Anda di halaman 1dari 12

Cara Pembuatan Vanadium

Produksi vanadium sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja. Dalam penggunaannya
vanadium dibentuk sebagai logam campuran besi. Fero vanadium mengandung 35% - 95%
vanadium. Ferrovanadium dihasilkan dengan mereduksi V205 dengan pereduksi campuran silicon
dan besi. SiO2 yang dihasilkan direaksikan dengan CaO membentuk kerak CaSiO3(l). reaksinya
sebagai berikut.
2 V205(s) + 5Si(s) => { 4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)
SiO2(s) + CaO(s) => CaSiO3
Kemudian ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO3.

4. Cara Pembuatan Kromium


Krom merupakan salah satu logam yang terpenting dalam industri logam dari bijih krom
utama yaitu kromit, Fe(CrO2)2 yang direduksi dapat dihasilkan campuran Fe dan Cr disebut
Ferokrom.
Reaksinya sebagai berikut :
Fe(CrO2)2(s) +4C(s) => Fe(s)+2Cr(s) + 4CO(g)
Ferokrom ditambahkan pada besi membentuk baja.
Ferrovanadium potongan
Kebanyakan vanadium digunakan sebagai ferrovanadium sebagai aditif untuk
meningkatkan baja. Ferrovanadium dihasilkan secara langsung dengan mengurangi
campuran vanadium oksida, oksida besi dan besi dalam tanur listrik. Vanadium-
bantalan magnetit bijih besi merupakan sumber utama untuk produksi vanadium.
Para vanadium berakhir di babi besi dihasilkan dari bantalan vanadium magnetit.
Selama produksi baja, oksigen yang tertiup ke babi besi, mengoksidasi karbon dan
sebagian besar kotoran lain, membentuk terak. Tergantung pada bijih yang
digunakan, yang terak berisi sampai dengan 25% dari vanadium.
Logam vanadium diperoleh melalui proses multilangkah yang diawali dengan
pemanggangan bijih hancur dengan NaCl atau Na 2 CO 3 pada sekitar 850 ° C
untuk memberikan natrium metavanadate (NaVO 3).
Sebuah ekstrak berair padat ini adalah diasamkan untuk memberikan "kue merah",
sebuah polyvanadate garam, yang dikurangi dengan kalsium logam. Sebagai
alternatif untuk produksi skala kecil, vanadium pentoxide berkurang dengan
hidrogen atau magnesium. Banyak metode-metode lain juga digunakan, dalam
semua yang vanadium dihasilkan sebagai hasil sampingan proses-proses lain.
Pemurnian vanadium dimungkinkan oleh proses bar kristal dikembangkan oleh Ini
melibatkan pembentukan logam iodida, dalam contoh ini vanadium (III) iodida, dan
dekomposisi berikutnya untuk menghasilkan logam murni.

LOGAM VANADIUM DAN KROMIUM (KIMIA ANORGANIK)


BAB II
PEMBAHASAN
A. Kecendrungan Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)
1. Kecendrungan Vanadium
Logam ini barangkali memang sulit dijumpai secara langsung di sekeliling kita, logam ini
mempunyai kenampakan bersianar cemerlang, cukup lunak sehingga mudah untuk dibentuk
seperti pembuluh, mempunyai titik leleh 1915°C dan titik didih 3350°C serta tahan terhadap
korosi. Vanadium dapat bergabung dengan karbon di dalam baja, membentuk senyawa
V4C3 yang merupakan butiran–butiran halus terdispersi dan membuat baja menjadi lebih tahan
lama dan tahan sobekan bahkan pada temperatur tinggi, sehingga lebih baik daripada baja besi.
Penambahan karbon kira-kira 10% mengakibatkan kenaikan titik leleh yang sangat menyolok,
menjadi kira-kiara 2700°C.
Dengan sifat semacam ini produksi vanadium sebagian besar (-80%) digunakan sebagai
logam aditif pada baja khususnya untuk keperluan baja yang tahan goncangan pada kecepatan
tinggi, disamping itu dipakai sebagai paduan dengan logam alumunium dengan presentase
sekitar 10%berat.
Kandungan vanadium dalam batu-batuan pada kerak bumi diduga sekitar 136 ppm yang
merupakan unsur transisi terbanyak kelima setelah besi (Fe), titanium(Ti) mangan(Mn), dan
Zirkon (Zr) logam ini terdapat dalam kira-kira 60 macam mineral bersama-sama dengan logam-
logam lain. Mineral yang penting sebagai sumber logam vanadium yaitu patronit VS yang
merupakan suatu polisufida. Karena mudah bergabung dengan oksigen, logam ini juga terdapat
pada berbagai mineral vanadat seperti pada :
Vanadiat yaitu timbal (II)n klorida vanadat, PbCl2.3Pb3(VO4)2
Karnoit yaitu kalium uranil vanadat, K(UO2)(VO4).1,5 H2O dan
Vanadinit yaitu Pb5(VO4)3Cl.
Dengan konfigurasi elektronik [18Ar] 3d3, 4s2, atom vanadium dapat ,melepaskan 2 sampai
5 elektron menghasilkan tingkat oksidasi +2, +3, +4 atau +5. Kemudahan melepaskan elektron
tentu saja berkaitan dengan kedudukan vanadium sebagai awal anggota deret transisi dimana
tarikan inti terhadap elektron – elektron “d” masih relatif lemah , demikian juga berkaitan
dengan atom-atom yang berikatan yaitu yang bersifat sangat elektronegatif seperti oksigen, dan
senyawanya menjadi bersifat kovalen atau dalam bentuk senyawa kompleks. Vanadium dengan
tingkat oksidasi tertinggi (V+5) ini tentu saja bersifat sebagai oksidator yang baik, dan dapat
dipakai sebgai kataloisator pada industri asam sulfat.[1]
2. Kecendrungan Kromium
Kromium adalah logam yang kuat dan bercahaya serta sangat tahan terhadap korosi.
Karena itu, logam ini dipakai untuk pelindung besi dari proses korosi. Lapisan kromium pada
besi dapat dibuat dengan elektrolisis (penyepuhan). Kromium terdapat dalam baja anti karat
(stainless steel) yang biasa mengandung 19% kromium, 9% nikel, dan yang lainnya besi.[2]
Disamping itu kromium merupakan logam masif, berwarna putih perak, dan lembek jika
muerni dengan titik leleh kira-kira 1900°C dan titik didih kira-kira 2690°C. Logam ini sangat
tahan terhadap korosi, karena reaksi dengan udara menghasilkan lapisan Cr2O3 yang bersifat
tidak berpori sehingga mampu melindungi logam yang terlapisi dari serangan reaksi lebih lanjut.
Kromium bereaksi dengan asam (non oksidator) menghasilkan Cr (II), tetapi dengan asam
oksidator reaksi menjadi terhambat dengan terbentuknya lapisan krom(II) oksida.
Atom kromium dengan konfigurasi elektronik terluar 3d5, 4s1 (setengah
penuh)mempunayi tiga macam tingkat oksidasi yang utama yaitu +2, +3 (paling stabil) dan +6.
Dengan demikian kromium sangat banyak terdapat sebagai senyawanya.[3]
Biloks +2 merupakan ion Cr2+ yang berwarna biru dalam larutan dan sangat mudah
dioksidasi menjadi +3 yang merupakan biloks yang sangat stabil.
Senyawa krom(III) yang sangat penting adalah senyawa oksidanya, Cr2O3 yang merupakan
zat warna hijau yang sangat stabil. Zat ini dapat digunakan untuk mewarnai cat, bahan atap dari
scrap, semen dan plaster.
Ion krom(III) membentuk banyak ion kompleks yang stabil dan dalam air berada dalam
bentuk ion kompleks yang berwarna violet Cr (H2O)63+. Ion ini membentuk garam krom(III)
yang berwarna violet.
Reaksinya :
Cr(H2O)63+(aq) + 3OH-(aq) → Cr(H2O)3(OH)3(s) + 3H2O
Krom yang biloks +6 membentuk oksida CrO3 yang merupakan oksidator kuat dan
merupakan anhidrida asam dari asam kromat H2CrO4. Dalam larutan yang sangat asam
H2CrO4merupakan zat yang penting. Apabila pH nya naik akan terbentuk dua macam zat salah
satu zat berupa ion kromat yang berwarna kuning CrO42-dan ion dikromat Cr2O72- yang berwarna
merah orange. Keduanya adalah oksidator kuat dan keduanya berada dalam bentuk
kesetimbangan
2CrO42- + 2H+ ↔ Cr2O72- + H2O
Menurut prinsip Le Chartetier Cr2O72- lebih menonjol pada pH rendah dan CrO42-
merupakan zat yang menonjol pada pH tinggi.[4]
Ion dikromat bersifat isoelektronik dengan managan (VII) oksida, yaitu cairan merah yang
eksplosit. Spesies yang mengandung kromium yang isoelektronik dengan MnO4- ialah ion
kromat CrO42-.[5]
Logam kromium relatif jarang, di dalam kerak bumi kandungannya diduga kira-kira hanya
0,0122% atau 122ppm, lebih rendah daripada Vanadium.

B. Sifat-sifat Fisis dan Kimia Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)


1. Sifat Fisis
1.1 Sifat Fisis Vanadium
Karakteristik Umum
Nama unsure Vanadium
Simbol V
Nomor atom 23
Kategori Unsur Logam Transisi
Grup, periode, blok 5, 4, d
Warna Logam biru-abu-abu-keperakan
Massa Atom 50.9415(1) g·mol−1
Konfigurasi Elektron [Ar]3d3 4s2

Sifat-Sifat Fisis
Fasa Padat
Massa Jenis 6.11 g/cm3
Titik leleh 2183 K (1910 °C, 3470 °F)
Titik Didih 3680 K (3407 °C, 6165 °F)
Kalor pembentukan 21.5 kJ·mol−1
Kalor Penguapan 459 kJ·mol−1
Kapasitas kalor (25 °C) 24.89 J·mol−1·K−1
Tabel 1. Sifat Fisis Vanadium

1.2 Sifat Fisis Kromium


Kromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1,sangat keras,mempunyai titik leleh dan
titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih unsure-unsur transisi deret pertama
lainnya.Bilangan oksidasi terpenting adalah +2,+3,+6.[6]
Tabel 2. Sifat Fisis Kromium
Massa Jenis 7,15 g/cm3 (250C)
Titik Lebur 2180 K, 19070C, 3465 ° F
Titik Didih 2944 K, 26710C, 4840 ° F
Entalpi Peleburan 20,5 kJ mol -1
Panas Penguapan 339 kJ mol -1
Entalpi Atomisasi 397 kJ mol -1
Kapasitas Kalor (250C) 23,25 J/mol.K
Konduktivitas Termal 94 W m -1 K -1
Koefisien ekspansi termal 4,9 x 10 -6 K -1
linier
Kepadatan 7,140 kg m -3
Volum Molar 7,23 cm 3
Sifat Resistivitas listrik 12,7 10 -8 Ω m

2. Sifat Kimia
2.1 Bilangan Oksidasi
Tabel 3. Bilangan Oksidasi Vanadium dan Kromium
Nomor Golongan
VB VIB
Vanadium (V) Cromium (Cr)
+1, +2, +3, +4, +5 +2, +3, +6

Jadi, dapat dikatakan bahwa vanadium dan cromium memiliki bilangan oksidasi yang lebih
dari satu, pada umumnya, hal ini disebabkan oleh elektron yang tidak hanya keluar dari subkulit
s, tetapi juga dari subkulit d yang ada di bawahnya. Angka-angka bilangan oksidasi yang berada
di atas yang dicetak tebal merupakan bilangan oksidasi yang paling stabil.[7] Beberapa catatan
penting tentang tingkat oksidasi unsur vanadium dan cromium yaitu:
a. Tingkat oksidasi yang paling umum dari V dan Cr adalah +3.
b. V dan Cr memiliki tingkat oksidasi tertinggi jika berikatan dengan unsur yang sangat
elektronegatif, seperti O dan F.
c. Pada tingkat oksidasi yang tinggi (+4 ke atas), V dan Cr tidak lagi membentuk ion
sederhana . Sebaliknya, V dan Cr akan membentuk senyawa kovalen atau ion
poliatom .[8]

2.2 Konfigurasi Elektron


Tabel 4. Konfigurasi elektron Vanadium dan Kromium
VB VIB
V Cr
[Ar] [Ar]

Dalam upaya mencapai konfigurasi gas mulia, V dan Cr akan melepas elektron-elektron di
subkulit s dan d-nya. Karena jumlah elektron di subkulit d yang tergolong banyak, maka
dibutuhkan energi yang lebih besar untuk melepas elektron-elektron tersebut.[9]
Dalam pengisian orbital ternyata ada beberapa penyimpangan, yaitu:
Cr [Ar] seharusnya [Ar]
Penyimpangan itu terjadi akibat tingkat energi elektron tersebut lebih rendah dari yang
seharusnya. Menurut hasil spektroskopi: penyimpangan pada Cr adalah dimana konfigurasi
inilah yang paling stabil. Konfigurasi elektron cenderung stabil apabila d atau s-nya terisi penuh
atau setengah penuh .
Sifat fisika dan kimia unsur V dan Cr ditentukan oleh konfigurasi elektronnya. Tingkat
energi orbital d dan s kulit terluarnya hampir sama, sehingga terjadi kombinasi orbital d dan s
dalam konfigurasi elektronnya. Bila unsur ini melepaskan elektron, maka yang pertama keluar
adalah elektron pada orbital s, karena yang terlemah, dan kemudian diikuti oleh orbital d.
Akibatnya, unsur ini dapat melepaskan satu, dua, tiga elektron.[10]

2.3 Sifat Magnetik


Sifat magnetik suatu unsur disebabkan keberadaan elektron tidak berpasangan di dalam
orbital atomnya. Kemungkinan adanya elektron tidak berpasangan cenderung ditemui pada atom
dari unsur dengan subkulit yang terdiri dari banyak orbital, yakni subkulit d dan f. Kita ketahui
bahwa V dan Cr memiliki elektron-elektron tidak berpasangan dalam orbital-orbital di
subkulit d-nya. Hal ini menyebabkan unsur-unsur ini menjadi mudah tertarik ke medan magnet
luar.
Tabel 5 V dan Cr yang elektronnya tidak memiliki pasangan elektron.
Nomor Unsur Jumlah e orbital
atom di
subkulitd
4s 3d 4s 3d
23 V 2 3 ↑↓ ↑ ↑ ↑
24 Cr 1 5 ↑ ↑↑↑↑↑
Dapat dikatakan bahwa V dan Cr adalah termasuk paramagnetik, yaitu sifat zat yang
dimiliki zat yang mempunyai setidaknya 1 elektron tidak berpasangan (↑).[11]

2.4 Warna unsur.


Vanadium : banyak warna dalam senyawa.
Cromium : putih perak

C. Persenyawaan Oksida Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)


1. Senyawa Oksida Vanadium[12]
a. Vanadium Pentoksida
V2O5 bewarna kuning- oranye. Dapat diperoleh dari pemanasan vanadat, NH4VO3menurut
persamaan reaksi sebagai berikut:
2NH4VO3 NH3 + V2O5 + H2O
Padatan V2O5 hasil ini mempunyai titik leleh kira- kira 650 . Membeku pada pendinginan
dengan membentuk kristal- kristal yang berbentuk jarum. Oksida ini juga dapat diperoleh
dengtan penambahan larutan asam encer kedalam larutan amonium vanadat:
2NH4VO3 + H2SO4 (NH4 )2SO4 + V2O5 + H2O
Kelarutan oksida ini dalam air sangat kecil (kira- kira 0,007 gr/L), dan V2O5 lebih bersifat
amfoterik, oleh karena itu larut dalam basakuat, misalnya natrium hidroksida, dengan
menghasilkan ion panadat (yang tak bewarna). Jika kedalam larutan ini kemudian ditambahkan
asam hingga kira- kira pH 6,5, larutan menjadi oranye cemerlang dan jika penambahan asam
diteruskan hingga kira- kira pH 2, ternyata diperoleh endapan bewarna coklat(V2O5), tetapi
endapan ini larut kembali pada penambahan asam lebih lanjut dengan membentuk ion kompleks
dioksida vanadium.
b. Vanadium Dioksida
VO2 bewarna biru tua diperoleh dari reduksi moderat V2O5. Bersifat amfoterik seperti halnya
V2O5 larut dalam kelarutan yang sama banyak baik dalam asam maupun basa. Dalam basa kuat
larut dengan membentuk iopn vanadat (IV), namun rumusan ionnya kurang begitu jelas.
c. Vanadium Trioksida
V2O3 bewarna hitam, dapat diperoleh dari reduksi V2O5 dengan H2 atau CO. Bersifat basa oleh
karena itu dengan asam bereaksi menghasilkan ion V3+ yang bewarna hijau.
V2O3 + H3O+ 2 V3+ + 9 H2O
d. Vanadium Oksida
VO juga bewarna hitam, dapat diperoleh dari reduksi V2O3 dengan logamnya, V. Bersifat basa
seperti halnya V2O3, larut dalamm asam membentuk ion V2+ yang bewarna violet.

2. Senyawa Oksida Kromium


a. Kromium (III) Oksida
Cr2O3 bewarna hijau dan dapat diperoleh dari dekomposisi termal amonium dikromat, reaksi:
(NH4)2CrO7 Cr2O3 + N2 + 4H2O
b. Kromium Trioksida
CrO3 bewarna merah tua. Kromium trioksida sangat mudah larut dalam air menghasilkan ion
kromat , namun ion kromat ini mengalami perubahan struktur menjadi ion dikromat. Reaksi:
CrO3 + 3H2O [CrO4] 2- + H3O+

c. Kromium (IV) Oksida


Dapat diperoleh dengan reduksi CrO3 secara hidrotermal. Reaksi:
CrO3 + H2 CrO2 + H2O
d. Kromium (VI ) Oksida
Dapat diperoleh dengan penambahan asam sulfat pada alkali dikromat, reaksi:
K2Cr2O7 + H2SO4 2CrO3 + K2SO4 + H2O
Seperti halnya pada oksida vanadium, sifat basa oksida (hidroksida)kromium menurun atau
sifat asam naik dengan naiknya tingkat oksidasi, oleh karena itu Cr2O3, demikian juga
Cr(OH)3bersifat amfoterik. Seperti halnyta oksida dan hidroksida aluminium, sedangkan
CrO3 bersifat asam. Hal ini dapat dipahami bahwa Cr(IV) mempunyai jari- jari ionik pendek dan
kerapatan muatan menjadi tinggi sehingga mempunyai kecendrungan yang lebih besar sebagai
akseptor elektron, dengan demikian bersifat asam.[13]

D. Ekstraksi Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)


1. Ekstraksi Vanadium
Langkah pertama ekstraksi logam ini yaitu vanadium dalam bentuk oksidanya V2O5 dari
bijihnya melalui berbagai macam proses dan reaksi. Untuk itu biasanya ditemuh prosedur umum
dengan pemanggangan (roasting) bijih-bijih yang dapat diremukkan atau diresidu vanadium
dengan garam NaCl atau N2CO3 pada temperatur kira-kira 850°C. Tahap ini akan
menghasilkan natrium vanadat, Na3VO4 yang kemudian diluluhkan dengan air. Pengasaman
dengan asam sulfat hingga pH =2-3 akan menghasilkan padatan “ roti merah” polivanadat, dan
pemanggangan langsung pada temperatur kira-kira 700°C akan menghasilkan padatan hitam
V2O5.
Langkah selanjutnyayaitu proses reduksi yang pada garis besarnya dibedakan dalam dua
perlakuaan berdasarkan tujuannya. Jika dikehendaki hasilnya untuk keperluan zat adiktif pada
baja, mka reduksi dilakukan dalam tanur listrik dengan penambahan biji besi, silikon, dan kapur,
CaO; hasilnya yaitu ferovanadium dengan kadar vanadium (35-95%) yang dapat dipisahkan dari
ampas atau kerak CaSiO3 menurut persamaan reaksi sebagai berikut:

2V2O5 + 5Si + Fe + 5CaO V + e + 5 CaSiO3


Untuk digunakan sebagai zat aditif pada baja, ferovanadium dapat langsung dipakai tanpa
pemurnian lebih lanjut.
Jika diinh=ginkan logam vanadium murni, reduksi V2O5 dapat dilakukan dengan kalsium
dimana lelehan logam vanadium dapat dipisahkan dari kerak CaO.

V2O5 + 5Ca 2V(l) + 5CaO(s)


Untuk bahan dasar yang mengandung vanadium(II) klorida misalnya, logam vanadium
dengan kemurnian tinggi dapat diperoleh melalui elektrolisis dengan proses van Arkel-de Boer
dimana garam vanadium klorida yang sudah dimurnikan diuapkan dan didekomposisi melalui
kawat panas dalam keadaan vakum.

2. Ekstraksi Kromium
pada dasarnya terdapat dua macam cara ekstraksi kromium berdasarkan penggunaannya, yaitu
sebagai paduan ferokrom(Cr-Fe) dan sebagai logam murni Cr.
1. Ferokrom dibuat dari reduksi kromit dengan batubara (C) dalam tanur listrik; ferokrom dengan
kandungan karbon rendah dapat doperoleh dari reduksi kromit dengan menggunakan ferosilikon
sebagai ganti batu bara. Hasil paduan Cr-Fe ii dapat digunakan secra langsung sebagai bahan
aditif baja kromium steiless. Persamaan reaksinya yaitu:

FeCr2O4 + C 2Cr + Fe + 4CO(g)


2. Kromium murni dapat diperoleh melalui tahap-tahap berikut. Pertama bijih kromit dalam lelehan
alkali karbonat dioksidasi dalam udara untuk memperoleh natrium kromat, Na2CrO4. Kedua
peluluhan dan pelarutan Na2CrO4. Ketiga reduksi Cr2O3dengan alumunium (proses alumino
termit) dengan silikon. Persamaan reaksinya yaitu:

FeCr2O4 + 2Na2CO3 + O2(g) 2Na2CrO4(aq) + 2CO2(g) + Fe(s)


2Na2CrO4(aq) + H2O → Na2Cr2O7(s) + 2NaOH(aq)
Na2Cr2O7 + 2C Cr2O3 + Na2CO3 + CO(g)

Cr2O3 + 2Al 2Cr(l) + Al2O3(s)

2Cr2O3 + 3Si 4Cr(l) + 3SiO2(s)[14]

E. Kegunaan Logam Golongan 5 dan 6 (V dan Cr)


1. Vanadium
Vanadium banyak digunakan dalam industri-industri, seperti[15]:
a. Untuk membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan yang tinggi seperti per
mobil dan alat mesin berkecepatan tinggi.
b. Untuk membuat logam campuran.
c. Oksida vanadium (V2O5) digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam sulfat dengan proses
kontak.
2. Kromium
Logam kromium dan senyawanya banyak digunakan dalam bidang industri.
a. Logam kromium dapat dicampur dengan besi kasar (pig iron) membentuk baja yang sifatnya
keras dan permukaannya tetap mengkilap.
b. Krom seperti ferrrokrom dapat juga dicampur dengan besi kasar membentuk baja yang sifatnya
tahan karat. Ferrokrom dapat dibuat dari reduksi kromit (FeCr2O4) dengan karbon dalam tungku
listrik.
Reaksi pembuatannya:
FeCr2O4(s) + 4C —> Fe(s) + 2Cr(s) + 4 CO(g).
c. Larutan K2Cr2O7 atau kromium (III) oksida, CrO3, dalam asam sulfat pekat, adalah oksidator
kuat yang biasanya digunakan untuk mencuci alat-alat laboratorium.
d. Na2Cr2O7.2H2O digunakan dalam penyamakan kulit, menghasilkan kulit sama, kromium
membentuk senyawa yang tidak melarut dengan protein dalam kulit.
e. Senyawa kromium dapat juga diganakan sebagai pigmen, yaitu PbCrO4 (kuning kromium) dan
Cr2O3 (hijau kromium).[16]
f. Kromium (VI) dan kromium (III) digunakan untuk menyepuh logam
(electroplating).electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan
menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam
pelapis ke material yang hendak dilapisi
g. Pengawet Kayu.
Pengawetan kayu untuk perumahan dan gedung adalah suatu proses memasukkan bahan
pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan
organisme perusak kayu sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu.
Bahan Pengawet:
a. CCB adalah tembafa-khrom-boron
b. CCF adalah tembaga-khrom-flour
h. Kromium dapat berperan sebagai pewarna, pencelup, dan cat. Dalam bidang industri kimia,
Kromium berguna sebagai bahan dasar pembuatan pigmen cat/warna karena Kromium
mengandung komponen warna merah, kuning, orange, dan hijau.
i. Zat Warna
Kromium digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yang kerap
digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida yang kedalamnya
dimasukkan kromium. timbal khromat berwarna kuning krom, merupakan pigmen yang sangat
berharga. Senyawa krom digunakan dalam industri tekstil sebagai mordan atau penguat warna.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Vanadium merupakan logam yang mempunyai kenampakan bersianar cemerlang, cukup
lunak sehingga mudah untuk dibentuk seperti pembuluh, mempunyai titik leleh 1915°C dan titik
didih 3350°C serta tahan terhadap korosi.
Kromium adalah logam yang kuat dan bercahaya serta sangat tahan terhadap korosi.
Karena itu, logam ini dipakai untuk pelindung besi dari proses korosi. Kromium mempunyai
konfigurasi electron 3d54s1,sangat keras,mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik
leleh dan titik didih unsure-unsur transisi deret pertama lainnya.Bilangan oksidasi terpenting
adalah +2,+3,+6.
Dan adapun persenyawaan Oksida Vanadium adalah:
a. Vanadium Pentoksida
b. Vanadium Dioksida
c. Vanadium Trioksida
d. Vanadium Oksida
Sedangkan persenyawaan oksida kromium adalah sebagai berikut:
a. Kromium (III) Oksida
b. Kromium Trioksida
c. Kromium (IV) Oksida
d. Kromium (VI ) Oksida
Ekstraksi logam vanadium dalam bentuk oksidanya V2O5 dari bijihnya melalui berbagai
macam proses dan reaksi. Untuk itu biasanya ditemuh prosedur umum dengan pemanggangan
(roasting) bijih-bijih yang dapat diremukkan atau diresidu vanadium dengan garam NaCl atau
N2CO3 pada temperatur kira-kira 850°C. Pada dasarnya terdapat dua macam cara ekstraksi
kromium berdasarkan penggunaannya, yaitu sebagai paduan ferokrom(Cr-Fe) dan sebagai logam
murni Cr

Anda mungkin juga menyukai