Bagian Kesatu
Perlindungan
Paragraf 1
Penyandang Cacat
Pasal 67
Paragraf 2
Anak
Pasal 68
Pasal 69
Pasal 70
Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari
kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang.
Anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit berumur 14 (empat
belas) tahun.
Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan dengan syarat:
diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta bimbingan
dan pengawasan dalam melaksanakan pekerjaan; dan
Pasal 71
Ketentuan mengenai anak yang bekerja untuk mengembangkan bakat dan minat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Keputusan
Menteri.
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
Paragraf 3
Perempuan
Pasal 76
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Paragraf 4
Waktu Kerja
Pasal 77
7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.
Pasal 78
waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1
(satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.
Pasal 79
Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi:
istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja
selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk
jam kerja;
istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
Hak istirahat panjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d hanya
berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu.
Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 80
Pasal 81
Pasal 82
Pasal 83
Pasal 84
Pasal 85
Ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) diatur dengan Keputusan Menteri.
Paragraf 5
Pasal 86
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 87
Bagian Kedua
Pengupahan
Pasal 88
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
upah minimum;
upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
Pasal 89
Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat
terdiri atas:
Pasal 90
Tata cara penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 91
Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah atau
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut
batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 92
Ketentuan mengenai struktur dan skala upah sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur dengan Keputusan Menteri.
Pasal 93
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku, dan pengusaha
wajib membayar upah apabila:
untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus) dari upah;
untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari
upah;
untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari upah;
dan
untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah
sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.
anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk selama 1
(satu) hari.
Pasal 94
Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka
besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari
jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.
Pasal 95
Pasal 96
Pasal 97
Pasal 98
Bagian Ketiga
Kesejahteraan
Pasal 99
Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 100
1. Serikat Pekerja/Buruh
2. Organisasi Pengusaha
3. Lembaga Kerjasama bipartit (LKS Bipartit)
4. Lembaga Kerjasama tripartit (LKS Tripartit
5. Peraturan Perusahaan
6. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
7. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaaan
8. Lembaga penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial
Perjanjian Kerja Bersama atau disingkat PKB merupakan pijakan karyawan dalam
menorehkan prestasi yang pada gilirannya akan berujung kepada kinerja korporat dan
kesejahteraan karyawan. Jadi, PKB memang penting bagi perusahaan manapun.
Hubungan kerja senantiasa terjadi di masyarakat, baik secara formal maupun informal,
dan semakin intensif di dalam masyarakat modern. Di dalam hubungan kerja memiliki
potensi timbulnya perbedaan pendapat atau bahkan konflik. Untuk mencegah
timbulnya akibat yang lebih buruk, maka perlu adanya pengaturan di dalam hubungan
kerja ini dalam bentuk PKB. Dalam praktiknya, persyaratan kerja diatur dalam bentuk
perjanjian kerja yang sifatnya perorangan.
Perjanjian kerja Bersama ini dibuat atas persetujuan pemberi kerja dan Karyawan yang
bersifat individual. Pengaturan persyaratan kerja yang bersifat kolektif dapat dalam
bentuk Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).Perjanjian
Kerja Bersama atau PKB sebelumnya dikenal juga dengan istilah KKB (Kesepakatan
Kerja Bersama) / CLA (Collective Labour Agreement) adalah merupakan perjanjian
yang berisikan sekumpulan syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak yang
merupakan hasil perundingan antara Pengusaha, dalam hal ini diwakili oleh
Managemen Perusahaan dan Karyawan yang dalam hal ini diwakili oleh Serikat
Karyawan, serta tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan. Hal ini juga tertuang dalam Pasal 1 UU No.13 tahun 2003 Point 21.PKB
dibuat dengan melalui perundingan antara managemen dan serikat karyawan.
Kesemua itu untuk menjamin adanya kepastian dan perlindungan di dalam hubungan
kerja, sehingga dapat tercipta ketenangan kerja dan berusaha. Lebih dari itu, dengan
partisipasi ini juga merupakan cara untuk bersama-sama memperkirakan dan
menetapkan nasib perusahaan untuk masa depan.Masa berlakunya PKB paling lama 2
(dua) tahun dan dapat diperpanjang masa berlakunya paling lama 1 (satu) tahun. PKB
juga merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk untuk menjalankan hubungan
industrial, dimana sarana yang lain adalah serikat karyawan, organisasi pengusaha,
lembaga kerjasama bipartit, lembaga kerjasama tripartit, peraturan perusahaan,
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.