ Indeks ini ditentukan oleh CIE untuk D65 dan
penerangan C dalam kombinasi dengan fungsi pengamat 2° atau 10°. Namun,
persamaan umumnya digunakan dengan penerangan lain. Oleh karena itu nilai
yang ditunjukkan akan tergantung pada penerangan utama yang Anda pilih.
13
BAB III KESIMPULAN
Kita dapat melihat bahwa segera setelah bahan tekstil putih bersentuhan ke
lingkungan eksternal menjadi berwarna kuning, alasannya sudah dibahas. Untuk itu
perisai eksternal diperlukan untuk menghentikan serat degradasi yang disebut Optical
Brightening Agent/Fluorescent Whitening Agent. Juga ada berbagai jenis OBAs/FWAs
yang tersedia secara komersial. Pemilihan OBA ini dapat ditentukan dengan melihat
karakteristik asal serat dan jenis kebutuhan.
Dari semua diskusi di atas, dapat disimpulkan, berbagai penyebab menguning dan
penggunaan agen mencerahkan optik (OBA) yang tersedia. Juga harus ada keputusan
sadar DALAM memilih jenis OBA sesuai kompatibilitas, proses pemutihan, dan aplikasi.
Perlu dicatat bahwa emisi dalam kisaran 400-700nm akan memberikan hasil optimal pada
tekstil.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anwer Tiki, A. A. (2010). Chemistry of optical brighteners and uses. Practical Hints, 42-43.
Ruhela, D., & Gajbhiye, A. (2020). Application Of Various Optical Brightening Agents
(Oba’s/Fwa’s) For Value Addition Of Indian Textiles: A Review. International Journal
of Creative Research Thoughts, 4288-4299.
Sunarto. (2008). Teknologi Pencelupan dan Pencapan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan .
15