Anda di halaman 1dari 30

Judul Percobaan : Aanlisis Kation dan Anion

Tanggal : 19-09-23
Nama Asisten : Rifa Aini & Zevidear Ephraim
I. Tujuan :
a menentukan masing-masing kation dan anion yang terdapat dalam larutan sampel
II. Teori Dasar
Untuk tinjauan analisis kualitatif sistematik, kation-kation diklasifikasikan dalam ilmu
golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu tehadap beberapa reagensia. Reagen golongan
yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah Asam klorida, Hidrogen
sulfida, Amonium sulfida, dan Amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah
suatu kation bereaksi dengan reagen-reagen ini dengan membentuk endapan atau tidak.

Secara prinsip, zat yang akan diidentifikasi dilarutkan kemudian ditambahkan


pereaksi tertentu yang sesuai, yang akan mengendapkan segolongan kation sebagai garam
yang sukar larut atau hidroksidanya. Pereaksi haruslah sedemikian rupa sehingga
pengendapan kation golongan kation selanjutnya tidak terganggu atau sebelumnya dapat
dengan mudah dihilangkan dari larutan yang hendak dianalisis (Svehla, 1990).

Ada beberapa jenis anion, seperti :

1. Karbonat (CO32-)
Kelarutan semua karbonat normal, dengan perkecualian karbonat dari logam-logam alkali
serta amonium, tidak larut dalam air. Hidrogen karbonat atau bikarbonat dari kalsium,
stronsium, Barium, Magnesium dan mungkin dari besi ada dalam larutan air, mereka
terbentuk karena aksi oleh asam karbonat yang berlebih terhadap karbonat-karbonat, entah
dalam larutan air atau suspense dan akan terurai dalam pendidihan larutan (Vogel, 1985).
CaCO3 + H2O + CO2  Ca2+ + 2HCO3- (1)
Hidrogen Karbonat dari logam-logam alkali larut dalam air tetapi kurang larut disbanding
karbonat lainnya (Vogel, 1985).
2. Asam klorida pekat (Cl-)
Garam-garam yang mengandung ion klorida umumnya larut dalam air dan asam kuat encer,
kecuali AgCl (berwarna putih). Hg2Cl2 (berwarna putih) dan PbCl2 (berwarna putih), khusus
PbCl2 mudah larut dalam air panas. Sedangkan AgCl larut dalam amonia encer (Vogel,
1985).
3. Ion sulfat (SO42-)
Garam-garam yang mengandung ion sulfat umunya larut dalam air dan asam kuat encer
kecuali CaSO4, SrSO4, BaSO4, dan PbSO4 dengan semuanya berwarna putih. Dalam larutan
BaCl2 membentuk endapan putih. BaSO4 yang larut dalam HCl encer panas, asam nitrat
encer, larut dalam HCl pekat panas (G. Svehla, 1985).
4. Ion nitrit (NO2-)
Garam-garam yang mengandung ion nitrit. Semuanya larut dalam air kecuali perak nitrit
yang sedikit larut dalam air (Vogel, 1985).
2.3 Reaksi Penentuan Anion
Metode yang tersedia untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti metode yang telah
diuraikan dalam bab - bab terdahulu untuk kation. Namun kita memang bisa memisahkan
anion-anion kegolongan utama, bergantung pada kelarutan garam zinknya. Tapi, ini hanya
boleh dianggap berguna untuk memberikan indikasi dari keterbatasan-keterbatasan metode
ini dan untuk memastikan hasil-hasil yang diperoleh dengan prosedur yang sederhana (Vogel,
1985).
Selain itu ada cara penggolongan menurut Bunsen gilreat dan vogel. Bunsen
menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam pusat dan garam basanya, warna, kelarutan
garam alkali dan kemudahan menguapnya. Gilreath menggolongakan anion berdasarkan pada
kelarutan garam-garam Ca, Ba, Cd dan garam peraknya. Sedangkan vogel menggolongkan
anion berdasarkan proses yang digunakan dalam identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam
larutan. Pemeriksaan anion yang menguap bila diolah dengan HCl encer atau H2SO4 encer,
dan anion yang membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau H2SO4 pekat. Demikian
pula pemeriksaan berdasarkan reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion yang diperiksa
dengan reaksi redoksnya. Pemeriksaan anion meliputi lanjutan analisis pendahuluan, analisis
anion dari zat asal dan analisis anion dengan menggunakan larutan ekstrak soda. Dari analisis
pendahuluan (data kelarutan) dan pengetahuan tentang kation yang ada dapat memberikan
petunjuk tentang anion yang mungkin ada atau tidak ada dalam larutan cuplikan (Justini
Hutabarat,2014).
III. Alat dan Bahan
Alat
Bahan
Tabung reaksi Kertas Litmus, kertas pH CH3COOH, 6 M
Gelas kimia AgNO3, 0,1 M dan 0,05 M KSCN, 0,1 M
Spatula Cu(NO3)2, 0,05 M K4Fe(CN)6, 0,1 M
Pipet tetes Zn(NO3)2, 0,05 M NaCl, 0,05 M
Penjepit tabung Fe(NO3)3, 0,05 M Na2CO3, 0,05 M
Pemanas listrik (hot plate) HCl, 6 M Na2SO4, 0,05 M
Batang pengaduk HNO3, 6 M NaNO3, 0,05 M
Sentrifuga + tabung H2SO4, 6 M Larutan jenuh Ba(OH)2
NH3, 6 M BaCl2, 0,1 mL
NaOH, 6 M Aluminium

IV. Cara Kerja


a Analisa kualitatif kation
1 Identifikasi ion Ag+
Pada sampel larutan yang mengandung campuran ion Ag+, Fe3+, Cu2+, dan Zn2+.
Larutan sampel sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil kemudian
ditambahkan larutan HCl 6 M. Jika dihasilkan endapan berwarna putih menandakan
adanya ion Ag+. Campuran dipindahkan ke tabung sentrifuga, HCl 6 M diteteskan ke
dalam larutan filtrat agar seluruh ion Ag+ terendapkan. Kemudian endapan yang
dihasilkan direaksikan dengan larutan NH3 hingga seluruh endapan sempurna.
2 Identifikasi ion Cu2+
Larutan fitrat sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan,
lalu ditambahkan NaOH 6 M sambil diaduk. Setelah terbentuk endapan, dipisahkan
antara endapan dan filtrat. Kemudian disaring dan dicuci endapan dengan air.
Ditambahkan beberapa tetes H2SO4 6 M. Lalu ditambahkan beberapa tetes NH3 6 M
sampai larutan basa. Dipisahkan antara endapan dan filtrat. Setelah itu ditambahkan
CH3COOH ke dalam filtrat, sampai dihasilkan larutan berwarna biru muda dan
larutan menjadi asam. Ditambahkan 2 tetes larutan K4[Fe(CN)6] 0,1 M, jika terbentuk
endapan berwarna merah kecokelatan menandakan adanya ion Cu2+.
3 Identifikasi ion Fe3+
Dicuci endapan yang diperoleh dari percobaan sebelumnya dengan aquades.
Ditambahkan H2SO4 6 M. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan KSCN 0,1
M, apabila terbentuk larutan merah tua menandakan adanya ion Fe3+.
4 Identifikasi ion Zn2+
Larutan dari percobaan Cu2+, ditambahkan HCl 6 M, kemudian ditambahkan beberapa
tetes larutan K4[Fe(CN)6] 0,1 M, dipisahkan endapan dan filtrat. Jika terbentuk
endapan putih menandakan adanya ion Zn2+.
b Analisa Kualitatif Anion
Pada sampel larutan yang mengandung campuran ion Cl-, SO42-, CO32- dan NO3-
1. Identifikasi ion Cl-
Sebanyak 10 tetes larutan sampel anion. Diperiksa pH larutan dengan kertas lakmus.
Ditambahkan 3-5 tetes CH3COOH 6 M. Lalu ditambahkan 10 tetes AgNO3 dan 2 tetes
HNO3 hingga terbentuk endapan AgCl putih. Dipisahkan endapan dan filtrat. Lalu
ditambahkan NH3 6 M dan HNO3 6 M ke dalam larutan hingga sedikit asam,
diperiksa pH. Jika terbentuk endapan putih menandakan adanya ion Cl-.
2. Identifikasi ion CO32-
Sebanyak 1 mL larutan sampel ditambahkan 0,5 mL HNO3 6 M dipanaskan
hingga terbentuk gas. Gas yang terbentuk dialirkan ke dalam tabung reaksi lain
yang berisi 2 mL Ba(OH)2 jenuh. Jika terbentuk endapan putih menunjukkan
adanya ion karbonat.
3. Identifikasi ion SO42-
Sebanyak 0,5 mL larutan sampel ditambahkan HNO3 6 M hingga larutan asam,
lalu ditambahkan 0,5 mL BaCl2 0,1 M dan diamati apabila terbentuk endapan
putih menandakan adanya ion SO42-
4. Identifikasi ion NO3-
Sebanyak 1 mL sampel ditambahkan NaOH 6 M hingga menjadi basa,
ditambahkan NaOH 6 M berlebih, dikeringkan dinding tabung reaksi dengan
kertas hisa, ditambahkan logam Al, kemudian ditempelkan lakmus merah pada
dinding tabung, dipanaskan tabung reaksi hingga terbentuk gelembung gas dan
terjadi perubahan warna lakmus dari semula berwarna merah menjadi biru. Ini
menunjukkan bahwa sampel mengandung ion NO3-
V. DATA PERCOBAAN
Kation
No Prosedur Hasi Pengamatan

1. Golongan I, Ag+
Ag+ +HCl Endapan putih
Ag+ +NaOH
Ag+ +NH3

Golongan II, Cu2+ Endapan merah kecokelatan


2. Cu2+ + NaOH
Cu2+ + NH3
Cu2+ + (K4(Fe(CN)6)

3. Golongan III, Fe3+ Larutan kompleks merah tua


Fe3+ +KSCN
4.
Golongan III, Zn2+ Kompleks biru (seharusnya
Zn2+ +(K4(Fe(CN)6) endapan putih)

Anion
No Prosedur Hasi Pengamatan

1. Identifikasi ion Cl-


Sampel + CHCOOH + AgNO3+ HNO3 + NH3 Endapan putih
2. Identifikasi ion CO32-
Sampel + NH3 + Ba(OH)2 Endapan putih
3. Identifikasi ion SO42-
Sampel + HNO3 + BaCl2 Endapan putih

4. Identifikasi ion NO3-


Sampel + NaOH + Al Menghasilkan gas yang
mengubah lakmus merah
jadi biru
 Ciri terjadinya reaksi kimia diantaranya yaitu:

1. Pembentukan Zat Baru: Perubahan kimia melibatkan pembentukan zat-zat baru


dengan sifat-sifat yang berbeda dari zat-zat awal. Struktur molekuler dan komposisi
kimia dari zat tersebut dapat berubah secara signifikan.
2. Perubahan Energi: Perubahan kimia seringkali disertai dengan perubahan energi.
Reaksi kimia dapat melepaskan energi dalam bentuk panas (reaksi eksotermik) atau
menyerap energi (reaksi endotermik).
3. Perubahan Warna: Terkadang, perubahan kimia dapat diindikasikan oleh perubahan
warna. Warna baru yang muncul atau warna yang hilang setelah reaksi adalah tanda-
tanda perubahan kimia.
4. Pembentukan Gas: Jika reaksi kimia menghasilkan pembentukan gas, ini bisa
menjadi tanda perubahan kimia. Gas dapat muncul dalam bentuk gelembung atau
dapat berbau dan/atau berwarna khas.
5. Pembentukan Presipitat: Presipitat adalah endapan padat yang terbentuk dalam
larutan setelah reaksi kimia terjadi. Ini adalah tanda bahwa ion-ion dalam larutan telah
bereaksi dan membentuk senyawa padat baru.
6. Perubahan Bau: Beberapa reaksi kimia dapat menghasilkan perubahan dalam bau
zat. Misalnya, roti yang dipanggang, perubahan bau selama pemasakan, dan reaksi
fermentasi adalah contoh-contoh perubahan bau akibat reaksi kimia.
7. Perubahan Rasa: Perubahan kimia juga dapat mempengaruhi rasa suatu zat.
Misalnya, ketika gula terbakar, itu dapat menghasilkan rasa manis yang berubah
menjadi pahit.
8. Perubahan Fase: Kadang-kadang, perubahan kimia dapat mempengaruhi fase suatu
zat, seperti dari padat ke cair atau dari cair ke gas. Ini bisa terjadi bersamaan dengan
perubahan komposisi kimia.
9. Perubahan Massa: Massa total zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia tetap
konstan, sesuai dengan Hukum Kekekalan Massa. Namun, dalam beberapa reaksi,
tampaknya ada perubahan massa karena pembentukan gas atau endapan.
10. Perubahan Suhu: Perubahan suhu dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan kimia.
Ini dapat menjadi indikator bahwa reaksi kimia sedang berlangsung, terutama jika
perubahan suhu signifikan.
VI. FLOWCHART PEMISAHAN KATION
sampelkation

HCl

AgCl Fe3+ Cu2+ Zn2+


(putih)
NH3 NaOH

Fe(OH)3 Cu(OH)2 Zn (OH)42-


Ag(NH3)+
HCl
H2SO4

K[ Fe (CN)6]
Fe(OH)3 Cu(OH)2
(CN)6]
NH3
K2Zn[ Fe (CN)6]2

Fe3+ Cu2+

NH3

Fe(OH)3 [ Cu(NH3)4]2+
[ Fe (CN)6]

Cu[ Fe (CN)6
FLOWCHART PEMISAHAN ANION
1
sampel anion

- CH3COOH 6 M (3-5 tetes)


- AgNO3(10 tetes) HNO3 ( 2 tetes)
-

AgCl (putih)
NO3-, CO32-, SO42-

- HNO3 6 M - dicuci dengan


- Ba(OH)2 (2 mL) aquades
- - NH3 6 M
- HNO3 6 M
-
endapan putih Cl-
- 2-
H2CO3 NO3 , SO4

- HNO3 6 M
- CO3BaCl2
0,1 M

H2O + CO2 NO3- endapan BaSO4 putih


menunjukkan adanya SO42-
- HNO3 6 M
- BaCl2 0,1 M
-NaOH 6 M tetes demi tetes

-NaOH berlebih, logam Al

BaCO3putih -dipanaskan, uji gas dengan lakmus

𝐴𝑙
lakmus merah jadi biru NO3- 𝑁𝑎𝑂𝐻 NH3 (g)
menunjukkan adanya ion
NO3-
 Secara umum, kation terbagi menjadi 5 group, yaitu:
Group I : Ion-ion yang diendapkan sebagai senyawa klorida, yaitu Ag+, Pb2+, dan2 Hg 2+..
Group II: Ion-ion yang diendapkan sebagai senyawa sulfida dalam suasana asam,
yaitu Pb+2, Hg2+, Cu2+, Cd2+, Bi3+, As3+, Sb3+, Sn2+.
Group III: Ion-ion yang diendapkan sebagai senyawa sulfida dalam suasana basa,
yaitu Fe3+, Al3+, Zn2+, Co2+, Ni2+, Mn2+, Cr3+.
Group IV: Ion-ion yang diendapkan sebagai senyawa karbonat, yaitu: Ba2+, Ca2+, Mg2+.
Group V: Ion-ion yang tidak dapat diendapkan, yaitu: Na+,4NH +, K+.
Pembahasan:
Di dalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya:
1. Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion
golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Dalam suasana asam, klorida dan kation dari golongan
lain larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk pengendapkan kation golongan I
memiliki dua keuntungan yaitu memperoleh endapan klorida semaksimal mungkin dan
menghindari terbenuknya endapan BIOCI dan SbOCI. Kelebihan asam klorida yang
terlalu banyak dapat menyebabkan AgCl dan PbCl 2 larut kembali dalam bentuk kompleks
sedangkan klorida raksa (I), Hg, Cl2 , tetap stabil.

Kation golongan I : Timbal (II), Merekurium (I), dan Perak (I)


Pereaksi golongan : Asam klorida encer(6 M)
Reaksi golongan : Endapan putih timbal klorida (PbCl2), Merkurium(I) klorida (Hg2Cl2),
dan perak klorida (AgCl)
Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut, namun timbal klorida
sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna bila
ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan ion timbal yang tersisa itu diendapkan
secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama-sama kation golongan II Nitrat
dari kation-kation golongan I sangat mudah larut diantara sulfat-sulfat, timbal praktis tidak
larut, sedang perak sulfat jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat terletak diantara
kedua zat di atas.
Kation-kation golongan I diendapkan sebagai garam klorida. Pemisahan kation
golongan I tersebut dari campuran sebagai garam klorida didasarkan fakta bahwa garam
klorida dari golongan I tidak larut dalam suasana asam (pH 0,5-1). Kation-kation dalam
golongan I yang terdiri atas Ag+, Hg+, dan Pb2+. Garam klorida dari kation golongan I adalah:
Hg2Cl2, AgCl, dan PbCl2. Pemisahan masing-masing kation tersebut dilakukan berdasarkan
cara sebagai berikut:
1. PbCl2 dipisahkan dari Hg2Cl2 dan AgCl berdasarkan perbedaan kelarutan kation.
PbCl2 larut dalam air panas, sedangkan Hg2Cl2 dan AgCl tidak dapat larut dalam air
panas.
2. Hg2Cl2 dan AgCl dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan antara kompleks
Hg(NH2)Cl dan [Ag(NH3)2] yang dibentuk dengan penambahan amonia terhadap
Hg2Cl2 dan AgCl setelah PbCl2 terpisah. Kompleks Hg(NH2)Cl berbentuk endapan
hitam yang bercampur dengan Hg+, sedangkan [Ag(NH3)2] tidak berbentuk endapan.

Identifikasi terhadap ketiga kation tersebut setelah terpisah adalah sebagai berikut:
a. Pb2+ dapat direaksikan dengan K2CrO4 yang akan membentuk PbCrO4 (endapan kuning).
Pb2+ + CrO4- PbCrO4 (endapan kuning)
b. Ag+ dapat diidentifikasi dengan mereaksikannya terhadap KI, sehingga terbentuk AgI
(endapan kuning muda). Atau mengasamkan filtrat yang diperoleh dari pemisahan
dengan asam nitrat encer, sehingga kiompleks [Ag(NH3)2] terurai kembali dan dihasilkan
endapan putih AgCl.
[Ag(NH3)2] + KI  AgI(endapan kuning muda) + 2 NH3
c. Hg (I) dapat diidentifikasi dari warna endapan yang terjadi pada pemisahannya dengan
Ag+, adanya Hg22+ ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam.
Hg2Cl2 + 2 NH3  [Hg(NH2)Cl + Hg] (endapan hitam) + NH4+ + Cl-
Kation golongan II ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi,
Cu, cd, As, Sb, Sn. Kation golongan II dibagi dalam dua sub-golongan yaitu sub golongan
tembaga dan sub golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan
sulfida dalam ammonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub golongan tembaga tidak
larut dalam regensia ini, sulfida dari sub grup arsenik melarut dengan membentuk garam tio.
Golongtan II sering disebut juga sebagai asam hidrogen sulfida atau glongan tembaga timah.
Klorida, nitrat, dan sulfat sangat mudah larut dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida dan
karbonatnya tak larut.
Kation golongan II : Merkuri (II), timbal (II), bismuth (III), tembaga (II), kadmium
(II), arsen (III) dan (V), stibium (III), dan timah (II)
Reagensia golongan : hydrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh)
Reaksi golongan : endapan-endapan dengan berbagai warna HgS (hitam), PbS (hitam),
Bi2S3(coklat), AS2S3 (kuning), Sb2S3 (jingga), SnS2 (coklat) dan SnS2 (kuning).
Kation golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan, yaitu sub-golongan tembaga dan
sub-golongan arsenik. Dasar dari pembagian subgolongan ini adalah kelarutan endapan
sulfida dalam amonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub-golongan tembaga tak larut
dalam reagensia ini., sulfida dari sub-golongan arsenik melarut dalam membentuk garam tio.
Sub-golongan tembaga terdiri dari merkurium(II), timbel(II), bismuth(II), tembaga(II), dan
kadmium(II). Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat
mudah larut dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonat-nya tak larut.
Sub-golongan arsenik terdiri dari ion arsenik(III), arsenik(V), stibium(II), Stibium(V),
timah(II), dan timah(V). Ion-ion ini mempunyai sifat amfoter. Oksidanya membentuk garam
baik dalam asam maupun dengan basa( Juniar, 2020).
Identifikasi Kation Golongan II
1. Identifikasi Hg2+
A. Larutan amonia, menghasilkan endapan putih yang berupa merkurium(II) oksida dan
merkurium(II) nitrat
2Hg2+ + NO3- + 4NH3 + H2O  HgO.Hg(NH2)NO3 + NH3
B. Natrium hidroksida bila ditambahkan dalam jumlah sedikit menghasilkan endapan
berwarna merah kecoklatan. Bila dalam jumlah yang stoikiometris,endapan berubah
menjadi kuning ketika terbentuk merkurium(II) oksida
Hg2+ + 2OH-  HgO + H2O
Endapan tak larut dalam natrium hidrosikda berlebihan. Asam dapat melarutkan
endapan.
C. Kalium iodida menghasilkan endapan berwarna merah berupa merkurium(II) iodida
Hg2+ + 2I-  HgI2
2. Identifikasi Bi3+
A. Larutan amonia, menghasilkan endapan berwarna putih berupa garam basa
Bi3+ + NO3- + 2NH3 + 2H2O  Bi(OH)2NO3 + 2NH4+
Endapan larut dalam reagensia berlebih.
B. Natrium hidroksida, menghasilkan endapan putih berupa bismut(II) hidroksida
Bi3+ + 3OH-  Bi(OH)3
Endapan hanya sedikit sekali yang larut dalam reagensia berlebihan dengan larutan
dingin.
C. Kalium iodida, bila ditambahkan setetes demi tetes menghasilkan endapan berwarna
hitam berupa bismuth(II) iodida
Bi3+ + 3I- BiI3
Endapan mudah larut dalam reagensia berlebihan yang akan membentuk ion
tetraiodobismutat yang berwarna jingga
BiI3 + I-  [BiI4]-
3. Identifikasi As2+
A. Larutan perak nitrat menghasilkan endapan berwarna merah kecoklatan berupa perak
arsenat (Ag3AsO4)
AsO43- +3Ag+  Ag3AsO4
B. Larutan kalium iodida, jika ada asam klorida pekat, iod akan diendapkan, dengan
mengocok campuran dengan 1-2 ml kloroform atau karbon tetraklorida. Zat yang
terakhir ini akan diwarnai ungu oleh iod.
AsO43- + 2H+ + 2I-  AsO33- + I2 + H2O
2+
4. Identifikasi Cu
A. Larutan amonia, bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit menghasilkan
endapan berwarna biru berupa tembaga sulfat basa
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O  Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4+
Endapan larut dalam reagensia berlebihan dimana terbentuknya ion kompleks
tetraaminokuprat(II) yang berwarna biru tua
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3  2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH-
B. Natrium hidroksida dalam larutan dingin menghasilkan endapan berwarna biru berupa
tembaga(II) hidroksida
Cu2+ + 2OH-  Cu(OH)2
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan. Bila dipanaskan, endapan berubah
menjadi tembaga(II) oksida berwarna hitam
Cu(OH)2  CuO + H2O
C. Kalium iodida mengendapkan tembaga(I) iodida berwarna putih. Tetapi larutannya
berwarna coklat tua karena terbentuknya ion-ion tri-iodida (iod)
2Cu2+ + 5I-  2CuI + I3-
5. Identifikasi ion stano (larutan uji SnCl2 0,25 M)
A. Ditambahkan larutan kalium hidroksida ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan
putih stanno hidroksida yang larut dengan pereaksi berlebih.
B. Ditambahkan larutan amonia atau alkali karbonat ke dalam larutan uji, maka akan
terbentuk endapan putih dari stanno hidroksida yang tidak larut dengan penambahan
pereaksi berlebih.
C. Setelah larutan uji SnCl2 yang keruh ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan
putih Sn(OH)2. Setelah ditambahkan NaOH berlebih endapan putih tersebut larut.
Endapan putih Sn(OH)2.
D. setelah larutan uji ditambahkan Na2CO3, terbentuk endapan putih dari Sn(OH)2. Setelah
ditambahkan Na2CO3 berlebih, endapan putih tersebut tidak larut.
Endapan putih Sn(OH)2 (Juniar 2020).
Kation golongan III ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer (buffer ammonium-amonium klorida).
Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral /
amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn. Logam-logam diendapkan
sebagai sulfida, kecuali aluminium dan kromium, yang diendapkan sebagai hidroksida,
karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan air.besi, almunium, dan mangan
(sering disertai sedikit mangan) atau golongan IIIA juga diendapkan sebagai hidroksida oleh
larutan amonia dengan adanya amonium klorida. Endapan hidroksida pada golongan ini
bermacam-macam. Kation golongan IIIB diendapkan sebagai garam sulfidnya dengan
mengalirkan gas H2S dalam larutan analit yang suasananya basa (dengan larutan buffer
NH4Cl dan NH4OH) (Juniar, 2020).
Kation golongan III (Al3+, Cr3+, Fe2+, Mn2+) membentuk sulfida yang lebih larut
dibandingkan kationgolongan 2. Karena itu untuk mengendapkan kation golongan 3
sebagaigaram sulfida konsentrasi ion H+ dikurangi menjadi sekitar 10-9 M atau pH 9.Hal ini
dapat dilakukan dengan penambahan amonium hidroksida danamonium klorida.Kemudian
dijenuhkan dengan H2S. Dalam kondisi ini kesetimbangan:
H2S → 2H+ + S2-
akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S2-akan meningkan dan cukup untuk
mengendapkan kation golongan III. H2S dapat juga diganti dengan (NH4)2S.
Penambahan amonium hidroksida dan amonium klorida juga dapat mencegah
kemungkinan mengendapnya Mg menjadi Mg(OH)2. Penambahan kedua pereaksi ini
menyebabkan mengendapnya kation Al3+, Cr3+ dan Fe2+, sebagai hidroksidanya,
Fe(OH)3(coklat), Al(OH)3(putih) dan Cr(OH)3 (putih). Ion sulfida dapat bereaksi dengan
Mn2+ dan Fe2+ akan bereaksi langsung membentuk endapan sulfida FeS (hitam) dan
MnS(coklat).
1. Pemisahan Sub golongan Aluminium dan Nikel
Hidroksida aluminium dan kromium bersifat amfoter sehingga larut dengan
NaOH.Sebaliknya hidroksida besi dan mangan bersifat amfoter sehingga kation tersebut tidak
larut dengan NaOH.Hal ini yang mendasari pemisahan kedua subgolongan dalam kation
golongan III. Aqua regia juga akan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.
Jika NaOH ditambahkan maka hidroksida ke empat kation tersebut akan terbentuk,
tetapi aluminium dan kromium yang bersifat amfoter akan larut membentuk kompleks
Al(OH)4-, Cr(OH) 4
-
, Zn(OH) 4
-
, sedangkan kation yang lain tidak larut. Mn(OH)2 akan
teroksidasi oleh udara menjadi MnO2 yang berwarna hitam. Penambahan hidrogen peroksida
mempercepat oksidasi kedua zat tersebut, juga mengoksidasi Cr(OH)4- menjadi CrO42-.
Hidroksida besi cepat larut dalam asam sulfat menjadi Fe2+, tetapi MnO2 lambat larut.
Hidrogen peroksida ditambahkan untuk mempercepat kelarutan endapan ini dengan
caramereduksinya menjadi MnO. Reaksi yang berlangsung:
2. Identifikasi besi
Identifikasi besi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
a. Kaliumheksasianoferat(II), K4Fe(CN)6
Membentuk endapan biru Prussian
4Fe3+ + 3Fe(CN)64- → Fe4[Fe(CN)6]3
b. Kalium tiosianat, KSCN
Larutan berwarna merah
Fe3+ + SCN- → Fe(SCN)63-
3. Identifikasi Mn
Mangan dapat diidentifikasi dengan mengoksidasi Mn2+ menjadi MnO4-yang berwarna
ungu dengan natrium bismutat (NaBiO3) dalam asam nitrat.
2Mn2+ + 5HBiO3 + 9H+→ 2MnO4- + 5Bi3+ + 7H2O
4. Pemisahan dan Identifikasi Sub golongan Al
Pada filtrat hasil pemisahan dengan sub golongan besi, penambahan asam nitrat akan
memberikan reaksi berikut:
Al(OH)4- + 4H+ _ Al3+ + 4 H2O
2CrO42- + 2H+ _ Cr2O72- + H2O
Jika terdapat kromat warna larutan berubah menjadi jingga dengan terbentuknya dikromat.
Penambahan amonium hidroksida lebih lanjut akan membentuk endapan putih yang
menunjukkan adanya Al. Sedangkan Cr2O72-akan menjadi CrO42-.Identifikasi Cr dapat
dilakukan dengan BaCl2 memberikan endapan kuning barium kromat.
CrO42- + Ba2+→ BaCrO4
Kation golongan IV ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk
endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana
netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
Kation-kation golongan keempat, tidak bereaksi dengan asam klorida, hidrogen sulfida
ataupun amonium sulfida; tetapi amonium karbonat (jika ada amonia atau ion amonium
dalam jumlah yang sedang) membentuk endapan-endapan putih. Uji ini harus dijalankan
dalam larutan netral atau basa. Jika tak ada amonia atau ion amonium, magnesium juga akan
mengendap. Endapan-endapan putih yang terbentuk dengan reagensia golongan adalah
barium karbonat BaCO3, strontium karbonat SrCO3, dan kalsium karbonat CaCO3.
Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil dalam udara kering.
Barium bereaksi dengan air dalam udara yang lembab, membentuk oksida atau hidroksida.
Barium melebur pada 710oC. Logam ini bereaksi dengan air pada suhu ruang, membentuk
barium hidroksida dan hydrogen.
Ba + H2O → Ba2+ + H2↑ + 2OH-
Asam encer melarutkan barium dengan mudah dengan mengeluarkan hidrogen.
Ba + 2H+ → Ba2+ + H2↑
Barium adalah bivalen dalam garam-garamnya, membentuk kation barium (II), Ba2+.
Klorida dan nitratnya larut, tetapi dengan menambahkan asam klorida pekat atau asam nitrat
pekat kepada larutan barium, barium klorida atau nitrat mungkin mengedap sebagai akibat
hukum kegiatan massa.
Strontium adalah logam putih-perak, yang dapat ditempa dan liat. Strontium melebur
pada 771oC. Sifat-sifatnya serupa dengan sifat-sifat barium.
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Ia melebur pada 845oC. Ia
terserang oleh oksigen atmosfer dan udara lembab; pada reaksi ini terbentuk kalsium oksida
dan/atau kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan air dengan membentuk kalsium
hidroksida dan hidrogen.
Kalsium membentuk kation kalsium (II), Ca2+, dalam larutan-larutan air. Garam-
garamnya biasanya berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tidak berwarna, kecuali
bila anionnya berwarna. Kalsium klorida dan kalsium nitrat larut dengan mudah dalam etanol
atau dalam campuran 1:1 dari etanol bebas air dan dietil eter.
Kation-kation golongan V yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini
meliputi : Mg, K, NH4+. Untuk menentukan adanya kation NH4+ harus diambil dari larutan
analit mula-mula. Untuk kotion-kation Ca2+, Ba2+, Sr2+, Na+, dan K+. Identifikasi dapat
dilakukan dengan uji nyala (Harjadi, 1990).

Reagensia Golongan, tak ada reagensia umum untuk kation – kation golongan ini. Reaksi golongan:
kation-kation golongan kelima tidak bereaksi dengan asam klorida, hydrogensulfide atau garam-garam
amonium dengan ammonium karbonat. Reaksi ion ammonium sangat serupa dengan reaksi-reaksi ion
kalium, karena jari-jari iondari kedua ion ini hampir identik.
A. Magnesium, Mg ( Ar : 24,305).
Magnesium adalah logam putih, dapat ditempa dan diliat. Ia melebur pada 650 o C. logam ini mudah
terbakar dalam udara atau oksigen dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang, membentuk oksida
MgO dan beberapa nitride Mg3N2. Logam ini perlahan-lahanterurai oleh air pada suhu biasa, tetapi pada titik
didih air reaksi berlangsung secara cepat .
Magnesium hidroksida, jika tak ada garam ammonium, praktis tak larut. Magnesium larut dengan
mudah dalam asam. Magnesium membentuk kation bivalen Mg2+. oksida, hidroksida, karbonat, dan
fosfatnya tak larut : garam-garam lainnya larut. Rasanya pahit, beberapa dari garam-garam ini adalah
higroskopis
B. Natrium, Na (Ar: 22,99)
Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5. Natrium teroksidasi dengan
cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam
ini bereaksi keras dengan air, membentuk natrium hidroksida dan hydrogen.
Dalam garam-garamnya, natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ii
membentuk larutan tak berwarna kecuali jika anionnya berwarna; hampir semua garam natrium larut dalam
air.
C. Kalium, K (Ar=39,098)
Kalium adalah logam putih-perak yang lunak. Logam ini melebur pada 63,5o C. Ia tetap tak berubah
dalam udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam udara lembab, menjaditertutup dengan suatu lapisan
biru. Logan itu menguraikan air dengan dahsyat, sambil melepaskan hydrogen dan terbakar dengan nyala
lembayung. Kalium biasanya disimpan dalam pelarut nafta. Garam-garam kalium mengandung kation
monovalen K+, garam-garam ini biasanya larutdan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila
anionnya berwarna.
D. Ion Amonium, NH4+ (Mr: 18,038).
Ion-ion ammonium diturunkan dari ammonia, NH3, dan hydrogen H+. Ciri-ciri khas ion ini adalah
serupa dengan cirri-ciri khas ion logam-logam alkali. Dengan elektrolisis memakai katode dari merkurium
dapat dibuat ammonium amalgam, yang mempunyai sifat-sifat serupa dengan amalgam dari natrium atau
kalium.
Garam-garam ammonium umumnya adalah senyawa-senyawa yang larut dalamair, dengan
membentuk larutan yang tak berwarna (kecuali bila anionnya berwarna). Dengan pemanasan, semua garam
ammonium terurai menjadi ammonia dan asam yang sesuai. Kecuali jika asamnya tak mudah menguap,
garam ammonium dapat dihilangkan secara kuantitatif dari campuran kering dengan memanaskan. Reaksi-
reaksi ion ammonium umumnya serupa dengan reaksi-reaksi kalium,karena ukuran kedua ion itu hamper
identik.

 REAKSI-REAKSI KATION ANION


Kation Golongan I
Hg2+(aq) + 2NaOH(aq) Hg(OH)2 + 2Na+(aq)
Hg2+(aq) + 2KI(aq) HgI2 + 2K+(aq)
+
Ag (aq) + NaOH(aq) AgOH + Na+(aq)
Ag+ (aq) + HCl (aq) AgCl + H+(aq)
+
Ag (aq) + KI(aq) AgI + K+(aq)
Pb2+(aq) + 2NaOH (aq) Pb(OH)2 + 2Na+ (aq)
2+
Pb (aq) + 2HCl (aq) PbCl2 + 2H+(aq)
Pb2+ (aq) + H2SO4(aq) PbSO4 + 2H+(aq)
2+
Pb (aq) + K2CrO4(aq) PbCrO4 + 2K+(aq)
Kation Golongan II
Cu2+ (aq) + 2NaOH (aq) Cu(OH)2 + 2Na+(aq)
Cu2+ (aq) + 2KI(aq) CuI2 + 2K+(aq)
Kation Golongan III
Fe2+ (aq) + 2NaOH(aq) Fe(OH)2 + 2Na+(aq)
2+
Zn (aq) + 2NaOH(aq) Zn(OH)2 + 2Na+(aq)
Al3+(aq) + 3NaOH(aq) Al(OH)3 + 3Na+(aq)
Kation Golongan IV
Ca2+ (aq) + 2NaOH (aq) Ca(OH)2 (aq) + 2Na+(aq)
2+
Ba (aq) + 2NaOH (aq) Ba(OH)2(aq)+ 2Na+(aq)
Ba2+ (aq) + 2NaCO3 (aq) BaCO3 + 2Na+(aq) (aq)
2+
Ba (aq) + H2SO4 (aq) BaSO4 + 2H+
Kation Golongan V
Mg2+ (aq) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 (aq) + 2Na+(aq)
NH4+ (aq) + NaOH (aq) NH4OH (aq) + Na+(aq)
Anion golongan A
Cl-
Cl- (aq) + AgNO3(aq) → AgCl ↓ putih + NO3-(aq)
AgCl + 2NH3 (aq) → Ag(NH3)2 + Cl-(aq)
Cl- (aq) + Pb(CH3COO)2(aq) → PbCl2 putih + 2 CH3COO-(aq)
I-
I- (aq) + AgNO3(aq) → AgI putih + NO3-(aq)
2I-(aq) + Pb(CH3COO)2 (aq) → PbI2 + 2 CH3COO-(aq)
SCN-
SCN- (aq) + AgNO3(aq) → AgSCN putih + NO3(aq)
SCN-(aq) + Pb(CH3 COO)2 (aq) → Pb(SCN)2 putih + 2CH3COO-(aq)
SCN- (aq) + Pb(CH3 COO)2(aq) → Pb(SCN)2 putih + 2CH3COO-(aq)
Golongan B
S2-
S2-(aq) + AgNO3(aq) → Ag2S ↓ hitam + 2NO3(aq)
S2- (aq) + FeCl3(aq) → FeS hitam + HNO3(aq)
S2- (aq) + Pb(CH3COO)2(aq) → PbSO4 hitam + 2CH3COO-(aq)
Golongan C
CH3 COO-
CH3COO- (aq) + H2SO4 (aq) → CH3 COOH (aq) + SO4(aq)
CH3COO- (aq) + 3FeCl3(aq) + 2H2O(aq) → (CH3COO)6(aq) + 2HCl(aq) + 4H2O(aq)

Golongan D
SO32-
SO32- + AgNO3 → Ag2SO3 putih + 2 NO3
Ag2SO3 + 2HNO3 → 2AgNO3 + H2SO4
SO32- + Ba(NO3 )2 → BaSO3 putih + 2NO3
BaSO3 + 2HNO3 → Ba(NO3)2 + H2SO3
SO32- + Pb(CH3COO)2 → PbSO3 putih + 2CH3 COO-
PbSO3 + 2HNO3 → Pb(NO3) 2 + H2SO3
CO32-
CO32- + AgNO3 → Ag2CO3 putih + 2NO3-
Ag2CO3 + 2NO3- → 2AgNO3 + H2CO3
CO32- + Mg(SO4)2 → MgCO3 putih + 2SO42-
Golongan E
S2O3
S2O32- + FeCl3 → Fe(S2O3 )3 Cl + 2Cl-
Pb(CH3COO)2 → PbS2O3 putih + 2CH3COO-
Golongan F
PO43-
PO43- + Ba(NO3 )2 → Ba3(PO4 )2 putih + 2NO3-
PO43- + FeCl3 → FePO4 putih kuning + 3 Cl-
Reaksi ion spesifik Kation Ag+, Cu2+, Fe3+, Zn2+ (Vogel, 1985)
+
 Ag
+ -
AgCl(s) + 2NH3(aq) → [Ag(NH3)2] (aq) + Cl (aq)
[Ag(NH3)2]+ (aq) + Cl-(aq) + H+(aq) AgCl(s) + 2NH4+(aq)
[Ag(NH3)2]+ (aq) + I-(aq) → AgI(s) + 2NH3(aq)
 Cu2+
Cu2+(aq) + 4NH3(aq) → [Cu(NH3)4]2+(aq) Biru
[Cu(NH3)4]2+(aq) + 4CH3COOH(aq) → Cu2+(aq)+ 4NH4+(aq)+ 4CH3COO-(aq)
Cu2+(aq)+ [Fe(CN)6]4- → Cu[Fe(CN)6]
2[Cu(NH3)4]2+(aq) + 10CN-(aq) → 2[Cu(CN)4]3-(aq) + (CN)2 + NH3(aq)

 Fe3+
Fe(s) + HNO3(aq) + 3H+(aq) → Fe3+(aq) + NO + 2H2O(aq)
2 Fe(s) + 3H2SO4(aq) + 6H+(aq) → 2Fe3+(aq) + 3SO2 + 6H2O(aq)

4 Fe(s) + 10 H+(aq) + NO3-(aq) → Fe3+(aq) + NH4+(aq)+ 3H2O(aq)

4Fe3+(aq) + 3[Fe(CN)6 ]4-(aq) → Fe[Fe(CN)6 ]


Fe3+(aq) + HPO42-(aq) → FePO4 + H+(aq)
Fe3+(aq) + HPO42-(aq) + CH3COO-(aq) → FePO4 + CH3COOH(aq)
3Fe3+(aq) + 6 CH3COO-(aq) + 2H2O(aq) → Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ (aq) + 2H+(aq)
Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ (aq) + 4 H2O(aq) → 3Fe(OH)2CH3COO + 3CH3COOH(aq) + H+(aq)
Fe3+(aq) + 3C6H5N(NO)ONH4(aq) → Fe[C6H5N(NO)O]3 + 3NH4+(aq)
Fe3+(aq) + 3SCN-(aq) → Fe(SCN)3(aq)
Fe3+(aq) + 3(COO)22-(aq) → {Fe[(COO)2 ]3}
Fe(SCN)3(aq) + 6F-(aq) → [FeF6]3-(aq) + 3SCN-(aq)
2Fe(SCN)3(aq) + 3Hg2+(aq) → 2Fe3+(aq) + 3Hg(SCN)2(aq)
 Zn2+
Zn(s) + 2H+(aq) → Zn2+ + H2
4Zn(s) + 10H+(aq) + NO3-( aq) → 4Zn2+(aq) + NH4+(aq) + 3H2O(aq)
4Zn(s) + 10H+(aq) + 2NO3-( aq) → 4Zn2+(aq) + N2O + 5H2O(aq)
3Zn(s) + 8 HNO3(aq) → 3 Zn2+(aq) + 2NO + 6NO3-(aq) + 4 H2O(aq)
Zn(s) + 2H2SO4(aq) → Zn2+(aq) + SO2 + SO42-(aq) + 2H2O(aq)
Zn(s) + 2OH-(aq) + 2H2O(aq) → [Zn(OH)4]2- (aq) + H2
Zn2+(aq) + 2OH-(aq) → Zn(OH)2
Zn(OH)2 + 2H+(aq) Zn2+(aq) + 2H2O(aq)
Zn(OH)2 + 2OH-(aq) [Zn(OH)4]2- (aq)
Zn2+(aq) + 2 NH3(aq) + 2H2O (l) Zn(OH)2 + 2NH4+(aq)
Zn(OH)2 + 4 NH3(aq) [Zn(NH3)4]2+(aq) + 2OH-(aq)
Zn2+(aq) + S2-(aq) → ZnS
Zn2+(aq) + H2S (aq) ZnS + 2H+(aq)
Zn2+(aq) + H2S (aq) + 2CH3COO- (aq) → ZnS + 2CH3COOH
[Zn(OH)4]2- (aq) + H2S (aq) → ZnS + 2OH-(aq) + 2H2O(aq)
Zn2+(aq) + 2HPO42-(aq) Zn3(PO4)2 + 2H+(aq)
Zn3(PO4)2 + 12 NH3(aq) → 3[Zn(NH3)4]2+(aq) + 2PO43-(aq)
[Zn(NH4)PO4 + 3 NH3(aq) → [Zn(NH3)4]2+(aq) + 2HPO42-(aq)
3Zn2+(aq) + 2K+(aq) + 2[Fe(CN)6 ]4- → K2Zn3[Fe(CN)6]3
K2Zn3[Fe(CN)6]3 + 12OH-(aq) → 2[Fe(CN)6]4-(aq) + 3[Zn(OH)4]2- (aq) + 2K+(aq)
Zn2+(aq) + [Hg(SCN)4]2-(aq) Zn[Hg(SCN)4]
3K+(aq) + [Co(CN)6]3-(aq) + Zn2+(aq) KZn[Co(CN)6] + 2 K+(aq)
Tes Dithizone: difenil tiocarbazone membentuk kompleks dengan ion logam, yang
dapat diekstraksi dengan carbon tetraklorida yang membentuk larutan merah.
C6H5
H
N N
H
2S C + Zn2
N N +
C6H5 S

C6H5 C6H5

NH N N N
S C Zn C S
N N N N

C6H5 C6H5

Reaksi Ion spesifik anion Cl-. SO42-, CO32- dan NO3-


 Cl-
Cl-(aq) + H2SO4(aq) HCl + HSO4-(aq)
MnO2 + 2H2SO4(aq) + Cl-(aq) Mn2+(aq) + Cl2 + 2 SO42-(aq) + 2H2O(aq)
Cl-(aq) + Ag+(aq) AgCl
AgCl + 2NH3(aq) [Ag(NH3)2]+(aq) + Cl-(aq)
[Ag(NH3)2]+(aq) + Cl-(aq) + 2H+(aq) AgCl + 2NH4+(aq)
3AgCl + AsO33- Ag3AsO3 + 3Cl-(aq)
2 Cl-(aq) + Pb2+ PbCl2
4Cl-(aq) + Cr2O72-(aq) + 6H+(aq) 2 CrO2Cl2 + 3 H2O(aq)
CrO2Cl2 + 4OH-(aq) CrO42-(aq) + 2 Cl-(aq) + 2 H2O(aq)
6Cl-(aq) + Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) Cl2 + 2Cr3+(aq) + 7 H2O(aq)
 SO42-
BaCl2(aq) + SO42- (aq) BaSO4 + 2Cl-(aq)
 CO32-
CO32-(aq) + 2H+(aq) CO2 + H2O(aq)
CO2 + Ca2+(aq) + 2 OH-(aq) CaCO3 + H2O(aq)
CO2 + Ba2+(aq) + 2 OH-(aq) BaCO3 + H2O(aq)
CO32-(aq) + Ba2+(aq) BaCO3
CO32-(aq) + Ca2+(aq) CaCO3
BaCO3 2H+(aq) Ba2+(aq) + CO2 + H2O(aq)
BaCO3 + CO2 + H2O(aq) Ba2+(aq) + 2HCO3-(aq)
CO32-(aq) + 2Ag+(aq) Ag2CO3
Ag2CO3 2H+(aq) 2Ag+(aq) + CO2 + H2O(aq)
Ag2CO3 + 4NH3(aq) 2[Ag(NH3)2]+ + CO32-(aq)
Ag2CO3 Ag2O + CO2
-
 NO3
NO3-(aq) + 4 Zn + 7 OH-(aq) + 6 H2O(aq) NH3 bersifat basa + 4[Zn(OH)4]2-(aq)
3NO3-(aq) + 8Al(s) + 5OH-(aq) +18 H2O(aq) 3 NH3 + 8[Al(OH)4]2-(aq)

Identifikasi Kation pada percobaan


Pada percobaan dilakukan identifikasi terhadap sampel yang mengandung ion Ag+, Cu2+,
Fe3+, Zn2+
o Ion Ag+
Pada sampel larutan yang mengandung campuran ion Ag+, Fe3+, Cu2+, dan Zn2+.
Larutan sampel sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil kemudian
ditambahkan larutan HCl 6 M. Pada percobaan dihasilkan endapan berwarna putih
menandakan adanya ion Ag+. Kemudian endapan yang dihasilkan direaksikan dengan
larutan NH3 hingga seluruh endapan sempurna. Dengan persamaan sebagai berikut:
→ [Ag(NH3)2]+ (aq) + Cl-(aq)
AgCl(s) + 2NH3(aq)
[Ag(NH3)2] (aq) + Cl-(aq) + H+(aq) AgCl(s) + 2NH4+(aq)
+

[Ag(NH3)2]+ (aq) + I-(aq) → AgI(s) + 2NH3(aq)


Sesuai dengan referensi bahwa AgCl mengendap berwarna putih.
o Ion Cu2
Larutan fitrat sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan,
lalu ditambahkan NaOH 6 M sambil diaduk. Pada percobaan terbentuk endapan,
dipisahkan antara endapan dan filtrat. Kemudian disaring dan dicuci endapan dengan
air. Ditambahkan beberapa tetes H2SO4 6 M. Lalu ditambahkan beberapa tetes NH3 6
M sampai larutan basa (mengubah lakmus merah). Dipisahkan antara endapan dan
filtrat. Setelah itu ditambahkan CH3COOH ke dalam filtrat, dihasilkan larutan
berwarna biru muda dan larutan menjadi asam(mengubah lakmus biru). Ditambahkan
2 tetes larutan K4[Fe(CN)6] 0,1 M, pada percobaan terbentuk endapan berwarna
merah kecokelatan menandakan adanya ion Cu2+.
Dengan persamaan sebagai berikut:
Cu2+(aq) + 4NH3(aq) → [Cu(NH3)4]2+(aq) Biru
[Cu(NH3)4]2+(aq) + 4CH3COOH(aq) → Cu2+(aq)+ 4NH4+(aq)+ 4CH3COO-(aq)
Cu2+(aq)+ [Fe(CN)6]4- → Cu[Fe(CN)6] merah kecokelatan
2[Cu(NH3)4]2+(aq) + 10CN-(aq) → 2[Cu(CN)4]3-(aq) + (CN)2 + NH3(aq)
Sesuai dengan referensi bahwa Cu[Fe(CN)6] mengendap berwarna merah
kecokelatan
o Ion Fe3+
Endapan yang diperoleh dari percobaan sebelumnya dicuci dengan aquades.
Ditambahkan H2SO4 6 M menghasilkan gelembung gas. Kemudian ditambahkan
beberapa tetes larutan KSCN 0,1 M, pada percobaan terbentuk larutan merah tua
menandakan adanya ion Fe3+.
Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
2 Fe(s) + 3H2SO4(aq) + 6H+(aq) → 2Fe3+(aq) + 3SO2 + 6H2O(aq)

4 Fe(s) + 10 H+(aq) + NO3-(aq) → Fe3+(aq) + NH4+(aq)+ 3H2O(aq)

4Fe3+(aq) + 3[Fe(CN)6 ]4-(aq) → Fe[Fe(CN)6 ]


Fe3+(aq) + 3SCN-(aq) → Fe(SCN)3(aq) kompleks merah tua
Sesuai dengan referensi bahwa Fe(SCN)3(aq) mengendap berwarna merah kecokelatan
o Identifikasi ion Zn2+
Larutan dari percobaan Cu2+, ditambahkan HCl 6 M, kemudian ditambahkan beberapa
tetes larutan K4[Fe(CN)6] 0,1 M, dipisahkan endapan dan filtrat. Pada percobaan
dihasilkan kompleks biru besi Fe[Fe(CN)6]3seharusnya terbentuk endapan putih
K2Zn3[Fe(CN)6]3menandakan adanya ion Zn2+. Dengan persamaan reaksi sebagai
berikut:
Zn(s) + 2H+(aq) → Zn2+ + H2
4Zn(s) + 10H+(aq) + NO3-( aq) → 4Zn2+(aq) + NH4+(aq) + 3H2O(aq)
4Zn(s) + 10H+(aq) + 2NO3-( aq) → 4Zn2+(aq) + N2O + 5H2O(aq)
3Zn(s) + 8 HNO3(aq) → 3 Zn2+(aq) + 2NO + 6NO3-(aq) + 4 H2O(aq)
Zn(s) + 2H2SO4(aq) → Zn2+(aq) + SO2 + SO42-(aq) + 2H2O(aq)
Zn(s) + 2OH-(aq) + 2H2O(aq) → [Zn(OH)4]2- (aq) + H2
Zn2+(aq) + 2OH-(aq) → Zn(OH)2
Zn(OH)2 + 2H+(aq) Zn2+(aq) + 2H2O(aq)
Zn(OH)2 + 2OH-(aq) [Zn(OH)4]2- (aq)
Zn2+(aq) + 2 NH3(aq) + 2H2O (l) Zn(OH)2 + 2NH4+(aq)
3Zn2+(aq) + 2K+(aq) + 2[Fe(CN)6 ]4- → K2Zn3[Fe(CN)6]3 putih
Tidak sesuai dengan referensi, diduga kandungan besi terlalu banyak di dalam sampel
sehingga membentuk kompleks biru dan tidak mengendapkan Zn menjadi endapan
putih K2Zn3[Fe(CN)6]3 putih.
Analisa Kualitatif Anion pada percobaan
Pada sampel larutan yang mengandung campuran ion Cl-, SO42-, CO32- dan NO3-
1. Identifikasi ion Cl-
Sebanyak 10 tetes larutan sampel anion. Diperiksa pH larutan dengan kertas lakmus.
Ditambahkan 3-5 tetes CH3COOH 6 M. Lalu ditambahkan 10 tetes AgNO3 dan 2 tetes
HNO3 pada percobaan terbentuk endapan AgCl putih. Dipisahkan endapan dan filtrat.
Lalu ditambahkan NH3 6 M dan HNO3 6 M ke dalam larutan hingga sedikit asam,
diperiksa pH. Pada percobaan membentuk endapan putih menandakan adanya ion Cl-.
Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Cl-(aq) + H2SO4(aq) HCl + HSO4-(aq)
MnO2 + 2H2SO4(aq) + Cl-(aq) Mn2+(aq) + Cl2 + 2 SO42-(aq) + 2H2O(aq)
Cl-(aq) + Ag+(aq) AgCl
AgCl + 2NH3(aq) [Ag(NH3)2]+(aq) + Cl-(aq)
[Ag(NH3)2]+(aq) + Cl-(aq) + 2H+(aq) AgCl + 2NH4+(aq)
Sesuai dengan referensi bahwa endapan AgCl berwarna putih.
2. Identifikasi ion CO32-
Sebanyak 1 mL larutan sampel ditambahkan 0,5 mL HNO3 6 M terbentuk gas.
Gas yang terbentuk dialirkan ke dalam tabung reaksi lain yang berisi 2 mL
Ba(OH)2 jenuh. Pada percobaan terbentuk endapan putih menunjukkan adanya ion
karbonat.
Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
CO32-(aq) + 2H+(aq) CO2 + H2O(aq)
CO2 + Ca2+(aq) + 2 OH-(aq) CaCO3 + H2O(aq)
CO2 + Ba2+(aq) + 2 OH-(aq) BaCO3 + H2O(aq)
CO32-(aq) + Ba2+(aq) BaCO3
Sesuai dengan referensi bahwa endapan BaCO3 berwarna putih
3. Identifikasi ion SO42-
Sebanyak 0,5 mL larutan sampel ditambahkan HNO3 6 M hingga larutan asam,
lalu ditambahkan 0,5 mL BaCl2 0,1 M dan pada percobaan terbentuk endapan
putih menandakan adanya ion SO42-
Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
BaCl2(aq) + SO42- (aq) BaSO4 + 2Cl-(aq)
Sesuai dengan referensi bahwa endapan BaSO4 berwarna putih
4. Identifikasi ion NO3-
Sebanyak 1 mL sampel ditambahkan NaOH 6 M hingga menjadi basa (Pada
percobaan lakmus merah menjadi biru), ditambahkan NaOH 6 M berlebih,
dikeringkan dinding tabung reaksi, ditambahkan logam Al, kemudian ditempelkan
lakmus merah pada dinding tabung, pada tabung reaksi terbentuk gelembung gas
dan terjadi perubahan warna lakmus dari semula berwarna merah menjadi biru. Ini
menunjukkan bahwa sampel mengandung ion NO3-
Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
NO3-(aq) + 4 Zn + 7 OH-(aq) + 6 H2O(aq) NH3 bersifat basa + 4[Zn(OH)4]2-(aq)
3NO3-(aq) + 8Al(s) + 5OH-(aq) +18 H2O(aq) 3 NH3 + 8[Al(OH)4]2-(aq)
 Metode Analisis Kualitatif Lain
 Flame Test
Uji nyala digunakan untuk mengetahui secara visual identitas logam atau ion
metaloid yang tidak diketahui berdasarkan karakteristik warna garam yang
dihasilkan nyala api pembakar Bunsen. Panas nyala api menggairahkan
elektron ion logam, menyebabkannya memancarkan cahaya tampak. Setiap
unsur mempunyai spektrum emisi khas yang dapat digunakan untuk
membedakan unsur satu dengan unsur lainnya. Uji nyala merupakan uji
kualitatif dalam kimia analitik yang digunakan untuk membantu
mengidentifikasi komposisi suatu sampel. Premisnya adalah bahwa panas
memberi energi pada unsur-unsur dan ion, menyebabkan mereka
memancarkan cahaya pada spektrum warna atau emisi yang khas. Uji nyala
adalah cara cepat untuk mempersempit identitas sampel, namun harus
dikombinasikan dengan pengujian lain untuk memastikan komposisi. Sampel
diidentifikasi dengan membandingkan warna nyala api yang diamati dengan
nilai yang diketahui dari tabel atau bagan.
Carmine Merah hingga Magenta: Senyawa litium. Ditutupi oleh barium atau
natrium.
Merah atau Merah Tua: Senyawa strontium. Ditutupi oleh barium.
Merah : Rubidium (nyala tanpa filter)
Kuning-Merah : Senyawa Kalsium. Ditutupi oleh barium.
Kuning Emas : Besi
Intens Kuning: Senyawa natrium, bahkan dalam jumlah sedikit. Nyala api
kuning bukan merupakan indikasi adanya natrium kecuali nyala api tersebut
menetap dan tidak diperkuat dengan penambahan 1% NaCl pada senyawa
kering.
Putih Cerah Putih: Magnesium
Putih-Hijau: Seng
Zamrud Hijau : Senyawa tembaga, selain halida. Talium.
Hijau Terang: Boron
Biru-Hijau: Fosfat, bila dibasahi dengan H 2 SO 4 atau B 2 O 3 .
Hijau Pudar : Senyawa antimon dan NH4 .
Kuning-Hijau: Barium, mangan (II), molibdenum.
Blue
Azure: Timbal, selenium, bismut, cesium, tembaga(I), CuCl 2 dan senyawa
tembaga lainnya yang dibasahi dengan asam klorida, indium, timbal.
Biru Muda: Arsenik dan beberapa senyawanya.
Biru Kehijauan: CuBr 2 , antimon
Ungu
Violet: Senyawa kalium selain borat, fosfat, dan silikat. Ditutupi oleh natrium
atau litium.
Lilac hingga Ungu-Merah: Kalium, rubidium, dan/atau cesium dengan adanya
natrium jika dilihat melalui kaca biru.
 Borax Bead Test (Uji Manik Boraks)
Uji manik, terkadang disebut uji manik boraks atau uji melepuh, adalah
metode analisis yang digunakan untuk menguji keberadaan logam tertentu.
Premis dari pengujian ini adalah bahwa oksida logam-logam ini menghasilkan
warna yang khas ketika terkena nyala api pembakar. Tes ini terkadang
digunakan untuk mengidentifikasi logam dalam mineral. Dalam hal ini, manik
berlapis mineral dipanaskan dalam nyala api dan didinginkan untuk
mengamati warna khasnya. Uji manik dapat digunakan sendiri dalam analisis
kimia, namun lebih umum digunakan bersamaan dengan uji nyala untuk
mengidentifikasi komposisi sampel dengan lebih baik.
Tabel warna Manik Boraks

Warna Pengoksidasi Mengurangi

hc : Al, Si, Sn, Bi, Cd, Mo, Pb, Sb, Ti, Al, Si, Sn, alk. bumi, bumi
Tanpa warna V, W h : Cu
ns : Ag, Al, Ba, Ca, Mg, Sr hc : Ce, Mn

Ag, Bi, Cd, Ni, Pb, Sb, Zn


Abu-
sprs : Al, Si, Sn s : Al, Si, Sn
abu/Buram
sprs : Cu

c : Cu
Biru hc : Co
hc : Co

Cr
c : Cr, Cu hc : U
Hijau
h : Cu, Fe+Co sprs : Fe
c : Mo, V

c : Ni
Merah c : Cu
h : Ce, Fe

h , ns : Fe, U, V W
Kuning coklat
h , sprs : Bi, Pb, Sb h : Mo, Ti, V

h : Ni+Co
Ungu c : Ti
hc : Mn

Manik-manik Garam Mikrokosmik

Warna Pengoksidasi Mengurangi

Si (tidak larut) Si (tidak larut)


Tanpa warna Al, Ba, Ca, Mg, Sn, Sr Ce, Mn, Sn, Al, Ba, Ca, Mg
ns : Bi, Cd, Mo, Pb, Sb, Ti, Zn Sr ( sprs , tidak jelas)

Abu-abu/Buram s : Al, Ba, Ca, Mg, Sn, Sr Ag, Bi, Cd, Ni, Pb, Sb, Zn

c : Cu c:W
Biru
hc : Co hc : Co
Warna Pengoksidasi Mengurangi

U
c : Cr
Hijau c : Cr
h : Mo, U
h : Cu, Mo, Fe+(Co atau Cu)

c : Cu
Merah h , s : Ce, Cr, Fe, Ni
h : Ni, Ti+Fe

c : Ni c : Ni
Kuning coklat
h , s : Co, Fe, U h : Fe, Ti

Ungu hc : Mn c : Ti

VII. Kesimpulan
a. Pada percobaan kation berhasil diidentifikasi Kation Ag+, Cu2+ dan Fe3+ namun untuk
Zn2+ tidak didapatkan endapan putih, diduga karena pada larutan sampel terlalu
banyak ion Fe3+ sehingga yang seharusnya terbentuk endapan putih K2Zn3[Fe(CN)6]3
menjadi kompleks biru [Fe(Fe(CN)6]. Pada analisis anion berhasil diidentifikasi anion
Cl-, CO32-, SO42- dan NO3-

Harjadi, W. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Padang: PT. Gramedia


Hutabarat, Justini. (2014). Uji Anion, 2-9
Juniar, Anna. (2020). Kimia Analisis Kualitatif. Medan: Universitas Negeri Medan
Svehla. (1999). “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro Bagian I”.
Jakarta :Erlangga

Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman
Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai