I. Tujuan
1.1 Menentukan koefisien partisi asam salisilat, suatu senyawa antiseptik
untuk infeksi saluran kemih, menggunakan metode pengocokan.
II. Prinsip
2.1 Like dissolve like
Like dissolve like merupakan suatu konsep yang menjelaskan dimana
senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar dan senyawa
yang bersifat nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar. (Afrianti et
all, 2014)
2.2 ECC
Ekstaksi cair-cair adalah teknik menyiapkan sampel klasik untuk
mengekstraksi analit, membersihkan komponen matriks yang
menggangu, memekatkan analit, dan mengubah pelarut sehingga hasil
analit sesuai dengan teknik yang digunakan. (Rohman, 2014)
2.3 Netralisasi
Menurut Arrhenius, netralisasi merupakan hasil reaksi antara asam dan
basa, dimana H+ dari asam bereaksi dengan OH- dari basa dan sifat-sifat
keasaman dan kebasaan keduanya hilang. (Sastrohamidjojo, 2005)
III. Reaksi
3.1 Reaksi asam salisilat + NaOH
C6H4(OH)COO(aq) + NaOH(aq) → C6H4(OH)COONa(aq) + H2O(l)
(Nofia dan Ulfa, 2016)
Asam salisilat + Natrium hidroksida → Natrium salisilat + Air
(Gandjar dan Rohman, 2007)
3.2 Reaksi asam oksalat + NaOH
H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
(Day dan Underwood, 1990)
c. Bulb
d. Buret
e. Corong
f. Corong pemisah
g. Gelas ukur
h. Labu Erlenmeyer
i. Labu ukur
j. Perkamen
k. Pipet
l. Spatel
m. Statif
n. Timbangan analitik
5.2 Bahan
a. Aquades
b. Asam oksalat
c. Indikator fenolftalein
d. Kloroform
e. Larutan asam salisilat
f. Larutan NaOH
VI. Prosedur
Prosedur yang pertama kali dilakukan adalah pembuatan larutan
NaOH. Padatan NaOH ditimbang menggunakan timbangan analitik. Padatan
NaOH lalu dilarutkan dengan pelarut air. Setelah itu, larutan NaOH akan
terbentuk.
Prosedur selanjutnya adalah pembuatan larutan fenolftalein. Padatan
fenolftalein ditimbang menggunakan timbangan analitik. Padatan fenolftalein
lalu dilarutkan dengan pelarut etanol. Setelah itu, larutan fenolftalein akan
terbentuk.
Setelah pembuatan larutan fenolftalein, dilakukan pembakuan larutan
NaOH. Larutan NaOH dimasukkan ke dalam buret terlebih dahulu. Lalu asam
oksalat 0,1 N dimasukkan dalam labu Erlenmeyer. Fenolftalein sebanyak 3
tetes ditambahkan ke dalam labu erlenmeyer. Setelah itu, dilakukan titrasi
asam oksalat dengan NaOH lalu konsentrasi NaOH akan diketahui.
Selanjutnya, pembuatan larutan asam salisilat dilakukan. Asam
salisilat yang akan dilarutkan ditimbang terlebih dahulu. Lalu, asam salisilat
dilarutkan dengan pelarut air dan larutan asam salisilat akan terbentuk.
Prosedur selanjutnya adalah penentuan konsentrasi asam salisilat
dalam air. NaOH dimasukkan ke dalam buret menggunakan corong. Asam
salisilat 15 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu, 20 ml air
ditambahkan ke dalam erlenmeyer. Fenolftalein sebanyak 2 tetes
ditambahkan juga dalam erlenmeyer. Selanjutnya dilakukan titrasi asam
salisilat dengan NaOH.
Prosedur yang terakhir dilakukan adalah penentuan konsentrasi asam
salisilat dalam pelarut organic. Asam salisilat 15 ml terlebih dahulu dilarutkan
ke corong pemisah. Kloroform sebanyak 10 ml lalu ditambahkan ke corong
pemisah, kemudian corong pemisah ditutup dengan penutup kaca dan
dilakukan pengocokan. Larutan dalam corong pemisah didiamkan hingga air
dan kloroform terpisah. Lalu larutan di bagian bawah dikeluarkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan air sebanyak 20 ml. Fenolftalein sebanyak 2
tetes ditambahkan dalam Erlenmeyer lalu dilakukan titrasi dengan NaOH
hingga warna merah muda dan larutan organik akan tertitrasi.
VIII. Perhitungan
8.1. Menghitung Massa Oksalat 0,1 M 50 ml
𝑁 = 𝑀. ∝
𝑚 1000
𝑁= ×
𝑀𝑟 𝑚𝑙
𝑁 = 0,1.2
𝑚 1000
20,2 = ×
126 50
𝑁 = 0,2 N
𝑚 = 0,63 gram
8.2. Menghitung Massa NaOH 0,1 N 1000 ml
𝑁 = 𝑀. ∝
𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑚𝑙
0,1 = 𝑀. 1
𝑚 1000
0,1 = ×
40 1000
𝑀 = 0,1 M
𝑚 = 4 𝑔𝑟𝑎𝑚
8.3. Pembakuan NaOH
H2C2O4 NaOH
10 ml 18,55 ml
10 ml 16 ml
10 ml 19,25 ml
Rata - Rata 10 ml 17,93 ml
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
0,1 × 10 = 𝑀2 × 17,93
𝑀2 = 0,06 M
8.4. KoefisienPartisiAsamSalisilat
Pelarut Air Pelarut Air
10,4 ml 7,1 ml
10,7 ml
10,5 ml
Rata - Rata 10,53 ml 7,1 ml