Anda di halaman 1dari 18

Cara Pembuatan Logam Transisi Periode 4

1. Skandium (Sc): dibuat dengan elektrolisis cairan ScCl3 yang


dicampurkan dengan klorida-klorida lain.
2. Titanium (Ti): Salah satu metode yang digunakan dalam proses
pembuatan titanium adalah Metode Kroll yang banyak
menggunakan klor dan karbon. Hasil reaksinya adalah titanium
tetraklorida yang kemudian dipisahkan dengan besi triklorida
dengan menggunakan proses distilasi. Senyawa titanium
tetraklorida, kemudian direduksi oleh magnesium menjadi logam
murni. Udara dikeluarkan agar logam yang dihasilkan tidak dikotori
oleh unsur oksigen dan nitrogen. Sisa reaksi adalah antara
magnesium dan magnesium diklorida yang kemudian dikeluarkan
dari hasil reaksi menggunakan air dan asam klorida sehingga
meninggalkan spons titanium. Spon ini akan mencair dibawah
tekanan helium atau argon yang pada akhirnya membeku dan
membentuk batangan titanium murni.
3. Vanadium (V): frevonadium (logam campuran dengan besi)
dihasilkan dari reduksi V2O5 dengan campuran silikon (Si) dan besi
(Fe), reaksinya:
2V2O5(s) + 5 Si(s) + Fe(s)

4V(s) + Fe(s) + 5 SiO2(s)

Senyawa SiO2 ditambah dengan CaO menghasilkan suatu terak yaitu


bahan yang dihasilkan selama pemurnian logam.
4. Krom (Cr): logam krom dibuat menurut proses goldschmidt dengan
jalan mereduksi Cr2O3 dengan logam aluminium. Reaksinya:
Cr2O3 (s) + 2Al(s)

Al2O3(s) + 2Cr(s)

5. Mangan (Mn): pembuatan feromangan dilakukan dengan


mereduksi MnO2 dengan campuran besi oksida dan karbon.
Reaksinya:
MnO2 + Fe2O3 + 5C

Mn + 2Fe + 5CO

6. Besi (Fe): proses pengolahan bijih besi untuk menghasilkan logam


besi dilakukan dalam tanur tinggi. Prinsip kerjanya dengan
mereduksi oksida besi dengan gas karbon monoksida.

7. Kobalt (Co): Unsur cobalt diproduksi ketika hidroksida hujan, akan


timbul hipoklorit sodium ( NaOCl) . Berikut reaksinya :
2Co2+(aq) + NaOCl(aq) + 4OH-(aq) + H2O
2Co(OH)3(s) + NaCl(aq)
Trihydroxide Co(OH)3 yang dihasilkan kemudian dipanaskan untuk
membentuk oksida dan kemudian ditambah dengan karbon sehingga
terbentuklah unsur kobalt metal. Berikut reaksinya
2Co(OH)3 (heat) Co2O3 + 3H2O
2Co2O3 + 3C

4Co(s) + 3CO2(g)

8. Tembaga (Cu): proses pengolahan tembaga diawali dengan


pemanggangan kalkopirit (CuFeS2) atau bijih tembaga lain. Hasil
pemanggangan dioksidasi dalam oksigen. Tembaga yang dihasilkan
dimurnikan secara elektrolisis dan flotasi (proses pemisahan yang
digunakan untuk menghasilkan konsentrat tembaga-emas).

9.

Seng (Zn): pembuatan logam seng dilakukan dengan


pemanggangan seng sulfida (ZnS) kemudian oksida seng direduksi
dengan karbon pijar.

UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT


UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT

Unsur transisi merupakan kelompok unsur yang terletak pada blok d di


dalam sistem periodik. Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki
elektron valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng
(Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat
memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur

golongan

utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan
membentuk senyawa kompleks.
Unsur- unsur transisi pada perioda 4 terdiri atas 10 unsur, yaitu:
1.

Skandium (Sc)
Skandium bernomor atom 21. Skandium adalah unsur yang jarang
terdapat di alam. Walaupun ada, umumnya terdapat dalam bentuk senyawa
dengan biloks +3. Misalnya, ScCl3, Sc2O3, dan Sc2(SO4)3. Sifat-sifat senyawa
skandium semuanya mirip, tidak berwarna dan bersifat diamagnetik. Hal ini
disebabkan dalam semua senyawanya skandium memiliki konfigurasi elektron
ion Sc3+, sedangkan sifat warna dan kemagnetan ditentukan oleh konfigurasi
elektron dalam orbital d. Logam skandium dibuat melalui elektrolisis lelehan
ScCl3. Dalam jumlah kecil, scandium digunakan sebagai filamen lampu yang
memiliki intensitas tinggi. Skandium ternyata lebih banyak ditemukan di
matahari dan beberapa bintang lainnya dibandingkan di bumi.

2.

Titanium (Ti)
Titanium bernomor atom 22. Titanium merupakan unsur yang tersebar
luas dalam kulit bumi (sekitar 0,6% massa kulit bumi). Titanium merupakan
logam transisi yang ringan, kuat, tahan korosi (termasuk tahan terhadap air laut
dan chlorine) dengan warna putih-metalik-keperakan. Kerapatan titanium relatif
rendah, bermassa ringan, keras, tahan terhadap cuaca dan stabil pada suhu
tinggi. Umumnya, senyawa titanium digunakan sebagai pigmen warna putih.

3.

Vanadium (V)
Vanadium bernomor atom 23. Vanadium tersebar di kulit bumi sekitar
0,02% massa kulit bumi. Vanadium umumnya digunakan untuk paduan dengan

logam besi dan titanium. Vanadium(V) oksida digunakan sebagai katalis pada
pembuatan asam sulfat. Logam vanadium murni diperoleh melalui reduksi
elektrolitik leburan garam VCl2. Logam vanadium menyerupai baja berwarna abuabu dan bersifat keras serta tahan korosi. Untuk membuat paduan tidak perlu
logam murninya.
4.

Kromium (Cr)
Kromium bernomor atom 24. Kromium trivalen (Cr (III), atau Cr3+)
diperlukan

dalam

jumlah

kecil

dalam

metabolisme

gula

pada

manusia.

Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut


penyakit kekurangan kromium (chromium deficiency).
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles
menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai
pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti
knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas,
emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih.
Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat.
5.

Mangan (Mn)
Mangan bernomor atom 25. Mangan relatif melimpah di alam (0,1% kulit
bumi). Salah satu sumber mangan adalah batuan yang terdapat di dasar lautan
dinamakan pirolusit. Suatu batuan yang mengandung campuran mangan dan
oksida besi.

6.

Besi (Fe)
Besi bernombor atom 26. Besi merupakan logam yang cukup melimpah
dalam kulit bumi (4,7%). Besi murni berwarna putih kusam yang tidak begitu
keras dan sangat reaktif terhadap zat oksidator sehingga besi dalam udara
lembap teroksidasi oleh oksigen dengan cepat membentuk karat. Besi adalah
logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan unsur
bebas. Untuk mendapatkan unsur besi, campuran lain mesti disingkir melalui
pengurangan kimia.

7.

Kobal (Co)
Kobal bernomor atom 27. Kobal bersifat rapuh, logam keras, menyerupai
penampakan besi dan nikel. Kobal memiliki permeabilitas logam sekitar dua
pertiga daripada besi. Kobal terdapat dalam meteorit.

8.

Nikel (Ni)
Nikel bernomor atom 28. Kelimpahan nikel dalam kulit bumi berada pada
peringkat ke-24, terdapat dalam bijih bersama-sama dengan arsen, antimon, dan
belerang. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel
bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya,
dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi
menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada
peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah
dan gedung, serta komponen industri.

9.

Tembaga (Cu)
Tembaga bernombor atom 29. Tembaga adalah logam kemerahan, dengan
kekonduksian elektrik yang tahan terhadap cuaca dan korosi. Walaupun tembaga
tidak begitu reaktif, tetapi dapat juga terkorosi. Warna kemerah-merahan dari
tembaga

berubah

menjadi

kehijau-hijauan

akibat

terkorosi

oleh

udara

membentuk patina. Apabila dioksidakan, tembaga adalah besi lemah.


10. Zink (Zn)
Zink atau Seng bernombor atom 30. Zink murni yang dihasilkan secara
komersil dikenali sebagai Special High Grade (SHG) yang mempunyai kemurnian
sebanyak 99.995%. Zink juga dikenali sebagai timah sari. Zink berwarna kelabu
kebiru-biruan dan bersifat sederhana reaktif. Zink terbakar dalam udara dengan
nyalaan hijau kebiru-biruan yang terang, lalu membebaskan asap zink oksida.
Logam zink mudah tertempa pada suhu antara 100C sehingga 210C dan dapat
diketuk menjadi berbagai bentuk. Pada suhu melebihi 210 C, logam ini menjadi
rapuh dan akan pecah jika diketuk. Zink tidak bermagnet.

A. Cara Pembuatan Unsur-Unsur Transisi Periode Ke


Empat

1.

Cara Pembuatan Skandium


Kebanyakan skandium sekarang ini diambil dari throtvitite atau diekstrasi
sebagai hasil produksi pemurnian uranium. Skandium metal pertama kali
diproses

pada

tahun

1937

oleh

Fischer,

Brunger

dan

Grienelaus

yang

mengelektrolisis cairan eutectic kalium, litium dan skandium klorida pata suhu
700 dan 800 derajat Celcius.

2.

Cara Pembuatan Titanium


Produksi titanium yang makin banyak disebabkan karena kebutuhan dalam
bidang militer dan industry pesawat terbang makin meningkat. Hal ini
disebabkan karena titanium lebih disukai daripada aluminium dan baja.
Aluminium akan kehilangan kekuatannya pada temperatur tinggi dan baja terlalu
rapat (mempunyai kerapatan yang tinggi).
Langkah awal produksi titanium dilakukan dengan mengubah bijih rutil yang
mengandung TiO2 menjadi TiCl4, kemudian TiCl4 dureduksi dengan Mg pada
temperature tinggi yang bebas oksigen.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
TiO2 (s) + C(s) + 2Cl2(g)
=> TiCl4(g) + CO2(g)
TiCl4(g) + 2Mg(s)
=>
Ti(s) + 2MgCl2(g)
Reaksi dilakukan pada tabung baja. MgCl 2 dipindahkan dan dielektrolisis
menjadi Mg dan Cl2. Keduanya kemudian didaurulangkan. Ti didapatkan sebagai
padatan yang disebut sepon. Sepon diolah lagi dan dicampur dengan logam lain
sebelum digunakan.

3.

Cara Pembuatan Vanadium


Produksi vanadium sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja. Dalam
penggunaannya vanadium dibentuk sebagai logam campuran besi. Fero
vanadium mengandung 35% - 95% vanadium. Ferrovanadium dihasilkan dengan
mereduksi V205 dengan pereduksi campuran silicon dan besi. SiO 2 yang
dihasilkan direaksikan dengan CaO membentuk kerak CaSiO 3(l). reaksinya
sebagai berikut.
2 V205(s) + 5Si(s)
=>
{ 4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)
SiO2(s) + CaO(s)
=>
CaSiO3
Kemudian ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO 3.

4. Cara Pembuatan Kromium


Krom merupakan salah satu logam yang terpenting dalam industri logam dari
bijih krom utama yaitu kromit, Fe(CrO2)2 yang direduksi dapat dihasilkan
campuran Fe dan Cr disebut Ferokrom.
Reaksinya sebagai berikut :
Fe(CrO2)2(s) +4C(s)
=>
Fe(s)+2Cr(s) + 4CO(g)
Ferokrom ditambahkan pada besi membentuk baja.

5.

Cara Pembuatan Mangan

Logam mangan diperoleh dengan


1.
2.
6.

Mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, aluminium atau


dengan proses elektrolisis
Proses aluminothermy dari senyawa MnO2.
Cara Pembuatan Besi
Ada 2 tahap untuk pembuatan jenis- jenis besi, yaitu peleburan yang
bertujuan untuk mereduksi biji besi sehingga menjadi besi dan peleburan ulang
yang berguna dalam pembuatan jenis - jenis baja.Peleburan besi dilakukan
dalam suatu tanur tiup (blast furnance). Tanur tiup adalah suatu bangunan yang
tingginya sekitar 30 meter dan punya diameter sekitar 8 meter yang terbuat dari
baja tahan karat yang dilapisi dengan bata tahan panas. Zat reduksi yang
digunakan adalah karbon dengan prinsip reaksi: 2FeO 3 + 3C 4Fe + 3CO2.

1. Reaksi pembakaran.
Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO 2 dan panas.
Gas CO2 yang naik C menjadi gas CO.
C + O2 CO2
CO2 + C 2CO

2. Proses reduksi
Gas CO mereduksi bijih.
Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3 CO2
Fe3O4 + 4CO 3 Fe + 4 CO2
Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian meleleh karena suhu tinggi
(1.5000C)

3. Reaksi pembentukan kerak


CaCO3 CaO + CO2
CaO + SiO2 CaSiO3 kerak

Karena suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi cair berada
di bawah. Kemudian dikeluarkan melalui lubang bawah, diperoleh besi kasar
dengan kadar C hingga 4,5%. Disamping C mengandung sedikit S, P, Si dan Mn.
Besi kasar yang diperoleh keras tetapi sangat rapuh lalu diproses lagi untuk
membuat baja dengan kadar C sebagai berikut :
baja ringan kadar C : 0,05 0,2 %
baja medium kadar C : 0,2 0,7 %
baja keras kadar C : 0,7 1,6 %

Pembuatan baja :
Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur
campuran yang lain. Ada 3 cara :
1.

Proses Bessemer
Besi kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah
dihembuskan udara panas sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar

2.

gas. Setelah beberapa waktu kira-kira jam dihentikan lalu dituang dan dicetak.
Open-hearth process
Besi kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida besi
(besi tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi besi dan

3.

oksida-oksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian kadar C berkurang.
Dengan dapur listrik
Untuk memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam dapur
listrik. Hingga pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan kadar C
yang tertentu.

7. Cara Pembuatan Kobalt


Kobalt di alam diperoleh sebagai biji smaltit (CoAs 2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan biji kobalt dilakukan
sebagai berikut :
Pemanggangan :

CoAs

(s)

Co2O3(s) + As2O3(s)

Co2O3(s) + 6HCl

2 CoCl3(aq) + 3 H2O(l)

Zat-zat lain seperti Bi2O3 dan PbO diendapkan dengan gas H2S
Bi2O3(s) + 3 H2S(g)

Bi2S3 (aq) + 3 H2O(l)

PbO(s) + H2S(g)

PbS(s) +

Pada penambahan CoCO3

(s)

H2O(l)
dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe

sebagai karbonat. Dengan penyaringan akan diperoleh CoCl 3. Tambahan zat


pencuci mengubah CoCl3 menjadi Co2O3. Selanjutnya CoCO3 direduksi dengan gas
hydrogen, menurut reaksi :
Co2O3 (s) + H2(g)

=>

2 CO(s) + 3 H2O

(g)

Penggunaan kobalt antara lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran Al,
Ni, dan Co.

8.

Cara Pembuatan Nikel


Proses pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu
produk dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses

pengolahan adalah sebagai berikut:


Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih
laterit yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran
25 mm.
Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam
bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga
terbentuk fasa lelehan matte dan terak
Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari
sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen.
Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair
menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.
9. Cara Pembuatan Tembaga
Pada umumnya bijih tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu diperlukan

pemekatan biji tembaga. Reaksi proses pengolahannya adalah :


2 CuFeS2(s) + 4 O2 800 0 C Cu2S(l) + 2 FeO (s) + 3 SO2 (g)

FeO(s) + SiO2 (s)

14000C

FeSiO3 (l)

Cu2S dan kerak FeSiO3

(l)

dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi

sebagai berikut:
2 Cu2S(l) + 3 O2 (g)

2 Cu2O(l) + 2 SO2(g)

2 Cu2O(l) + Cu2S(s)

6 Cu(l) + SO2 (g)

3 Cu2S(l) + 3 O2

6 Cu(l) + 3 SO2(g)

Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni.
Tembaga tidak murni ini disebut tembaga blister atau tembaga lepuh. Tembaga
blister adalah tembaga yang mengandung gelembung gas SO 2 bebas.
Untuk memperoleh kemurnian Cu yang lebih tinggi, tembaga blister
dielektrolisis dengan elektrolit CuSO4

(aq)

. Pada elektrolisis, sebagai electrode

negatif (katode) adalah tembaga murni dan sebagai electrode positif (anode)
adalah tembaga blister.

10. Cara Pembuatan Zink


Logam seng telah diproduksi dalam abat ke-13 di Indina dengan mereduksi
calamine dengan bahan-bahan organik seperti kapas. Logam ini ditemukan
kembali di Eropa oleh Marggraf di tahun 1746, yang menunjukkan bahwa unsur
ini dapat dibuat dengan cara mereduksi calamine dengan arang. Bijih-bijih seng
yang utama adalah sphalerita (sulfida), smithsonite (karbonat), calamine (silikat)
dan franklinite (zine, manganese, besi oksida). Satu metoda dalam mengambil
unsur ini dari bijihnya adalah dengan cara memanggang bijih seng untuk
membentuk oksida dan mereduksi oksidanya dengan arang atau karbon yang
dilanjutkan dengan proses distilasi.

B. Sifat Fisis Dan Kimia Unsur-Unsur Periode Ke Empat

Unsur

transisi

periode

keempat

mempunyai

sifat-sifat

khas

yang

membedakannya dari unsur golongan utama.


1.

Sifat Logam
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia
maupun dalam sifat fisis. Harga energi ionisasi yang relative rendah (kecuali
seng yang agak tinggi), sehingga, mudah membentuk ion positif. Demikian pula,
harga titik didih dan titik lelehnya relative tinggi (kecuali Zn yang membentuk TD
dan TL relative rendah). Hal ini disebabkan orbital subkulit d pada unsure transisi
banyak orbital yang kosong atau tersisi tidak penuh. Adanya orbital yang kosong
memungkinkan

atom-atom

membentuk

ikatan

kovalen

(tidak

permanen)

disamping ikatan logam. Orbital subkulit 3d pada seng terisi penuh sehingga titik
lelehnya rendah. Bandingkan dengan unsure utama yang titik didih dan titik
lelehnya juga relative rendah.
2.

Sifat Magnet
Adanya elektron-elektron

yang

tidak

berpasangan

pada

sub

kulit

menyebabkan unsur-unsur transisi bersifat paramagnetic (dapat ditarik oleh


medan magnet) seperti : Sc, Ti, V, Cr dan Mn. Makin banyak electron yang tidak
berpasangan, maka makin kuat pula sifat paramagnetknya. Unsur yang memiliki
elektron berpasangan (Zn dan Cu) bersifat diamagnetic (tidak tertarik oleh
medan magnet. Unsur Fe, Co, Ni bersifat Ferromagnetic meski logam ini
dijauhi medan magnet, tetapi induksi magnet logam ini tidak hilang.

3.

Titik Didih dan Titik Leleh


Titik didih dan titik leleh unsur transisi meningkat dari 1.541C (Skandium)
sampai 1.890C (Vanadium), kemudian turun sampai 1.083 C (Tembaga) dan
420 C (Seng).

4.
a.

Konfigurasi Elektron
Jari-Jari Atom
Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin
bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik
intinya, Sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke inti semakin kecil.

b.

Energi Ionisasi
Perubahan senergi ionisasi dari Sc sampai ke Zn tidak terlalu besar seperti
halnya pada unsur-unsur golongan utama. Kecilnya perubahan tersebut juga
disebabkan oleh konfigurasi elektronnya, yaitu bahwa penambahan electron dari
Sc sampai ke Zn masuk pada kulit ketiga.

5.

Bilangan Oksidasi
Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beberapa
tingkat oksidasi. Senyawa-senyawa unsur transisi di alam ternyata mempunyai
bilangan oksidasi lebih dari satu. Adanya bilangan oksidasi lebih dari satu ini
disebabkan mudahnya melepaskan elektron valensi. Dengan demikian, energi
ionisasi pertama, kedua dan seterusnya memiliki harga yang relatif lebih kecil
dibanding unsur golongan utama.
Walaupun unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi, keteraturan
dapat dikenali. Bilangan oksidasi tertinggi atom yang memiliki lima elektron
yakni jumlah orbital d berkaitan dengan keadaan saat semua elektron d (selain
elektron s) dikeluarkan. Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi elektron
(n-1)d1ns2, bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1)d 5ns2, akan
berbilangan oksidasi maksimum +7.
Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan
konfigurasi elektron (n-1)d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3.
Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah
logam transisi penting seperti kobal Co, Nikel Ni, tembaga Cu dan zink Zn lebih
rendah dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n1)d dan
ns-nya. Di antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin
tinggi bilangan oksidasi semakin penting untuk unsur-unsur pada periode yang
lebih besar.

6.

Membentuk Senyawa-Senyawa Berwarna


Senyawa unsur transisi (kecuali scandium dan seng), memberikan bermacam
warna baik padatan maupun larutannya. Warna senyawa dari unsure transisi
juga berkaitan dengan adanya orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh.
Peralihan electron yang terjadi pada pengisian subkulit d (sehingga terjadi
perubahan bilangan oksidasi) menyebabkan terjadinya warna pada senyawa
logam transisi.
Senyawa dari Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong,
serta senyawa dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi penuh,
sehingga tidak terjadi peralihan elektron.

Warna senyawa logam transisi dengan berbagai bilangan oksidasi:

7.

Membentuk Ion Kompleks


Ion kompleks adalah ion yang terdiri atas atom pusat dan ligan. Biasanya
atom pusat merupakan logam transisi yang bersifat elektropositif dan dapat
menyediakan orbital kosong sebagai tempat masuknya ligan. Contohnya ion besi
(III) membentuk ion kompleks [Fe(CN)6].
Ligan yang merupakan basa Lewis sekurang-kurangnya harus mempunyai
sepasang elektron bebas dalam orbital ikatan. Perbandingan besarnya ligan dan
atom pusat menentukan jumlah ligan maksimum yang dapat diikat. Jumlah
ikatan kovalen koordinasi yang dapat terbentuk pada pembentukan kompleks
disebut bilangan koordinasi dari ion pusat. Contohnya ion Cu2+ mempunyai
bilangan koordinasi 4 dalam [Cu(H2O)4]2+, [Cu(NH3)4]2+, dan dalam [CuCl4]2.
Ion Fe3+ mempunyai bilangan koordinasi 6 dalam [Fe(H2O)6]3+, [FeF6]3, dan
dalam [Fe(CN)6]3. Adapun Ag+ mempunyai bilangan koordinasi 2 dalam
[Ag(NH3)2]+, dan dalam [Ag(CN)2].

1)
a.

Aturan penamaan senyawa koordinasi:


Berikut merupakan tata nama senyawa atau ion kompleks menurut IUPAC.
Penamaan Ligan
Beberapa ligan diberi nama khusus.
Contoh
NH3 = amin NO = nitrosil
H2O = aqua CO = karbonil

b.

Logam anion diberi nama yang umum dan diberi akhiran -o.
Contoh
F = fluoro CN = siano
Cl = kloro OH = hidrokso
Br = bromo CO32 = karbonato
CH3COO = asetato C2O42 = oksalato

c.

Alkil diberi nama seperti tata nama alkana.


Contoh

CH3 = metil C6H5 = fenil

d.

Ligan yang menggunakan nama biasa tanpa diberi spasi


Contoh
(CH3)2SO4 = dimetilsulfatsida
C5N2N = piridin
(C6H5)3P = trifenilfosfin

e. Ligan N2 dan O2 disebut dinitrogen dan dioksigen

2)

Untuk menyebut banyaknya ligan yang sejenis digunakan awalan Yunani


(misalnya di-, tri-, tetra-, penta-, heksa-).

3)

Nama atom pusat diikuti bilangan oksidasinya yang ditulis dengan angka
romawi.

4)

Untuk kompleks berupa kation atau molekul netral maka nama atom pusat
tidak berubah. Adapun senyawa berupa anion kompleks negatif maka nama
atom pusat diakhiri dengan -at).
Contoh
Kompleks kation:
[Cu(NH3)4]2+ = ion tetraamin tembaga (II)
[Ag(NH3)2]+ = ion diamin perak (I)
[Co(NH3)4Cl2]+ = ion tertraamin diklorokobalt (III)

Kompleks netral:
[Co(NH3)4(H2O)CN]Cl2 = tetraamin aquasianokobalt (II) klorida
[Co(NH3)5CO3]Cl = pentaamin karbonatokobalt (II) Klorida

8.

Keaktifan Katalik
Salah satu sifat penting unsur transisi dan senyawanya, yaitu kemampuannya
untuk menjadi katalis-katalis reaksi-reaksi dalam tubuh. Kemampuan unsure
transisi

mengkatalisasi

suatu

reaksi

diperkirakan

karena

unsur

transisi

mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Di dalam tubuh, terdapat enzim


sitokrom oksidase yang berperan dalam mengoksidasi makanan. Enzim ini dapat
bekerja bila terdapat ion Cu2+. Beberapa logam transisi atau senyawanya telah
digunakan secara komersial sebagai katalis pada proses industri seperti TiCl 3
(Polimerasasi alkena pada pembuatan plastic), V 2O5 (proses kontak pada
pembuatan margarine), dan Cu atau CuO (oksidasi alcohol pada pembuatan
formalin).

C.

Kegunaan Unsur-Unsur Transisi Periode Keempat

1. Kegunaan skandium
sebagai komponen pada lampu listrik yang berintensitas tinggi.

2. Kegunaan Titanium
Sebagai bahan kontruksi, karena mempunyai sifat fisik
Sebagai badan pesawat terbang dan pesawat supersonic
Sebagai pigmen putih, bahan pemutih kertas, kaca, keramik, dan kosmetik

3. Kegunaan Vanadium
Banyak digunakan dalam industry-industri, yaitu:
Untuk membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan yang
tinggi seperti per mobil dan alat mesin berkecepatan tinggi

Untuk membuat logam campuran

4. Kegunaan Kromium
Logam kromium banyak digunakan dalam bidang industry
Logam kromium dapat dicampur dengan besi kasar membentuk baja yang
bersifat keras dan permukaanya tetap mengkilap.
Kromium digunakan untuk penyepuhan, karena indah, mengkilap, dan tidak
kusam
Larutan kromium (III) oksida, dalam asam sulfat pekat, adalah oksidator kuat
yang biasanya digunakan untuk mencuci alat-alat laboratorium.
5. Kegunaan Mangan
Untuk produksi baja
Menghilangkan warna hijau pada gelas yang disebabkan oleh pengotor besi
Banyak tersebar dalam tubuh yang merupakan unsure yang penting untuk
penggunaan vitamin B1.

6. Kegunaan Besi
Membuat baja
Banyak digunakan di dalam pembuatan alat-alat keperluan sehari-hari seperti,
cangkul, pisau, sabit, paku, mesin, dan sebagainya.

7. Kegunaan kobalt
Larutan Co2+ digunakan sebagai tinta rahasia untuk mengirim pesan dan juga
dalam system peramalan cuaca
8.

Kegunaan Nikel
Pembuatan electrode baterai, dan keramik
Zat tambahan pada besi tuang dan baja, agar mudah ditempa dan tahan karat
Pelapis besi (pernekel)
Sebagai katalis

9. Kegunaan Tembaga
Bahan kabel listrik
Bahan uang logam
Untuk bahan mesin tenaga uap
10. Kegunaan Zink
Bahan cat putih
Pelapis lampu TL
Layar TV dan monitor computer
Campuran logam dengan metal lain

Anda mungkin juga menyukai