Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KIMIA ANORGANIK II MAKALAH

KROMIUM

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

1. NI NENGAH DIAN ISWARI (E1M012044) 2. NILA ANGGRENI 3. SUCI PARLIANI (E1M012045) (E1M012063)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2014

MATERI V KROMIUM

A. Kelimpahan Kromium di Alam Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau, dan keras. Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium berhasil diisolasi oleh seorang ilmuwan Prancis, L.N Vauquelin pada tahun 1778. Pada tahun 1797 L.N Vauquelin menemukan oksida unsur baru dalam suatu mineral dari Siberia yaitu krokoit (crocoite) yang kemudian dikenal sebagai PbCrO4. Kromium di alam berada dalam bentuk senyawa : kromik sulfat, kromik oksida, kromik klorida, kromik trivalent, kalsium kromat, timbale kromat, kalium dikromat, natrium dikromat, seng kromat. Kromium banyak dijumpai di lingkungan baik di udara, air, tanah, tumbuhan dan hewan. Sumber kromium yang baik di antaranya adalah daging, biji-bijian (misalnya gandum), rempah-rempah di alam kromium atau krom merupakan dalah satu logam golongan transisi paling banyak ditemukan dialam dalam bentuk bijih besi terutama kromit(Fe(CrO2)2) dan bewarna kecoklatan. Kromium merupakan bijih yang paling murah dan di Indonesia diemukan di Sulawesi Tengah. Selain itu kromim juga ditemukan di Zimbabwe, Rusia, Selandia Baru, Turki, Iran, Albania, Finlandia, Republik Demokrasi Madagaskar, dan Filipina. Ketika krom berada dalam bentuk oksida yaitu antara Cr(II) hingga Cr(VI) krom menjadi elemen yang berbahaya di pemukaan bumi. Pada umumnya krom yang bervalensi tiga paling sering dijumpai di alam, selain itu krom bervalensi tiga memiliki sifat racun yang rendah dibandingkan dengan krom valensi enam. Krom valensi enam merupakan salah satu material organik pengoksidasi yang tinggi. Pada daerah perairan, krom berada pada bilangan oksidasi +2, +3, dan +6, dan tingkat ksidasi yang paling dominan adalah +6. Ketika krom berada pada tingkat oksiadasi +2 maka krom bersifat tidak stabil selain itu jumlahnya pun sedikit. Semua senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Kromium memiliki beberapa istop. Diantara isotop-isotop kromium, ada beberapa isotop kromium yang digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.

B. Sumber Kromium Di alam kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas. Selain ditemukan dalam bijih kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam PbCrO4, yang merupakan mineral kromium dan banyak ditemukan di Rusia, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut. Kromium juda dapat di hasilkan dari proses isolasi dilabolatorium, karena kromium begitu mudah tersedia secara komersial. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa sumber yang paling berguna dari komersial kromium adalah bijih kromit, FeCr2O4. Oksidasi bijih ini melalui udara dalam cairan alkali memberikan natrium kromat, Na2CrO4 di mana kromium dalam oksidasi 6 negara. Ini dikonversi menjadi Cr (III) oksida, Cr2O3 dengan ekstraksi ke dalam air, curah, hujan, dan reduksi dengan karbon. Oksida kemudian dikurangi lagi dengan aluminium atau silikon untuk membentuk logam kromium. Isolasi jenis lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan krom adalah dengan proses elektroplating. Ini melibatkan pembubaran Cr 2O3 dalam asam sulfat untuk memberikan suatu elektrolit yang digunakan untuk elektroplating krom. C. Sifat Sifat Kromium 1. Sifat Fisik Kromium Massa Jenis Titik Lebur Titik Didih Entalpi Peleburan Panas Penguapan Entalpi Atomisasi Kapasitas Kalor (250C) Konduktivitas Termal Koefisien ekspansi termal linier Kepadatan Volum Molar Sifat Resistivitas listrik 7,15 g/cm3 (250C) 2180 K, 19070C, 3465 F 2944 K, 26710C, 4840 F 20,5 kJ mol -1 339 kJ mol -1 397 kJ mol -1 23,25 J/mol.K 94 W m -1 K -1 4,9 x 10 -6 K -1 7,140 kg m -3 7,23 cm 3 12,7 10 -8 m

2. Sifat Kimia Kromium Nomor Atom Massa Atom Golongan, periode, blok Konfigurasi elektron Jumlah elektron tiap kulit Afinitas electron Ikatan energi dalam gas Panjang Ikatan Cr-Cr Senyawa beracun dan mudah terbakar 24 51,9961 g/mol VI B, 4, d [Ar] 3d5 4s1 2, 8,13, 1 64,3 kJ / mol -1 142,9 5,4 kJ / mol -1. 249 pm

B e b e r a p a s i f a t lainnya d a r i l o g a m k r o m i u m : Logam berwarna putih, keras Tahan terhadap korosi (digunakan sebagai bahan pelapis melalui proses elektroplating). Larut dalam asam-asam mineral (HCl, H2SO4) Pada temperatur yang terkontrol kromium dapat bereaksi dengan unsur halogen, belerang silikon, boron, nitrogen, karbon dan oksigen.

D. Pembuatan Logam krom dapat di buat menurut proses Goldschmidt, yaitu menggunakan bijih Chromite (Cr2O3.FeO), direduksi oleh C. Kemudian Aluminium (proses aluminothermy). Persamaan reaksinya: 4FeCr2O4 + 8Na2CO3 + 7O2 2Na2CrO4+ H2SO4 Na2Cr2O7+ 2C Cr2O3 + 2 Al
8Na2CrO4 Na2Cr2O7 Cr2O3

mereduksi Cr2O3 dengan

+ 2Fe2O3 + 8CO2

+ Na2SO4 + H2O + 2Cr

+ Na2CO3 + CO

Al2O3

Pada proses ini menghasilkan Kromium dengan kemurnian 97-99%. E. Reaksi Reaksi Yang Terjadi Pada Kromium 1. Reaksi kromium dengan udara Logam kromium tidak bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar.

2. Reaksi kromium dengan air Logam kromium tidak bereaksi dengan air pada suhu kamar. 3. Reaksi kromium dengan halogen a. Fluorida Kromium bereaksi langsung dengan fluorin, F2, pada suhu 400C, dan 200 - 300 atmosfer untuk membentuk kromium (VI) fluorida, CrF6. Cr (s) + 3F2 (g) CrF6 (s) Di bawah kondisi ringan, kromium (V) bereaksi dengan fluorida, membentuk CRF5 2Cr (s) + 5F2 (g) 2CrF5 (s) 2Cr (s) + 3F2 (g) 2CrF3 (s) [merah] [hijau]

Selain membentuk kromium heksafluorida, CrF6, kromium trifluorida, CrF3 dan kromium pentafluorida, CrF5, reaksi kromium dengan fluorida juga dapat membentuk kromium difluorida, CrF2, dan kromium tetrafluorida, CrF4.

b. Klorida Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur klorin, Cl2 membentuk CrCl3. 2Cr (s) + 3Cl2 (g) 2CrCl3 (s) [merahviolet]

Selain membentuk kromium triklorida, CrCl3, reaksi kromium dengan klorida juga dapat membentuk kromium diklorida, CrCl2 dan kromium tetraklorida, CrCl4. c. Bromida Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur bromida, Br2 membentuk CrBr3. 2Cr (s) + 3Br2 (g) 2CrBr3 (s) [sangat hijau]

Selain membentuk bromida juga

kromium tribromida,

CrBr3, reaksi kromium dengan

dapat membentuk kromium dibromida, CrCl2 dan kromium

tetrabromidaa, CrCl4 d. Iodida Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan unsur iodida, I2 membentuk CrI3 2Cr (s) + 3I2 (g) 2CrI3 (s) [hijau gelap]

Selain membentuk kromium triiodida, CrI3, reaksi kromium dengan iodida juga dapat membentuk kromium diiodida, CrI2 dan kromium tetraiodida, CrI4 4. Reaksi kromium dengan asam Logam kromium larut dalam asam klorida encer membentuk larutan Cr(II) serta gas hidrogen, H2.
2+

Dalam keadaan tertentu, Cr(II) hadir sebagai ion kompleks

[Cr(OH2)6] . Hasil yang sama terlihat untuk asam sulfat, tetapi kromium murni tahan terhadap serangan. Logam kromium tidak bereaksi dengan asam nitrat, HNO3. Contoh reaksi kromium dengan asam klorida: Cr(s) + 2HCl(aq) Cr 2+ (aq) + 2Cl - (aq) + H2 (g) 5. Oksida Reaksi kromium dengan oksida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya: Kromium dioksida, CrO2, Kromium trioksida, CrO3, Dikromium trioksida, Cr2O3 dan Trikromium tetraoksida, Cr3O4. 6. Sulfida Reaksi kromium dengan sulfida dapat membentuk beberapa senyawa, diantanya : kromium sulfida, CrS dan dikromium trisulfida, Cr2S3

7. Nitrida Reaksi kromium dengan nitrida dapat membentuk senyawa kromium nitrida, CrN.

8. Karbonil Reaksi kromium dengan karbonil dapat membentuk senyawa kromium heksakarbonil, Cr(CO)6. Kromium juga dapat bereaksi dengan unsur tertentu membentuk senyawa kompleks, misalnya reaksi kromium dengan kompleks nitrat membentuk nitrat hexaaquakromium trihidrat, [Cr(NO3)3.9H2O].

F. Kegunaan Kromium Krom digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan karat dan membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna. Kebanyakan digunakan dalam proses pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang keras dan indah dan juga dapat mencegah korosi. Krom memberikan warna hijau emerald pada kaca. Industri refraktori menggunakan khromit untuk membentuk batu bata, karena khromit memiliki titik cair yang tinggi, pemuaian yang relatif rendah dan kestabilan struktur kristal. Beberapa senyawa kromium digunakan sebagai katalis. Misalnya Phillips katalis untuk produksi polietilen adalah campuran dari kromium dan silikon dioksida atau campuran dari krom dan titanium dan aluminium oksida. Kromium (IV) oksida (CrO 2) merupakan sebuah magnet senyawa Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih. Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat. Kromium (IV) oksida digunakan untuk pembuatan pita magnetik digunakan dalam performa tinggi dan standar kaset audio. Larutan K2Cr2O7 atau CrO3 dalam asam sulfat pekat (disebut asam krom) adalah oksidator kuat yang biasanya digunakan untuk mencuci peralatan laboratorium.

G. Senyawa Senyawa Kromium Senyawa komponen khrom berwarna. Kebanyakan senyawa khromat yang penting adalah natrium dan kalium, dikromat, dan garam dan ammonium dari campuran aluminum dengan khrom . Dikhromat bersifat sebagai zat oksidator dalam analisis kuantitatif, juga dalam proses pemucatan kulit. Senyawa lainnya banyak digunakan di industri; timbal khromat berwarna kuning khrom, merupakan pigmen yang sangat berharga. Senyawa khrom digunakan dalam industri penguat warna. Dalam industri penerbangan tekstil sebagai mordan atau

dan lainnya,senyawa khrom berguna

untuk melapisi aluminum. 1. Senyawaan Biner Halida.Anhidrat halida Cr (II) di peroleh melalui aksi HCI, HBr atau I2 kepada logam 600 sampai 700C,atau melalui reduksi dengan H2 pada 500 sampai 600C. Cr2Cl2
2+ larut dalam air memberikan larutan biru ion Cr .

Kromium triklorida CrCl3 yang ungu kemerahan di buat dengan aksi SOCl2 pada klorida terhidratnya. Bentuk bersepih dari CrC13 di sebabkan oleh struktur lapisannya. Oksida alfa-Cr2O3 yang hijau terbentuk pada pembakaran Cr dalam O2, pada dekomposisi termal CrO3. Oksida hidrat bersifat amfoter dan mudah klarut dalam asam,
3+

menghasilkan [Cr(H2O)6] Kromium

dan dalam basa pekat membentuk chromite. katalis yang penting bagi berebagai reaksi

oksida adalah

yang luas. Kromium(VI) oksida, CrO3 diperoleh sebagai endapan merah kejinggaan pada penambahan asam sulfat kedalam Na2Cr2O7. Secara termal tidak stabil diatas titik lelehannya dan keehilangan O2 menghasilkan Cr2O3. Strukturnya terdiri atas rantai tidak terhingga Dari tetrahedral CrO4 yang menggunakan sudut-sudutnya. Ia larut dalam air dan sangat beracun. Interaksi CrO3 dan zat-zat orrganik adalah kuat dan bisa meledak, tetapi CrO3 digunakan dalam kimia organic sebagai pengoksida, biasanya dalam asam asetat sebagai pelarut.

2. Kromium (III) Keadaan oksidasi 3 adalah yang paling stabil, dan sejumlah besar krom (III) senyawa yang diketahui. Kromium (III) dapat diperoleh dengan melarutkan unsur
3+

kromium dalam asam seperti asam klorida atau asam sulfat. Cr


3+

ion memiliki jari-jari

yang sama (0.63 ) untuk Al


3+

ion (jari- jari 0,50 ), sehingga mereka dapat


3+

menggantikan satu sama lain dalam beberapa senyawa, seperti dalam tawas krom dantawas. Ketika jumlah jejak Cr menggantikan Al di korundum (aluminium oksida,

Al2O3) , berwarna merah ruby terbentuk. Kromium cenderung membentuk ion kompleks; kromium ion dalam air biasanya octahedrally dikoordinasikan dengan molekul air untuk membentuk hydrates. Yang tersedia secara komersial kromium (III) klorida hidrat adalah kompleks hijau tua [CrCl2 (H2O)4] Cl, tapi dua bentuk lain yang dikenal: hijau pucat [CrCl(H2O)5]Cl2, dan ungu [Cr(H2O)6]Cl3. Jika air hijau bebas krom (III) klorida dilarutkan dalam air maka solusi hijau berubah menjadi ungu setelah beberapa waktu, karena penggantian air untuk klorida di dalam lingkup koordinasi. Reaksi semacam ini juga diamati dalam tawas, dan larut air lainnya.

3. Kromium (III) garam Reaksi sebaliknya dapat dirangsang dengan memanaskan larutan. Kromium

(III) hidroksida (Cr(OH)3) adalah amfoter, larut dalam asam solusi untukmembentuk [Cr(H2O)6]3+, dan dalam solusi dasar untuk membentuk [Cr(OH)6]3-. Hal ini

mengalami dehidrasi dengan pemanasan untuk membentuk hijau krom (III) oksida (Cr2O3) , yang merupakan oksida stabil dengan struktur kristal.

4. Kromium (IV) Senyawa Kromium (IV) (dalam bilangan oksidasi 4) sedikit lebih stabil daripada krom (V). Senyawa tetrahedral, CrF4, CrCl4, dan CrBr4, dapat diproduksi oleh bereaksi trihalida (CrX3) dengan kelebihan jumlah halogen yang sesuai pada temperatur tinggi. Sebagian besar senyawa disproporsionasi rentan terhadap reaksi dan tidak stabil dalam air.

5. Kromium (V) Satu-satunya senyawa biner yang sangat volatile, krom (V) fluorida (CrF5) . Padat merah ini memiliki titik lebur 30C dan titik didih 117C, dan dapat disintesis oleh fluorin bereaksi dengan kromium pada 400C dan tekanan 200 bar. Peroxochromate Kalium (K3[Cr(O2)4]) dibuat dengan mereaksikan kalium kromat dengan hidrogen peroksida pada temperatur rendah. senyawa coklat merah ini stabil pada suhu kamar tetapi terurai secara spontan pada 150-170 C.

6. Kromium (VI) Kromium (VI) senyawa oksidan yang kuat, dan, kecuali heksafluorida, mengandung
2-

oksigen sebagai ligan, sepertikromat anion (CrO4 ) dan chromyl klorida (CrO2Cl2). Kromat industri dihasilkan oleh memanggang oksidatif darikromit bijih dengan kalsium atau natrium karbonat. Kromium (VI) dalam larutan senyawa dapat dideteksi dengan menambahkan asam peroksida hydrogen . Merah gelap kromium (VI) oksida CrO3, asam anhidrida dari asam krom, adalah industri dijual sebagai "chromic asam". Hal ini dapat diproduksi dengan mencampurkan asam sulfat dengan dikromat, dan merupakan agen oksidasi yang sangat kuat.

Anda mungkin juga menyukai