Anda di halaman 1dari 2

3. Bahan apa saja?

+ fungsi

4. Langkah2 cara pembuatan + perbedaan cara pembuatan

Bahan
Ibuprofen sebagai zat aktif yang berkhasian sebagai analgesic dan antipiretik, yaitu
menghalangi tubuh memproduksi prostaglandin, yaitu senyawa yang menyebabkan
peradangan dan rasa sakit. Sebagai dampaknya, nyeri dan peradangan menjadi berkurang.
Selain mengatasi nyeri dan peradangan, ibuprofen juga digunakan sebagai obat penurun
panas. CMC – Na yaitu senyawa turunan selulosa yang berperan sebagai suspending agent
untuk meningkatkan kestabilan suspensi. Na-CMC bekerja dengan mekanisme meningkatkan
viskositas atau kekentalan sediaan. Metil Paraben : berfungsi sebagai zat pengawet . Gliserin
berfungsi sebagai humektan, yaitu untuk menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air
(sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Sirupus simplex sebagai
penambah rasa atau sebagai pemanis dalam sediaan . Etanol sebagai pelarut, dimana untuk
melarutkan metil paraben. Essense jeruk berfungsi untuk menambahkan aroma dari sediaan
suspense. Aquades berfungsi sebagai pelarut

Langkah2
Metode pembuatan suspensi ada 2 yaitu metode dispersi dan metode presipitasi.
Metode dispersi digunakan karena partikel pada pembuatan suspensi harus benar-benar
terdispersi dalam fase air. Sedangkan pada metode presipitasi menggunakan pelarut organik
untuk melarutkan partikel yang tidak larut agar dapat tercampur dengan air. Penggunaan
metode dispersi dan metode presipitasi dapat berpengaruh pada karakteristik fisik dan rasio
kekeruhan suspensi Pada metode presipitasi dengan adanya pembasahan serbuk maka
didapatkan inti partikel yang lebih halus sehingga dapat memperlambat rasio kekeruhan.
Sedangkan pada metode dispersi bahan langsung didispersikan maka maka bentuk partikel
masih kasar maka mempercepat rasio kekeruhan (Pujiharti dkk, 2015).
Pada pembuatan sediaan suspense ini dilakukan 2 cara, yaitu prestipitasi dan disperse.
Yang pertama yaitu menggunakan cara prestipitasi, pertama, botol obat dikalibrasi.
Kemudian, CMC-Na dikembangkan menggunakan aquades, lalu metil paraben dilarutkan
menggunakan etanol dan dipisah. Ibuprofen diletakkan dalam mortir kemudian ditambah
gliserin sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga larut. Lalu, ditambah CMC-Na yang sudah
dikembangkan ke dalam mortir dan diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan sirupus
simplex dan essense jeruk ke dalam mortir dan diaduk hingga homogen. Jika sudah larut
semua hingga homogeny, larutan di pindahkan ke erlenmayer dan setelah itu ditambahkan
dengan aquades hingga batas kalibrasi, dan yang terakhir dimasukkan ke dalam botol obat.
Pada cara kedua yaitu dengan cara dispersi, pertama, CMC-Na dilarutkan menggunakan air
panas, lalu metil paraben dilarutkan menggunakan etanol. Setelah itu Ibuprofen diletakkan
dalam mortir kemudian ditambah gliserin sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga larut.
Kemudian, ditambahkan CMC-Na yang telah dilarutkan dengan air panas dan diaduk hingga
homogen. Kemudian ditambahkan sirupus simplex dan essense jeruk ke dalam mortir dan
diaduk hingga homogen. Jika sudah larut semua hingga homogeny, larutan di pindahkan ke
erlenmayer dan setelah itu ditambahkan dengan aquades hingga batas kalibrasi, dan yang
terakhir dimasukkan ke dalam botol obat.
Kemudian yaitu uji evaluasi yaitu uji organoleptis, uji viskositas, uji sedimentasi, uji
homogenitas, uji berat jenis, dan uji pH. Yang pertama yaitu uji organoleptis, pada uji ini
menggunakan pancra indra yaitu larutan suspense diambil untuk dialihat warna, dicium
aromanya, dan dicicip rasanya. Kemudian uji vsikositas dengan menggunakan viscometer
Brookfield, pertama, sampel suspensi dimasukkan ke beaker glass dan diberi stirrer magnetic,
kemudian dicelupkan spindle dan dinyalakan, lalu dicatat hasilnya mengenai no spindle,
EPM, CPS, dan presentase. Uji ketiga yaitu uji volume sedimetasi, pertama, suspensi diambil
sedikit lalu dituang ke matt glass 10ml, lalu matt glass ditutup dengan plastic, kemudian catat
hasilnya. Uji selanjutnya yaitu uji homogenitas, pertama sampel suspense diteteskan
sebanyak 3 tetes ke preparat, lalu preparat ditempelkan dengan kaca objek dan catat hasilnya,
jika ada gelembung maka suspensi tidak homogeny dan sebaliknya. Uji selanjutnya yaitu
berat jenis, pertama piknometer kosong ditimbang di neraca digital lalu catat angkanya,
kemudian piknometer diisi akuades dan ditimbang, lalu catat angkanya, setelah itu
piknometer dibersihkan menggunakan alkohol dan diisi dengan sampel suspensi, lalu
ditimbang dan dicatat angkanya, langkah terakhir yaitu menghitung hasil hasil yang telah
didapatkan menggunakan rumus. Uji yang terakhir yaitu uji pH, pertama pH meter
dimasukkan air dan dikeringkan dengan tisu, lalu pH meter dimasukkan ke dalam pH 7 lalu
dikeringkan dan dibersihkan dengan air, kemudian pH meter dicelupkan ke sampel suspensi
dan catat hasilnya.

Pujiharti, Rina., Dewi, Metta., Dhiasa, Nengah. 2015. Pengaruh Perbedaan Pembuatan
Dengan Metode Dispersi Dan Presipitasi Pada Karakteristik Fisik Dan Rasio Kekeruhan
Suspensi Kloramfenikol. Jurnal Farmasetis , 4(1) : 1 – 6.

Anda mungkin juga menyukai