Oleh :
Nama : ASEP YAYAN KULYANI
NIM : D1A080359
Partner :
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2010
PENENTUAN KADAR KASEIN
2.1 Protein
Protein ialah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat
bervariasi,. Protein terbentuk dari ikatan antarmolekul asam amino (disebut ikatan
peptida). Protein merupakan salah satu senyawa penyusun sel hidup, yang
terdapat dalam semua jaringan hidup baik tumbuhan,manusia, dan hewan.
Molekul protein terdiri dari unsur rkarbon (50-55%), hydrogen (7%), oksigen
(23%) dan nitrogen (16%), beberapa protein mengandung unsur lain, seperti besi
terdapat dalam haemoglobin, iodium terdapat dalam thriroglobulin dan fosfor
terdapat dalam kasein. Contoh ikatan peptide pada protein.
Oleh karena sel merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang
terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan
pertumbuhan tubuh. Protein yang diperoleh dari hewan disebut protein hewani,
sedangkan yang diperoleh dari tumbuhan disebut protein nabati. Di samping
massa molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda
pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, misalnya protein dalam putih telur.
Tetapi ada juga yang sukar larut dalam air, misalnya rambut dan kuku. Protein
tersusun atas banyak asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida. Asam amino
ini merupakan turunan asam karboksilat, yaitu dengan mensubstitusi sebuah atom
hydrogen dengan gugus amino. Struktur asam amino secara umum sebagai
berikut.
+
protein – H+ + protein –
zwitter ion anion
2.5 Kasein
+ 20 ml Sampel
Aduk , diamkan
selama 1 jam
Dekantasi
corong+kertas saring
+ 4 ml NaOH 0,1 M
larut
Didinginkan sampai
suhu 21-24 derajat
+ 3 tetes phenolptalein
+ 4 ml formaldehid 40%
(warna rose hilang)
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
(terbentuk kembali warna rose)
Catat hasilnya
4.2 Pembahasan
Susu yang digunakan dalam sampel ini merupakan salah satu makanan
/minuman paling lengkap. Bermacam-macam jenis susu, baik dari manusia
maupun dari hewan mengandung vitamin, mineral, karbohidrat, lemak dan protein
(yang sebagian besarnya mengandung kasein). Untuk setiap jenis susu berbeda,
kandungan nutrisinyapun juga berbeda. Susu sapi berbeda dengan susu kambing
walaupun terdapat beberapa kesamaan dalam hal zat penyusunnya.
Kasein yang menyumbang hampir 80% dari protein dalam sapi susu dan
keju. Kasein tidak digumpalkan oleh panas (uncoagulated) Hal ini dipicu oleh
adanya asam dan oleh enzyme Rennet, sebuah proteolitik enzim biasanya
diperoleh dari perut anak sapi. enzim tripsin dapat menghidrolisis dari sebuah
fosfat yang mengandung peptone.
Kasein sebagai komponen utama protein pada susu. Mempunyai titik
isoelektrik pada pH 4,6 namun didalam susu memiliki pH 6,6 sehingga kasein
memiliki energi negatif dan larut sebagai garam. Jika asam yang ditambahkan,
energi negatif dari lapisan terluar kasein menjadi setara oleh proton golongan
Fosfat dan protein dengan ion kalsium seperti reaksi:
Ca-caseinate + 2H+
casein + Ca2+
Kasein sebagai protein atau asam amino memiliki dua gugus yang berbeda
sifat kimia dan fisik, yaitu gugus amino yang bersifat alkalis/basa bermuatan
positif, dan gugus karboksilat yang bersifat asam bermuatan negatif, sehingga
kasein bermuatan ganda (zwitter ion) atau amfoter. Adanya ion zwitter ini
menyebabkan asam-asam amino memiliki polaritas/kepolaran yang tinggi,
sehingga larut dalam air, dan menyebabkan kasein tidak mudah menguap. Selain
itu karena kasein yang bersifat amfoter, menyebabkan dalam suatu medan listrik,
akan bergerak kearah katoda bila larutannya asam dan akan bergerak kea rah
anoda bila larutannya alkalis.
Akibat dari protein dalam hal ini kasein yang memiliki muatan ganda
(zwitter ion) menyebabkan kasein sulit untuk dititrasi dengan pentiter asam
maupun basa, karena akan mempengaruhi indicator yang digunakan dalam titrasi,
missal; dengan pentiter basa, dengan menggunakan indicator phenoleptalein akan
menyebabkan larutan berwarna merah muda sebelum titrasi dilakukan, hal ini
karena gugus amino yang bersifat basa menyebabkan larutan berwarna merah
muda. Untuk itu gugus amino perlu dinetralisir dengan cara menggunakan
pereaksi formaldehid, dan larutan berwarna akan hilang karena formaldehid diikat
oleh gugus amino. Sebelum proses tersebut kasein perlu dihomogenkan terlebih
dahulu dan ditambahkan asam asetat untuk menurunkan pH dari kasein sehingga
tercapai titik isoelektriknya sekitar pH 4,6.
Proses terakhir adalah mentitrasi kasein dengan pentiter basa NaOH 0,1 N,
dengan indicator phenoleptalein (pp), proses titrasi selesai setelah terbentuk
kembali warna merah muda dalam larutan kasein. Titrasi ini dilakukan sebanyak
3 kali (triplo), dengan rata-rata volume NaOH 0,1 N adalah 11,6 mL. Perhitungan
Kadar kasein ditentukan dengan cara : bahwa tiap mL NaOH 0,1 N yang keluar
sebanding dengan 0,9% kandungan kasein. Dari hasil ini, maka konsentrasi
kasein dalam larutan tersebut adalah 10,44 %.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam percobaan ini adalah :
Keterbatasan waktu, karena titrasi penentuan kadar kasein berbeda dengan
titrasi-titrasi pada umumnya sehingga diperlukan waktu dan proses yang
cukup sehingga diperlukan waktu yang maksimal;
Peralatan yang kurang presisinya atau keterbatasan peralatan;
Ketidakefektifkan, dalam hal penuangan pereaksi terlalu cepat atau terlalu
lambat.
berlebihnya zat pentitrasi yang diperlukan sehingga mempengaruhi
perhitungan konsentrasi kasein;
kebocoran dari instrumen titrasi ini, yaitu: biasanya pada buret, hal ini
dimungkinkan terjadi pada kran buret.
BAB V. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan, yaitu : untuk
menentukan konsentrasi kasein dalam sampel, melalui rangkaian perlakuan yang
dilakukan selama proses, pemilihan sampel, preparasi, treatmen sampai titrasi
dapat disimpulkan beberapa point penting yang antara lain adalah:
1. Kasein merupakan protein, yang kandungannya mencapai 80% dalam
susu, baik susu hewan: kambing, sapi, manusia dan lain-lain disamping
protein lain yaitu laktalbumin dan laktoglobulin;
2. Kasein merupakan protein konyugasi karena mengandung senyawa lain
yang non protein yaitu gugus fosfat;
3. Kasein tidak dapat digumpalkan/dikoagulasi (uncoagulated) oleh panas,
hal disebabkan kasein mengandung enzim renin yang dapat menstabilkan
panas dan asam;
4. Karena kasein merupakan protein, maka kasein mempunyai sifat amfoter,
yaitu memiliki muatan ganda dalam senyawa tersebut. Namun asam
kasein dalam larutan agak asam karena keasamangugus NH3 lebih kuat
Pine. Stanley H, dkk. 1988. Kimia Organik, Terbitan keempat. Bandung :ITB.
Wilbraham, Antony E & Michaeks Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan
Hayati, Penterjemah Suminar Achmadi. Bandung : Penerbit ITB.
Sumber Internet :
http://en.wikipedia.org/wiki/k-kasein
http://en.wikipedia.org/wiki/kasein