PERCOBAAN I
Kelarutan Intrinsik Obat
SURAKARTA
2021
I. Judul
Kelarutan Intrinsik Obat
II. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap
kelarutan suatu zat.
Kelarutan merupakan salah satu sifat fisika kimia dari suatu zat
terlarut dalam pelarutnya. Kelarutan zat dalam suatu obat berpengaruh
terhadap jumlah kadar obat didalam tubuh. Peningkatan kelarutan suatu
obat dapat menggunakan beberapa metode, salah satunya dengan
menambahkan suatu agen peningkat kelarutan. Peningkatan kelarutan
nifedipine dalam dispersi padat vitamin E TPGS dan / atau solutol HS-15.
Dispersi padat nifedipine dengan polimer terpilih seperti vitamin E TPGS,
solutol HS-15, PEG (1.000), dan lipocol C-10 dari berbagai rasio obat /
polimer dibuat dengan metode fusi. Peningkatan kelarutan ditemukan
dalam urutan vitamin E TPGS> solutol HS-15> lipocol C-10> PEG
(1.000). Lipocol C-10, dengan nilai hidrofilik-lipofilik yang serupa dengan
vitamin E TPGS, menunjukkan peningkatan kelarutan yang dipertahankan
selama studi kelarutan saturasi tetapi memiliki profil disolusi yang lebih
rendah. Secara keseluruhan, vitamin E TPGS menunjukkan kinerja
kelarutan dan disolusi terbaik, sedangkan solutol HS-15 dan lipocol C-10
menunjukkan peningkatan kelarutan sedang. Dispersi padat vitamin E
TPGS yang dibuat dengan teknik mikrofluidasi awalnya menunjukkan
kelarutan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang
dibuat dengan metode fusi (Rajebahadur, et al., 2006)
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Buret
2. Batang pengaduk
3. Kaca Arloji
4. Lap Halus
5. Timbangan Analitik
6. Gelas ukur
7. Gelas kimia
8. Corong plastik
9. Tabung reaksi
B. Bahan
1. Air
2. Alkohol
3. Gliserin
4. Asam Benzoat
5. Penolftalein
6. NaOH 0,1M
7. Tween 80
8. Kertas saring
C. Gambar Alat
1. Statif
2. Klem
3. Titran
4. Buret
5. Keran buret (stopcock)
6. Erlenmeyer
7. Titrat
V. Formulasi dan Penimbangan
A. Pengaruh Pelarut Campur (Kosolven) Terhadap Kelarutan Suatu Zat
Asam benzoat
Larutan jenuh
disaring
ditambahkan
dititrasi
NaOH 0,1 N
dicatat
Volume titran
dihitung
Kadar asam
benzoat terlarut
2. Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Suatu Zat
Kaca arloji
ditambahkan
20 ml aquades
dimasukkan
Erlenmeyer
diaduk
Larutan homogen
ditambahkan
Asam benzoat
diaduk
Terbentuk endapan
diaduk
Larutan jenuh
disaring
ditambahkan
dititrasi
NaOH 0,1 N
dicatat
Volume titran
dihitung
A. Perhitungan Tabel A
Kelarutan Asam Benzoat
a. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 7,4
Ma = 0,1 x 7,4 : 5
= 0,148
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,148 = massa : 122 x 5
Massa = 90,28 gr
Kelarutan = 90,28 gr/ 5 ml
= 18,056 gr/ml
b. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 17,1
Ma = 0,1 x 17,1 : 5
= 0,342
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,342 = massa : 122 x 5
Massa = 208,62 gr
Kelarutan = 208, 62 gr/5ml
= 41,724 gr/ml
c. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 8,1
Ma = 0,1 x 8,1 : 5
= 0,162
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,162 = massa : 122 x 5
Massa = 98,82 gr
Kelarutan = 98,82 gr/5ml
= 19,764 gr/ml
d. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 8,1
Ma = 0,1 x 8,1 : 5
= 0,162
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,162 = massa : 122 x 5
Massa = 98,82 gr
Kelarutan= 98,82 gr/5ml
= 19,764 gr/ml
e. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 7,3
Ma = 0,1 x 7,3: 5
= 0,146
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,146 = massa : 122 x 5
Massa = 89,06 gr
Kelarutan = 89,06 gr/5ml
= 17,812 gr/ml
B. Perhitungan Tabel B
a. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 7,4
Ma = 0,1 x 7,4 : 5
= 0,148
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,148 = massa : 122 x 5
Massa = 90,28 gr
Kelarutan = 90,28 gr/ 5 ml
= 18,056 gr/ml
b. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 8,5
Ma = 0,1 x 8,5 : 5
= 0,17
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,17 = massa : 122 x 5
Massa = 103,7 gr
Kelarutan = 103,7 gr/ 5 ml
= 20,74 gr/ml
c. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 8,7
Ma = 0,1 x 8,7 : 5
= 0,174
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,174 = massa : 122 x 5
Massa = 106,14 gr
Kelarutan = 106,14 gr/ 5 ml
= 21,228 gr/ml
d. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 9,3
Ma = 0,1 x 9,3 : 5
= 0,186
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,186 = massa : 122 x 5
Massa = 113,46 gr
Kelarutan = 113,46 gr/ 5 ml
= 22,692 gr/ml
e. Konsentrasi : Ma x Va = Mb x Vb
Ma x 5ml = 0,1 x 9,7
Ma = 0,1 x 9,7 : 5
= 0,194
Kelarutan : M = massa : Mr x V
0,194 = massa : 122 x 5
Massa = 118,34 gr
Kelarutan = 118,34 gr/ 5 ml
= 23,668 gr/ml
Pembahasan
Praktikum farmasi fisika kali ini mengenai percobaan kelarutan yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat
dan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat. Prinsip dari
percobaan ini yaitu penentuan kelarutan asam benzoat berdasarkan penambahan
kosolven dan surfaktan dalam beberapa konsentrasi serta pengaruh pH terhadap
kelarutan dengan menggunakan metode titrasi asam basa yang didasarkan pada
reaksi netralisasi.
Percobaan pertama yaitu pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan
suatu zat. Tujuan dari percobaan pertama ini yaitu mengetahui pengaruh pelarut
campur yaitu gliserin, alkohol, dan air terhadap kelarutan zat yaitu asam benzoat.
Asam Benzoat memiliki kelarutan yang sukar larut dalam air. Kelarutan asam
bezoat dalam air 100 sampai 1000 bagian. Gliserin merupakan pelarut organik
yang mempunyai gugus poliol yang mampu meningkatkan kelarutan bahan obat
dalam air. Etanol dan air digunakan sebagai pelarut karena bersifat polar,
universal, dan mudah didapat. Masing-masing pelarut campur tersebut sudah
ditentukan konsentrasinya, sebagaimana telah tertera pada tabel data hasil
pengamatan.
Pada seri pertama dimasukkan ke dalam erlenmeyer yaitu air 12 mL lalu
gliserin 8 mL di aduk sampai homogen. Kemudian ditambahkan dengan 1 gram
asam benzoat diaduk sampai terlarut. Jika ada endapan yang terlarut selama
pengocokan maka ditambahkan sejumlah tertentu Asam benzoat dan pengocokan
dapat dibantu dengan alat magnetic stirrer supaya lebih larut serta sampai
mendapatkan kondisi larutan kembali jenuh. Larutan jenuh ditandai dengan
terbentuknya misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan
monomernya dan tegangan permukaan konstan serta ada zat terlarut yang tidak
larut dalam pelarutnya.
Setelah larutan asam benzoat sudah jenuh maka dilakukan penyaringan
menggunakan kertas saring dan corong. Tujuan dari penyaringan ini untuk
memisahkan endapan asam benzoat dengan larutan. Hasil dari penyaringan
tersebut disebut filtrat, lalu 5mL filtrat dilakukan titrasi asam basa menggunakan
indikator Fenolptalein dengan peniter NaOH 0,1 N. Titrasi adalah suatu metode
kimia untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan
sejumlah volume tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Prinsip kerja dari titrasi yaitu kadar asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Penambahan fenolptalein
bertujuan untuk mengetahui titik ekuivalen suatu larutan. Indikator PP dipilih
karena rentang pH yang dimilikinya yaitu berkisar 8,0-10,0.
Titrat yaitu larutan asam benzoat ditambahi dengan titer yaitu NaOH 0,1 N
tetes demi tetes dan titrasi diberhentikan setelah terjadi perubahan warna yaitu
merah muda. Sebagaimana dalam teori disebutkan bahwa dalam proses titrasi ini
digunakan suatu indikator yaitu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi
selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan
telah tercapainya titik akhir titrasi. Kemudian langkah ini dilakukan juga pada
seri-seri selanjutnya.
Percobaan kedua yaitu pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan
suatu zat yaitu pada asam benzoat. Pada percobaan ini bahan yang digunakan
sebagai surfaktan yaitu tween 80. Surfaktan adalah senyawa yang menurunkan
tegangan permukaan antara dua cairan, antara gas dan cairan, atau antara cairan
dan zat padat. Surfaktan terdiri dari 2 molekul bagian yaitu polar dan non polar.
Zat aktif yang digunakan yaitu asam benzoat. Asam Benzoat memiliki
kelarutan yang sukar larut dalam air. Kelarutan asam bezoat dalam air 100 sampai
1000 bagian. Penambahan tween 80 sebagai surfaktan memiliki fungsi yaitu dapat
meningkatkan kelarutan asam benzoat dalam air karena surfaktan sendiri
mempunyai kecenderungan untuk berasosiasi membentuk agregat yang disebut
sebagai misel. Misel inilah yang dapat menaikkan kelarutan suatu zat.
Pada seri pertama dimasukkan ke dalam erlenmeyer 0,2 gram tween 80
dan ditambahkan dengan aquadest sebanyak 20 mL lalu diaduk sampai homogen.
Ke dalam erlenmeyer ditambahkan 1 gram asam benzoat di aduk sampai terlarut.
Jika ada endapan yang terlarut selama pengocokan maka ditambahkan sejumlah
tertentu Asam benzoat dan pengocokan dapat dibantu dengan alat magnetic stirrer
supaya lebih larut serta sampai mendapatkan kondisi larutan kembali jenuh.
Larutan jenuh ditandai dengan terbentuknya misel yang berada dalam
keseimbangan dinamis dengan monomernya dan tegangan permukaan konstan
serta ada zat terlarut yang tidak larut dalam pelarutnya.
Untuk mengetahui jumlah kadar asam benzoat yang terlarut dalam
campuran air dan tween 80 dilakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Pada
percobaan ini, NaOH 0,1 M berperan sebagai titran, sedangkan asam benzoat
berperan sebagai titrat. Indikator dalam metode titrasi ini adalah fenolftalein.
Indikator fenolptalein berfungsi untuk menetapkan atau mengetahui titik akhir
titrasi atau titik ekuivalen. Indikator fenolftalein dipilih karena rentang pH yang
dimilikinya, yaitu berkisar 8,0 -10,0. Titrasi diberhentikan saat sudah terjadi
perubahan warna. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini :
Lampiran
Grafik
Abstrak jurnal
Tutorial
Mengetahui,
41,724
40
35
30
25
20
18,056 19,764 17,812
15 19,764
10
0
66,64 63,69 62,3 60,13 57,96
Konstanta Dielektrik (%)
22,692
20 21,228
20,74
18,056
15
10
0
1% 2% 3% 4% 5%
Konsentrasi Tween
Jurnal
Tutorial