Anda di halaman 1dari 15

UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT

UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT

Unsur transisi merupakan kelompok unsur yang terletak pada blok d di dalam sistem periodik. Unsur
transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh
(kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat
memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat
magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks.

Unsur- unsur transisi pada perioda 4 terdiri atas 10 unsur, yaitu:

1. Skandium (Sc)

Skandium bernomor atom 21. Skandium adalah unsur yang jarang terdapat di alam. Walaupun ada,
umumnya terdapat dalam bentuk senyawa dengan biloks +3. Misalnya, ScCl3, Sc2O3, dan Sc2(SO4)3.
Sifat-sifat senyawa skandium semuanya mirip, tidak berwarna dan bersifat diamagnetik. Hal ini
disebabkan dalam semua senyawanya skandium memiliki konfigurasi elektron ion Sc3+, sedangkan sifat
warna dan kemagnetan ditentukan oleh konfigurasi elektron dalam orbital d. Logam skandium dibuat
melalui elektrolisis lelehan ScCl3. Dalam jumlah kecil, scandium digunakan sebagai filamen lampu yang
memiliki intensitas tinggi. Skandium ternyata lebih banyak ditemukan di matahari dan beberapa bintang
lainnya dibandingkan di bumi.

2. Titanium (Ti)

Titanium bernomor atom 22. Titanium merupakan unsur yang tersebar luas dalam kulit bumi (sekitar
0,6% massa kulit bumi). Titanium merupakan logam transisi yang ringan, kuat, tahan korosi (termasuk
tahan terhadap air laut dan chlorine) dengan warna putih-metalik-keperakan. Kerapatan titanium relatif
rendah, bermassa ringan, keras, tahan terhadap cuaca dan stabil pada suhu tinggi. Umumnya, senyawa
titanium digunakan sebagai pigmen warna putih.

3. Vanadium (V)

Vanadium bernomor atom 23. Vanadium tersebar di kulit bumi sekitar 0,02% massa kulit bumi.
Vanadium umumnya digunakan untuk paduan dengan logam besi dan titanium. Vanadium(V) oksida
digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam sulfat. Logam vanadium murni diperoleh melalui
reduksi elektrolitik leburan garam VCl2. Logam vanadium menyerupai baja berwarna abu-abu dan
bersifat keras serta tahan korosi. Untuk membuat paduan tidak perlu logam murninya.
4. Kromium (Cr)

Kromium bernomor atom 24. Kromium trivalen (Cr (III), atau Cr3+) diperlukan dalam jumlah kecil dalam
metabolisme gula pada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang
disebut penyakit kekurangan kromium (chromium deficiency).

Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan
sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan,
komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti
emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih. Perpaduan
Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat.

5. Mangan (Mn)

Mangan bernomor atom 25. Mangan relatif melimpah di alam (0,1% kulit bumi). Salah satu sumber
mangan adalah batuan yang terdapat di dasar lautan dinamakan pirolusit. Suatu batuan yang
mengandung campuran mangan dan oksida besi.

6. Besi (Fe)

Besi bernombor atom 26. Besi merupakan logam yang cukup melimpah dalam kulit bumi (4,7%). Besi
murni berwarna putih kusam yang tidak begitu keras dan sangat reaktif terhadap zat oksidator sehingga
besi dalam udara lembap teroksidasi oleh oksigen dengan cepat membentuk karat. Besi adalah logam
yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan unsur bebas. Untuk mendapatkan
unsur besi, campuran lain mesti disingkir melalui pengurangan kimia.

7. Kobal (Co)

Kobal bernomor atom 27. Kobal bersifat rapuh, logam keras, menyerupai penampakan besi dan nikel.
Kobal memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi. Kobal terdapat dalam meteorit.

8. Nikel (Ni)

Nikel bernomor atom 28. Kelimpahan nikel dalam kulit bumi berada pada peringkat ke-24, terdapat
dalam bijih bersama-sama dengan arsen, antimon, dan belerang. Nikel mempunyai sifat tahan karat.
Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan
baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan
memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.

9. Tembaga (Cu)

Tembaga bernombor atom 29. Tembaga adalah logam kemerahan, dengan kekonduksian elektrik yang
tahan terhadap cuaca dan korosi. Walaupun tembaga tidak begitu reaktif, tetapi dapat juga terkorosi.
Warna kemerah-merahan dari tembaga berubah menjadi kehijau-hijauan akibat terkorosi oleh udara
membentuk patina. Apabila dioksidakan, tembaga adalah besi lemah.

10. Zink (Zn)

Zink atau Seng bernombor atom 30. Zink murni yang dihasilkan secara komersil dikenali sebagai Special
High Grade (SHG) yang mempunyai kemurnian sebanyak 99.995%. Zink juga dikenali sebagai timah sari.
Zink berwarna kelabu kebiru-biruan dan bersifat sederhana reaktif. Zink terbakar dalam udara dengan
nyalaan hijau kebiru-biruan yang terang, lalu membebaskan asap zink oksida. Logam zink mudah
tertempa pada suhu antara 100°C sehingga 210°C dan dapat diketuk menjadi berbagai bentuk. Pada
suhu melebihi 210 °C, logam ini menjadi rapuh dan akan pecah jika diketuk. Zink tidak bermagnet.

A. Cara Pembuatan Unsur-Unsur Transisi Periode Ke Empat

1. Cara Pembuatan Skandium

Kebanyakan skandium sekarang ini diambil dari throtvitite atau diekstrasi sebagai hasil produksi
pemurnian uranium. Skandium metal pertama kali diproses pada tahun 1937 oleh Fischer, Brunger dan
Grienelaus yang mengelektrolisis cairan eutectic kalium, litium dan skandium klorida pata suhu 700 dan
800 derajat Celcius.

2. Cara Pembuatan Titanium

Produksi titanium yang makin banyak disebabkan karena kebutuhan dalam bidang militer dan industry
pesawat terbang makin meningkat. Hal ini disebabkan karena titanium lebih disukai daripada aluminium
dan baja. Aluminium akan kehilangan kekuatannya pada temperatur tinggi dan baja terlalu rapat
(mempunyai kerapatan yang tinggi).

Langkah awal produksi titanium dilakukan dengan mengubah bijih rutil yang mengandung TiO2 menjadi
TiCl4, kemudian TiCl4 dureduksi dengan Mg pada temperature tinggi yang bebas oksigen.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

TiO2 (s) + C(s) + 2Cl2(g) => TiCl4(g) + CO2(g)

TiCl4(g) + 2Mg(s) => Ti(s) + 2MgCl2(g)

Reaksi dilakukan pada tabung baja. MgCl2 dipindahkan dan dielektrolisis menjadi Mg dan Cl2. Keduanya
kemudian didaurulangkan. Ti didapatkan sebagai padatan yang disebut sepon. Sepon diolah lagi dan
dicampur dengan logam lain sebelum digunakan.

3. Cara Pembuatan Vanadium

Produksi vanadium sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja. Dalam penggunaannya vanadium
dibentuk sebagai logam campuran besi. Fero vanadium mengandung 35% - 95% vanadium.
Ferrovanadium dihasilkan dengan mereduksi V205 dengan pereduksi campuran silicon dan besi. SiO2
yang dihasilkan direaksikan dengan CaO membentuk kerak CaSiO3(l). reaksinya sebagai berikut.

2 V205(s) + 5Si(s) => { 4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)

SiO2(s) + CaO(s) => CaSiO3

Kemudian ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO3.

4. Cara Pembuatan Kromium

Krom merupakan salah satu logam yang terpenting dalam industri logam dari bijih krom utama yaitu
kromit, Fe(CrO2)2 yang direduksi dapat dihasilkan campuran Fe dan Cr disebut Ferokrom.

Reaksinya sebagai berikut :

Fe(CrO2)2(s) +4C(s) => Fe(s)+2Cr(s) + 4CO(g)

Ferokrom ditambahkan pada besi membentuk baja.

5. Cara Pembuatan Mangan

Logam mangan diperoleh dengan

1. Mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, aluminium atau dengan proses elektrolisis

2. Proses aluminothermy dari senyawa MnO2.


6. Cara Pembuatan Besi

Ada 2 tahap untuk pembuatan jenis- jenis besi, yaitu peleburan yang bertujuan untuk mereduksi biji besi
sehingga menjadi besi dan peleburan ulang yang berguna dalam pembuatan jenis - jenis baja.Peleburan
besi dilakukan dalam suatu tanur tiup (blast furnance). Tanur tiup adalah suatu bangunan yang tingginya
sekitar 30 meter dan punya diameter sekitar 8 meter yang terbuat dari baja tahan karat yang dilapisi
dengan bata tahan panas. Zat reduksi yang digunakan adalah karbon dengan prinsip reaksi: 2FeO3 + 3C
4Fe + 3CO2.

1. Reaksi pembakaran.

Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO2 dan panas. Gas CO2 yang naik C
menjadi gas CO.

C + O2 CO2

CO2 + C 2CO

2. Proses reduksi

Gas CO mereduksi bijih.

Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3 CO2

Fe3O4 + 4CO 3 Fe + 4 CO2

Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian meleleh karena suhu tinggi (1.5000C)

3. Reaksi pembentukan kerak

CaCO3 CaO + CO2

CaO + SiO2 CaSiO3 kerak

Karena suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi cair berada di bawah. Kemudian
dikeluarkan melalui lubang bawah, diperoleh besi kasar dengan kadar C hingga 4,5%. Disamping C
mengandung sedikit S, P, Si dan Mn. Besi kasar yang diperoleh keras tetapi sangat rapuh lalu diproses
lagi untuk membuat baja dengan kadar C sebagai berikut :
baja ringan kadar C : 0,05 – 0,2 %

baja medium kadar C : 0,2 – 0,7 %

baja keras kadar C : 0,7 – 1,6 %

Pembuatan baja :

Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur campuran yang lain. Ada 3
cara :

1. Proses Bessemer

Besi kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah dihembuskan udara panas
sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar gas. Setelah beberapa waktu kira-kira ¼ jam
dihentikan lalu dituang dan dicetak.

2. Open-hearth process

Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida besi (besi tua, bijih) bereaksi
dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi besi dan oksida-oksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2.
dengan demikian kadar C berkurang.

3. Dengan dapur listrik

Untuk memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam dapur listrik. Hingga pembakaran
dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan kadar C yang tertentu.

7. Cara Pembuatan Kobalt

Kobalt di alam diperoleh sebagai biji smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang biasanya berasosiasi
dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan biji kobalt dilakukan sebagai berikut :

Pemanggangan :

CoAs (s) Co2O3(s) + As2O3(s)

Co2O3(s) + 6HCl 2 CoCl3(aq) + 3 H2O(l)

Zat-zat lain seperti Bi2O3 dan PbO diendapkan dengan gas H2S

Bi2O3(s) + 3 H2S(g) Bi2S3 (aq) + 3 H2O(l)


PbO(s) + H2S(g) PbS(s) + H2O(l)

Pada penambahan CoCO3 (s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe sebagai karbonat. Dengan
penyaringan akan diperoleh CoCl3. Tambahan zat pencuci mengubah CoCl3 menjadi Co2O3. Selanjutnya
CoCO3 direduksi dengan gas hydrogen, menurut reaksi :

Co2O3 (s) + H2(g) => 2 CO(s) + 3 H2O (g)

Penggunaan kobalt antara lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran Al, Ni, dan Co.

8. Cara Pembuatan Nikel

Proses pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu produk dengan kadar nikel
di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut:

ü Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari
bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran 25 mm.

ü Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian
nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.

ü Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan
matte dan terak

ü Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen
menjadi di atas 75 persen.

ü Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran
yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.

9. Cara Pembuatan Tembaga

Pada umumnya bijih tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu diperlukan pemekatan biji tembaga.
Reaksi proses pengolahannya adalah :

· 2 CuFeS2(s) + 4 O2 800 0 C Cu2S(l) + 2 FeO (s) + 3 SO2 (g)

· FeO(s) + SiO2 (s) 14000C FeSiO3 (l)

Cu2S dan kerak FeSiO3 (l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi sebagai berikut:

2 Cu2S(l) + 3 O2 (g) 2 Cu2O(l) + 2 SO2(g)


2 Cu2O(l) + Cu2S(s) 6 Cu(l) + SO2 (g)

3 Cu2S(l) + 3 O2 6 Cu(l) + 3 SO2(g)

Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni. Tembaga tidak murni ini
disebut tembaga blister atau tembaga lepuh. Tembaga blister adalah tembaga yang mengandung
gelembung gas SO2 bebas.

Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga blister dielektrolisis dengan elektrolit
CuSO4 (aq). Pada elektrolisis, sebagai electrode negatif (katode) adalah tembaga murni dan sebagai
electrode positif (anode) adalah tembaga blister.

10. Cara Pembuatan Zink

Logam seng telah diproduksi dalam abat ke-13 di Indina dengan mereduksi calamine dengan bahan-
bahan organik seperti kapas. Logam ini ditemukan kembali di Eropa oleh Marggraf di tahun 1746, yang
menunjukkan bahwa unsur ini dapat dibuat dengan cara mereduksi calamine dengan arang. Bijih-bijih
seng yang utama adalah sphalerita (sulfida), smithsonite (karbonat), calamine (silikat) dan franklinite
(zine, manganese, besi oksida). Satu metoda dalam mengambil unsur ini dari bijihnya adalah dengan
cara memanggang bijih seng untuk membentuk oksida dan mereduksi oksidanya dengan arang atau
karbon yang dilanjutkan dengan proses distilasi.

B. Sifat Fisis Dan Kimia Unsur-Unsur Periode Ke Empat

Unsur transisi periode keempat mempunyai sifat-sifat khas yang membedakannya dari unsur golongan
utama.

1. Sifat Logam

Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia maupun dalam sifat fisis.
Harga energi ionisasi yang relative rendah (kecuali seng yang agak tinggi), sehingga, mudah membentuk
ion positif. Demikian pula, harga titik didih dan titik lelehnya relative tinggi (kecuali Zn yang membentuk
TD dan TL relative rendah). Hal ini disebabkan orbital subkulit d pada unsure transisi banyak orbital yang
kosong atau tersisi tidak penuh. Adanya orbital yang kosong memungkinkan atom-atom membentuk
ikatan kovalen (tidak permanen) disamping ikatan logam. Orbital subkulit 3d pada seng terisi penuh
sehingga titik lelehnya rendah. Bandingkan dengan unsure utama yang titik didih dan titik lelehnya juga
relative rendah.

2. Sifat Magnet
Adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan unsur-unsur transisi
bersifat paramagnetic (dapat ditarik oleh medan magnet) seperti : Sc, Ti, V, Cr dan Mn. Makin banyak
electron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula sifat paramagnetknya. Unsur yang memiliki
elektron berpasangan (Zn dan Cu) bersifat diamagnetic (tidak tertarik oleh medan magnet. Unsur Fe, Co,
Ni bersifat Ferromagnetic meski logam ini dijauhi medan magnet, tetapi induksi magnet logam ini tidak
hilang.

3. Titik Didih dan Titik Leleh

Titik didih dan titik leleh unsur transisi meningkat dari 1.541°C (Skandium) sampai 1.890°C (Vanadium),
kemudian turun sampai 1.083 °C (Tembaga) dan 420 °C (Seng).

4. Konfigurasi Elektron

a. Jari-Jari Atom

Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya elektron pada
kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya, Sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke inti
semakin kecil.

b. Energi Ionisasi

Perubahan senergi ionisasi dari Sc sampai ke Zn tidak terlalu besar seperti halnya pada unsur-unsur
golongan utama. Kecilnya perubahan tersebut juga disebabkan oleh konfigurasi elektronnya, yaitu
bahwa penambahan electron dari Sc sampai ke Zn masuk pada kulit ketiga.

5. Bilangan Oksidasi

Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beberapa tingkat oksidasi.
Senyawa-senyawa unsur transisi di alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu. Adanya
bilangan oksidasi lebih dari satu ini disebabkan mudahnya melepaskan elektron valensi. Dengan
demikian, energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya memiliki harga yang relatif lebih kecil
dibanding unsur golongan utama.

Walaupun unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi, keteraturan dapat dikenali. Bilangan
oksidasi tertinggi atom yang memiliki lima elektron yakni jumlah orbital d berkaitan dengan keadaan
saat semua elektron d (selain elektron s) dikeluarkan. Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi
elektron (n-1)d1ns2, bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1)d5ns2, akan berbilangan
oksidasi maksimum +7.
Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan konfigurasi elektron (n-
1)d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3. Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6.
Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam transisi penting seperti kobal Co, Nikel Ni, tembaga Cu dan
zink Zn lebih rendah dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n–1)d dan ns-nya. Di
antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi bilangan oksidasi semakin
penting untuk unsur-unsur pada periode yang lebih besar.

6. Membentuk Senyawa-Senyawa Berwarna

Senyawa unsur transisi (kecuali scandium dan seng), memberikan bermacam warna baik padatan
maupun larutannya. Warna senyawa dari unsure transisi juga berkaitan dengan adanya orbital sub kulit
d yang terisi tidak penuh. Peralihan electron yang terjadi pada pengisian subkulit d (sehingga terjadi
perubahan bilangan oksidasi) menyebabkan terjadinya warna pada senyawa logam transisi.

Senyawa dari Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong, serta senyawa dari Zn2+
tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi penuh, sehingga tidak terjadi peralihan elektron.

Warna senyawa logam transisi dengan berbagai bilangan oksidasi:

7. Membentuk Ion Kompleks

Ion kompleks adalah ion yang terdiri atas atom pusat dan ligan. Biasanya atom pusat merupakan logam
transisi yang bersifat elektropositif dan dapat menyediakan orbital kosong sebagai tempat masuknya
ligan. Contohnya ion besi (III) membentuk ion kompleks [Fe(CN)6].

Ligan yang merupakan basa Lewis sekurang-kurangnya harus mempunyai sepasang elektron bebas
dalam orbital ikatan. Perbandingan besarnya ligan dan atom pusat menentukan jumlah ligan maksimum
yang dapat diikat. Jumlah ikatan kovalen koordinasi yang dapat terbentuk pada pembentukan kompleks
disebut bilangan koordinasi dari ion pusat. Contohnya ion Cu2+ mempunyai bilangan koordinasi 4 dalam
[Cu(H2O)4]2+, [Cu(NH3)4]2+, dan dalam [CuCl4]2¯. Ion Fe3+ mempunyai bilangan koordinasi 6 dalam
[Fe(H2O)6]3+, [FeF6]3, dan dalam [Fe(CN)6]3¯. Adapun Ag+ mempunyai bilangan koordinasi 2 dalam
[Ag(NH3)2]+, dan dalam [Ag(CN)2]¯.

Aturan penamaan senyawa koordinasi:

Berikut merupakan tata nama senyawa atau ion kompleks menurut IUPAC.

1) Penamaan Ligan
a. Beberapa ligan diberi nama khusus.

Contoh

NH3 = amin NO = nitrosil

H2O = aqua CO = karbonil

b. Logam anion diberi nama yang umum dan diberi akhiran -o.

Contoh

F¯ = fluoro CN¯ = siano

Cl¯ = kloro OH¯ = hidrokso

Br¯ = bromo CO32¯ = karbonato

CH3COO¯ = asetato C2O42¯ = oksalato

c. Alkil diberi nama seperti tata nama alkana.

Contoh

CH3 = metil C6H5 = fenil

d. Ligan yang menggunakan nama biasa tanpa diberi spasi

Contoh

(CH3)2SO4 = dimetilsulfatsida

C5N2N = piridin

(C6H5)3P = trifenilfosfin

e. Ligan N2 dan O2 disebut dinitrogen dan dioksigen

2) Untuk menyebut banyaknya ligan yang sejenis digunakan awalan Yunani (misalnya di-, tri-, tetra-,
penta-, heksa-).
3) Nama atom pusat diikuti bilangan oksidasinya yang ditulis dengan angka romawi.

4) Untuk kompleks berupa kation atau molekul netral maka nama atom pusat tidak berubah. Adapun
senyawa berupa anion kompleks negatif maka nama atom pusat diakhiri dengan -at).

Contoh

Kompleks kation:

[Cu(NH3)4]2+ = ion tetraamin tembaga (II)

[Ag(NH3)2]+ = ion diamin perak (I)

[Co(NH3)4Cl2]+ = ion tertraamin diklorokobalt (III)

Kompleks netral:

[Co(NH3)4(H2O)CN]Cl2 = tetraamin aquasianokobalt (II) klorida

[Co(NH3)5CO3]Cl = pentaamin karbonatokobalt (II) Klorida

8. Keaktifan Katalik

Salah satu sifat penting unsur transisi dan senyawanya, yaitu kemampuannya untuk menjadi katalis-
katalis reaksi-reaksi dalam tubuh. Kemampuan unsure transisi mengkatalisasi suatu reaksi diperkirakan
karena unsur transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Di dalam tubuh, terdapat enzim sitokrom
oksidase yang berperan dalam mengoksidasi makanan. Enzim ini dapat bekerja bila terdapat ion Cu2+.
Beberapa logam transisi atau senyawanya telah digunakan secara komersial sebagai katalis pada proses
industri seperti TiCl3 (Polimerasasi alkena pada pembuatan plastic), V2O5 (proses kontak pada
pembuatan margarine), dan Cu atau CuO (oksidasi alcohol pada pembuatan formalin).

C. Kegunaan Unsur-Unsur Transisi Periode Keempat


1. Kegunaan skandium

ü sebagai komponen pada lampu listrik yang berintensitas tinggi.

2. Kegunaan Titanium

ü Sebagai bahan kontruksi, karena mempunyai sifat fisik

ü Sebagai badan pesawat terbang dan pesawat supersonic

ü Sebagai pigmen putih, bahan pemutih kertas, kaca, keramik, dan kosmetik

3. Kegunaan Vanadium

v Banyak digunakan dalam industry-industri, yaitu:

ü Untuk membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan yang tinggi seperti per mobil
dan alat mesin berkecepatan tinggi

ü Untuk membuat logam campuran

4. Kegunaan Kromium

v Logam kromium banyak digunakan dalam bidang industry

ü Logam kromium dapat dicampur dengan besi kasar membentuk baja yang bersifat keras dan
permukaanya tetap mengkilap.

ü Kromium digunakan untuk penyepuhan, karena indah, mengkilap, dan tidak kusam

v Larutan kromium (III) oksida, dalam asam sulfat pekat, adalah oksidator kuat yang biasanya digunakan
untuk mencuci alat-alat laboratorium.

5. Kegunaan Mangan

ü Untuk produksi baja

ü Menghilangkan warna hijau pada gelas yang disebabkan oleh pengotor besi

ü Banyak tersebar dalam tubuh yang merupakan unsure yang penting untuk penggunaan vitamin B1.
6. Kegunaan Besi

ü Membuat baja

ü Banyak digunakan di dalam pembuatan alat-alat keperluan sehari-hari seperti, cangkul, pisau, sabit,
paku, mesin, dan sebagainya.

7. Kegunaan kobalt

ü Larutan Co2+ digunakan sebagai tinta rahasia untuk mengirim pesan dan juga dalam system
peramalan cuaca

8. Kegunaan Nikel

ü Pembuatan electrode baterai, dan keramik

ü Zat tambahan pada besi tuang dan baja, agar mudah ditempa dan tahan karat

ü Pelapis besi (pernekel)

ü Sebagai katalis

9. Kegunaan Tembaga

ü Bahan kabel listrik

ü Bahan uang logam

ü Untuk bahan mesin tenaga uap

10. Kegunaan Zink

ü Bahan cat putih

ü Pelapis lampu TL

ü Layar TV dan monitor computer

ü Campuran logam dengan metal lain

Diposting oleh Chemistry Lova di 05.19


Kirimkan Ini lewat Email

Anda mungkin juga menyukai