Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Farmasi Fisika (FA2231)

PERCOBAAN VI
KECEPATAN DISOLUSI
Tanggal Percobaan

: 24 Februari 2016

Tanggal Pengumpulan

: 2 Maret 2016

Shift

: Rabu

Asisten

: Mekar Melati (10712)

Kelompok II-B
Debora Ronauli

(10714003)

Elya Khoirunnisa M.

(10714013)

Bethania Joanna

(10714040)

Elisabeth Soraya uli

(10714047)

LABORATORIUM FARMAKOKINETIK
PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

PERCOBAAN VI
KECEPATAN DISOLUSI
I.

TUJUAN
1. Menentukan pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi asam
benzoat.

II.

TEORI DASAR
Dalam berbagai bentuk sediaan dapat diterima di dalam tubuh harus mengalami
absorpsi atau penyerapan. Sebelum terjadi penyerapan maka terjadi proses disolusi obat.
Disolusi dapat didefinisikan sebagai proses melarutnya senyawa kimia atau obat dalam
pelarut tertentu sebagai media. Pengertian kecepatan disolusi menyatakan besarnya
jumlah zat yang dapat terlarut dalam suatu pelarut tertentu pada setiap satuan waktu.
Disolusi suatu zat kimia atau obat dapat digunakan dalam berbagai hal dalam farmasi.
Data suatu kecepatan disolusi digunakan untuk menentukan bentuk suatu sediaan yang
cocok untuk senyawa tertentu, menentukan komposisi pelarut untuk senyawa kimia yang
akan dibuat obat, digunakan untuk uji kemurniaan dan digunakan untuk ekstraksi.
Prinsip proses disolusi dalam suatu pelarut dikembangkan oleh Noyes dan Whitney
dalam persamaan :
dM D.S

(Cs C )
dt
h

dengan,
dM/dt : kecepatan disolusi
D : koefisien difusi
S : luas permukaan zat
Cs : kelarutan zat padat
C : konsentrasi zat dalam larutan saat waktu t
h : tebal lapisan difusi
Pada prinsip yang dikembangkan oleh Noyes dan Whitney tersebut dapat diperoleh
suatu hubungan antara kecepatan disolusi dan konsentrasi suatu zat. Apabila konsentrasi
zat terlarut di dalam larutan (C) jauh lebih kecil daripada kelarutan zat tersebut (Cs),
harga konsentrasi zat terlarut di dalam larutan (C) dapat diabaikan, maka harga (Cs-C)
dianggap sama dengan Cs. Sehingga persamaan kecepatan disolusi menjadi :

dM DxSxCs

dt
h
(Prasetya dkk., 2012).
Selama proses disolusi berlangsung diasumsikan pada permukaan padatan terbentuk
suatu lapisan difusi air atau lapisan tipis cairan yang konstan dengan ketebalan h yang
dinyatakan seperti gambar berikut.

Zat padat
K
O
N
S
E
N
T
R
A
S
I

Lapisan Difusa Air

Larutan

Cs

C
X=0

X=h

Ketebalan h menyatakan lapisan pelarut di mana molekul-molekul zat terlarut berada


dalam konsentrasi dari Cs sampai C. Pada antarmuka permukaan padat dan lapisan difusi,
x=0, obat dalam bentuk padat berada dalam keseimbangan dengan obat dalam lapisan difusi.
Perubahann konsentrasi dengan berubahnya jarak untuk melewati lapisan difusi adalah
konstan, hal ini dapat ditunjukan oleh garis lurus yang mempunyai kemiringan (slop)
menurun.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi berdasarkan persamaan
yang telah disebutkan di atas yaitu,
1. Suhu
Meningkatnya suhu pada reaksi endotermik dapat memperbesar kelarutan (Cs) suatu
zat serta memperbesar harga koefisien difusi zat. Einstein menyatakan dalam
persamaan sebagai berikut :

kT
6 r

dengan,
D

: koefisien difusi

: konstanta Boltzman (13,8 x 10 -24 J/atom K)

: suhu (K)

: jari-jari molekul

: viskositas pelarut

2. Viskositas
Berdasarkan persamaan Einstein, hubungan antara kecepatan disolusi dan viskositas
berbanding terbalik maka semakin kecil viskositas suatu zat dapat meningkatkan
kecepatan disolusi zat. Selain itu, dengan meningkatknya suhu dapat menurunkan
viskositas dan dapat memberbesar kecepatan disolusi.
3. Kecepatan pengadukan
Kecepatan pengadukan mempengaruhi kecepatan disolusi beberapa jenis zat. Pada zat
yang mudah menggumpal setelah menjadi partikel, maka kecepatan pengadukan yang
tinggi akan mencegah terjadinya agregat sehingga pengukuran konsentrasi terdisolusi
akan lebih baik. Kecepatan pengadukan juga mempengaruhi tebal lapisan disolusi (h).
Pengadukan yang cepat menyebabkan berkurangnya lapisan difusi sehingga
kecepatan disolusi akan meningkat.
4. Ukuran Partikel
Ukuran partikel juga mempengaruhi kecepatan disolusi. Semakin kecil ukuran partikel
zat maka luas permukaan efektif semakin besar sehingga kecepatan disolusi
meningkat.
5. Polimorfisme
6. Sifat permukaan zat
umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat sifatnya hidrofob sehingga sulit
terbasahi, oleh karena itu penambahan surfaktan dalam pelarut dapat menyebabkan
tegangan permukaan antar partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat
mudah terbasahi. Akibatnya, kecepatan disolusinya bertambah (Prasetya dkk., 2012).

Penentuan kecepatan disolusi suatu zat dapat dilakukan melalui metode :


1. Metode Supensi

Metode ini dilakukan dengan serbuk zat padat yang ditambahkan ke dalam pelarut
tanpa pengontrolan terhadap luas permukaan partikelnya.
2. Metode Permukaan Konstan
Metode ini dilakukan dengan menempatkan zat dalam wadah yang diketahui luasnya
sehingga variabel perbedaan luas permukaan efektif dapat diabaikan (Martin, 1993).
Prinsip kerja alat disolusi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
1. Alat yang terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan
transparan yang inert, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang
yang berbentuk silinder dan dipanaskan dengan tangas air pada suhu 370C.
2. Alat ini terdiri dari dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk.
Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada
setiap titik dari sumbu vertikel wadah dan berputar dengan halus (Dirjen POM, 1995).
Pada metode permukaan tetap, dapat digunakan alat seperti diusulkan oleh Simonelli
dkk sebagai berikut

III.

ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Alat uji kecepatan disolusi tipe 2 (USP)
b. Gelas kimia 500 ml, 250 ml
c. Gelas ukur 100 ml, 25 ml
d. Buret

e. Labu Erlenmeyer 14 buah


f. Pipet tetes
g. Batang pengaduk
h. Thermostat
i.
j.
k.
l.

Timbangan
Labu ukur 25 ml
Stopwatch
syringe

2. Bahan
a. Asam benzoat
b. NaOH 0,05 N
c. Fenoftalein
d. Kalium biftalat
e. Ethanol
f. Akuades
IV.

CARA KERJA
(BUKAN FLOW CHART)
1. Pembakuan NaOH 0,05 N
Pada pembakuan NaOH 0,05 N dimulai dengan penimbangan padatan NaOH
sebanyak 0,2 gram dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian NaOH
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan aquadest sebanyak 25 ml ke
dalam labu ukur. Larutan tersebut dikocok hingga padatan NaOH benar benar
terlarut. Selanjutnya, kalium biftalat ditimbang sebanyak () gram dengan
menggunakan kertas perkamen dan ditimbang dengan neraca analitik. Kalium biftalat
dimasukkan ke dalam labu elenmeyer dan ditambahkan aquadest sebanyak ()ml dan
diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen. Kemudian menyiapkan buret yang
diisi dengan NaOH yang akan dibakukan dengan kalium biftalat. Pada kalium biftalat
ditambahkan satu tetes fenolftalein. Selanjutnya dilakukan titrasi NaOH hingga warna
kalium biftalat berubah warna ungu dan tidak kembali menjadi tidak berwarna.
2. Kecepatan disolusi Asam Benzoat

Pada proses ini Asam Benzoat ditimbang sebanyak () gram. Asam benzoat ditimbang
sebanyak 3 kali untuk melakukan uji disolusi dengan kecepatan alat 50 rpm, 100 rpm
dan 150 rpm. Selanjutnya, ketiga labu pada alat uji disolusi USP diisi dengan aquadest
sebanyak 300 ml pada masing masing labu. Alat uji disolusi USP kemudian diatur
kecepatan pengadukan masing masing 50 rpm, 100 rpm dan 150 rpm. Asam benzoat
dimasukkan ke dalam labu pertama dengan kecepatan 50 rpm dan dinyalakan
stopwatch untuk mengukur waktu yang ditentukan. Sampel larutan asam benzoat
diambil menggunakan syringe sebanyak 5 ml pada setiap pengambilan pada menit ke1, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 setelah pengadukan dan disaring menggunakan membran
filter serta dimasukkan ke dalam labu elenmeyer pada masing masing sampel tiap
waktu. Larutan sampel yang telah disaring ini kemudian diberi satu tetes fenolftalein
dan dilakukan titrasi menggunakan NaOH hingga tepat berubah menjadi warna ungu.
Proses pengambilan sampel ini dilakukan berulang kali dengan perubahan kecepatan
pengadukan pada 100 rpm dan 150 rpm. Titrasi dilakukan dengan cara yang sama dan
dicatat hasil titrasi pada tabel.
V.

DATA DAN PERHITUNGAN PENGAMATAN


WAKTU

VOLUME

kadar

Faktor koreksi

Hasl akhir

1
5
10
15
20
25
30

NaOH
0,1
0,15
2,15
0,3
1,15
0,4
0,4

0,112
0,135
2,415
0,337
1,292
0,449
0,449

0,00187
0,00412
0,044
0,05
0,0715
0,079

0,112
0,13687
2,41912
0,381
1,342
0,5205
0,528

WAKTU

VOLUME

kadar

Faktor koreksi

Hasl akhir

1
5
10
15
20
25
30

NaOH
0,4
0,1
0,05
0,2
0,15
0,2
0,45

0,92
0,112
0,056
0,225
0,168
0,135
0,5

0,015
0,0172
0,018
0,021
0,0247
0,027

0,92
0,127
0,732
0,243
0,189
0,1597
0,327

WAKTU

VOLUME

kadar

Faktor koreksi

Hasl akhir

NaOH

1
5
10
15
20
25
30

0,1
0,25
0,3
0,5
0,6
0,65
0,65

0,112
0,28
0,337
0,562
0,673
0,73
0,73

50 rpm
Menit ke-1
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,1 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 1x 10-3 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
= 1x 10-3 + 0
= 1x 10-3
Menit ke-5
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,15 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,0015 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
= 0,00337 M
Menit ke-10
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
1,15 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,0215 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
= 0,02562M

Menit ke-15
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,3ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,003 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
= 0,047 M
Menit ke-20
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
1,15 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,0115 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
=0,0615 M

1,86 x 10-3
6,53 x10-3
0,012
0,0215
0,03273
0,0449

0,112
0,281
0,344
0,374
0,6945
0,76273
0,7749

Menit ke-25
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,2 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,002 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
= 0,0755
Menit ke-30
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,4 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,004 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
= 0,083

100 rpm
Menit ke-1
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,4 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,004 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
Menit ke-5
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,1 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 1x 10-3 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
Menit ke-10
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,05 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,0005 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
Menit ke-15
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,2 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,002 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi

Menit ke-20
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,15 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,0015 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
Menit ke-25
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,05 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,0015 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
Menit ke-30
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,45 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,0045 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
150 rpm
Menit ke-1
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,1 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,001 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
Menit ke-5
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,25 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,0025
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi

Menit ke-10
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,3 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,003 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
Menit ke-15
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,5 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,005 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi

Menit ke-20
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,6 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,006 M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
Menit ke-25
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,65 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,0065M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi
Menit ke-30
VNaOH MNaOH = Vasam benzoat Masam benzoate
0,65 ml. 0,05 M = 5 ml. M
M = 0,0065M
M koreksi = Mbenzoat + faktor koreksi

Waktu (menit)
1
5
10
15
20
25
30

Molaritas hasil titrasi berbagai rpm (M)


50
100
150
0,001
0,004
0,001
0,00337
0,016
0,00436
0,02562
0,0177
0,00953
0,047
0,02
0,017
0,0615
0,0225
0,0275
0,0755
0,0267
0,03923
0,0315
0,083
0,0514

VI.

PEMBAHASAN

VII.

KESIMPULAN

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Martin, Alfred, James Swarbick, Arthur Cammarata. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta :
Penerbit UI. (p.845-912)
Prasetya, Jemmy Anton dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika. Jimbaran :
Udayana University Press

Anda mungkin juga menyukai