Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PERCOBAAN I
Kelarutan Intrinsik Obat

Disusun Oleh : Kelompok 3


Nama Anggota Kelompok : Fadhila Diva Haninda (V3720020)
Fadila Herannisa (V3720021)

Fadillah Nur Aini (V3720022)

Febrianti Harahap (V3720023)

Fiomitta Nur Aulia (V3720024)

Fitria Lidini Hanifah (V3720025)

Fitrilia Rachma Ardana (V3720026)

Haiga Sophia Gunawan (V3720027)

Haykal Firgy Saputra (V3720028)

Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 5 Maret 2021


Kelompok :3
Asisten Pembimbing : Lulu Fitriani U.N.

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
2021
I. Judul
Kelarutan Intrinsik Obat
II. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap
kelarutan suatu zat.

III. Landasan Teori


Salah satu teknik untuk meningkatkan kelarutan intrinsik obat adalah
dispersi padat. Teknik dispersi padat dilakukan dengan mendispersikan
obat dalam pembawa atau matriks hidrofilik dalam bentuk padatan. Teknik
ini juga telah terbukti dapat mendispersikan obat dalam matriks pada
tingkat molekuler sehingga secara signifikan dapat meningkatkan profil
disolusi obat. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan disolusi obat adalah dengan meningkatkan kelarutan
intrinsiknya. (Puspayani , dkk.,2017)

Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia senyawa obat yang


penting dalam meramalkan derajat absorpsi obat dalam saluran cerna.
Obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air (poorly soluble
drugs) seringkali menunjukkan ketersediaan hayati rendah dan kecepatan
disolusi merupakan tahap penentu (rate limitingstep) pada proses absorpsi
obat. Berbagai metode untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi
obat telah banyak dilaporkan seperti pembuatan dispersi padat
pembentukan prodrug, kompleks inklusi obat dengan pembawa dan
modifikasi senyawa menjadi bentuk garam dan solvat . Salah satu metode
menarik dan sederhana yang baru-baru ini dikembangkan dalam bidang
ilmu bahan dan rekayasa kristal untuk meningkatkan laju pelarutan dan
ketersediaan hayati obat-obat yang sukar larut adalah teknik kokristalisasi
untuk menghasilkan kokristal (senyawa molekular) dengan sifat-sifat
fisika dan fisikokimia yang lebih unggul (Zaini,dkk., 2011).

Kelarutan merupakan salah satu sifat fisika kimia dari suatu zat
terlarut dalam pelarutnya. Kelarutan zat dalam suatu obat berpengaruh
terhadap jumlah kadar obat didalam tubuh. Peningkatan kelarutan suatu
obat dapat menggunakan beberapa metode, salah satunya dengan
menambahkan suatu agen peningkat kelarutan. Peningkatan kelarutan
nifedipine dalam dispersi padat vitamin E TPGS dan / atau solutol HS-15.
Dispersi padat nifedipine dengan polimer terpilih seperti vitamin E TPGS,
solutol HS-15, PEG (1.000), dan lipocol C-10 dari berbagai rasio obat /
polimer dibuat dengan metode fusi. Peningkatan kelarutan ditemukan
dalam urutan vitamin E TPGS> solutol HS-15> lipocol C-10> PEG
(1.000). Lipocol C-10, dengan nilai hidrofilik-lipofilik yang serupa dengan
vitamin E TPGS, menunjukkan peningkatan kelarutan yang dipertahankan
selama studi kelarutan saturasi tetapi memiliki profil disolusi yang lebih
rendah. Secara keseluruhan, vitamin E TPGS menunjukkan kinerja
kelarutan dan disolusi terbaik, sedangkan solutol HS-15 dan lipocol C-10
menunjukkan peningkatan kelarutan sedang. Dispersi padat vitamin E
TPGS yang dibuat dengan teknik mikrofluidasi awalnya menunjukkan
kelarutan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang
dibuat dengan metode fusi (Rajebahadur, et al., 2006)
IV. Alat dan Bahan
A. Alat

1. Buret
2. Batang pengaduk
3. Kaca Arloji
4. Lap Halus
5. Timbangan Analitik
6. Gelas ukur
7. Gelas kimia
8. Corong plastik
9. Tabung reaksi

B. Bahan

1. Air
2. Alkohol
3. Gliserin
4. Asam Benzoat
5. Penolftalein
6. NaOH 0,1M
7. Tween 80
8. Kertas saring

C. Gambar Alat

1. Statif
2. Klem
3. Titran
4. Buret
5. Keran buret (stopcock)
6. Erlenmeyer
7. Titrat
V. Formulasi dan Penimbangan
A. Pengaruh Pelarut Campur (Kosolven) Terhadap Kelarutan Suatu Zat

No. Air (mL) Alkohol (mL) Gliserol (mL)


1. 12 0 8
2. 12 2 6
3. 12 4 4
4. 12 6 2
5. 12 8 0

B. Dibuat Larutan Seri yang Mengandung Tween 80 dengan Konsentrasi

No. Air (mL) Tween (gram)


1. 20 0,2
2. 20 0,4
3. 20 0,6
4. 20 0,8
5. 20 1,0
VI. Cara Kerja

1. Pengaruh pelarut campuran (kosolven) terhadap suatu zat.


a.
12 ml air
Cara Kerja diulang dengan cara yang sama :
dimasukkan Larutan 2 : air 12 ml, alkohol 2 ml, dan
Erlenmeyer gilserin 6 ml.

ditambahkan Larutam 3 : air 12 ml, alkohol 4 ml, dan

8 ml gliserin gliserin 4 ml.


Larutan 4 : air 12 ml, alkohol 6 ml, dan
diaduk
gliserin 2 ml.
Larutan homogen
Larutan 5 : air 12 ml dan alkohol 8 ml
ditambahkan

Asam benzoat

diaduk hingga larut

Larutan jenuh

disaring

5 ml filtrat larutan jenuh

ditambahkan

2-3 tetes ndikator PP

dititrasi

NaOH 0,1 N

dicatat

Volume titran

dihitung

Kadar asam
benzoat terlarut
2. Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Suatu Zat

0,2 g Tween 80 Cara Kerja diulang untuk 5 kali variasi


Tween 80 0,4 g, 0,6 g, 0,8 g, 1 g.
Ditimbang

Kaca arloji

ditambahkan

20 ml aquades

dimasukkan

Erlenmeyer

diaduk

Larutan homogen

ditambahkan

Asam benzoat

diaduk

Terbentuk endapan

diaduk

Larutan jenuh

disaring

Filtrat larutan jenuh

ditambahkan

2-3 tetes indikator PP

dititrasi

NaOH 0,1 N

dicatat

Volume titran

dihitung

Kadar Asam benzoat


terlarut
VII. Perhitungan Data Virtual

A. Perhitungan Tabel A
Kelarutan Asam Benzoat
a. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 7,4
Ma = 0,1 x 7,4 : 5
= 0,148
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,148 = massa : 122 x 5
Massa = 90,28 gr
Kelarutan = 90,28 gr/ 5 ml
= 18,056 gr/ml
b. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 17,1
Ma = 0,1 x 17,1 : 5
= 0,342
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,342 = massa : 122 x 5
Massa = 208,62 gr
Kelarutan = 208, 62 gr/5ml
= 41,724 gr/ml
c. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 8,1
Ma = 0,1 x 8,1 : 5
= 0,162
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,162 = massa : 122 x 5
Massa = 98,82 gr
Kelarutan = 98,82 gr/5ml
= 19,764 gr/ml
d. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 8,1
Ma = 0,1 x 8,1 : 5
= 0,162
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,162 = massa : 122 x 5
Massa = 98,82 gr
Kelarutan= 98,82 gr/5ml
= 19,764 gr/ml
e. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 7,3
Ma = 0,1 x 7,3: 5
= 0,146
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,146 = massa : 122 x 5
Massa = 89,06 gr
Kelarutan = 89,06 gr/5ml
= 17,812 gr/ml

Konstanta dielektrik , Air : 80,4 , Alkohol : 24,3 , Gliserin : 46


a. 12 : 0 : 8
Air : 12/20 x 80,4 = 48,24
Alkohol : 0/20 x 24,3 = 0
Gliserin : 8/20 x 46 = 18,4

Jumlah konstanta dielektrik = 48,24 + 0 + 18,4 = 66,64


b. 12 : 2 : 6
Air : 12/20 x 80,4 = 48,24
Alkohol : 2/20 x 24,3 = 2,43
Gliserin : 6/20 x 46 = 13,8

Jumlah konstanta dielektrik = 48,24 + 1,65 + 13,8 = 63,69


c. 12 : 4 : 4
Air : 12/20 x 80,4 = 48,24
Alkohol : 4/20 x 24,3 = 4,86
Gliserin : 4/20 x 46 = 9,2

Jumlah konstanta dielektrik = 48,24 + 4,86 + 9,2 = 62,3


d. 12 : 6 : 2
Air : 12/20 x 80,4 = 48,24
Alkohol : 6/20 x 24,3 = 7,29
Gliserin : 2/20 x 46 = 4,6
Jumlah konstanta dielektrik = 48,24 + 7,29 + 4,6 = 60,13
e. 12 : 8 : 0
Air : 12/20 x 80,4 = 48,24
Alkohol : 8/20 x 24,3 = 9,72
Gliserin : 0/20 x 46 = 0

Jumlah konstanta dielektrik = 48,24 + 9,72 + 0 = 57,96

B. Perhitungan Tabel B
a. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 7,4
Ma = 0,1 x 7,4 : 5
= 0,148
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,148 = massa : 122 x 5
Massa = 90,28 gr
Kelarutan = 90,28 gr/ 5 ml
= 18,056 gr/ml
b. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 8,5
Ma = 0,1 x 8,5 : 5
= 0,17
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,17 = massa : 122 x 5
Massa = 103,7 gr
Kelarutan = 103,7 gr/ 5 ml
= 20,74 gr/ml
c. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 8,7
Ma = 0,1 x 8,7 : 5
= 0,174
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,174 = massa : 122 x 5
Massa = 106,14 gr
Kelarutan = 106,14 gr/ 5 ml
= 21,228 gr/ml
d. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 9,3
Ma = 0,1 x 9,3 : 5
= 0,186
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,186 = massa : 122 x 5
Massa = 113,46 gr
Kelarutan = 113,46 gr/ 5 ml
= 22,692 gr/ml
e. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 9,7
Ma = 0,1 x 9,7 : 5
= 0,194
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,194 = massa : 122 x 5
Massa = 118,34 gr
Kelarutan = 118,34 gr/ 5 ml
= 23,668 gr/ml

VIII. Hasil dan Pembahasan


Hasil Percobaan

A. Pengaruh Pelarut Campuran Terhadap Kelarutan Zat


No Air (mL) Alkohol (mL) Gliserin (mL) Volume Titran
(mL)
1. 12 0 8 7,4
2. 12 2 6 17,1
3. 12 4 4 8,1
4. 12 6 2 8,1
5. 12 8 0 7,3
B. Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Zat
No. Air (mL) Alkohol (mL) Volume Titran (mL)
1. 20 0,2 7,4
2. 20 0,4 8,5
3. 20 0,6 8,7
4. 20 0,8 9,3
5. 20 1,0 9,7

Pembahasan
Praktikum farmasi fisika kali ini mengenai percobaan kelarutan yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat
dan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat. Prinsip dari
percobaan ini yaitu penentuan kelarutan asam benzoat berdasarkan penambahan
kosolven dan surfaktan dalam beberapa konsentrasi serta pengaruh pH terhadap
kelarutan dengan menggunakan metode titrasi asam basa yang didasarkan pada
reaksi netralisasi.
Percobaan pertama yaitu pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan
suatu zat. Tujuan dari percobaan pertama ini yaitu mengetahui pengaruh pelarut
campur yaitu gliserin, alkohol, dan air terhadap kelarutan zat yaitu asam benzoat.
Asam Benzoat memiliki kelarutan yang sukar larut dalam air. Kelarutan asam
bezoat dalam air 100 sampai 1000 bagian. Gliserin merupakan pelarut organik
yang mempunyai gugus poliol yang mampu meningkatkan kelarutan bahan obat
dalam air. Etanol dan air digunakan sebagai pelarut karena bersifat polar,
universal, dan mudah didapat. Masing-masing pelarut campur tersebut sudah
ditentukan konsentrasinya, sebagaimana telah tertera pada tabel data hasil
pengamatan.
Pada seri pertama dimasukkan ke dalam erlenmeyer yaitu air 12 mL lalu
gliserin 8 mL di aduk sampai homogen. Kemudian ditambahkan dengan 1 gram
asam benzoat diaduk sampai terlarut. Jika ada endapan yang terlarut selama
pengocokan maka ditambahkan sejumlah tertentu Asam benzoat dan pengocokan
dapat dibantu dengan alat magnetic stirrer supaya lebih larut serta sampai
mendapatkan kondisi larutan kembali jenuh. Larutan jenuh ditandai dengan
terbentuknya misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan
monomernya dan tegangan permukaan konstan serta ada zat terlarut yang tidak
larut dalam pelarutnya.
Setelah larutan asam benzoat sudah jenuh maka dilakukan penyaringan
menggunakan kertas saring dan corong. Tujuan dari penyaringan ini untuk
memisahkan endapan asam benzoat dengan larutan. Hasil dari penyaringan
tersebut disebut filtrat, lalu 5mL filtrat dilakukan titrasi asam basa menggunakan
indikator Fenolptalein dengan peniter NaOH 0,1 N. Titrasi adalah suatu metode
kimia untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan
sejumlah volume tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Prinsip kerja dari titrasi yaitu kadar asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Penambahan fenolptalein
bertujuan untuk mengetahui titik ekuivalen suatu larutan. Indikator PP dipilih
karena rentang pH yang dimilikinya yaitu berkisar 8,0-10,0.
Titrat yaitu larutan asam benzoat ditambahi dengan titer yaitu NaOH 0,1 N
tetes demi tetes dan titrasi diberhentikan setelah terjadi perubahan warna yaitu
merah muda. Sebagaimana dalam teori disebutkan bahwa dalam proses titrasi ini
digunakan suatu indikator yaitu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi
selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan
telah tercapainya titik akhir titrasi. Kemudian langkah ini dilakukan juga pada
seri-seri selanjutnya.
Percobaan kedua yaitu pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan
suatu zat yaitu pada asam benzoat. Pada percobaan ini bahan yang digunakan
sebagai surfaktan yaitu tween 80. Surfaktan adalah senyawa yang menurunkan
tegangan permukaan antara dua cairan, antara gas dan cairan, atau antara cairan
dan zat padat. Surfaktan terdiri dari 2 molekul bagian yaitu polar dan non polar.
Zat aktif yang digunakan yaitu asam benzoat. Asam Benzoat memiliki
kelarutan yang sukar larut dalam air. Kelarutan asam bezoat dalam air 100 sampai
1000 bagian. Penambahan tween 80 sebagai surfaktan memiliki fungsi yaitu dapat
meningkatkan kelarutan asam benzoat dalam air karena surfaktan sendiri
mempunyai kecenderungan untuk berasosiasi membentuk agregat yang disebut
sebagai misel. Misel inilah yang dapat menaikkan kelarutan suatu zat.
Pada seri pertama dimasukkan ke dalam erlenmeyer 0,2 gram tween 80
dan ditambahkan dengan aquadest sebanyak 20 mL lalu diaduk sampai homogen.
Ke dalam erlenmeyer ditambahkan 1 gram asam benzoat di aduk sampai terlarut.
Jika ada endapan yang terlarut selama pengocokan maka ditambahkan sejumlah
tertentu Asam benzoat dan pengocokan dapat dibantu dengan alat magnetic stirrer
supaya lebih larut serta sampai mendapatkan kondisi larutan kembali jenuh.
Larutan jenuh ditandai dengan terbentuknya misel yang berada dalam
keseimbangan dinamis dengan monomernya dan tegangan permukaan konstan
serta ada zat terlarut yang tidak larut dalam pelarutnya.
Untuk mengetahui jumlah kadar asam benzoat yang terlarut dalam
campuran air dan tween 80 dilakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Pada
percobaan ini, NaOH 0,1 M berperan sebagai titran, sedangkan asam benzoat
berperan sebagai titrat. Indikator dalam metode titrasi ini adalah fenolftalein.
Indikator fenolptalein berfungsi untuk menetapkan atau mengetahui titik akhir
titrasi atau titik ekuivalen. Indikator fenolftalein dipilih karena rentang pH yang
dimilikinya, yaitu berkisar 8,0 -10,0. Titrasi diberhentikan saat sudah terjadi
perubahan warna. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini :

C6H5COOH + NaOH → C6H5COONa + H2O

Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pH, suhu, jenis


pelarut, bentuk dan ukuran partikel zat, dan konstanta dielektrik pelarut. Dalam
percobaan kedua ini, asam benzoat berbentuk butiran-butiran putih, biasanya
digunakan sebagai pengawet makanan. Dalam percobaan ini asam benzoat
digunakan sebagai zat terlarut yang akan dihitung kelarutannya, sedangkan
aquadest sebagai zat pelarut. Dapat dilihat bahwa adanya surfaktan dengan kadar
yang berbeda-beda mempengaruhi kelarutan dari asam benzoat. Semakin banyak
surfaktan (tween 80) yang dilarutkan dalam air maka kelarutan asam benzoat
semakin tinggi. Sehingga, kadar asam benzoat yang terlarut dalam campuran air
dan tween 80 pun semakin tinggi pula. Ditunjukkan pada grafik yang garisnya
semakin ke atas. percobaan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan
zat, didapatkan hasil kelarutan secara berturut – turut 90,28 gr/5ml ; 208,62
gr/5ml ; 98,82 gr/5ml ; 98,82 gr/5ml ; 89,06 gr/5ml.

Hasil percobaan pada pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan air,


alkohol, dan gliserin, didapatkan hasil konstanta dielektrik secara berturut – turut
66,64 ; 63,69 ; 62,3 ; 60,13 ; dan 57,96. Grafik pada percobaan tersebut naik turun
dan tidak signifikan karena berhubungan dengan kepolaran suatu zat. Zat yang
memiliki konstanta tinggi merupakan zat yang bersifat polar.
IX. Kesimpulan
 Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya pH, suhu, jenis
pelarut, bentuk dan ukuran partikel zat, dan konstanta dielektrik pelarut.
 Percobaan ini menggunakan metode titrasi yang didasarkan pada reaksi
netralisasi. Prinsip titrasi adalah kadar asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa atau sebaliknya.
 Dalam percobaan ini asam benzoat digunakan sebagai zat terlarut dan
aquadest sebagai zat pelarut.
 Grafik pada percobaan dielektrik/ pertama naik turun dan tidak signifikan
karena berhubungan dengan kepolaran suatu zat. Zat yang memiliki
konstanta tinggi merupakan zat yang bersifat polar. Grafik pada percobaan
tersebut naik turun dan tidak signifikan karena berhubungan dengan
kepolaran suatu zat. Zat yang memiliki konstanta tinggi merupakan zat
yang bersifat polar.
 Adanya surfaktan dengan kadar yang berbeda-beda mempengaruhi
kelarutan dari asam benzoat. Semakin banyak surfaktan (tween 80) yang
dilarutkan dalam air maka kelarutan asam benzoat semakin tinggi.
Sehingga, kadar asam benzoat yang terlarut dalam campuran air dan tween
80 pun semakin tinggi pula. Grafik juga memperlihatkan garis yang
semakin lurus menunjukkan konsentrasi semakin konstan
X. Daftar Pustaka

Ni Luh Indah Puspayani, Dahlia Permatasari, Adeltrudis Adelsa Danimayostu.


Pengaruh Jumlah Polimer Xylitol Dalam Sistem Dispersi Padat Terhadap
Disolusi Suppositoria Ibuprofen. Majalah Kesehatan Fk UB. Vol 4, No 3,
September 2017

Rajebahadur, M. et al (2006). Mechanistic Study of Solubility Enhancement


of Nifedipine Using Vitamin E TPGS or Solutol HS-15. Department of
Biomedical & Pharmaceutical Sciences, School of Pharmacy, University
of Rhode Island, Kingston, Rhode Island, US.

Rizky,E.A. 2012. Bab V Kelarutan (Farmasi Fisika), website Bab v kelarutan


(Farmasi Fisika) (slideshare.net), Diakses pada tanggal 9 Maret 2021.

Zaini, E., Halim ,Sundani N. Soewandhi, dan Dwi Setyawan, 2011.Peningkatan


Laju Pelarutan Trimetoprim Melalui Metode Ko-Kristalisasi dengan
Nikotinamida. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol.5, No. 4.

Lampiran

 Grafik
 Abstrak jurnal
 Tutorial

Surakarta, 9 Maret 2021

Mengetahui,

Asisten Praktikum Praktikan

(Lulu Fitriani U.N.) (Kelompok 3)


Grafik

Kelarutan Asam Benzoat-Konstanta Dielektrik


45
Kelarutan Asam Benzoat (gr/ml)

41,724
40

35

30

25

20
18,056 19,764 17,812
15 19,764

10

0
66,64 63,69 62,3 60,13 57,96
Konstanta Dielektrik (%)

Kelarutan Asam Benzoat-Konsentrasi Tween


25
23,668
Kelarutan Asam Benzoat (gr/ml)

22,692
20 21,228
20,74
18,056

15

10

0
1% 2% 3% 4% 5%
Konsentrasi Tween
Jurnal
Tutorial

Anda mungkin juga menyukai