Anda di halaman 1dari 3

Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau, dan

keras. Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium berhasil diisolasi
oleh seorang ilmuwan Prancis, L.N Vauquelin pada tahun 1778. Pada tahun 1797 L.N
Vauquelin menemukan oksida unsur baru dalam suatu mineral dari Siberia yaitu krokoit
(crocoite) yang kemudian dikenal sebagai PbCrO4. Kromium di alam berada dalam bentuk
senyawa : kromik sulfat, kromik oksida, kromik klorida, kromik trivalent, kalsium kromat,
timbale kromat, kalium dikromat, natrium dikromat, seng kromat.

Kromium banyak dijumpai di lingkungan baik di udara, air, tanah, tumbuhan dan
hewan. Sumber kromium yang baik di antaranya adalah daging, biji-bijian (misalnya
gandum), rempah-rempah di alam kromium atau krom merupakan dalah satu logam golongan
transisi paling banyak ditemukan dialam dalam bentuk bijih besi terutama kromit(Fe(CrO2)2)
dan bewarna kecoklatan. Kromium merupakan bijih yang paling murah dan di Indonesia
diemukan di Sulawesi Tengah. Selain itu kromim juga ditemukan di Zimbabwe, Rusia,
Selandia Baru, Turki, Iran, Albania, Finlandia, Republik Demokrasi Madagaskar, dan
Filipina. Ketika krom berada dalam bentuk oksida yaitu antara Cr(II) hingga Cr(VI) krom
menjadi elemen yang berbahaya di pemukaan bumi (Sugiyarto, 2003).

Pada umumnya krom yang bervalensi tiga paling sering dijumpai di alam, selain itu
krom bervalensi tiga memiliki sifat racun yang rendah dibandingkan dengan krom valensi
enam. Krom valensi enam merupakan salah satu material organik pengoksidasi yang tinggi.
Pada daerah perairan, krom berada pada bilangan oksidasi +2, +3, dan +6, dan tingkat ksidasi
yang paling dominan adalah +6. Ketika krom berada pada tingkat oksiadasi +2 maka krom
bersifat tidak stabil selain itu jumlahnya pun sedikit. Semua senyawa kromium dapat
dikatakan beracun.

Kromium memiliki beberapa istop. Diantara isotop-isotop kromium, ada beberapa


isotop kromium yang digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk
mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah (Khopkar, 2010)

Di alam kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas. Selain ditemukan dalam
bijih kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam PbCrO4, yang merupakan mineral
kromium dan banyak ditemukan di Rusia, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu,
kromium juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut.

Kromium juga dapat di hasilkan dari proses isolasi dilabolatorium, karena


kromium begitu mudah tersedia secara komersial. Seperti telah disebutkan sebelumnya,
bahwa sumber yang paling berguna dari komersial kromium adalah bijih kromit, FeCr2O4.
Oksidasi bijih ini melalui udara dalam cairan alkali memberikan natrium kromat,
Na2CrO4 di mana kromium dalam oksidasi 6 negara. Ini dikonversi menjadi Cr (III)
oksida, Cr2O3 dengan ekstraksi ke dalam air, curah, hujan, dan reduksi dengan karbon.
Oksida kemudian dikurangi lagi dengan aluminium atau silikon untuk membentuk logam
kromium. Isolasi jenis lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan krom adalah dengan
proses elektroplating. Ini melibatkan pembubaran Cr2O3 dalam asam sulfat untuk
memberikan suatu elektrolit yang digunakan untuk elektroplating krom (Gulo, 2007).

Alat dan Bahan

Alat Bahan
Cawan penguapan CrCl3.6H2O
penangas air Larutan HCl 3 M
corong Buchner Urea
gelas kimia es batu
batang pengaduk

Cara Kerja

Sebanyak 2,5 g CrCl3.6H2O ditimbang dalam cawan penguapan, kemudian dilarutkan dalam
2,5 mL air. Lalu ditambahkan 4 tetes larutan HCl 0,5 M dan 3,5 g urea, sambil diaduk.
Kemudian larutan tersebut diuapkan di atas penangas air sampai terbentuk pasta padat. Lalu
disiapkan air hangat 50 oC sekitar 25 mL. Dilarutkan pasta padat tersebut ke dalam ~ 10 mL
air hangat (50 oC). Kemudian corong Buchner dipanaskan di oven pada suhu 50-60 oC,
selama 10-15 menit. Disiapkan kertas saring seukuran corong Buchner. Gunakan corong
tersebut digunakan dalam penyaringan larutan lalu dibilas residu yang terdapat pada corong
Buchner dengan sedikt air hangat. filtrat dipindahkan ke dalam gelas kimia 25 ml, dibiarkan
pada suhu ruang selama 30 menit. gelas kimia diletakkan dalam penangas es selama 30
menit untuk memperbanyak kristal, kristal yang diperoleh disaring dengan corong Buchner,
kristal tersebut di Keringkan di udara terbuka. Lalu massa produk ditimbang dan dimasukkan
dalam kantong plastik berlabel. Diukur kerentanan magnet produk yang dihasilkan

Daftar Pustaka

Gulo fakhili, Desi.(2007).Panduan Kimia Anorganik 2. Indralaya: FKIP MIPA Universitas


Sriwijaya.

Khopkar.(2010). Kimia Anorganik Dasar. Jakarta :UI Press.


Sugiyarto. 2003. Dasar-dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: UNY-Press

Anda mungkin juga menyukai