Anda di halaman 1dari 14

Judul Percobaan : Penentuan Kadar Sulfat dengan Metoda Turbidimetri

Tanggal : 17-10-23
Nama Asisten : Siti O Sativa
I. Tujuan :
a. menentukan kadar ion sulfat dalam tawas hasil sintesis
Turbidimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif yang berdasarkan pada
pelenturan sinar oleh suspensi zat padat. Pada dasarnya yang diukur adalah perbandingan
antara intensitas sinar yang diteruskan deng aintensitas sinar mula-mula. Bila cahaya
dilewatkan melalui larutan yang bersuspensi.
Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu partikel
ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan
sebagai dasar pengukuran (Khopkar, 1990)
Turbidimetri merupakan analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran
kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan akibat adanya suspensi partikel padat dalam
larutan. Artinya turbidimetri adalah analisa yang berdasarkan hamburan cahaya. Hamburan
cahaya terjadi akibat adanya partikel yang terdapat dalam larutan. Partikel ini
menghamburkan cahaya ke segala arah yang mengenainya. Turbidimetri adalah pengukuran
spesies hamburan cahaya dalam larutan dengan memanfaatkan intensitas cahaya berkas
masuk setelah dilewatkan melalui larutan.
Dalam turbidimetri digunakan larutan yang berupa koloid atau tersuspensi. Larutan
jernih juga dapat diukur dengan metoda ini dengan jalan memberikan emulgator untuk
mengemulsi larutan. Larutan tersuspensi atau koloid mengandung partikel yang berukuran
besar dari 10-10 cm. Ukuran partikel ini biasanya dapat dilihat dengan mata. Kegunaan
metode turbidimetri antara lain untuk menentukan kadar senyawa tertentu yang terdapat pada
suatu tempat yaitu dengan merubahnya terlebih dahulu menjadi senyawa yang sulit larut,
kemudian diberi emulgator. Contohnya penentuan kadar kalsium dalam suatu batuan, dimana
sebelumnya kalsium diubah menjadi kalsium karbonat yang sulit larut, kemudian
ditambahkan emulgator (Basset, 1994)
Analisa kuantitatif secara turbidimetri didasarkan pada intensitas cahaya yang
diteruskan, setelah cahaya tersebut melalui larutan yang mengandung partikel-partikel
tersuspensi dari zat yang dianalisa. Hamburan yang terukur pada alat turbidimeter adalah
hamburan yang diteruskan atau yang membentuk sudut 180o. Sedangkan hamburan yang
membentuk sudut 90o, hamburannya terdeteksi oleh alat nefelometer.
Turbiditas merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang
dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya
konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan. Yaitu
pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas yang
datang; pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman di mana cahaya yang mulai tidak tampak
di dalam lapisan medium yang keruh. Instrumen pengukuran perbandingan tyndall disebut
sebagai tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedangkan
pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar. Turbidineter mliputi
pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbandinglurus terhadap konsentrasi dan
ketebalan, tetapi turbiditas tergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio
tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap
pangkat empat panjang gelombang (Brink, 1993)
Analisis gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, adalah proses isolasi
serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawaan tertentu dari unsur tersebut, dalam
bentuk yang semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu dipisahkan dari suatu porsi zat yang
sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Sebagian besar penetapan penetapan pada analisis
gravimetri menyangkut pengubahan unsur atau radikal yang akan ditetapkan menjadi sebuah
senyawaan yang murni dan stabil, yang dapat dengan mudah diubah menjadi satu bentuk
yang sesuai untuk ditimbang. Lalu bobot unsur atau radikal itu dengan mudah dapat dihitung
dari pengetahuan kita tentang rumus senyawanya serta bobot atom unsur-unsur penyusunnya
(konstituennya) (Basset, 1994 : 472).
III. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Spektronic-20 Larutan standar SO42- 1000 ppm
Kuvet Larutan NaCl-
Buret mikro HCl BaCl2
Labu takar 100 mL Larutan gliserol-etanol (1:2)
Pipet seukuran 10 mL Sampel tawas.
Gelas kimia 100 mL
Bagian 1: Penyiapan larutan reagen
larutan-larutan reagen yang harus disiapkan.
(a) Larutan standar SO42- 1000 ppm sebanyak 100 mL
(b) Larutan NaCl-HCl, sebanyak 350 mL (120 gr NaCl + 10 mL HCl pekat,
diencerkan sampai 1 L)
(c) Larutan gliserol-etanol (1 :2) sebanyak 350 mL

Bagian 2: Penyiapan larutan sulfat untuk pembuatan kurva standar


Larutan baku sulfat 1000 ppm dimasukkan ke dalam buret. Larutan baku sulfat
1000 ppm sebanyak 2 mL dituangkan ke dalam labu takar 100 mL. Ditambahkan 10
mL larutan natrium klorida-asam klorida; 20 mL larutan gliserol- etanol dan 0,3 g
kristal barium klorida ke dalam larutan di atas. Campuran tersebut diaduk sampai
padatan BaCl2 larut. Diencerkan larutan di atas dengan air bebas mineral sampai
tanda batas. Larutan dibiarkan selama 2-3 menit, kemudian diukur turbidansnya
pada =420 nm. Larutan blanko yang mengandung semua reagen kecuali larutan
standar sulfat 1000 ppm diukur pula turbidansnya, dilakukan tahap sebelumnya
untuk larutan baku sulfat 1000 ppm sebanyak 4; 6; 8; 10; dan 12 mL.
Bagian 3: Penyiapan larutan sampel
Ditimbang secara tepat sampel tawas hasil sintesis sebanyak 150-200 mg dan
larutkan menggunakan air aquades, kemudian masukkan ke dalam labu takar 250
mL. Menggunakan aquades ditandataskan larutan. Larutan dipipet 5 mL dan
dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Ditambahkan 10 mL larutan natrium
klorida-asam klorida; 20 mL larutan gliserol- etanol dan 0,3 g kristal barium
klorida. Campuran tersebut diaduk sampai padatan BaCl2 larut. Kemudian larutan
diencerkan dengan air bebas mineral sampai tanda batas. Setelah itu larutan
dibiarkan selama 2-3 menit, kemudian diukur turbidansnya pada =420 nm.
Turbidans larutan sampel diplotkan pada kurva larutan standar SO42- untuk
mengetahui konsentrasi SO4 dalam larutan sampel tawas hasil sintesis. lalu kadar
(%) SO42- dalam sampel dihitung dan bandingkan hasil percobaan dengan hasil
perhitungan teoritis.

Penentuan Kadar Sulfat Dengan Metode Gravimetri

Bagian 1 : Penyiapan Kaca Masir


Kaca masir dicuci dengan aquades tiga kali kemudian dibilas dengan larutan
NH3 encer satu kali. Diulangi pembilasan dengan aquades hingga tidak berbau
NH3. Kemudian dikeringkan dalam oven 105 oC selama 15-20 menit. Lalu
didinginkan di udara 15 menit kemudian ditimbang. Diulangi langkah
sebelumnya hingga massa kaca masir stabil ( 3 kali jika belum stabil). Kaca
masir siap digunakan
Bagian 2 : Pengendapan Sulfat Sebagai Barium Sufat dan Pengeringan Endapan
Sampel sufat dari tawas aluminium ditimbang sebanyak 0,5 gram dengan teliti
lalu dimasukkan dalam gelas kimia 250 mL kemudian dilarutkan dalam 80 mL
aquades dipanaskan sampai suhu 60-70 oC lalu ditambahkan 2 mL HCl 2M
diaduk hingga homogen. Setelah itu ditambahkan larutan BaCl2 0,15 sebanyak
20 mL dalam keadaan panas sambil diaduk. Lalu larutan ditempatkan dalam
waterbath suhu 95 oC selama 1 jam, lalu dinginkan. Kemudian disaring endapan
menggunakan kaca masir yang telah diketahui beratnya. Setelah itu endapan
dicuci dengan aquades dingin 3 sampai 4 kali. Lalu endapan dikeringkan
dalam oven 105 oC selama 1 jam. Kemudian didinginkan di udara selama 15
menit lalu timbang kaca masir. Setelah itu kembali kaca masir dipanaskan
selama 15 menit dalam oven 105 oC. Lalu didinginkan di udara 15 menit lalu
timbang. Kemudian langkah sebelumnya diulangi hingga massa stabil ( kali
jika belum stabil). Dihitung kadar sulfat dalam sampel.
V. DATA PENGAMATAN
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1 Turbidimetri =420 nm
Larutan baku sulfat 1000 ppm dimasukkan ke dalam Turbidans (ntu)
buret. Larutan baku sulfat 1000 ppm sebanyak 2 mL Blanko= 0
dituangkan ke dalam labu takar 100 mL. Ditambahkan 10 4 ppm = 0,254
mL larutan natrium klorida-asam klorida; 20 mL larutan 6 ppm = 0,464
gliserol- etanol dan 0,3 g kristal barium klorida ke dalam 8 ppm = 0,675
larutan di atas. Campuran tersebut diaduk sampai padatan 10 ppm= 0,872
BaCl2 larut. Diencerkan larutan di atas dengan air bebas Sampel tawas= 0,232
mineral sampai tanda batas. Larutan dibiarkan selama 2-3 Warna larutan
menit, kemudian diukur turbidansnya pada =420 nm. Blanko= bening
Larutan blanko yang mengandung semua reagen kecuali 4 ppm = sedikit keruh
larutan standar sulfat 1000 ppm diukur pula turbidansnya, 6 ppm = lebih keruh
dilakukan tahap sebelumnya untuk larutan baku sulfat 8 ppm = semakin keruh
1000 ppm sebanyak 4; 6; 8; 10 10 ppm= paling keruh
Sampel tawas sedikit
keruh
2 Gravimetri Diperoleh endapan putih
Sampel sufat dari tawas aluminium ditimbang sebanyak BaSO4
0,5 gram dengan teliti lalu dimasukkan dalam gelas kimia Massa kaca masir + arloji
250 mL kemudian dilarutkan dalam 80 mL aquades sebelum pemanasan =
dipanaskan sampai suhu 60-70 oC lalu ditambahkan 2 mL 68,0132 g
HCl 2M diaduk hingga homogen. Setelah itu ditambahkan Massa kaca masir + arloji
larutan BaCl2 0,15 sebanyak 20 mL dalam keadaan setelah pemanasan =
panas sambil diaduk. Lalu larutan ditempatkan dalam 68,002 g
waterbath suhu 95 oC selama 1 jam, lalu dinginkan. Massa kaca masir + arloji+
Kemudian disaring endapan menggunakan kaca masir endapan= 68,7323 g
yang telah diketahui beratnya. Setelah itu endapan dicuci
dengan aquades dingin 3 sampai 4 kali. Lalu endapan
dikeringkan dalam oven 105 oC selama 1 jam. Kemudian
didinginkan di udara selama 15 menit lalu timbang kaca
masir.
VI. PENGOLAHAN DATA
 Perhitungan massa K2SO4 untuk membuat larutan besi sulfat 1000 ppm
Massa molar K2SO4 = 174 g/mol
Massa molar SO42- = 96 g/mol
Untuk 1000 ppm dapat dihitung massa K2SO4 yang harus dilarutkan ialah
1000 ppm SO42- = 1000 g/mL 100 mL = 100000 g = 100 mg
massa molar K2SO4 = 174 g/mol

massa SO4 = massa K2SO4

100 mg = massa K2SO4

massa K2SO4 =

= 181,25 mg =0,18125 g

Kurva Kalibrasi
1
y = 0.0885x - 0.0424
0.8 R² = 0.9857

0.6
Turbidans

0.4

0.2

0
0 2 4 6 8 10 12
-0.2
Konsentrasi (ppm)

Dari persamaan garis yang diperoleh dapat diketahui konsentrasi SO42- dalam tawas sintesis

y= 0.0885x - 0.0424

Dari kurva kalibrasi diketahui bahwa y = absorbansi dan x adalah konsentrasi dalam ppm.
Dari pengukuran absorbansi sampel tawas didapatkan absorbansi tawas adalah 0,232.

y = 0.0885x - 0.0424

0,232 = 0.0885x - 0.0424


0.0885x =0,232+0.0424

x = ppm

= 3,1005 ppm

1 ppm = 1 mg/L

maka 3,1005 ppm = 3,1005 mg/L

= 0,0031005 g/L

dikarenakan konsentrasi yang ingin diketahui yaitu konsentrasi sulfat maka dibagikan dengan
massa molar sulfat yaitu 96 g/mol

3,1005 ppm sulfat =

= 0,000032296 mol/L = 3,22 10-5 M

1 ppm = 1 mg/ L = 1 mg/ L = (1 mg/ 1000000mg) 100 % = 0,0001%

berarti 3,1005 ppm = 0,0003%

Kadar % sulfat dalam Tawas


Massa molar SO4 = Ar S + 2 Ar O = 64 g/mol+ 2 16 g/mol = 96 g/mol
Rumus Kimia Tawas Aluminium KAl(SO4)2.12H2O Mm=474 g/mol

Kadar SO42- = 100%

= 100%

= 40,50 %
40,50 % = 40,5 g/100 mL (untuk mengubah persentase menjadi mol/liter dikalikan
dengan 10 untuk mendapatkan jumlah zat terlarut dalam 1 liter (1000 ml)
405 g/ 1000ml tawas
405 g/ 474 g/mol = 0,85 mol tawas = 0,85 mol/L
perbandingan kadar (%) sulfat secara teoritis dan eksperimen = 40,50 % : 0,0003%
b. Gravimetri
Perhitungan massa sulfat secara teoritis
Diketahui :
Berat padatan tawas = 0,5 gram
Volume aquades = 80 mL
Volume BaCl2 = 20 mL
Molaritas BaCl2 = 0,15 M
Ditanya: massa BaSO4
Penyelesaian

mol tawas =

= 0,001054 mol
mol BaCl2 = Molaritas BaCl2 Volume BaCl2
= 0,15 M 20 mL
= 3 mmol = 0,003 mol
Persamaan reaksinya ;
SO42-(aq) + Ba2+(aq) BaSO4(aq)
Awal : 0,001054 mol 0,003 mol -
Bereaksi : 0,001054 mol 0,001054 mol 0,001054 mol
Sisa : - 0,001946 mol 0,001054mol
Yang menjadi pereaksi pembatas adalah tawas
Barium sulfat yang dihasilkan secara teoritis = 0,001054 mol
(Mr = 233 g/mol)
= 0,001054 mol 233g/mol
= 0,24 g (i)

Persentase sulfat dalam barium sulfat yaitu = 100%

= 100%

= 41,2 % (ii)
Massa sulfat secara teoritis = % sulfat dalam BaSO4 massa BaSO4
= 41,2 % 0,24 g
= 0,098 g
Massa sulfat melalui pengukuran dengan turbidimetri gravimetri
 massa BaSO4 = (massa kaca masir + sampel) – (massa kaca masir)
= 68,7323 g – 68, 002 g
= 0,7303 g
Massa sulfat secara eksperimen = % sulfat dalam BaSO4 massa BaSO4
= 41,2 % 0,7303 g
= 0,3 g
perbandingan massa sulfat teori dengan massa sulfat eksperimen= 0,098 : 0,3
VII. PEMBAHASAN

Prinsip Percobaan Turbidimetri

Sinar yang dipancarkan oleh lampu (sumber cahaya) akan dipantulkan oleh cermin
cekung dan kemudian dijatuhkan pada contoh yang mengandung partikel yang tersuspensi.
Sinar yang jatuh pada partikel – partikel yang tersuspensi tersebut akan ditebarkan /
dihamburkan. Kemudian sinar yang dihamburkan oleh cuplikan akan ditangkap oleh
nephelometer yang mana arahnya tegak lurus ( 900 ) dari sumber cahaya. Sinar yang
diteruskan ditangkap oleh pengamat yang arahnya membentuk garis lurus dari sumber cahaya
disebut turbidimeter.
Sinar yang dihamburkan oleh partikel terlarut dalam suatu larutan ada berbagai
macam yaitu :
 Hamburan Rayleigh
Yaitu hamburan sinar oleh molekul-molekul yang diameternya jauh lebih kecil
dari sinar yang dihamburkan. Intensitas sinar yang terpancar sebanding dengan satu
per panjang gelombang berpangkat empat.
 Hamburan Tyndall
Yaitu hamburan sinar yang diameter molekul-molekulnya lebih besar dari
sinar yang dihamburkan. Pada hamburan Reylegh dan hamburan Tyndal tidak terjadi
perubahan frekuensi sinar datang dengan sinar yang dihamburkan.
 Hamburan Raman
Yaitu hamburan yang dapat mengubah frekuensi antara sinar yang datang
dengan sinar yang dihamburkan.
Metoda pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
 Pengukuran perbandingan intensitas cahaya dihamburkan terhadap intensitas cahaya
yang datang.
 Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang diteruskan terhadap cahaya yang
datang.
 Pengukuran efek ekstingsi yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di
dalam lapisan yang keruh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas sinar yang dihamburkan :


 Jumlah partikel yang berada dalam larutan, semakin banyak jumlah partikel yang ada
dalam larutan semakin besar intensitas sinar yang dihamburkan.
 Ukuran partikel, semakin besar ukuran partikel maka intensitas sinar yang
dihanburkan akan semakin besar.
 Indeks bias relatif antara partikel dengan medium, indeks bias berbanding lurus
dengan kerapatan, maka semakin besar indeks bias menyebabkan intensitas sinar yang
dihamburkan semakin banyak.
 Panjang gelombang yang digunakan

Dalam analisa besaran kekeruhan harus dipertahankan stabil selama pengukuran


untuk itu perlu ditambahkan emulgator (zat penstabil). Contoh emulgator untuk klorida
adalah amilum, dan untuk sulfide adalah tween 80.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk dan ukuran partikel tersuspensi :
Konsentrasi cuplikan
Konsentrasi pereaksi
Lamanya didiamkan
Kecepatan dan urutan pencampuran reagen
Suhu
pH
kekuatan ion

Secara garis besar peralatan filter fotometer terdiri dari 6 komponen, yaitu :
 Sumber cahaya, beberapa sumber cahaya yang biasa digunakan antara lain adalah
lampu pijar, lampu merkuri, lampu tungsten.
 Filter, syarat-syarat filter yang digunakan adalah :
 Jika pelarut dan partikel yang terdispersi tidak berwarna maka digunakan filter
light
 Jika pelarut dan partikel terdispersi berwarna kuning kecoklatan maka
digunakan filter light
 Jika pelarut dan partikel terdispersi berwarna coklat maka digunakan filter dark
 Kuvet
 Detektor, pada turbidimeter digunakan detector phototube, sedangkan pada
nefelometer digunakan photomultiliertube

Ada 3 satuan standar yang digunakan untuk mengukur turbiditas, yaitu:


 Metoda Nephelometric Turbidity Unit (NTU)
Satuan standar ini menggunakan hasil polimerisasi hydrazin sulfat dengan hexa
methylen tetraamin.
 Jackson Turbidity Unit (JTU)
JTU ini menggunakan suspensi kaoline (komponen utama tanah liat putih).
I JTU = 400 NTU.
 Ppm SiO2
Pada Helige Turbidimeter digunakan gelas baur standar yang nilai turbiditinya setara
200 ppm yang dibuat bervariasi ketebalan. 1 ppm SiO2 = 3,2 JTU.
Setelah dilakukan percobaan menggunakan metode turbidimetri untuk menentukan
konsentrasi sulfat di dalam tawas hasil sintesis diperoleh perbedaan yang cukup
signifikan antara konsentrasi sulfat teoritis dengan secara eksperimen yaitu
perbandingan kadar (%) sulfat secara teoritis dan eksperimen = 40,50 % : 0,0003%
Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: pembuatan kurva standar yang
kurang presisi dimana pada pembuatan kurva standar, praktikan diharuskan
melakukan prosedur dengan interval waktu yang konsisten. Selain itu hal yang dapat
memengaruhi hasil turbidans yaitu proses pengadukan maupun adanya mikrokristal
Barium sulfat yang telah terbentuk sehingga menghalangi hamburan cahaya yang
tentunya akan memengaruhi hasil turbidans (kekeruhan). Yang terakhir sintesis tawas
yang kurang sempurna, dimana seharusnya kandungan sulfat di dalam tawas yang
seharusnya sebesar 40,5 % namun pada sampel tawas sintesis tidak mengandung
sulfat sebanyak 40,5 %.
b. Gravimetri
Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (konsta)
nya. Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan
yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus
dari senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga
dapat diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis selanjutnya dihitung
dari rumus senyawa serta berat atom penyusunnya (Mursyidi, 2008 : 310).
Secara umum, Prinsip dasar gravimetric adalah stoikiometri reaksi pengendapan.
Sedangkan prinsip kerjanya adalah sampel dilarutkan dengan pelarut yang sesuai, kemudian
ditambahkan zat pengendap dan endapan yang dihasilkan kemudian ditimbang hingga
diperoleh bobot konstan. Langkah-langkah dalam analisis gravimetri adalah pelarutan
sampel, menambahkan pereaksi, digest, penyaringan endapan, pencucian endapan,
pengeringan atau pemijaran endapan, penimbangan endapan, dan perhitungan (Puspitasari,
2014 : 90).
Setelah dilakukan analisis gravimetri untuk menentukan kandungan sulfat dalam tawas
hasil sintesis, diperoleh perbandingan sebesar perbandingan massa sulfat teori dengan massa
sulfat eksperimen= 0,098 : 0,3. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, namun yang
paling memungkinkan ialah pada saat pengeringan endapan di dalam oven yang seharusnya
selama 1,5 jam agar endapan barium sulfat kering dengan sempurna, namun dikarenakan
keterbatasan waktu sehingga endapan harus segera ditimbang mengakibatkan endapan belum
cukup kering sehingga berat endapan secara eksperimen menjadi jauh lebih tinggi.

VIII. Kesimpulan
a Setelah dilakukan percobaan dengan turbidimetri diperoleh perbandingan kadar (%)
sulfat secara teoritis dan eksperimen = 40,50 % : 0,0003%.
Setelah dilakukan percobaan dengan gravimetri perbandingan massa sulfat teori
dengan massa sulfat eksperimen= 0,098 : 0,3
Perbedaan yang cukup signifikan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan.
IX. Daftar pustaka
Bassett , J, dkk. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analitik. Jakarta : Penerbit buku kedokteran
EGC.
Brink O.C. et. all. (1993). Dasar-Dasar Ilmu Instrument. Bandung : Bina Cipta.
Khopkar,(1990) Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia.
LAMPIRAN Bahan dan Alat selama praktikum

Anda mungkin juga menyukai