Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA (F207)

“Kelarutan dengan Pengaruh Surfaktan”

Disusun oleh:

Kelompok 3

Devi Safitri (P17335119042) Rasita Shalma (P17335119060)


Dita Suci Ramadhani (P17335119046) Reyhan Muhammad (P17335119062)
Ferra Irnawati (P17335119051) Zidan Akbar (P17335119072)

Kelas : 1B

Dosen Pembimbing:

Angreni Ayuhastuti, M.Si., Apt.

Cucu Fatimah, Amd.Farm

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI

2020
A. JUDUL PRAKTIKUM
Kelarutan dengan Pengaruh Surfaktan

B. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM


Hari : Senin
Tanggal : 20 Januari 2020

C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2. Menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

D. DASAR TEORI (Reyhan Muhammad (P17335119062))


Suatu sifat fisika kimia yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan, terutama
kelarutan sistem dalam air. Jika kelarutan dari zat obat kurang dari yang diinginkan,
pertimbangan harus diberikan untuk memperbaiki kelarutannya (Ansel, 1989). Kelarutan
dari suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga
bergantung pada temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, serta
bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin, dkk,1993).
Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut, dan zat
terlarut dengan zat terlarut. Nilai atau deskripsi kualitatif beberapa parameter fisika-kimia
zat terlarut dan pelarut dapat membantu memberikan gambaran mengenai kelarutan suatu
obat. (Syamsuni,2006)
Beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut.
1. Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut
Aturan yang terkenal, yakni like dissolve like, diperoleh berdasarkan pengamatan bahwa
molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal-balik,
yaitu molekul polar akan larut dalam media yang serupa, yaitu polar, sedangkan molekul
non polar akan larut dalam media non polar.
2. Co-solvency
Co-solvency dapat dipandang sebagai modifikasi polaritas sistem pelarut terhadap zat
terlarut atau terbentuknya pelarut baru yang terjadinya interaksi antar masing-masing
individu pelaut dalam sistem campuran tidak mudah diduga. Co-solvency adalah suatu
peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan karena penambahan pelarut atau modifikasi
pelarut.
3. Sifat kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut.
4. Temperatur
Zat yang bertambah larut ketika suhu dinaikkan, memiliki sifat eksoterm. Sedangkan zat
yang tidak larut ketika suhu dinaikkan, memiliki sifat endoterm.
5. Salting out
Suatu peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar
dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.
6. Salting in
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih kecil dibandingkan
zat utamanya, sehingga menyebabkan kenaikkan zat utama.
7. Pembentukan kompleks
Suatu peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan zat yang larut dengan
membentuk senyawa kompleks yang larut.
8. Common ion effect (efek ion bersama)
Suatu peristiwa dimana terjadi keseimbangan antara partikel padat dengan larutan
jenuhnya.
9. Hidrotopi
Suatu peristiwa bertambahnya kelarutan senyawa yang tidak larut atau sukar larut dengan
penambahan senyawa lain namun bukan zat surfaktan. Mekanismenya hampir
menyerupai salting in, kompleksasi atau kombinasi beberapa faktor.
10. Ukuran partikel
Ukuran partikel zat terlarut terhadap sifat kelarutannya terjadi hanya jika partikel
mempunyai ukuran dalam mikron dan akan terlihat kenaikkan kira-kira 10% dalam
kelarutannya.
Kecepatan melarutnya suatu zat dipengaruhi oleh:
- Ukuran partikel  semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat melarut.
- Suhu  semakin besar suhu, semakin cepat melarut.
- Pengadukan.
11. Ukuran dan bentuk molekul
Sifat-sifat dapat melarutkan pada air sebagian besar disebabkan oleh ukuran molekulnya
yang kecil. Zat cair yang dapat mempunyai polaritas, konstanta dielektrik, dan ikatan
hidrogen dapat menjadi pelarut yang kurang bagi senyawa ionik, karena ukuran
partikelnya lebih besar dan akan sukar bagi zat cair untuk menembus dan melarutkan
kristal. Bentuk molekul zat terlarut juga merupakan faktor dalam meneliti kelarutan. Efek
bentuk molekul zat terlarut terhadap kelarutannya di dalam suatu pelarut lebih banyak
merupakan efek entropi.
12. Struktur air
Struktur air merupakan anyaman molekul tiga dimensi dan strukur hidrogen menentukan
sifat-sifat air dan interaksinya dengan zat terlarut. Strukturnya dapat dimodifikasi secara
kualitatif dan kuantitatif oleh banyak faktor seperti suhu, permukaan, dan zat terlarut.
Struktur air peka terhadap banyak faktor yang dapat memperkuat, memperlemah,
mengubah, atau memecah seluruhnya. Faktor ini termasuk suhu, zat terlarut nonpolar, ion
monovalen dan polivalen, makromolekul, dan permukaan. (Syamsuni,2006)

Solubilisasi didefinisikan sebagai jumlah maksimum suatu zat yang benar-benar dapat
dilarutkan dalam sejumlah tertentu pelarut. Untuk meningkatkan kelarutan suatu zat dalam
air dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan pembentukan garam,
pembentukan kompleks, peningkatan suhu, mengurangi ukuran partikel atau menambahkan
surfaktan (Augustin & Brewster, 2007).
Surfaktan adalah substansi yang dalam kadar rendah suatu sistem dapat teradsorpsi pada
permukaan dan dapat menurunkan tegangan muka atau energi bebas permukaan. Bentuk
antar muka ditunjukkan suatu batas antar dua fase yang tidak saling campur, sedang
permukaan biasanya menunjukkan antar muka dimana salah satu fase adalah fase gas atau
udara. Surfaktan sering digunakan sebagai bahan tambahan karena kemampuannya
mengemulsi, mensuspensi, dan melarutkan obat serta kecenderungan menambah adsorpsi
obat.(Rosen, 1978).
Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk meningkatkan kelarutan
bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi. Surfaktan pada konsentrasi
rendah, menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan laju kelarutan obat (Martin,dkk,
1993).
Misel terbentuk dalam larutan zat aktif permukaan di atas konsentrasi tertentu yang
disebut CMC ( KMK = konsentrasi misel kritis). Pada saat terjadinya CMC akan terjadi
perubahan tajam sifat fisika yang dapat dideteksi dalam larutan air (daya hantar, tekanan
osmotik, penurunan titik beku, tegangan permukaan, viskositas, indeks bias dan lain-lain),
yang dapat dapat digunakan untuk menentukan CMC.
Titrasi langsung adalah perlakuan terhadap suatu senyawa yang larut (titrat), dalam suatu
bejana yang sesuai, dengan larutan yang sesuai yang sudah dibakukan (titran), dan titik akhir
ditetapkan dengan instrument atau secara visual menggunakan indikator yang sesuai.
Penetapan titik akhir (menggunakan indikator atau secara potensiometri) metode yang
sederhana dan paling mudah untuk penetapan titik kesetaraan, yaitu titik pada saat reaksi
analitik stokiometri sempurna dapat digunakan dengan penggunaan indikator bahkan kimia
ini biasanya berwarna, dan memberikan respon untuk berubah dalam kondisi larutan
sebelumdan sesudah titik kesetaraan dengan menunjukan perubahan warna yang dapat di
lihat dengan secara visual sebagai titik akhir dan merupakan perkiraan titik kesetaraan yang
dapat dipercaya .

E. ALAT DAN BAHAN (Zidan Akbar (P17335119072))


Alat Bahan
1. Batang pengaduk 1. Aquadest
2. Kaca arloji 2. Kertas Saring
3. Gelas ukur 3. Asam Benzoat
4. Gelas kimia 4. Fenolftalein
5. Timbangan analitik 5. NaOH 0,1 N
6. Buret 6. Tween 80
7. Corong
8. Erlenmeyer

F. PROSEDUR KERJA (Zidan Akbar (P17335119072))


1. Buatlah larutan dengan komposisi berikut dengan gelas kimia:
Bahan W1 W2 W3 W4 W5
Air (ml) 20 20 20 20 20
Tween 80 (g) 0.2 0.4 0.6 0.8 1

2. Aduk sampai homogen. Masing-masing gelas kimia diberi label


3. Tambahkan asam benzoate sedikit demi sedikit ke dalam masing-masing larutan hingga
diperoleh larutan yang jenuh
4. Kocok larutan dengan batang pengaduk selama beberapa menit. Jika ada endapan yang
larut selama pengocokan, tambahkan lagi asam benzoate sampai diperoleh larutan yang
jenuh kembali
5. Larutan disaring menggunakan corong dan kertas saring
6. Tentukan kadar asam benzoat yang terlarut dalam masing-masing larutan dengan cara
titrasi sebagai berikut. Pipet 5 ml larutan zat, tambahkan ke dalamnya 3 tetes indicator
fenolftalein lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda. Lakukan
penetapan triplo
7. Buatlah kurva dengan kelarutan asam benzoate dengan konsentrasi tween 80 yang
digunakan.

G. DATA HASIL PENGAMATAN (Dita Suci Ramadhani (P17335119046))

Penimbangan Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N sebanyak 1000 ml


Berat kaca arloji kosong 22,584 g ACC
Berat kaca arloji kosong + NaOH 26,609 g ACC

Miniskus labu ukur ACC

Standarisasi NaOH
Larutan V1 V2 V3 ACC V Rata-rata
Asam Oksalat 6,55 ml 6,60 ml 6,85 ml ACC 6,66 ml

Zat Berat Berat Berat zat ACC ACC


Wadah Wadah + zat miniskus
labu ukur
Asam - - 5 ml ACC
Oksalat
NaOH 22, 584 g 26,609 g 4,025 g ACC ACC

Perhitungan N :
𝑉1 𝑁1 = 𝑉2 𝑁2
5 . 0,1 = 6,66 𝑁2
0,0751 N = 𝑁2

ACC perhitungan : ACC


Penimbangan Tween 80
Wadah Berat Wadah Berat Berat zat ACC
wadah+zat
W1 7,064 g 7,262 g 0,198 g ACC
W2 7,613 g 8,013 g 0,4 g ACC
W3 7,298 g 7,898 g 0,6 g ACC
W4 7,681 g 8,484 g 0,8 g ACC
W5 7,464 g 8,464 g 1g ACC

Konsentrasi Tween 80

Wadah W1 W2 W3 W4 W5
Konsentrasi 1 2 3 4 5
(%)

Perhitungan :
0,2
Konsentrasi W1 = × 100%
20
=1%
0,4
Konsentrasi W2 = × 100%
20
= 2%
0,6
Konsentrasi W3 = × 100%
20
= 3%
0,8
Konsentrasi W4 = × 100%
20
= 4%
1
Konsentrasi W5 = 20 × 100%
= 5%

Perhitungan Kadar Asam Benzoat


Wadah 𝑉1 𝑉2 𝑉3 𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 ACC
W1 2,60 ml 2,50 ml 2,50 ml 2,53 ml ACC
W2 3,20 ml 3,10 ml 3,10 ml 3,13 ml ACC
W3 4,50 ml 4,30 ml 4,40 ml 4,40 ml ACC
W4 4,70 ml 4,90 ml 5,70 ml 5,10 ml ACC
W5 5,50 ml 5,80 ml 5,80 ml 5,70 ml ACC

𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 ×𝐵𝑀 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 ×𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 ×100%


Perhitungan Kadar Asam Benzoat = 𝑉 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 ×1000
Wadah 𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 Perhitungan Kadar Asam Benzoat
W1 2,53 ml 2,53 𝑚𝑙 × 122,12 × 0,0751 ×100% 2320,3166
= = 0,4641 %
5 𝑚𝑙 ×1000 5000
W2 3,13 ml 3,13 𝑚𝑙 × 122,12 × 0,0751 ×100% 2870,5893
= = 0,5741 %
5 𝑚𝑙 ×1000 5000
W3 4,40 ml 4,40 𝑚𝑙 × 122,12 × 0,0751 ×100% 4035,3333
= = 0,8071 %
5 𝑚𝑙 ×1000 5000
W4 5,10 ml 5,10 𝑚𝑙 × 122,12 × 0,0751 ×100% 4677,3181
= = 0,9355 %
5 𝑚𝑙 ×1000 5000
W5 5,70 ml 5,70 𝑚𝑙 × 122,12 × 0,0751 ×100% 5227,5908
= = 1,0455 %
5 𝑚𝑙 ×1000 5000

Kurva Antara Kelarutan Asam Benzoat Dengan Konsentrasi Tween 80

1.2000%

1.0455%
1.0000%
Konsentrasi Asam Benzoat

0.9355%
0.8000% 0.8071%

0.6000% 0.5741%
0.4641%
0.4000%

0.2000%

0.0000%
0,2 0,4 0,6 0,8 1
Tween 80

H. PEMBAHASAN (Ferra Irnawati (P17335119051))


Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi suatu zat terlarut
dalam larutan jenuh pada suhu tertentu. Sedangkan secara kualitatif, kelarutan adalah
interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse molekuler. Kelarutan
dinyatakan dalam satuan millimeter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat
Pada praktikum ini dilakukan percobaan mengenai pengaruh penambahan surfaktan
terhadap kelarutan suatu zat, dimana jenis surfaktan yang digunakan adalah Tween 80 dan
larutan yang dibuat adalah larutan Asam Benzoat. Asam Benzoat memiliki kelarutan larut
dalam lebih kurang 350 bagian air (sukar larut dalam air) sehingga untuk meningkatkan
kelarutan Asam Benzoat dibutuhkan Tween 80.
Praktikan melakukan percobaan dengan membuat pencampuran larutan antara air dan
surfaktan (tween 80) dengan massa Tween 80 yang berbeda-beda. Kemudian sampel (Asam
Benzoat) dilarutkan dalam pelarut yang telah ditambahkan surfaktan tersebut dan dilakukan
pengadukkan hingga diperoleh larutan yang jenuh.
Untuk mengetahui jumlah kadar Asam Benzoat yang terlarut dalam campuran air dan
Tween 80 dilakukan titrasi dengan larutan NaOH yang sebelumnya telah dilakukan
pembakuan terlebih dahulu. Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asam-basa, yaitu titrasi
terhadap larutan Asam Benzoat terhadap larutan yang berasal dari basa dengan
menggunakan indikator Fenolftalein (pp). Indikator Fenolftalein berfungsi untuk
menetapkan atau mengetahui titik akhir titrasi atau titik ekuivalen. Titik ekuivalen titrasi
adalah titik dimana larutan titran dan larutan uji telah bereaksi sempurna yang ditandai
dengan terjadinya perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah muda.
Dari data hasil percobaan didapat bahwa semakin banyak Tween 80 yang ditambahkan
kedalam larutan Asam Benzoat maka semakin besar pula volume NaOH yang dibutuhkan.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan maka semakin besar pula
kelarutan Asam Benzoat dalam air.
I. KESIMPULAN (Zidan Akbar (P17335119072))
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Surfaktan dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat
2. Semakin tinggi konsentrasi dari surfaktan, maka kelarutan dari suatu zat akan semakin
tinggi

DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta.
LAMPIRAN (Dita Suci Ramadhani (P17335119046))

Penimbangan W1 Penimbangan W2 Penimbangan W3


(Tween 80) (Tween 80) (Tween 80)

Penimbangan W4 Penimbangan W5
(Tween 80) (Tween 80)

Anda mungkin juga menyukai