I. JUDUL PRAKTIKUM
1.1 Bilangan Asam (BA)
1.2 Bilangan Ester (BE)
1.3 Oil Pick Up (OPU)
1.4 Bilangan Penyabunan (BP)
1.5 Bilangan Iodium (BI)
H2C- OH H2C-O-C-R
esterifikasi
O
H C- OH + 3 RCOOH H C-O-C-R
H2C- OH H2C-O-C-R
Contoh minyak / lemak biasanya berasal dari minyak / lemak hewan atau
tumbuhan. Lemak terbagi 2 yaitu:
1. Lemak jenuh antara lain adalah asam stearate,asam palmitat dll oleh karena struktur
kimianya maka asam lemak jenuh tidak mudah teroksidasi maupun terreduksi.
2. Lemak tidak jenuh antara lain adalah asam oleat, asam linolat, asam linoleat dan
lain-lain. Pada lemak tak jenuh adanya ikatan rangkap yang menyebabkan lemak
tersebut menjadi mudah teroksidasi dalam udara lembab dan suhu tinggi dan akan
membentuk senyawa keton. Membiarkan lemak berhubungan dan teroksidasi oleh
udara dalam waktu yang lama menyebabkan lemak/minyak tak jenuh akan menjadi
keras sehingga sukar dihilangkan dalam proses pencucian. Hal tersebut timbul
karena terjadi proses polimerisasi antara ikatan rangkap pada hidrokarbon yang
terkandung dalam minyak/lemak ,membentuk polimer lemak.
4.2 Jenis Lemak
H2C-O-C-R’ H2C-OH
O NaOH
HC-O-C-R’’ HC-OH + 3 RCOOHNa
O pada suhu mendidih
H2C-O-C-R’’’ H2C-OH
Lemak/minyak gliserol sabun natrium
Hidrolisa lemak : lemak / minyak mudah terhidrolisa oleh larutan asam kuat
pada suhu mendidih terutama asam – asam mineral.
O
H2C-O-C-R’ H2C-OH
O H2SO4
HC-O-C-R’’ HC-OH + 3 RCOOH
O pada suhu mendidih
H2C-O-C-R’’’ H2C-OH
Lemak/minyak gliserol asam lemak
Oksidasi / reduksi : lemak jenuh mengandung asam stearat, asam palmitat, dan
lain-lain, asam lemak jenuh tidak mudah teroksidasi maupun tereduksi. Lemak
tak jenuh mengandung asam oleat, linolat, linoleat dan lain-lain, asam lemak
tak jenuh mudah tereduksi membentuk asam lemak jenuh dan mudah
teroksidasi membentuk keton-keton.
Reduksi :
CH3-(CH2)7-CH=CH-(CH2)7-COOH C17H35COOH
Oksidasi :
CH3-(CH2)7-CH=CH-(CH2)7-COOH CH3-(CH2)7-CH-CH-(CH2)7-COOH
OH OH
Lemak/minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh cenderung menjadi
bau dalam penyimpanan. Pada oksidasi dalam udara lembab dan suhu tinggi,
mula-mula asam lemak tak jenuh berubah menjadi hidroksida kemudian
membentuk keton yang menimbulkan bau. Gabungan oksidasi dan
penyabunan oleh enzim dapat menguraikan lemak menjadi gliserol dan
merubahnya menjadi Akrolein CH2 = CH. CHO yang menjadi penyebab utama
timbulnya bau tengik.
Oksidasi udara dalam waktu lama dapat menimbulkan warna kekuningan.
Oksigen mensubstitusi ikatan rangkap membentuk timulnya gugus karbonil
menyebabkan warna kekuningan
Pada oksidasi dalam udara lembab dan suhu tinggi, dan membiarkan lemak
lama berhubungan dengan udara menyebabkan lemak/minyak tak jenuh
menjadi keras sehingga sukar dihilangkan dalam proses pencucian. Hal
tersebut timbul karena terjadi polimer lemak.
Oksidasi udara dalam waktu lama dapat menimbulkan proses polimerisasi
antara ikatan rangkap pada hidrokarbon. Oksigen radikal mensubstitusi ikatan
rangkap membentuk:
- CH – CH - - CH – CH - - CH = CH
O O O O peroksida O - OH
C17H35COOH CH3-(CH2)10-CH-CH-(CH2)4-COOH
H SO3H
Pengsulfatan : lemak tak jenuh mengandung asam oleat, linolat, linoleat dan
lain-lain, asam lemak tak jenuh mudah tersulfatkan oleh asam lemak sulfat
pekat pada suhu mendidih
CH3-(CH2)7-CH=CH-(CH2)7-COOH CH3-(CH2)7-CH-CH-(CH2)7-COOH
H SO3H
4.5 Analisa pada Lemak
1) Bilangan asam
Bilangan asam adalah bilangan yang menyatakan banyaknya mgram KOH
yang diperlukan untuk mentralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak
atau lemak. Bilangan asam akan meningkat pada minyak atau lemak yang
“tengik”.
2) Bilangan ester
Bilangan ester adalah bilangan yang menyatakan banyaknya mgram KOH
yang diperlukan untuk menyabunkan ester netral dalam 1 gram minyak atau
lemka. Bilangan ester diperoleh dengan cara mengurangi bilangan penyabunan
dengan bilangan asam.
3) Oil Pick Up
Kadar minyak/lemak dalam bahan tesktil merupakan perbandingan antara
berat minyak.lemakdalam bahan tekstil dengan berat kering mutlak bahan
tekstil yang telah dihilangkan minyak/lemak. Dengan prinsip minyak / lemak
dalam contoh uji diesktrak dengan zat pelarut minyak/ lemak, dengan
menggunakan alat pengekstraksi soxhlet.
4) Bilangan penyabunan
Bilangan penyabunan adalah bilangan yang menyatakan banyaknya mgram
KOH yang diperluakan untuk menyabunkan 1 gram minyak/lemak. Untuk tia
molekul minyak diperluakan 3 molekul KOH, bila semakin besar molekul
minyak, maka semakin kecil bilangan penyabunannya.
5) Bilangan Iodium
Bilangan iodium adalah bilangan yang menunjukkan berapa miligram halogen
(dinyatakan sebagai iodium) yang dapat diikat oleh 100 miligram
minyak/lemak. Jadi BI merupakan ukuran bagi banyaknya ikatan rangkap
(tidak jenuh) dalam minyak/lemak karena halogenida akan diadisi pada ikatan
rangkap tersebut. Tujuannya untuk menentukan berapa banyaknya ikatan
rangkap dalam rantai hidrokarbon pada minyak/lemak. Metoda yang
digunakan yaitu adisi ikatan rangkap dalam hidrokarbon dengan halogen.
Penetapannya dilakukan dengan cara titrasi yodometri (dititar dengan tiosulfat)
setelah proses adisi selesai.
V. REAKSI
5.1 Bilangan Asam (BA)
𝑅𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝐾𝑂𝐻 → 𝑅𝐶𝑂𝑂𝐾 + 𝐻2 𝑂
7,2815 + 7,3292
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 7,3292
2
8.2. Bilangan Ester (BE)
NHCl = 0,5 N
BEKOH = 56
Vol titrasi blanko = 9,15 ml
Bobot contoh uji 1 = 1,0767 gram
Vol titrasi 1 = 5,1 ml
Bobot contoh uji 2 = 1,1461 gram
Vol titrasi 2 = 5 ml
1,9625 − 1,7160
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝑥 100%
1,9625
K𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 12,5605%
𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
110,5896 − 110,2889
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝑥 100%
1,9625
K𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 15,3223%
IX. DISKUSI
9.1. Bilangan Asam (BA)
Praktikum bilangan asam dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
banyaknya asam lemak bebas di dalam lemak atau minyak. Asam lemak tersebut
merupakan asam lemah yang terbentuk dari hasil hidrolisa lemak yang dapat
menunjukan baik atau tidaknya kualitas suatu lemak. Pada praktikum bilangan
asam ini, digunakan minyak/lemak dilarutkan dalam eter alkohol netral sebagai
pelarut lemak karena lemak tidak dapat larut di dalama air. Pelarut eter alkhol juga
digunakan agar KOH tidak larut. Selain itu, eter alkohol netral digunakan
sebagai pelarut supaya tidak memengaruhi pH karena penentuan bilangan asam
akan dilakukan dengan cara titrasi alkalimetri. Penambahan indikator fenolftalein
(PP) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Karena indikator
fenolftalein bekerja pada suasana basa, maka titik akhir titrasi akan berwarna merah
muda. Larutan di dalam erlenmeyer harus tidak berwarna setelah ditetesi indikator
ini karena pH larutan masih netral. Penitaran dilakukan dengan menggunakan KOH
alkohol 0,1N. Alkohol dalam larutan KOH Alkohol 0,1N berfungsi untuk
melarutkan lemak/minyak, sementara KOH akan menetralkan asam lemak bebas
yang terkadung di dalam minyak/lemak. Reaksi yang terjadi akan membentuk
garam RCOOK dan air. Kelebihan KOH pada larutan menyebabkan perubahan
warna menjadi merah jambu muda. Perubahan warna tersebut menjadi titik akhir
titrasi. Volume titrasi tersebut digunakan sebagai penentuan bilangan asam yang
menunjukan banyaknya asam lemak bebas di dalam minyak/lemak. Titrasi
dilakukan duplo untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi dan
meningkatkan ketepatan hasil titrasi.
KOH Alkohol yang digunakan dalam percobaan Bilangan Asam
adalah 0,1000 N karena tugas KOH Alkohol ini hanya satu, yaitu untuk reaksi
penyabunan yaitu merubah asam lemak menjadi sabun. Reaksi yang terjadi:
𝑅𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝐾𝑂𝐻 → 𝑅𝐶𝑂𝑂𝐾 + 𝐻2 𝑂
Bilangan asam ini dapat dipakai untuk mencari nilai Bilangan Penyabunan
karena jika berdasarkan rumus BP = BA + BE didapatkan dari logika tujuan
bilangan asam dan bilangan ester sendiri, dimana tujuan bilangan asam adalah
menentukan banyaknya asam lemak bebas didalam lemak/minyak.
Kesalahan-kesalah mungkin dapat terjadi pada saat praktikum. Kesalahan
tersebut dapat disebabkan oleh :
Kesalahan dalam melakukan penimbangan dan perhitungan
Kesalahan saat menambahkan larutan
Kelebihan saat melakukan titrasi
X. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum-praktikum diatas, telah didapatkan hasil sebagai berikut :
PENGUJIAN HASIL
Bilangan Asam 7,30535
Bilangan Ester 103,3545
Kadar minyak/lemak 12,5605%
(perhitungan selisih berat kain)
Kadar minyak/lemak 15,3223%
(perhitungan selisih berat labu lemak)
Bilangan Penyabunan 127,3158%
Bilangan Iodium 54,0433%
ANALISA SABUN
I. JUDUL PRAKTIKUM
1.1 Lemak Netral yang Tak Tersabunkan
1.2 Kadar Zat Pemberat (Filler)
1.3 Kadar Air
1.4 Logam Pelikan
1.5 Asam Lemak Bebas
1.6 Alkali Total
V. REAKSI
5.1 Asam Lemak Bebas
𝑅𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝐾𝑂𝐻 → 𝑅𝐶𝑂𝑂𝐾 + 𝐻2 𝑂
5.2 Alkali Total
𝑅𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎 + 𝐻2 𝑂 → 𝑅𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑁𝑎𝑂𝐻 + 𝐻𝐶𝐿 → 𝑁𝑎𝐶𝐿 + 𝐻2 𝑂
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
0,0974
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
2,0066
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛𝑘𝑎𝑛 = 4,8533%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑠𝑖 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
0,2025
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑠𝑖 1 = 𝑥 100% = 17,1931%
1,1778
0,2217
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑠𝑖 2 = 𝑥 100% = 17,7687%
1,2477
17,1931 + 17,7687
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑠𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 17,4809%
2
8.3. Kadar Air
a = 1,0700 gram
b = 0,9964 gram
𝑏−𝑎
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
1,0700 − 0,9964
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
1,0700
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 6,8785%
𝑚𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐸 𝐾𝑂𝐻
𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖 (𝑚𝑔)
18,5225 + 18,3129
𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑥 100% = 18,4177%
2
Kadar Sabun
1) Alkali total : 18,4177%
2) Asam lemak total : 73,5943%
3) Filler : 17,4809%
4) Kadar air : 6,8785%
+
116,3714%
IX. DISKUSI
9.1. Lemak Netral yang Tak Tersabunkan
Pada percobaan kali ini, Penetapan Kadar Lemak Bebas tak Tersabunkan
menggunakan penetapan penyabunan lemak tak tersabunkan dengan alkali.
Dimana, langkah awal percobaan ini adalah menimbang contoh sabun dengan teliti
dan dilarutkan ke dalam NaHCO3 1%. Fungsi NaHCO3 1% disini adalah untuk
mengikat alkali bebas yang mungkin ada di dalam sabun. Hal ini
dilakukan agar asam lemak tidak terikat oleh alkali bebas tersebut dan lemak
netralnya tidak tersabunkan. Setelah dilarutkan dalam NaHCO3 1% , larutan contoh
sabun dipanaskan diatas pemanas. Jika sudah sedikit mendidih, larutan didinginkan
dalam suhu kamar kemudian dipindahkan kedalam corong pemisah dan diberi
larutan Eter. Sedangkan piala gelas bekas larutan contoh sabun tadi dibilang
menggunakan NaHCO3 1%. Mengapa harus dipindahkan ke dalam corong
pemisah? Karena, untuk memisahkan antara larutan Eter dan larutan NaHCO3 1%.
Mengapa harus Eter? Karena, eter berfungsi untuk mengikat asam lemak bebas
yang mungkin ada. Sehingga asam lemak bebas dan alkali bebasnya benar-benar
terpisahkan. Ketika diberi larutan Eter, maka pada corong pemisah akan terlihat
larutan pemisah. Lapisan bawah terdiri atas NaHCO3 1% sedangkan lapisan atas
terdiri dari eter. Lapisan eter dimasukan ke dalam labu lemak yang telah diketahui
bobot tetapnya, sedangkan lapisan NaHCO3 1% dituangkan ke dalam piala gelas
dan dimasukkan kembali ke dalam corong pemisah kemudian kedalam corong
pemisah diberi eter lagi. Hal ini dilakukan hingga 3 kali untuk mengumpulkan
lapisan eter ke dalam labu lemak. Mengapa harus yang mengandung larutan eter
yang dimasukkan ke dalam labu lemak? Karena, yang akan dicari disini adalah
lemak bebas yang tak tersabunkan. Sesuai fungsi eter tadi adalah untuk mengikat
asam lemak bebas yang terdapat didalam sabun.
Kemudian, larutan eter yang sudah terkumpul didalam labu lemak tadi akan
disulingkan menggunakan Soxhlet. Setelah itu, residu yang tertinggal didalam
labu lemak dikeringkan dalam oven dan dimasukkan dalam eksikator kemudian
ditimbang bobot tetapnya. Kita telah mendapatkan berat residunya. Sehingga,
kadar lemak bebas yang tak tersabunkan dapat dihitung menggunakan rumus:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑎𝑏𝑢𝑛𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Didalam sabun, kadar lemak tidak seharusnya lebih dari 10% jika lebih dari
10% maka sabun bersifat merusak dan kurang baik untuk digunakan. Dalam hal
ini, kadar zat pemberat yang saya dapatkan sekitar 17% . Hasil ini bisa menjadi 2
kemungkinan, kemungkinan pertama adalah sabun yang diuji meman benar-benar
mengandung zat pemberat sebesar 17% yang menandakan sabun bersifat merusak
dan kurang baik untuk digunakan. Kemungkinan kedua adalah kesalahan yang
mungkin terjadi saat praktikum Kesalahan tersebut yaitu kesalahan penimbangan
atau perhitungan dan juga kesalahan dalam penambahan larutan.
Pada uji kualitatif, larutan contoh sabun yang telah larutkan dalam alkohol
netral dan direfluks ketika ditetesi indikator PP berubah menjadi warna merah
muda, yang mengindikasikan adanya alkali bebas sehingga tidak ada asam lemak
bebas di dalam sabun contoh uji. Ada tiga kemungkinan kandungan dalam suatu
sabun yang bersangkutan dengan alkali bebas dan asam lemak bebas.
Kemungkinan tersebut antara lain :
1) Sabun, gliserol, dan alkali bebas. Hal tersebut terbentuk jika lemak lebih sedikit
dari alkali yang digunakan
2) Sabun, gliserol, dan asam lemak bebas. Hal tersebut terbentuk jika lemak lebih
banyak dari alkali yang digunakan
3) Sabun dan gliserol. Hal tersebut terbentuk jika banyaknya lemak sama dengan
banyaknya alkali yang digunakan.
Jadi, pada contoh sabun B, alkali yang digunakan lebih banyak dibandingkan
dengan banyaknya lemak yang digunakan pada saat proses pembuatan sabun.
PENGUJIAN HASIL
Lemak Netral yang Tak Tersabunkan 4,8533%
Kadar Zat Pemberat (Filler) 17,4809%
Kadar Air 6,8785%
Logam Pelikan Negatif
Asam Lemak Bebas 2,2255%
Alkali Total 18,4177%
Kadar Sabun 116,3714%
Nilai Sabun T4
DAFTAR PUSTAKA
Iriani, Sri, dkk. 2006. Bahan Ajar Praktikum Kimia Zat Pembantu Tekstil. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.
http://smakmaterpadu3a12.blogspot.co.id/2014/11/laporan-lengkap-nama
hasanuddin-dg.html
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/10/bilangan-asam-ba-ester-be
penyabunan-bp-iodin-bi--angka.html
http://kimiaterpadusmakma20143b23.blogspot.co.id/2014/10/laporan-penentuan
bilangan-penyabunan.html
http://kafekimia.blogspot.co.id/2009/03/batudidih.html
http://organiksmakma3d19.blogspot.com/2013/03/analisa-sabun.html
http://gerbangtau.blogspot.com/2011/10/asam-lemaklemak.html