NIM : 162122002
2. Halogenasi
Halogenasi adalah suatu reaksi kimia yang melibatkan penambahan satu atau lebih
halogen pada suatu senyawa atau material. Dehalogenasi adalah kebalikan dari
halogenasi dan menghasilkan pelepasan halogen dari suatu molekul. Jalur reaksi dan
stoikiometri halogenasi bergantung pada struktur dan gugus fungsional pada substrat
organik, serta pada halogen yang spesifik. Senyawa anorganik seperti logam juga
mengalami reaksi halogenasi.
a. Fluorinasi
Senyawa organik, jenuh dan tak jenuh, mudah bereaksi, biasanya eksplosif, dengan
fluor. Fluorinasi dengan fluor elemental (F2) memerlukan kondisi dan peralatan yang
sangat khusus.
b. Klorinasi
Klorinasi secara umum sangat eksotermik. Baik senyawa jenuh dan tak jenuh
bereaksi secara langsung dengan klor, yang pertama biasanya membutuhkan cahaya
UV untuk memulai homolisis klor.
c. Brominasi
Brominasi lebih selektif dibandingkan klorinasi karena reaksinya yang kurang
eksotermik. Brominasi umumnya dilakukan melalui adisi Br2 pada alkena. Sebagai
contoh brominasi adalah sintesis organik pada halotana anestetik dari trikloroetilena:
d. Iodinasi
Iodin adalah halogen paling reaktif dan enggan untuk bereaksi dengan sebagian besar
senyawa organik. Penambahan iodin pada alkena merupakan dasar dari metode
analisis yang disebut bilangan iodin, ukuran tingkat ketidakjenuhan pada lemak.
Reaksi iodoform melibatkan degradasi metil keton.
3. Nitrasi
Nitrasi adalah kelompok umum proses kimia yang bertujuan memasukkan gugus
nitro ke dalam senyawa kimia organik. Istilah ini juga diterapkan secara salah pada
proses yang berbeda yaitu pembentukan ester nitrat antara alkohol dan asam nitrat, yang
terjadi pada sintesis nitrogliserin. Perbedaan antara struktur yang dihasilkan antara
senyawa nitro dan nitrat adalah bahwa atom nitrogen dalam senyawa nitro terikat
langsung dengan atom non-oksigen, biasanya karbon atau atom nitrogen lainnya.
Sementara ester nitrat, atau disebut juga organonitrat, nitrogen berikatan langsung dengan
suatu atom oksigen yang biasanya terikat ke atom karbon.
Salah satu sintesis nitrasi disebut "campuran asam", sebuah campuran dari asam
nitrat dan asam sulfat pekat. Campuran ini membentuk ion nitronium (NO 2+), yang
merupakan spesies aktif dalam nitrasi aromatik. Bahan aktif ini, yang dapat diisolasi dari,
misalnya, nitronium tetrafluoroborat] juga mempengaruhi nitrasi tanpa perlu campuran
asam. Dalam sintesis campuran asam, asam sulfat tidak dikonsumsi dan bertindak selaku
katalis sekaligus penjerap air. Pada kasus nitrasi benzena, reaksi dilakukan pada 50 °C.
Proses berikut adalah contoh substitusi aromatik elektrofilik yang melibatkan serangan
terhadap inti benzena yang kaya elektron:
4. Oksidasi
Oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron dari dalam
zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif.
5. Reduksi
Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih elektron oleh
suatu zat.
c. o-Xilena
d. m-Xilena
e. p-Xilena
f. Naftalena
Naftalena adalah senyawa organik dengan formula C10H8. Ini adalah
hidrokarbon aromatik polisiklik yang paling sederhana, dan merupakan padatan
kristal putih dengan bau khas yang dapat dideteksi pada konsentrasi serendah 0,08
ppm massa. Sebagai hidrokarbon aromatik, struktur naftalena terdiri dari sepasang
cincin benzen yang menyatu.
g. Asenaftena
h. Antrasena (C14H10)
i. Pirena
c. M-kresol
d. P-kresol
e. Difenilenaoksida
b. Kinolina C9H7N
c. Kinaldina
d. 2-metillindoium
1. Berdasarkan Struktur
a. Gugus Kromofor berfungsi sebagai penerima electron, yang penting yaitu gugus
azo (-N=N-), gugus karbonil (-C=O), gugus etilen (-C=C-), dan gugus nitro (-
NO2)yang dapat menimbulkan warna.
b. Gugus Auksokrom sebagai pemberi elektron yang mengatur kelarutan dan warna,
yang penting adalah –NH2, -COOH, -SO3H dan –OH yang bersifat polar sehingga
dapat larut dalam air
2. Berdasarakan pemakainnya