0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
160 tayangan2 halaman
Garam diidentifikasi sebagai BaCl2 melalui uji nyala yang menghasilkan warna hijau muda dan reaksi dengan beberapa reagen yang menghasilkan endapan putih tidak larut. Kation diidentifikasi sebagai Ba2+ dan anion sebagai Cl- berdasarkan reaksi khasnya.
Garam diidentifikasi sebagai BaCl2 melalui uji nyala yang menghasilkan warna hijau muda dan reaksi dengan beberapa reagen yang menghasilkan endapan putih tidak larut. Kation diidentifikasi sebagai Ba2+ dan anion sebagai Cl- berdasarkan reaksi khasnya.
Garam diidentifikasi sebagai BaCl2 melalui uji nyala yang menghasilkan warna hijau muda dan reaksi dengan beberapa reagen yang menghasilkan endapan putih tidak larut. Kation diidentifikasi sebagai Ba2+ dan anion sebagai Cl- berdasarkan reaksi khasnya.
Pengujian pertama yang dilakukan adalah identifikasi kationnya. Identifikasi
kation dilakukan dengan cara kering, yaitu uji nyala atau flame test, dan cara basah. Untuk cara kering, pertama-tama sampel kering dan larutan HCl pekat diletakkan pada plat tetes dalam lubang yang berbeda. Kawat Ni-Cr disiapkan, kemudian kawat Ni-Cr dicelupkan pada HCl pekat. Lalu dibakar pada api oksidasi. Setelah dibakar, kawat Ni-Cr dicelupkan pada zat sampel, dan bakar kembali kawat Ni- Cr pada api oksidasi. Warna nyala api yang terbentuk adalah warna hijau muda. Hal ini menunjukkan bahwa kation yang terkandung dalam garam tersebut adalah ion Ba2+. Larutan HCl pekat yang digunakan dalam uji nyala atau flame test ini memiliki fungsi. Larutan HCl pekat ini berfungsi untuk membersihkan kawat Ni-Cr karena HCl dapat melarutkan zat-zat pengotornya atau zat pengganggu yang bisa saja menempel pada kawat Ni-Cr, sehingga zat pengotor tersebut dapat mudah menguap dari kawat Ni-Cr, dan kawat Ni-Cr menjadi benar-benar bersih. Larutan HCl pekat juga digunakan untuk membuat sampel menjadi kental sehingga mudah menempel dalam kawat Ni-Cr. Pembakaran HCl pekat tidak memberikan warna sehingga tidak mempengaruhi atau mengganggu warna nyala api, sebagai indikator adanya kation, ketika diamati. Identifikasi kation selanjutnya dilakukan dengan cara basah untuk memastikan kembali bahwa benar kationnya adalah Ba2+, yaitu dengan mereaksikan larutan garamnya dengan beberapa reagen dan mengamati reaksi yang terjadi sebagai berikut. 1. Larutan asam sulfat (H2SO4) encer ditambahkan ke dalam sampel dan hasilnya adalah terbentuk endapan berwarna putih. 2. Larutan asam klorida (HCl) ditambahkan ke dalam sampel dan hasilnya adalah endapan berwarna putih tidak larut. 3. Larutan asam nitrat (HNO3) ditambahkan ke dalam sampel dan hasilnya adalah endapan berwarna putih tidak larut. Menurut buku Farmakope Indonesia V, fenomena-fenomena di atas menunjukkan bahwa benar kationnya adalah Ba2+. Pengujian kedua yang dilakukan adalah identifikasi anionnya. Identifikasi anion dilakukan dengan cara basah, yaitu dengan menambahkan beberapa reagen dan mengamati reaksi yang terjadi sebagai berikut. 1. Larutan perak nitrat (AgNO3) ditambahkan ke dalam sampel dan hasilnya adalah terbentuk endapan berwarna putih dan terdapat dadih. 2. Larutan asam nitrat (HNO3) ditambahkan ke dalam sampel dan hasilnya adalah endapan berwarna putih dan dadih tidak larut. 3. Larutan amonia (NH4OH) ditambahkan ke dalam sampel dan hasilnya adalah endapan berwarna putih dan dadih larut, dan larutan garam kembali menjadi bening. Menurut buku Farmakope Indonesia V, fenomena-fenomena di atas menunjukkan bahwa benar anionnya adalah Cl-.