Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

“KELARUTAN”

Dosen Pengampu : Muhammad Dzakwan M.Si., Apt

Disusun Oleh : Kelompok 5

Nama Anggota :

Meinanda Dyah P. (23175215A)

Nur Afrieliana (23175216A)

Sinta Yuliana (23175217A)

Ega Damayanti (23175218A)

LABORATORIUM FARMASI FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu :
- Memahami dan mengetahui prinsip kelarutan
- Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
- Memahami cara meningkatkan kelarutan suatu zat

II. TEORI DASAR


Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu
larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen
bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan
bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan
padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994).
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi
zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelarutan juga dapat dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan
persen. Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui
dalam pembuatan sediaan farmasi. Pada umumnya obat baru dapat di
absorpsi dari saluran cerna dalam keadaan terlarut kecuali kalau transport
obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena itu salah satu cara untuk
meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan obat adalah dengan
menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air. Faktor – faktor yang
mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :
1. pH
2. Suhu
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat lain seperti penambahan surfaktan, pembentukan
kompleks, ion sejenis dll.
Pengaruh Jenis Pelarut
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh poaritas dari pelarut,
yaitu oleh dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan
zat polar lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam
segala perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain
(Martin, 2008).

Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan


zat polar. Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara
ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang
rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit
yang berionisasi lemah karena pelarut aprotik, dan tidak dapat membentuk
jembatan hidrogen dengan nonelektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan
polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar
(Martin, 2008). Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme
sebagai berikut :

1. Mengurangi gaya tarik antar ion yang berlawanan dalam kristal.


2. Memecah ikatan kovalen elektrolit – elektrolit kuat, karena
pelarut ini bersifat amfiprotik.
3. Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut.
Konstantan dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi dan
merupakan rasio antara kapasitas elektrik medium (Cx) terhadap vakum (Cv)
atau Cx . Cv-1. Besarnya konstanta dielektrik menurut Moore dapat diukur
dengan menambahkan bahan pelarut lain dengan polaritas yang berbeda. Co
– solvency adalah suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran
dibandingkan dengan pelarut tunggalnya. Sedangkan Co – solvent adalah
bahan pelarut di dalam pelarut campur yang mampu meningkatkan
kelarutan zat.
Pengaruh Bentuk dan Ukuran Partikel
Kelarutan suatu zat akan meningkat dengan berkurangnya ukuran
partikel zat tersebut, sesuai dengan persamaan Ostwald – freundlich sebagai
berikut :
2𝛾𝑀 𝛼 2𝛾𝑀
𝐿𝑛 𝑆 = = 𝛼= maka S = S∞.e a/r
𝑅𝑇𝜌𝑟 𝑟 𝑅𝑇𝜌

Keterangan :
S = kelarutan partikel halus (nano)

S∞ = kelarutan partikel besar


γ = tegangan permukaan artikel zat padat (dalam kasus ini sukar
ditemukan)
M = bobot molekul zat terlarut
ρ = bobot jenis
r = jari – jari akhir partikel (cm)
R = konstanta gas (8,314 erg x 107 . der-1 . mol-1)
Pengaruh ukuran partikel terhadap kelarutan suatu obat tidak akan
terlihat dengan jelas kecuali bila ukuran partikel obat direduksi menjadi
ukuran nano atau mikro. Pengurangan ukuran partikel yang sangat ekstrim
tersebut tidak dapat dicapai dengan jalan penggilingan atau mikronisasi
biasa. Untuk mencapai ukuran tersebut dapat digunakan metode pembuatan
larutan padat, colloid mill, ball milling, High Pressure Homogenization,
sinication, presipitasi atau kombinasi beberapa metode. Mesin Colloid Mill
digunakan untuk membuat larutan koloid atau mengecilkan ukuran partikel
dari bahan obat di industri farmasi.

Pengaruh Penambahan Surfaktan

Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan


kelarutan zat. Molekul surfaktan terdiri dua bagian yaitu bagian polar dan
non polar. Bila permukaan cairan telah jenuh dengan molekul – molekul
surfaktan maka molekul – molekul yang berada di dalam cairan akan
membentuk agreagat yang di sebut misel. Konsentrasi pada saat misel mulai
terbentuk disebut Konsentrasi Misel Kritik (KMK). Sifat penting misel
adalah kemampuannya dalam menaikkan kelarutan zat – zat yang sukar
larut dalam air. Proses ini dikenal sebagai solubilisasi misel. Solubilisasi
terjadi karena molekul zat yang sukar larut berasosiasi dengan misel
membentuk suatu larutan jernih dan stabil secara termodinamika. Selain
penambahan surfaktan dapat juga dilakukan penambahan zat – zat
pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat. Misalkan,
penambhan uretan dalam pembuatan injeksi kinin atau pembuatan
kompleks inklusi siklodekstrin.

III. Alat & Bahan

Alat :
- Spektrofotometer UV – Vis
- Mikropipet
- Pipet Volume
- Tabung Reaksi
- Beaker Glass
- Labu Takar 10, 25, 50, 100 dan 250 ml
- Orbital Shaker
- Kertas Saring Whatman
Bahan :
- Parasetamol
- Propilenglikol
- Aquadest
- Etanol 96%
- Tween 80
- Metanol
IV. PROSEDUR KERJA
Pembuatan Kurva Baku Paracetamol
Menimbang 250 g Parasetamol kemudian memasukkannya ke dalam labu
takar 250 ml (1000ppm)

Menambahkan metanol secukupnya kemudian menambahkan aquadest ad


250 ml ad larut

Mengambil 10 ml larutan daru larutan yang konsentrasinya 1000ppm


kemudian menaruhnya dalam labu takar 100ml (100 ppm)

Membuat seri pengenceran yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm.
Kemudian memasukkanya ke dalam labu takar 25 ml, menambahkan
aquadest ad 25 ml

Mencari absorbansi menggunakan spektrofotometer. Setelah mengetahui


absorbansinya lalu menghitung kadarnya menggunakan rumus y = a + bx

Pengaruh Pelarut Terhadap Kelarutan Zat


Membuat 50 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel

Mengambil 50 ml campuran pelarut, melarutkan parasetamol sebanyak 1g


ke dalam masing - masing campuran pelarut

Mengkocok larutan dengan orbital shaker selama 2 jam. Jika ada endapan
yang larut selama pengocokan. Menambahkan lagi 1g parasetamol sampai
diperoleh larutan yang jenuh kembali

Menyaring larutan, mengambil filtratnya sebanyak 1 ml memasukkan ke


dalam labu takar volume 100 ml, menambahkan aquadest sampai tanda
batas

Membaca absorbansinya dengan spektrofotometer UV pada ƛ 244 nm

Dengan persamaan kurva baku menghitung kadar yang terlarut (mg/ml)


Air (% v/v) Etanol (% v/v) Propilenglikol (% v/v)
30 0 20
30 2,5 17,5
30 5 15
30 7,5 12,5
30 10 10
30 15 5
30 17,5 2,5
30 20 0
Tabel Pelarut

Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Zat


Membuat 50 ml larutan Tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,5; 1,0; 5,0;
10,0; 50,0; dan 100mg/100ml

Menambahkan 1g parasetamol ke dalam masing - masing larutan Tween 80

Mengkocok larutan dengan orbital shaker selama 2 jam. Jika ada endapan
yang larut selama pengocokan, menambahkan lagi 1g Parasetamol sampai
diperoleh larutan yang jenuh kembali

Menyaring larutan, mengambil filltratnya sebanyak 1ml, masukkan ke dalam


labu takar volume 100ml, menambahkan aquadest sampai tanda batas

Membaca absorbansi dengan spektrofotometer UV pada ƛ 244 nm

Dengan persamaan kurva baku, menghitung kadar yang terlarut (mg/ml)

Membuat kurva baku hubungan antara kelarutan Parasetamol dengan


konsentrasi Tween 80

Menentukan Konsentrasi Misel Kritik (KMK) Tween 80


V. DATA & PERHITUNGAN
A. KURVA BAKU
 Konsentrasi Awal
250 mg
= 1000ppm
250 mL

 Konsentrasi Pada Labu Takar 100ml


V1 x N1 = V2 x N2
10 x 1000 = 100 x N2
N2 = 100 ppm

 Volume Seri Pengenceran


Pengenceran 1 (2ppm) Pengenceran 2 (4ppm)

V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 100 = 25 x 2 V1 x 100 = 25 x 4
50 100
V1 = 100 V1 = 100

V1 = 0,5ml V1 = 1ml

Pengenceran 3 (6ppm) Pengenceran 4 (8ppm)

V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 100 = 25 x 6 V1 x 100 = 25 x 8
150 200
V1 = 100 V1 = 100

V1 = 1,5ml V1 = 2ml

Pengenceran 5 (10ppm)

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 100 = 25 x 10
250
V1 = 100

V1 = 2,5ml
 Hasil Kurva Baku

No. ppm Abs A = 0,12027


1. 10 0,752
B = 0,06425
2. 8 0,6469
R = 0,99999
3. 6 0,5049
y = A + Bx
4. 4 0,3756
5. 2 0,2451 y = 0,12027 + 0,6425 x

B. PENGARUH PELARUT

Pelarut Abs Kadar


No FP
Air Etanol PEG I II III mg/ml
1 30 0 20 150 0,804 0,706 0,692 1,618
2 30 2,5 17,5 150 0,734 0,709 0,702 1,38
3 30 5 15 150 0,351 0,347 0,355 0,54
4 30 7,5 12,5 150 0,672 0,668 0,672 1,28
5 30 10 10 160 0,410 0,49 0,49 0,85
6 30 15 5 150 0,267 0,269 0,262 0,34
7 30 17,5 2,5 150 0,615 0,618 0,618 1,160
8 30 20 0 150 0,464 0,477 0,470 0,817

Perhitungan Kadar :

NOMOR 1
Abs I (0,804) Abs II (0,706)
Y = A + BX Y = A + BX
0,804 = 0,12027 + 0,06425X 0,706 = 0,12027 + 0,06425X
0,804 – 0,12027 = 0,06425X 0,706 – 0,12027 = 0,06425X
0,68373 = 0,06425X 0,58573 = 0,06425X
0,68373 0,58573
X = X =
0,06425 0,06425

X = 10,64171 µg/mL X = 9,116420 µg/mL


X = 0,001064171 mg/mL X = 0,00911642 mg/mL
Kadar = 0,001064171 mg/mL x FP Kadar = 0,00911642 mg/mL x FP
= 0,001064171 mg/mL x 150 = 0,00911642 mg/mL x 150
= 1,59625 mg/mL = 1,36746 mg/mL
Abs III (0,706)
Y = A + BX
0,692 = 0,12027 + 0,06425X
0,692 – 0,12027 = 0,06425X
0,57173 = 0,06425X
0,57173
X = 0,06425

X = 8,89852 µg/mL
X = 0,00889852 mg/mL
Kadar = 0,00889852 mg/mL x FP
= 0,00889852 mg/mL x 150
= 1,33477 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= Abs II 3
1,59625 mg/mL + 1,36746 mg/mL + 1,33477 mg/mL
= 3

= 1,618 mg/mL

NOMOR 2
Abs I (0,734) Abs II (0,709)
Y = A + BX Y = A + BX
0,734 = 0,12027 + 0,06425X 0,709 = 0,12027 + 0,06425X
0,734 – 0,12027 = 0,06425X 0,709 – 0,12027 = 0,06425X
0,61373 = 0,06425X 0,58873 = 0,06425X
0,61373 0,58873
X = X =
0,06425 0,06425

X = 9,552217 µg/mL X = 9,16311 µg/mL


X = 0,009552217 mg/mL X = 0,00916311 mg/mL
Kadar = 0,009552217 mg/mL x FP Kadar = 0,00916311 mg/mL x FP
= 0,009552217 mg/mL x 150 = 0,00916311 mg/mL x 150
= 1,432832 mg/mL = 1,3744665 mg/mL
Abs III (0,702)
Y = A + BX
0,702 = 0,12027 + 0,06425X
0,702 – 0,12027 = 0,06425X
0,58173 = 0,06425X
0,58173
X = 0,06425

X = 9,05416 µg/mL
X = 0,00905416 mg/mL
Abs II
Kadar = 0,00905416 mg/mL x FP
= 0,00905416 mg/mL x 150
= 1,35812 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
1,432832 mg/mL + 1,3744665 mg/mL + 1,35812 mg/mL
= 3

= 1,38 mg/mL

NOMOR 3
Abs I (0,351) Abs II (0,347)
Y = A + BX Y = A + BX
0,351 = 0,12027 + 0,06425X 0,347 = 0,12027 + 0,06425X
0,351 – 0,12027 = 0,06425X 0,347 – 0,12027 = 0,06425X
0,23073 = 0,06425X 0,22673 = 0,06425X
0,23073 0,22673
X = X = 0,06425
0,06425

X = 3,5911 µg/mL X = 3,5289 µg/mL


X = 0,0035911 mg/mL X = 0,0035289 mg/mL
Kadar = 0,0035911 mg/mL x FP Kadar = 0,0035289 mg/mL x FP
= 0,0035911 mg/mL x 150 = 0,0035289 mg/mL x 150
= 0,5387 mg/mL = 0,5293 mg/mL
Abs III (0,355)
Y = A + BX
0,355 = 0,12027 + 0,06425X
0,355 – 0,12027 = 0,06425X
0,23473 = 0,06425X
0,23473
X = 0,06425

X = 3,6534 µg/mL
X = 0,0036534 mg/mL
Kadar = 0,0036534 mg/mL x FP
= 0,0036534 mg/mL x 150
= 0,5480 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
0,5387 mg/mL + 0,5293 mg/mL + 0,5480 mg/mL
=
3

= 0,5387 mg/mL

NOMOR 4
Abs I (0,672) Abs II (0,0,668)
Y = A + BX Y = A + BX
0,672 = 0,12027 + 0,06425X 0,668 = 0,12027 + 0,06425X
0,672 – 0,12027 = 0,06425X 0,668 – 0,12027 = 0,06425X
0,55173 = 0,06425X 0,54773 = 0,06425X
0,55173 0,54773
X = 0,06425 X = 0,06425

X = 8,58724 µg/mL X = 8,52498 µg/mL


X = 0,00858724 mg/mL X = 0,00852498 mg/mL
Kadar = 0,00858724 mg/mL x FP Kadar = 0,00852498 mg/mL x FP
= 0,00858724 mg/mL x 150 = 0,00852498 mg/mL x 150
= 1,2881 mg/mL = 1,2787 mg/mL
Abs III (0,672)
Y = A + BX
0,672 = 0,12027 + 0,06425X
0,672 – 0,12027 = 0,06425X
0,55173 = 0,06425X
0,55173
X = 0,06425

X = 8,58724 µg/mL
X = 0,00858724 mg/mL
Kadar = 0,00858724 mg/mL x FP
= 0,00858724 mg/mL x 150
= 1,2881 mg/mL
Rata – rata Kadar
Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
1,2881 mg/mL + 1,2787 mg/mL + 1,2881 mg/mL
= 3

= 1,28
=
NOMOR 5
Abs I (0,410) Abs II (0,49)
Y = A + BX Y = A + BX
1,28 mg/mL
0,410 = 0,12027 + 0,06425X 0,49 = 0,12027 + 0,06425X
0,410 – 0,12027 = 0,06425X 0,49 – 0,12027 = 0,06425X
0,28973 = 0,06425X 0,36973 = 0,06425X
0,28973 0,36973
X = 0,06425 X = 0,06425

X = 4,509416 µg/mL X = 5,754552 µg/mL


X = 0,004509416 mg/mL X = 0,005754552 mg/mL
Kadar = 0,004509416 mg/mL x FP Kadar = 0,005754552 mg/mL x FP
= 0,004509416 mg/mL x 160 = 0,005754552 mg/mL x 160
= 0,72150656 mg/mL = 0,9207283 mg/mL
Abs III (0,49)
Y = A + BX
0,49 = 0,12027 + 0,06425X
0,49 – 0,12027 = 0,06425X
0,36973 = 0,06425X
0,36973
X = 0,06425

X = 5,754552 µg/mL
X = 0,005754552 mg/mL
Kadar = 0,005754552 mg/mL x FP
= 0,005754552 mg/mL x 160
= 0,9207283 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
0,72150656 mg/mL + 0,9207283 mg/mL + 0,9207283 mg/mL
= 3

= 0,85 mg/mL

NOMOR 6
Abs I (0,267) Abs II (0, 269)

Y = A + BX Y = A + BX

0,267 = 0,12027 + 0,06425X 0,269 = 0,12027 + 0,06425X

0,267 – 0,12027 = 0,06425X 0,269 – 0,12027 = 0,06425X

0,14673 = 0,06425X 0,14873 = 0,06425X


0,14673 0,14873
X = X =
0,06425 0,06425

X = 2,2855140 µg/mL X = 2,31486 µg/mL

X = 0,002855140 mg/mL X = 0,00231486 mg/mL

Kadar = 0,002855140 mg/mL x FP Kadar = 0,00231486 mg/mL x FP

= 0,002855140 mg/mL x 150 = 0,00231486 mg/mL x 150

= 0,342827 mg/mL = 0,347229 mg/mL


Abs III (0,262)
Y = A + BX
0,262 = 0,12027 + 0,06425X
0,262 – 0,12027 = 0,06425X
0,14173 = 0,06425X
0,14173
X = 0,06425

X = 2,2059 µg/mL
X = 0,0022059 mg/mL
Kadar = 0,0022059 mg/mL x FP
= 0,0022059 mg/mL x 150
= 0,330885 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
0,342827 mg/mL + 0,347229 mg/mL + 0,330885 mg/mL
=
3

= 0,34 mg/mL

NOMOR 7
Abs I (0,615) Abs II (0,618)
Y = A + BX Y = A + BX
0,615 = 0,12027 + 0,06425X 0,618 = 0,12027 + 0,06425X
0,615 – 0,12027 = 0,06425X 0,618 – 0,12027 = 0,06425X
0,49473 = 0,06425X 0,49773 = 0,06425X
0,49473 0,49773
X = 0,06425 X = 0,06425

X = 7,700 µg/mL X = 7,74677 µg/mL


X = 0,0077 mg/mL X = 0,00774677 mg/mL
Kadar = 0,0077 mg/mL x FP Kadar = 0,00774677 mg/mL x FP
= 0,0077 mg/mL x 150 = 0,00774677 mg/mL x 150
= 1,155 mg/mL = 1,162 mg/mL
Abs III (0,618)
Y = A + BX
0,618 = 0,12027 + 0,06425X
0,618 – 0,12027 = 0,06425X
0,49773 = 0,06425X
0,49773
X = 0,06425

X = 7,74677 µg/mL
X = 0,00774677 mg/mL
Kadar = 0,00774677 mg/mL x FP
= 0,00774677 mg/mL x 150
= 1,162 mg/mL
Rata – rata Kadar
Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
1,115 mg/mL + 1,162 mg/mL + 1,162 mg/mL
= 3

= 1,160 mg/mL

NOMOR 8
Abs I (0,464) Abs II (0,464)
Y = A + BX Y = A + BX
0,464 = 0,12027 + 0,06425X 0,477 = 0,12027 + 0,06425X
0,464 – 0,12027 = 0,06425X 0,477 – 0,12027 = 0,06425X
0,34373 = 0,06425X 0,35673 = 0,06425X
0,49473 0,35673
X = 0,06425 X = 0,06425

X = 5,350 µg/mL X = 5,5522 µg/mL


X = 0,005350 mg/mL X = 0,0055522 mg/mL
Kadar = 0,005350 mg/mL x FP Kadar = 0,0055522 mg/mL x FP
= 0,005350 mg/mL x 150 = 0,0055522 mg/mL x 150
= 0,8025 mg/mL = 0,8328 mg/mL
Abs III (0,470)
Y = A + BX
0,470 = 0,12027 + 0,06425X
0,470 – 0,12027 = 0,06425X
0,34973 = 0,06425X
0,34973
X = 0,06425

X = 5,4433 µg/mL
X = 0,0054433 mg/mL
Kadar = 0,0054433 mg/mL x FP
= 0,0054433 mg/mL x 150
= 0,816 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
0,8025 mg/mL + 0,8328 mg/mL + 0,816 mg/mL
=
3

= 0,817 mg/mL
C. PENGARUH SURFAKTAN
A = 0,12027
B = 0,06425
R = 0,99999
y = A + Bx
y = 0,12027 + 0,6425 x

Abs
No Konsentrasi FP Kadar mg/ml
I II III
1 0 150 0,617 0,601 0,603 1,136
2 0,1 150 0,268 0,268 0,268 0,345
3 0,5 150 0,448 0,445 0,44 0,765
4 1 150 0,422 0,423 0,423 0,70
5 5 150 0,728 0,734 0,732 1,42
6 10 160 0,266 0,268 0,267 0,36
7 15 150 0,562 0,562 0,561 1,0305
8 20 150 0,809 0,799 0,803 1,595
Perhitungan Kadar :

NOMOR 1
Abs I (0,617) Abs II (0,601)
Y = A + BX Y = A + BX
0,617 = 0,12027 + 0,06425X 0,601 = 0,12027 + 0,06425X
0,617 – 0,12027 = 0,06425X 0,601 – 0,12027 = 0,06425X
0,49673 = 0,06425X 0,48073 = 0,06425X
0,49673 0,48073
X = X =
0,06425 0,06425

X = 7,7312 µg/mL X = 7,4822 µg/mL


X = 0,0077312 mg/mL X = 0,0074822 mg/mL
Kadar = 0,0077312 mg/mL x FP Kadar = 0,0074822 mg/mL x FP
= 0,0077312 mg/mL x 150 = 0,0074822 mg/mL x 150
= 1,15968 mg/mL = 1,12233 mg/mL
Abs III (0,603)
Y = A + BX
0,603 = 0,12027 + 0,06425X
0,603 – 0,12027 = 0,06425X
0,48273 = 0,06425X
0,48273
X = 0,06425

X = 7,5133 µg/mL
X = 0,0075133 mg/mL
Kadar = 0,0075133 mg/mL x FP
= 0,0075133 mg/mL x 150
= 1,126995 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
1,15968 mg/mL + 1,12233 mg/mL + 1,126995 mg/mL
= 3

= 1,136 mg/mL
NOMOR 2
Abs I (0,268) Abs II (0,268)
Y = A + BX Y = A + BX
0,268 = 0,12027 + 0,06425X 0,268 = 0,12027 + 0,06425X
0,268 – 0,12027 = 0,06425X 0,268 – 0,12027 = 0,06425X
0,14773 = 0,06425X 0,14773 = 0,06425X
0,14773 0,14773
X = X =
0,06425 0,06425

X = 2,299 µg/mL X = 2,299 µg/mL


X = 0,002299 mg/mL X = 0,002299 mg/mL
Kadar = 0,002299 mg/mL x FP Kadar = 0,002299 mg/mL x FP
= 0,002299 mg/mL x 150 = 0,002299 mg/mL x 150
= 0,345 mg/mL = 0,345 mg/mL
Abs III (0,268)
Y = A + BX
0,268 = 0,12027 + 0,06425X
0,268 – 0,12027 = 0,06425X
0,14773 = 0,06425X
0,14773
X = 0,06425

X = 2,299 µg/mL
X = 0,002299 mg/mL
Kadar = 0,002299 mg/mL x FP
= 0,002299 mg/mL x 150
= 0,345 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
0,345 mg/mL + 0,345 mg/mL + 0,345 mg/mL
= 3

= 0,345 mg/mL
NOMOR 3
Abs I (0,448) Abs II (0,445)

Y = A + BX Y = A + BX

0,448 = 0,12027 + 0,06425X 0,445 = 0,12027 + 0,06425X

0,448 – 0,12027 = 0,06425X 0,445 – 0,12027 = 0,06425X

0,32773 = 0,06425X 0,32473 = 0,06425X


0,32473
0,32773 X =
X = 0,06425
0,06425

X = 5,1008 µg/mL X = 5,0542 µg/mL

X = 0,0051008 mg/mL X = 0,0050542 mg/mL

Kadar = 0,0051008 mg/mL x FP Kadar = 0,0050542 mg/mL x FP

= 0,0051008 mg/mL x 150 = 0,0050542 mg/mL x 150

= 0,76512 mg/mL = 0,75813 mg/mL


Abs III (0,44)
Y = A + BX
0,44 = 0,12027 + 0,06425X
0,44 – 0,12027 = 0,06425X
0,31973 = 0,06425X
0,31973
X = 0,06425

X = 4,9763 µg/mL
X = 0,0049763 mg/mL
Kadar = 0,0049763 mg/mL x FP
= 0,0049763 mg/mL x 150
= 0,746445 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
0,76512 mg/mL + 0,75813 mg/mL + 0,746445 mg/mL
= 3

= 0,765 mg/mL

NOMOR 4
Abs I (0,422) Abs II (0,423)
Y = A + BX Y = A + BX
0,422 = 0,12027 + 0,06425X 0,423 = 0,12027 + 0,06425X
0,422 – 0,12027 = 0,06425X 0,423 – 0,12027 = 0,06425X
0,30173 = 0,06425X 0,30273 = 0,06425X
0,30173 0,30273
X = X =
0,06425 0,06425

X = 4,696 µg/mL X = 4,712 µg/mL


X = 0,004696 mg/mL X = 0,004712 mg/mL
Kadar = 0,004696 mg/mL x FP Kadar = 0,004712 mg/mL x FP
= 0,004696 mg/mL x 150 = 0,004712 mg/mL x 150
= 0,7044 mg/mL = 0,7068 mg/mL
Abs III (0,423)
Y = A + BX
0,423 = 0,12027 + 0,06425X
0,423 – 0,12027 = 0,06425X
0,30273 = 0,06425X
0,30273
X = 0,06425

X = 4,712 µg/mL
X = 0,004712 mg/mL
Kadar = 0,004712 mg/mL x FP
= 0,004712 mg/mL x 150
= 0,7068 mg/mL
Rata – rata Kadar
Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
0,7044 mg/mL + 0,7068 mg/mL + 0,7068 mg/mL
= 3

= 0,70 mg/mL
NOMOR 5
Abs I (0,728) Abs II (0,734)
Y = A + BX Y = A + BX
0,728 = 0,12027 + 0,06425X 0,734 = 0,12027 + 0,06425X

0,728 – 0,12027 = 0,06425X 0,734 – 0,12027 = 0,06425X

0,60773 = 0,06425X 0,61373 = 0,06425X


0,60773 0,61373
X = X =
0,06425 0,06425

X = 9,4588 µg/mL X = 9,5522 µg/mL

X = 0,0094588 mg/mL X = 0,0095522 mg/mL

Kadar = 0,0094855 mg/mL x FP Kadar = 0,0095522 mg/mL x FP

= 0,0094855 mg/mL x 150 = 0,0095522 mg/mL x 150

= 1,4228 mg/mL = 1,4328 mg/mL


Abs III (0,732)
Y = A + BX
0,732 = 0,12027 + 0,06425X
0,732 – 0,12027 = 0,06425X
0,61173 = 0,06425X
0,61173
X = 0,06425

X = 9,5211 µg/mL
X = 0,0095211 mg/mL
Kadar = 0,0095211 mg/mL x FP
= 0,0095211 mg/mL x 150
= 1,4282 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
1,4228 mg/mL + 1,4328 mg/mL + 1,4282 mg/mL
= 3

= 1,42 mg/mL

NOMOR 6
Abs I (0,266) Abs II (0,268)
Y = A + BX Y = A + BX
0,266 = 0,12027 + 0,06425X 0,268 = 0,12027 + 0,06425X
0,266 – 0,12027 = 0,06425X 0,268 – 0,12027 = 0,06425X
0,14573 = 0,06425X 0,14773 = 0,06425X
0,14573 0,14773
X = X =
0,06425 0,06425

X = 2,2682 µg/mL X = 2,2993 µg/mL


X = 0,0022682 mg/mL X = 0,0022993 mg/mL
Kadar = 0,0022682 mg/mL x FP Kadar = 0,0022993 mg/mL x FP
= 0,0022682 mg/mL x 160 = 0,0022993 mg/mL x 160
= 0,3629 mg/mL = 0,3679 mg/mL
Abs III (0,267)
Y = A + BX
0,267 = 0,12027 + 0,06425X
0,267 – 0,12027 = 0,06425X
0,14673 = 0,06425X
0,14673
X = 0,06425

X = 2,2837 µg/mL
X = 0,0022837 mg/mL
Kadar = 0,0022837 mg/mL x FP
= 0,0022837 mg/mL x 160
= 0,3654 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
0,3629 mg/mL + 0,3679 mg/mL + 0,3654 mg/mL
= 3

= 0,36 mg/mL

NOMOR 7
Abs I (0,562) Abs II (0,562)
Y = A + BX Y = A + BX
0,562 = 0,12027 + 0,06425X 0,562 = 0,12027 + 0,06425X
0,562 – 0,12027 = 0,06425X 0,562 – 0,12027 = 0,06425X
0,44173 = 0,06425X 0,44173 = 0,06425X
0,44173 0,44173
X = X =
0,06425 0,06425

X = 6,8752 µg/mL X = 6,8752 µg/mL


X = 0,0068752 mg/mL X = 0,0068752 mg/mL
Kadar = 0,0068752 mg/mL x FP Kadar = 0,0068752 mg/mL x FP
= 0,0068752 mg/mL x 150 = 0,0068752 mg/mL x 150
= 1,0313 mg/mL = 1,0313 mg/mL
Abs III (0,561)
Y = A + BX
0,561 = 0,12027 + 0,06425X
0,561 – 0,12027 = 0,06425X
0,44073 = 0,06425X
0,44073
X = 0,06425

X = 6,8596 µg/mL
X = 0,0068596 mg/mL
Kadar = 0,0068596 mg/mL x FP
= 0,0068596 mg/mL x 150
= 1,0289 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
1,0313 mg/mL + 1,0313 mg/mL + 1,0289 mg/mL
= 3

= 1,0305 mg/mL

NOMOR 8
Abs I (0,809) Abs II (0,799)
Y = A + BX Y = A + BX
0,809 = 0,12027 + 0,06425X 0,799 = 0,12027 + 0,06425X
0,809 – 0,12027 = 0,06425X 0,799 – 0,12027 = 0,06425X
0,68873 = 0,06425X 0,67873 = 0,06425X
0,68873 0,67873
X = X =
0,06425 0,06425

X = 10,7195 µg/mL X = 10,5639 µg/mL


X = 0,0107195 mg/mL X = 0,0105639 mg/mL
Kadar = 0,0107195 mg/mL x FP Kadar = 0,0105639 mg/mL x FP
= 0,0107195 mg/mL x 150 = 0,0105639 mg/mL x 150

= 1,607925 mg/mL = 1,584585 mg/mL


Abs III (0,803)
Y = A + BX
0,803 = 0,12027 + 0,06425X
0,803 – 0,12027 = 0,06425X
0,68273 = 0,06425X
0,68273
X = 0,06425

X = 10,626 µg/mL
X = 0,010626 mg/mL
Kadar = 0,010626 mg/mL x FP
= 0,010626 mg/mL x 150
= 1,5939 mg/mL

Rata – rata Kadar


Kadar I + Kadar II + Kadar III
= 3
1,607925 mg/mL + 1,584585 mg/mL + 1,5939 mg/mL
= 3

= 1,595mg/mL
VI. PEMBAHASAN
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat terlarut melarut pada suatu
pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi
suatu zat, kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu
tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau
solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogen.
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk
jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Prinsip umum kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan
secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
atau lebih untuk membentuk dispersi molekuler homogen.

Berdasarkan zat terlarutnya, dibedakan menjadi 3:


 Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat(zat tertentu)
 Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi di
bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada
temperatur tertentu
 Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut
dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada
temperatur tentetu,terdapat juga zat terlarut yang tidak larut
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai suatu
konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan
tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat
melarutkan satu gram zat. Suatu kelarutan juga dapat dinyatakan dalam satuan
molalitas, molaritas dan persen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur,
jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan
surfaktan, serta efek garam. Semakin tinggi temperature maka akan
mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan
mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi
kelarutan zat. Seringkali zat terlarut lebih lebih larut dalam campuran pelarut
daripada dalam satu pelarut saja.Gejala ini dikenal dengan melarut bersama
(cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan zat
disebut cosolvent.
Pada praktikum ini pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan
parasetamol, menggunakan pelarut tunggal dan pelarut campuran air, alcohol
dan propilenglikol dengan perbandingan yang berbeda. Kelarutan suatu zat
sangat dipengaruhi oleh jenis pelarut atau polaritas pelarut. Pelarut polar akan
melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan
juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non
polar dari suatu molekul.Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat,
makin sukar zat tersebut larut dalam air. Menurut Hilderbrane : kemampuan
zat terlarut untuk membentuk ikatan hidrogen lebih pentig dari pada kemolaran
suatu zat.
Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam
senyawa polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan
senyawa polar sehingga mudah larut dalam air yang juga merupakan senyawa
polar. Sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa
nonpolar, misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa nonpolar
umumnya tidak larut dalam senyawa polar, misalnya NaCl tidak larut dalam
minyak tanah. Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme
sebagai berikut :
 Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam Kristal.
 Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini
bersifat amfiprotik.
 Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut.
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara
ion-ion karena konstanta dielektiknya yang rendah.Iapun tidak dapat
memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen.
Pelarut ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengan tekanan internal yang
sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat menginduksi
tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar.Ia bertindak sebagai
perantara (Intermediete Solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar
dengan non polar.
Dari percobaan beberapa perbandingan pelarut campur dengan sampel
Paracetamol didapatkan kurva sebagai berikut:

Konsentrasi
Kurva Pengaruh Pelarut
pelarut
35

30

25

20

15

10

0 Kadar
0.34 0.54 0.82 0.85 1.16 1.28 1.38 1.62
(mg/mL)
Air Etanol Propilenglikol

Berdasarkan teori, Parasetamol merupakan suatu zat yang bersifat polar.


Adanya penambahan etanol dan PEG dalam larutan campur ini adalah sebagai
co-solvent. Co – solvent adalah bahan pelarut yang berada dalam pelarut
campur yang mampu meningkatkan kelarutan suatu zat. Dari hasil kurva yang
diperoleh, kadar Parasetamol terendah didapatkan pada saat perbandingan
pelarut campur antara air : etanol : PEG yaitu 30 : 15 : 5, kadarnya yaitu
sebesar 0,34 mg/mL. Dan kadar tertinggi diperoleh pada saat perbandingan
pelarut campur antara air : etanol : PEG yaitu 30 : 0 : 20, kadarnya yaitu
sebesar 1,62 mg/mL. Sedangkan dengan berbagai variasi konsentrasi pelarut
yang digunakan, kadar dari parasetamol naik turun. Kadar parasetamol mulai
terlihat naik dengan konstan pada saat konsentrasi dari PEG dinaikkan dan
konsentrasi etanol diturunkan secara bertahap.

Konsentrasi Kurva Pengaruh Surfaktan


pelarut
25

20

15

10

0 Kadar
0.34 0.36 0.7 0.76 1.03 1.14 1.42 1.59 (mg/mL)

Pada penambahan surfaktan yang merupakan zat yang berguna untuk


meningkatkan kelarutan karena mempunyai 2 sifat yaitu polar dan non polar,
dapat dilihat kadar dari Parasetamol yang diperoleh seperti kurva diatas. Kadar
tertinggi Parasetamol yaitu 1,59 mg/mL, sedangkan kadar terendahnya yaitu
0,34 mg/mL. Dapat dilihat Konsentrasi Misel Kritik (KMK) pada titik ketiga
yaitu pada saat kadarnya 0,7 mg/mL. Pada titik tersebut, permukaan cairan
telah jenuh dengan molekul surfaktan sehingga molekul yang berada di dalam
cairan membentuk suatu agregat disebut misel. Sifat yang dimiliki misel yaitu
mampu menaikkan kelarutan zat yang sukar larut dalam air. Proses ini dikenal
dengan solubilisasi misel. Kurva yang diperoleh pada praktikum ini belum
sempurna karena kadar parasetamol naik turun dengan adanya penambahan
konsentrasi surfaktan pada larutan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
kurang telitinya pengamat dalam melakukan praktikum dan kemungkinan
adanya kesalahan pada praktikum.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan kadar
Parasetamol tertinggi pada pengujian pengaruh pelarut yaitu sebesar 1,62
mg/mL dan kadar terendahnya yaitu 0,34 mg/mL. Sedangkan berdasarkan
pengaruh penambahan surfaktan, kadar tertinggi Parasetamol adalah sebesar
1,59 mg/mL dan kadar terendahnya 0,34 mg/mL. Adanya penambahan pelarut
yang disesuaikan dengan kepolaritasan zat uji dapat meningkatkan kelarutan
suatu zat. Serta penambahan surfaktan juga dapat meningkatkan kelarutan
suatu zat dalam pelarut yang digunakan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika Edisi I. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.

R.Voight.1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai