Anda di halaman 1dari 16

PEMUTIHAN OPTIK

MAKALAH PERSIAPAN PENYEMPURNAAN TEKSTIL

Disusun oleh :

1. M. iqbal chaerudin/1621218004/Teknik Kimia

2. Rizal Aprian/1621220002/Teknik Kimia

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INSAN CENDIKIA MANDIRI

2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ke hadirat Alloh SWT yang sampai saat ini masih memberikan nikmat
iman dan kesehatan, sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Pemutihan Optik” ini dengan tepat waktu.

Sholawat serta salam kita haturkan untuk junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW
yang telah menyampaikan petunjuk Alloh SWA untuk kita semua, yang merupakan karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.

Penyusunan makalah ini ditujukan untuk menambah wawasan kita pada salah satu proses
persiapan penyempurnaan tekstil. Karna raw material/serat yang berasal baik dari selulosa
maupun dari protein belum memiliki karakteristik untuk dilakukan proses penyempurnaan
sebelum di treatment terlebih dahulu. Salah satu proses persiapan nya yaitu pemutihan optic.
Dari makalah ini diharapkan dapat mengetahui proses pemutihan optic, zat zat yang digunakan
dalam pemutihan optic, serta manfaat dan kegunaan proses tersebut

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya banyak sekali hambatan yang penyusun rasakan,
oleh karena itu, penyusun berterima kasih kepada semua pihak terutama dosen mata kuliah
persiapan penyempurnaan tekstil ibu Feny Nurherawati  yang telah membantu, membina, dan
mendukung penyusun dalam mengatasi beberapa hambatan.

Selain itu penyusun juga sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian
dapat penyusun revisi dan tulis di masa yang akan datang. Dan semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat untuk khalayak luas.

Bandung, 4 April 2021

Penulis
1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
1.4 Manfaat.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAAN..............................................................................................................5
2.1 Pengelantangan.................................................................................................................5
2.2 Pemutihan Optik/OBA (Optical Brightening Agent)........................................................5
2.2.1 Pengertian OBA.........................................................................................................5
2.2.2 Sejarah OBA..............................................................................................................6
2.2.3 Fungsi Pemutihan Optik............................................................................................7
2.2.4 Klasifikasi OBA.........................................................................................................7
2.2.5 Hal - hal yang harus diperhatikan dalam memilih OBA...........................................9
2.2.6 Contoh Resep Zat Pemutihan Optik........................................................................10
2.2.7 Diagram Alir Proses................................................................................................11
2.2.8 Skema Proses...........................................................................................................12
2.2.9 Evaluasi Pemutihan Optik.......................................................................................13
BAB III KESIMPULAN...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Warna putih pada produk tekstil biasanya dikaitkan dengan kemurnian dan kebersihan.
Untuk alasan ini, proses pemutihan kimiawi diterapkan untuk meningkatkan nilai komersial
barang tekstil. Selama pemutihan kimiawi, kotoran dihancurkan atau dihilangkan warna
dengan oksidasi atau reduksi. Namun, pada kain yang diputihkan secara kimiawi, sedikit
warna kuning masih tersisa, yang dapat mengurangi estetika mereka.

Apa yang kita lihat sebagai warna suatu benda bukanlah sesuatu yang melekat di
dalamnya, melainkan pantulan cahaya dari permukaannya. Newton mengamati bahwa
permukaan suatu benda memantulkan sebagian sinar cahaya dan menyerap sisanya, dan sinar
yang dipantulkan tersebut kemudian diinterpretasikan oleh otak kita sebagai warna benda
tersebut. Jadi, warna sebenarnya adalah persepsi kita. Warna merah buah apel merupakan
pantulan sinar cahaya dengan frekuensi tertentu dan serapan lainnya. Sebuah benda tampak
putih bila memantulkan semua sinar dan hitam bila menyerap semua. Agen Pencerah Optik
atau OBA bekerja dengan prinsip ini. Juga dikenal sebagai agen fluoresen, media pemutih ini
telah menjadi industri besar karena digunakan secara luas di banyak industri termasuk kain,
kertas, deterjen, plastik, cat, dll.

Untuk mengatasi masalah ini Optical brighteners (OBs) digunakan untuk mendapatkan
warna putih cerah pada tekstil putih, karena efektif untuk menghindari warna kekuningan
pada produk putih dan memberikan sensasi putih yang lebih tinggi.

Pemutihan optik (Optical Brightener) adalah pewarna fluoresen tidak berwarna. Ketika
terkena sinar matahari, mereka menyerap sinar ultraviolet dekat dan memancarkan kembali
sebagian besar dalam kisaran biru sebagai fluoresensi terlihat di bawah sinar UV. Selain
tekstil, OB banyak digunakan di berbagai industri untuk meningkatkan warna putih di banyak
bahan. OB juga digunakan pada beberapa bahan berwarna untuk membuatnya tampak lebih
cerah. Mereka umumnya digunakan dalam deterjen, kertas (termasuk kertas toilet) dan produk
plastik. OB juga digunakan dalam industri fotografi, kulit, bulu, cat, lemak, gelatin, tinta
cetak, perekat, papan sirkuit dan pelapis untuk bola golf, peralatan, dll.

3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apa yang di maksud proses pemutihan optic?
b. Apa saja zat zat yang digunakan dalam proses pemutihan optik?
c. Bagaimana mekanisme proses pemutihan optik?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Mempelajari tentangproses pemutihan optik
b. Mempelajari zat-zat yang digunakan pada proses pemutihan optik
c. Mempelajari mekanisme proses pemutihan optik

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini diantaranya sebagai berikut.
a. Menambah wawasan tentang proses pemutihan optic
b. Dapat dijadikan referensi untuk pembelajaran yang berkaitan dengan proses
pemutihan optik

4
BAB II PEMBAHASAAN

Penggunaan yang signifikan dari pemutihan optik adalah dalam industri tekstil di mana
setiap kain perlu diputihkan sebelum diproses karena bahan baku penuh dengan kotoran yang
berasal dari pestisida, debu menempel pada kain saat transportasi. Dan dalam kain yang
bersumber dari hewan seperti lemak hewani, sekresi, dll perlu dihilangkan. Namun,
pengelantangan belum sempurna tanpa pemutihan optik.

2.1 Pengelantangan
Pengelantangan bertujuan menghilangkan pigmen yang ada dalam serat, sehingga bahan
menjadi putih. Pengelantangan serat tekstil dapat dilakukan dengan zat-zat pengelantang
yang bersifat oksidator atau reduktor. Serat-serat selulosa umumnya dikelantang dengan zat
pengelantang yang bersifat oksidator (seperti NaOCl; CaOCl2; NaClO2; H2O2; Na2O2;
NaBO3; dan KMnO4). Diantara zat-zat pengelantang tersebut yang paling banyak dipakai
adalah H2O2, karena waktu dan cara pengerjaannya lebih praktis dibandingkan zat-zat
pengelantang lainnya dan kerusakan terhadap bahan relatif sedikit. Hidrogen peroksida
(H2O2) bila dipanaskan mudah terurai menjadi gas oksigen sehingga efektif dipakai untuk
pengelantangan seperti ditunjukkan pada reaksi berikut :

H2O2 H2 + O2

Penguraian hidrogen peroksida dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH, suhu,
stabilisator dan logam-logam atau oksida logam.

2.2 Pemutihan Optik/OBA (Optical Brightening Agent)

2.2.1 Pengertian OBA


Pemutihan optik melalui pengelantangan hanya mendekomposisi pigmen alam dalam
serat, sehingga distribusi pemantulan sinar oleh serat menjadi lebih seragam disepanjang
spektrum sinar tampak (400-700nm) sehingga kain nampak lebih putih. Sedangkan untuk
meningkatkan efek putih sekaligus kecerahan pada bahan perlu dilakukan proses pemutihan
optik, yang bersifat flouresen.

Zat Flouresen dapat menghasilkan efek pemutihan secara fisika melalui pancaran sinar
tampak dipermukaan kain atau serat. Senyawa ini mampu menyerap energi dari sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang kurang dari 400nm dan memancarkan kembali pada
daerah sinar tampak, yaitu antara 400-700nm, pada spectrum warna violet hingga kebiruan.

Selain sinar ini tidak berwarna dan tidak menyerap energi pada daerah sinar tampak.
Fenomena ini hanya terjadi bila bahan yang telah diberi zat pemutih optik menangkap sinar

5
yang merupakan sinar ultraviolet, sehingga efek ini kurang terlihat jika disinari dengan
lampu.

Gambar 1. Zat Pemutihan Optik sebagai Perisai Sinar UV

Sifat-sifat lain yang harus dimiliki zat pemutih optic adalah zat ini harus lebih substantif
terhadap serat tekstil, memiliki sifat migrasi yang baik, stabil terhadap garam atau elektrolit,
dan memiliki kestabilan serta reaktifitas pH dan suhu proses.

Untuk kain yang terbuat dari selulosa terutama serat kapas, terdapat tiga jenis yang
berbeda dalam afinitas dan substantifitasnya. Afinitas yang rendah dipengaruh oleh
penambahan elektrolit dan suhu proses. Jenis medium sedikit terpengaruh oleh elektrolit dan
suhu. Dan jenis afinitas tinggi sedikit terpengaruh oleh elektrollit dan suhu. Proses pemutihan
optik biasanya ddilakukan setelah pengelantangan, atau diproses simultan dengan
pengelantangan. Proses pemutihan optic pada serat sintetik dilakukan dengan kondisi yang
sama dengan pencelupannya dengan zat warma dispersi, dan zat pemutih yang digunakan
adalah jenis non-ionik. Proses ini dapat dilakukan dengan metoda Exhaust, Pad Roll, Pad-
Steam, Pad-bake, dan Pad termosol.

2.2.2 Sejarah OBA


Bahan tekstil (kapas, wol, linen dan sutra) dan sintetis (terutama poliamida, poliester dan
poliacrylonitrille) tidak sepenuhnya putih dan memiliki rona kekuningan. Pemutihan di
bawah sinar matahari, pemutihan biru dan materi pemutihan kimia tekstil dan bahan lainnya
meningkatkan kecerahan produk dan menghilangkan rona tertentu atau ketidakmungakan
local bahan asli atau yang dirawat secara industri.

6
Awalnya pemutih optik dianggap sebagai pemutihan bantu yang memungkinkan pemutih
pendek atau lebih ringan, ketika digunakan dalam jumlah kecil (sekitar 0,001 – 0,05%)
mereka juga dipanggil sebagai agen pemutihan optik. Agen-agen ini juga dapat ditingkatkan,
misalnya, bagian dalam bagian belakang kastanye kuda mengandung aeskulein atau asam
eskuleinat, glukosaida yang merupakan turunan dari coumarin dan yang memiliki ultra
fluorescent ungu. Coumarin (2H-chromen-2-one) adalah bahan kimia senyawa (khususnya,
benzopyrone) ditemukan di banyak tanaman dan Hewan. Kemudian datang pengenalan
produk organik berbasis pada turunan asam sulfonat Diaminostilbine.

2.2.3 Fungsi Pemutihan Optik


Meningkatkan penampilan putih kertas dengan menyerap ultraviolet yang tidak
terlihat cahaya dan memancarkannya kembali di wilayah biru spektrum yang terlihat.
Strategi ini dapat mengkompensasi warna kuning dari banyak jenis pulp yang telah
diputihkan tingkat sedang.

2.2.4 Klasifikasi OBA


a. Berdasarkan Struktur
Zat pemutihan optik yang efektif, paling sedikit mengandung 4 ikatan rangkap yang
letaknya berselang-seling dengan ikatan tunggal seperti :

-C=C-C=C-C=C-C=C- atau –N=C-C=C-C=N-C=C-

Penggunaan zat pemutihan optik tergantung dari hasil akhir bahan, sehingga dapat
dipakai tersendiri atau bersama-sama dengan proses penyempurnaan khususnya.
Pembagian zat pemutih optic berdasarkan struktur nya terbagi menjadi 2 golongan zat
pemutih optik, yaitu golongan hetero-siklik dan golongan asam flavonat.

1) Golongan hetero-siklik.
Bagian lingkaran heteronya cukup banyak mengandung ikatan rangkap, misalnya
derivat pirazolina, imidazol dan benzotiazol. Golongan ini dapat dipakai untuk
memberi kilau pada serat-serat sintetik.
2) Golongan asam flavonat
Golongan ini terdiri dari derivat 4,4 diamina stilben 2,2 asam disulfonat dan
banyak dipergunakan dalam pabrik-pabrik tekstil. Dari golongan ini dikenal
beberapa zat pemutih optik antara lain :
Ultrasan, Blankophor BB4, BA dibuat dari asam flavonat dan khlorida
sianurat.
Blankophor R, dibuat dari asam flavonat dan fenilisosianat.
Blankophor G, dibuat dari asam flavonat yang mengandung gugus triazol.

7
Gambar 2. Struktur Diamino Stillbene Sulphonic Acid

b. Berdasarkan Metode Penggunaannya


1) Agen pencerah optik langsung didominasi zat larut air yang digunakan untuk
mencerahkan serat alami dan kadang-kadang untuk bahan sintetis seperti
poliamida.
2) Disperse optical brightening agent terutama air tidak larut dan seperti halnya
pewarna disperse mereka diterapkan baik untuk diwarnai dari dispersi beralur
pada mereka dapat digunakan untuk pewarnaan massal. Mereka digunakan untuk
bahan sintetis seperti poliester poliamida asetat.
c. Berdasarkan Pengaplikasiannya
1) Produk yang mengandung kelompok asam sulfat, cocok digunakan dengan
pewarna asam, untuk kapas, wol, dan poliamida;
2) Putih kationik, digunakan untuk kebanyakan poliacrylonitrile
3) Nonionik/Whiteners tidak mengandung kelompok solubilizing, untuk poliester
dan sekunder asetat.

8
Gambar 3. Contoh Penamaan Produk Komersil untuk Agent Pemutih Optik

2.2.5 Hal - hal yang harus diperhatikan dalam memilih OBA


 OBA harus memiliki kelarutan yang baik, tidak boleh memiliki warna sendiri dan
substantivitas yang baik untuk substrat tekstil di bawah aplikasi OBA.
 OBA harus memiliki cahaya yang baik serta sifat kecepatan basah.
 Tingkat pemogokan pada substarte.
 Membangun dan melelahkan properti.
 Persyaratan elektrolit dan sensitivitasnya terhadap agen yang melelahkan yang berbeda.
 Efek suhu pada kelelahan dan membangun sifat.
 Aplikasi rentang pH dan sensitivitas terhadap perubahan pH.
 Efek kekerasan air.
 Ini harus memiliki sifat meratakan dan menembus yang baik.
 Tidak boleh terurai ke produk berwarna pada paparan kondisi atmosfer penyimpanan, dan
tidak boleh menyerap cahaya di wilayah yang terlihat.
 harus kompatibel dan stabil dengan bahan kimia finishing, bantu dan proses sebagai
panas dan suhu.
 Harus stabil dan cepat ke pemutihan oksidatif dan reduktif umum bahan kimia dan sistem
pemutihan.
9
2.2.6 Contoh Resep Zat Pemutihan Optik

10
2.2.7 Diagram Alir Proses
1. Cara Exhaust : 2. Cara Pad-Steam :

Timbang kain dan zat Timbang kain dan zat


sesuai resep sesuai resep

Larutkan zat Buat larutan sesuai resep


pemutihan optik masukkan dalam padder

Kain dicuci panas dan Rendam-Peras/Padding


dingin

Kukus/Steaming
Pengeringan

Kain dicuci panas dan dingin

Evaluasi kain, derajat putih


Pengeringan

Evaluasi kain, derajat putih

11
2.2.8 Skema Proses
a. Padding Kapas

b. Padding Poliester

c. Exhaust Kapas

d. Exhaust Poliester

12
2.2.9 Evaluasi Pemutihan Optik
Whiteness didefinisikan sebagai ukuran seberapa dekat permukaan cocok dengan sifat-
sifat refleksi yang sempurna diffuser, yaitu permukaan pemantul yang ideal yang tidak
menyerap atau mentransmisikan cahaya, tetapi memantulkannya pada intensitas ke segala
arah. Untuk tujuan standar ini, warna permukaan tersebut dikenal sebagai putih pilihan.
b. ASTM E313 – prosedur pengukuran dan pengaturan dijelaskan dalam standar
yang sama (ASTM E313: kekuningan dan kekuningan kertas) seperti indeks
Kekuningan. Metode ini didasarkan pada penggunaan pembacaan colorimeter B
dan G. Idenya adalah bahwa faktor kromatitas G-B diperlukan tiga kali
pembobotan faktor ringan G dari cahaya. Persamaannya adalah:
WI=G-4(G-B) = 4B-3G
c. CIE Whiteness – Beberapa kelemahan dari indeks yang disebutkan sebelumnya
adalah bahwa dihitung dengan rumus ini tidak berbeda jika sampel yang diukur
memiliki drift warna atau hanya sedikit putih. Untuk membuat bobot putih lebih
informatif, CIE merekomendasikan pada tahun 1981 rumus yang hari ini dikenal
sebagai ― CIE Whiteness.‖ Indeks ini ditentukan oleh CIE untuk D65 dan
penerangan C dalam kombinasi dengan fungsi pengamat 2° atau 10°. Namun,
persamaan umumnya digunakan dengan penerangan lain. Oleh karena itu nilai
yang ditunjukkan akan tergantung pada penerangan utama yang Anda pilih.

13
BAB III KESIMPULAN

Kita dapat melihat bahwa segera setelah bahan tekstil putih bersentuhan ke
lingkungan eksternal menjadi berwarna kuning, alasannya sudah dibahas. Untuk itu
perisai eksternal diperlukan untuk menghentikan serat degradasi yang disebut Optical
Brightening Agent/Fluorescent Whitening Agent. Juga ada berbagai jenis OBAs/FWAs
yang tersedia secara komersial. Pemilihan OBA ini dapat ditentukan dengan melihat
karakteristik asal serat dan jenis kebutuhan.

Pemutihan optik memainkan peran penting dalam pemutihan tekstil. Berbagai


jenis agen pemutihan tersedia sebagai kebutuhan penggunaan akhir, pada dasarnya
diklasifikasikan ke dalam Oksidatif, Reduktif, redoks (baik oksidatif dan reduktif).

Dari semua diskusi di atas, dapat disimpulkan, berbagai penyebab menguning dan
penggunaan agen mencerahkan optik (OBA) yang tersedia. Juga harus ada keputusan
sadar DALAM memilih jenis OBA sesuai kompatibilitas, proses pemutihan, dan aplikasi.
Perlu dicatat bahwa emisi dalam kisaran 400-700nm akan memberikan hasil optimal pada
tekstil.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwer Tiki, A. A. (2010). Chemistry of optical brighteners and uses. Practical Hints, 42-43.

Ruhela, D., & Gajbhiye, A. (2020). Application Of Various Optical Brightening Agents
(Oba’s/Fwa’s) For Value Addition Of Indian Textiles: A Review. International Journal
of Creative Research Thoughts, 4288-4299.

Sunarto. (2008). Teknologi Pencelupan dan Pencapan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan .

15

Anda mungkin juga menyukai