Anda di halaman 1dari 25

A.

Sejarah

Kromium adalah suatu unsur kimia


dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. Cr
merupakan unsur pertama dalam golongan
6, dan berada di periode 4. Kromium
sebagai unsur logam pertama kali
ditemukan pada tahun 1797, namun
sejarahnya justru dimulai beberapa dekade

Figure 1 Johann Gottlob Lehmann sebelum ini.


Pada tahun 1761, Johann Gottlob Lehmann mengunjungi Mines Beresof
dimana dia memperoleh sampel dari mineral merah-orange yang disebutnya
ujung merah Siberia. Setelah kembali ke St. Petersburg pada 1766, ia
menganalisis meneral cmineralI, yaitu sebuah kromat timbal (PbCrO4).
Pada tahun 1770, Peter Simon Pallas juga mengunjungi Pertambangan
Beresof, kemudian penggunaan timbal merah Siberia sebagaipigmen cat
cepat dihargai dan itu ditambang baik sebagai kolektor item serta untuk
industri cat – kuning cerah yang terbuat dari cepat crocoite menjadi warna
modis untuk kereta bangsawan di Prancis dan Inggris.
Pada tahun 1797, Nicholas-Louis Vauquelin melakukan penellitian lebih
lanjut mengenai unsur logam baru (kromium) dan terdeteksi jejak unsur
kromium dalam permata memberikan karakteristik warna merah batu
delima dan zamrud hijau khas, serpentine, dan mika krom.
Figure 2 Peter Simon Pallas Figure 3 Nicholas-Louis Vauquelin

B. Keberadaan di alam

Di alam kromium tidak dapat ditemukan sebagai logam bebas. Selain


ditemukan dalam biji kromit (FeCr2O3), kromium juga dapat ditemukan di
PbCrO4, yang merupakan mineral kromium yang banyak ditemukan di Rusia,
Brasil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat
ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut.

Figure 2 Kromit (FeCr2O3) Figure 3 Crocoite (PbCrO4)

Kromit merupakan satu-satunya mineral yang menjadi sumber logam


kromium, memiliki sifat antara lain:
 berwarna hitam
 berbentuk kristal massif hingga granular
 memiliki sistem kristal octahedral
 memiliki goresan berwarna coklat kekerasan 5,5 (skala mohs)
 berat jenis 4,5 – 4,8
Komposisi kimia kromit sangat bervariasi karena terdapat usur-unsur lain
yang mempengaruhinya, sehingga berdasarkan perbandingan Cr:Fe, kromit
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kromit kaya krom, kaya aluminium, dan
kaya besi.

Bentuk yang paling kromium adalah kromium (0), kromium (III) dan
kromium (VI). Kromium (0) dan (VI) umumnya dihasilkan dari proses industri.
Sedangkan kromium (III) terdapat di alam secara alamiah dan merupakan
salah satu unsur nutrisi penting bagi manusia.
C. Sifat

1. Sifat Fisik Kromium


Massa Jenis 7,15 g/cm3 (250C)
Titik Lebur 2180 K, 19070C, 3465 ° F
Titik Didih 2944 K, 26710C, 4840 ° F
Entalpi Peleburan 20,5 kJ mol -1
Panas Penguapan 339 kJ mol -1
Entalpi Atomisasi 397 kJ mol -1
Kapasitas Kalor (250C) 23,25 J/mol.K
Konduktivitas Termal 94 W m -1 K -1
Koefisien ekspansi termal linier 4,9 x 10 -6 K -1
Kepadatan 7,140 kg m -3
Volum Molar 7,23 cm 3
Sifat Resistivitas listrik 12,7 10 -8 Ω m

2. Sifat Kimia Kromium

Nomor Atom 24
Massa Atom 51,9961 g/mol
Golongan, periode, blok VI B, 4, d
Konfigurasi elektron [Ar] 3d5 4s1
Jumlah elektron tiap kulit 2, 8,13, 1
Afinitas electron 64,3 kJ / mol -1
Ikatan energi dalam gas 142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.
Panjang Ikatan Cr-Cr 249 pm
Senyawa beracun dan mudah terbakar

Beberapa sifat lain dari logam kromium:

 Logam berwarna putih, keras


 Tahan terhadap korosi
 Larut dalam asam-asam mineral (HCl, H2SO4)
 Pada temperature yang terkontrol dapat bereaksi dengan unsur halogen,
belerang silicon, boron, nitrogen, karbon dan oksigen.
1. Reaksi kromium dengan udara
Logam kromium tidak bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu
kamar.

2. Reaksi kromium dengan air


Logam kromium tidak bereaksi dengan air pada suhu kamar.

3. Reaksi kromium dengan halogen

a. Fluorida

Kromium bereaksi langsung dengan fluorin, F2, pada suhu 400°C, dan
200 - 300 atmosfer untuk membentuk kromium (VI) fluorida, CrF6

Cr (s) + 3 F2 (g) → CrF6 (s) [kuning]

Di bawah kondisi ringan, kromium (V) bereaksi dengan fluorida,


membentuk CrF5.

2 Cr (s) + 5 F2 (g) → 2 CrF5 (s) [merah]

2 Cr (s) + 3 F2 (g) → 2 CrF3 (s) [hijau]

Selain membentuk kromium heksafluorida (CrF6), kromium trifluorida


(CrF3), dan kromium pentafluorida (CrF5), reaksi kromium dengan
fluorida juga dapat membentuk kromium difluorida (CrF2) dan kromium
tetrafluorida (CrF4).

b. Klorida

Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi


dengan unsur klorin (Cl2) membentuk CrCl3.

2 Cr (s) + 3 Cl2 (g) → 2 CrCl3 (s) [merah-violet]


Selain membentuk kromium triklorida (CrCl3), reaksi kromium dengan
klorida juga dapat membentuk kromium diklorida (CrCl2) dan kromium
tetraklorida (CrCl4).

c. Bromida

Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi


dengan unsur bromida (Br2) membentuk CrBr3.

2Cr (s) + 3 Br2 (g) → 2 CrBr3 (s) [sangat hijau]

Selain membentuk kromium tribromida (CrBr3), reaksi kromium dengan


bromida juga dapat membentuk kromium dibromida (CrCl2) dan
kromium tetrabromida (CrCl4).

d. Iodida

Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi


dengan unsur iodida (I2) membentuk CrI3.

2Cr (s) + 3 I2 (g) → 2 CrI3 (s) [hijau gelap]

Selain membentuk kromium triiodida (CrI3), reaksi kromium dengan


iodida juga dapat membentuk kromium diiodida (CrI2) dan kromium
tetraiodida (CrI4).

4. Reaksi kromium dengan asam

Logam kromium larut dalam asam klorida encer membentuk larutan Cr(II)
serta gas hidrogen (H2). Dalam keadaan tertentu, Cr(II) hadir sebagai ion
kompleks [Cr(OH2)6]2+. Hasil yang sama terlihat untuk asam sulfat, tetapi
kromium murni tahan terhadap serangan. Logam kromium tidak bereaksi
dengan asam nitrat (HNO3).

Contoh reaksi kromium dengan asam klorida :

Cr(s) + 2 HCl (aq) → Cr 2+ (aq) + 2 Cl - (aq) + H2 (g)


5. Oksida
Reaksi kromium dengan oksida dapat membentuk beberapa senyawa,
diantaranya : Kromium dioksida (CrO2), Kromium trioksida (CrO3),
Dikromium trioksida (Cr2O3), dan Trikromium tetraoksida (Cr3O4).

6. Sulfida
Reaksi kromium dengan sulfida dapat membentuk beberapa senyawa,
diantaranya : Kromium sulfida (CrS) dan Dikromium trisulfida (Cr2S3).

7. Nitrida
Reaksi kromium dengan nitrida dapat membentuk senyawa kromium
nitrida (CrN).

8. Karbonil
Reaksi kromium dengan karbonil dapat membentuk senyawa kromium
heksakarbonil (Cr(CO)6). Kromium juga dapat bereaksi dengan unsur
tertentu membentuk senyawa kompleks, misalnya reaksi kromium dengan
kompleks nitrat membentuk nitrat heksaaquakromium trihidrat,
[Cr(NO3)3.9H2O].
D. Pembuatan

Untuk produksi kromium murni, kandungan besi dari kromit harus


dipisahkan dari kromium dalam dua tahap proses pemanggangan dan
pelindian (leaching). Bijih kromit dipanaskan dengan campuran kalsium
karbonat dan natrium karbonat dengan adanya udara. Kromium dioksidasi
menjadi bentuk heksavalennya, sementara besi membentuk Fe 2O3 yang
stabil. Pelindian selanjutnya pada suhu yang lebih tinggi melarutkan
kromat dan meninggalkan oksida besi yang tidak larut. Kromat diubah
menjadi dikromat menggunakan asam sulfat. Dikromat dikonversi menjadi
kromium(III) oksida melalui reduksi dengan karbon dan kemudian direduksi
dalam suatu reaksi aluminotermik menjadi kromium

Persamaan reaksi:

4FeCr2O4 + 8Na2CO3 + 7O2 4Na2CrO4 + 2Fe2O3 + 8O2

2Na2CrO4 + H2SO4 Na2Cr2O7 + Na2SO4 + H2O

Na2Cr2O7 + 2C Cr2O3 + Na2CO3 + CO

Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr

Pada proses ini menghasilkan Kromium dengan kemurnian 97-99%.

Figure 4 Proses Aluminotermi


E. Persenyawaan

Senyawa komponen krom berwarna. Kebanyakan senyawa kromat yang


penting adalah natrium dan kalium, dikromat, dan garam amonium dari
campuran aluminium dengan krom . Dikromat bersifat sebagai zat oksidator
dalam analisis kuantitatif, juga dalam proses pemucatan kulit. Senyawa
lainnya banyak digunakan di industri seperti timbal kromat berwarna kuning,
merupakan pigmen yang sangat berharga. Senyawa krom digunakan dalam
industri tekstil sebagai mordan atau penguat warna. Dalam industri
penerbangan dan lainnya, senyawa krom berguna untuk melapisi aluminium.

1. Senyawaan Biner
Halida anhidrat Cr (II) diperoleh melalui reaksi HCI, HBr, atau I2 kepada
logam pada 600 sampai 700oC, atau melalui reduksi dengan H2 pada 500
sampai 600⁰C. CrCl2 larut dalam air memberikan larutan biru ion Cr2+.
Triklorida CrCl3 yang ungu kemerahan di buat dengan aksi SOCl2 pada
klorida terhidratnya. Bentuk bersepih dari CrCl3 disebabkan oleh struktur
lapisannya.

Krom (III) klorida membentuk adduct dengan ligan donor. CrCl3 dalam
THF (Tetrahidrofuranat) adalah materi yang berguna bagi pembuatan dari
senyawaan kromium lainnya seperti senyawaan karbonil.

Oksida α-Cr2O3 hijau yang terbentuk pada pembakaran Cr dalam O2,


akan terdekomposisi termal menjadi CrO3. Oksida hidrat bersifat amfoter
dan mudah larut dalam asam menghasilkan [Cr(H2O)6]3+. Jika dalam basa
pekat akan membentuk kromit.

Kromium oksida adalah katalis yang penting bagi berbagai reaksi yang
luas. Kromium (VI) oksida, CrO3 diperoleh sebagai endapan merah
kejinggaan pada penambahan asam sulfat ke dalam Na2Cr2O7. Secara
termal tidak stabil (di atas titik lelehnya) dan kehilangan O2 menghasilkan
Cr2O3. Strukturnya terdiri atas rantai tidak terhingga dari tetrahedral CrO4
yang menggunakan sudut-sudutnya. Ia larut dalam air dan sangat beracun.

Interaksi CrO3 dan zat-zat organik adalah kuat dan bisa meledak. Tetapi
CrO3 digunakan dalam kimia organik sebagai pengoksidasi dan biasanya
dalam asam asetat sebagai pelarut.

2. Kromium (I)

Figure 5 Kromium (I) hidat

Sebagian besar senyawa Cr (I) diperoleh melalui oksidasi kompleks


Cr(0) oktahedral yang kaya akan elektron. Kompleks Cr (I) lainnya
mengandung ligan siklopentadienil. Sesuai verifikasi menggunakan difraksi
sinar-X, ikatan kuintupel Cr-Cr (panjang 183,51 pm) telah pula
dideskripsikan. Ligan monodentat yang sangat besar menstabilkan
senyawa ini dengan melindungi ikatan kuintupel dari reaksi lebih lanjut.
Kromium (I) hidrida dengan rumus CrH telas diisolasi dalam matriks ga
padat, dan hidrida molekul sangat reaktif.
3. Kromium (II)

Figure 6 Kromium (II) klorida

Banyak senyawa kromium (II) yang diketahui, termasuk kromium


(II) klorida (CrCl2) yang stabil dalam air dan dapat dibuat melalui reduksi
kromium (III) klorida dengan seng. Larutan biru terang yang dihasilkan
hanya stabil pada pH netral. Banyak karboksilat kromo (nama trivial untuk
ion kromium(II)) yang diketahui, terutama kromo asetat (Cr2O2CCH3)4)
yang berwarna merah dan memiliki ikatan kuadrupel.

4. Kromium (III)
Kromium adalah logam transisi anggota golongan 6. Kromium
mempunyai konfigurasi elektron [Ar] 3d5 4s1, karena energi yang lebih
rendah dari konfigurasi spin tinggi. Kromium menunjukkan rentang tingkat
oksidasi yang lebar, dengan +3 adalah yang paling stabil. Keadaan +3 dan
+6 adalah yang paling umum dalam senyawa kromium, sementara +1, +4,
dan +5 jarang.
Keadaan oksidasi 3 adalah yang paling stabil, dan sejumlah besar
senyawa krom (III) yang diketahui. Kromium (III) dapat diperoleh dengan
melarutkan unsur kromium dalam asam seperti asam klorida atau asam
sulfat. Ion Cr3+ memiliki jari-jari yang sama (0.63 Å) dengan ion Al3+ (jari-jari
0,50 Å). Sehingga mereka dapat menggantikan satu sama lain dalam
beberapa senyawa, seperti dalam tawas krom dan tawas aluminium.
Ketika jumlah jejak Cr3+ menggantikan Al3+ di korundum (Al2O3),
terbentuklah ruby yang berwarna merah.
Kromium cenderung membentuk ion kompleks. Ion kromium
dalam air biasanya octahedral yang dikoordinasikan dengan molekul air
untuk membentuk hidrat. Yang tersedia secara komersial adalah kromium
(III) klorida hidrat, kompleks yang berwarna hijau tua [CrCl2(H2O)4]Cl, tetapi
dua bentuk lain yang dikenal yaitu hijau pucat [CrCl(H2O)5]Cl2, dan ungu
[Cr(H2O)6]Cl3. Jika air hijau bebas krom (III) klorida dilarutkan dalam air
maka larutan hijau berubah menjadi ungu setelah beberapa waktu. Karena
terjadi penggantian air untuk klorida di dalam lingkup koordinasi. Reaksi
semacam ini juga terjadi pada tawas.

Figure 7 Kromium (III) klorida Figure 8 Kromium (III) klorida anhidrat


heksahidrat
5. Garam Kromium (III)

Figure 9 Kromium (III) oksida

Reaksi sebaliknya dapat dirangsang dengan memanaskan larutan.


Kromium (III) hidroksida (Cr(OH)3) adalah amfoter, larut dalam asam
membentuk [Cr(H2O)6]3+ dan dalam larutan basa membentuk [Cr(OH)6]3-.
Selanjutnya mengalami dehidrasi dengan pemanasan untuk membentuk
krom (III) oksida (Cr2O3) berwarna hijau yang merupakan oksida stabil
dengan struktur kristal identik dengan korundum.

6. Kromium (IV)

Figure 10 Kromium (IV) oksida

Senyawa Kromium (IV) (dalam bilangan oksidasi 4) sedikit lebih


stabil daripada senyawa kromium (V). Tetrahedral CrF4, CrCl4, dan CrBr4
dapat diproduksi oleh pereaksi trihalida (CrX3) dengan kelebihan jumlah
halogen yang sesuai pada temperatur tinggi. Sebagian besar senyawa
rentan terhadap reaksi dan tidak stabil dalam air.

7. Kromium (V)

Figure 11 Potassium Tetraperoxochromate (V), (K3[Cr(O2)4])

Satu-satunya senyawa biner yang sangat volatil adalah Krom (V)


fluorida (CrF5). Padatan merah ini memiliki titik lebur 30°C dan titik didih
117°C, serta dapat disintesis oleh fluorin dengan kromium pada 400°C dan
tekanan 200 bar. Peroxokromat kalium (K3[Cr(O2)4]) dibuat dengan
mereaksikan kalium kromat dengan hidrogen peroksida pada temperatur
rendah. Senyawa coklat merah ini stabil pada suhu kamar tetapi terurai
secara spontan pada 150-170 °C.

8. Kromium (VI)

Kromium (VI) merupakan senyawa oksidan yang kuat (kecuali


heksafluorida), mengandung oksigen sebagai ligan (seperti anion kromat
(CrO42-) dan chromyl klorida (CrO2Cl2)).Di industri, kromat dihasilkan
dengan pemanasan oksidatif dari bijih kromit dengan kalsium atau natrium
karbonat.
Figure 12 Kromium (VI) oksida

Kromium (VI) dalam larutan dapat dideteksi dengan


menambahkan asam peroksida. Biru gelap yang tidak stabil dari kromium
(VI) peroksida (CrO5) terbentuk, dapat distabilkan sebagai adduct eter CrO5
atau Asam kromat yang memiliki rumus H2CrO4. Baik asam kromat maupun
dikromat dapat diisolasi, tapi anion keduanya ditemukan dalam berbagai
senyawa kromat maupun dikromat. Hal ini dapat diproduksi dengan
mencampurkan asam sulfat dengan dikromat, dan merupakan agen
oksidasi yang sangat kuat.

9. Pembentukan Senyawa Kompleks


Kromium (III) dapat membentuk banyak kompleks khususnya
kromium dengan bilangan koordinasi 6. Hal ini disebabkan karena adanya
kelembapan kinetik yang relatif dalam larutan aqua (Cotton dan Wilkinson,
2007). Hal tersebut mendorong para kimiawan klasik untuk menyintesis
maupun mengisolasi senyawa kompleks dengan melibatkan kromium.
Selain itu, persenyawaan kromium dapat bertahan dalam larutan, bahkan
jika secara termodinamika pun tidak stabil.
Kromium (III) dapat membentuk kompleks dengan warna yang
menarik. Misalnya ion kompleks [Cr(H2O)6]3+. Pada kompleks ini perubahan
warna Cr(III) sangat menarik, yaitu berwarna ungu. Akan tetapi bila
dipanaskan akan menjadi hijau karena diakibatkan karena terbentuknya
kompleks seperti [Cr(H2O)4Cl2]+ dan [Cr(H2O)5SO4]+. Pada suhu kamar,
kompleks yang berwarna hijau akan terurai dan kembali menjadi warna
ungu (Hiskia, 2001).
Contoh senyawa kromium (II) yang stabil adalah kromium (II)
klorida (CrCl2), yang dapat dibuat dengan mereduksikan kromium (III)
klorida dengan seng. Warna biru cerah yang dihasilkan hanya pada larutan
netral yang stabil pada pH ketika larutan sangat murni. Kromium sangat
terkenal karena kemampuannya untuk membentuk lima ikatan kovalen
berlipat. Produk dari suatu reaksi antara kromium (I) dan sebuah
hidrokarbon radikal ini ditampilkan melalui difraksi sinar-X untuk memuat
lima ikatan berlipat dengan panjang 183,51 am (1,835 Å) bergabung
dengan dua atom pusat krom. Sangat besar ligan monodentat untuk
menstabilkan senyawa ini dengan melindungi ikatan yang berlipat lima dari
reaksi lebih lanjut
F. Kegunaan
1. Digunakan untuk mengeraskan baja, untuk pembuatan stainless steel, dan
untuk membentuk paduan.
2. Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang indah dan
keras, serta untuk mencegah korosi.
3. Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud.
4. Digunakan sebagai katalis, seperti K2Cr2O7 yang merupakan agen oksidasi
dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit.
5. Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning.
6. Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordan.
7. Industri menggunakan kromit untuk membentuk batu bata, karena
memiliki titik lebur yang tinggi, ekspansi termal sedang, dan struktur kristal
yang stabil.
8. Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme
glukosa.
9. Digunakan untuk aplikasi medis, seperti 51Cr yang digunakan untuk
mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
10. Digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa
PbCrO4.
11. Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warnanya
kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal
aluminium oksida yang ke dalamnya dimasukkan kromium.
12. Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil
pembakaran amonium dikromat ((NH4)2Cr2O7), yang berisi pelet dari raksa
tiosianat (HgCNS).
13. Penggunaan utama kromium adalah sebagai paduan logam seperti pada
stainless steel, chrome plating, dan keramik logam.
14. Chrome plating pernah digunakan untuk memberikan lapisan keperakan
seperti cermin pada baja.
15. Kromium digunakan dalam metalurgi sebagai anti korosi dan pemberi
kesan mengkilap.
16. Digunakan pada pewarna dan cat, untuk memproduksi batu ruby sintetis
17. Sebagai katalis dalam pencelupan dan penyamakan kulit.
18. Kromium (IV) oksida (CrO2) digunakan untuk pembuatan pita magnetik.
G. Identifikasi

1. Pemisahan Kation Golongan 3 (Al3+, Cr3+, Fe2+, Mn2+)

a) Dengan larutan amonia terjadi endapan abu-abu hijau sampai abu-abu


biru seperti gelatin dari kromium hidroksida yang larut sedikit dalam
reagensia berlebihan.
Cr3+ + 3 NH3 +3 H2O → Cr(OH)3 + 3 NH4+
Cr(OH)3 + 6 NH3 → Cr(NH3)6 3+ + 3 OH-
b) Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan abu-abu hijau
dari kromium hidroksida.
Cr3+ + 3 OH- → Cr(OH)3
c) Dengan larutan natrium karbonat terbentuk endapan abu-abu hijau dari
kromium hidroksida.
2Cr3+ + 3 CO32- + 3 H2O → 2 Cr(OH)3 + 3 CO2 ↑
d) Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan abu-abu hijau dari
kromium hidroksida.
2Cr3+ + 3 S2- + 6 H2O → 2 Cr(OH)3 + 3 H2S ↑
e) Dengan larutan natrium asetat tidak terbentuk endapan dalam larutan
netral dingin walaupun dengan mendidihkan.

Figure 12 Endapan Cr(OH)3


2. Uji Mutiara Boraks

a. Cara Kerja
1. Kawat yang telah dibengkokkan dipanaskan pada nyala api bunsen
hingga membara.
2. Masukan kawat yang membara tersebut ke dalam bubuk boraks
dengan cepat.
3. Bubuk yang menempel dinyalakan pada api terpanas. Garam
tersebut akan membesar ketika melepaskan kristal air. Kemudian
garam tersebut akan menyusut menjadi seukuran lingkar kawat
membentuk manik mirip kaca tembus pandang yang terdiri dari
suatu campuran natrium metaborat dan anhidrat boraks.

Na2B4O7 → 2 NaBO2 + B2O3

4. Manik tersebut kemudian dibasahi dan dibenamkan pada zat yang


dibubuk halus sehingga sedikit zat itu akan menempel pada manik.
5. Manik dan zat yang menempel mula-mula dipanaskan pada nyala
api reduksi, dinginkan dan amati warnanya.
6. Kemudian panaskan kembali manik dan zat nyala api pengoksidasi,
dinginkan dan amati warnanya.
7. Setelah selesai manik dilepaskan dari kawatnya.

b. Hasil Pengamatan

Nyala oksidasi : Gelap kuning (panas), hijau (dingin).

Nyala reduksi : Hijau (panas dan dingin).


H. Aplikasi untuk Industri
1. Penyamakan Kulit dengan Mineral Krom
Kulit merupakan salah satu jenis material fleksibel yang dapat
dimanfaatkan untuk membuat jaket, sepatu, tas, serta beberapa item
pelengkap fashion lainnya. Karakteristik kulit yang fleksibel dan tahan lama
dapat diperoleh melalui proses penyamakan dengan sejumlah bahan
tertentu, salah satunya yaitu dengan bahan penyamak mineral yang
berasal dari logam kromium.

Bahan penyamak mineral yang berasal dari logam kromium biasa


disebut dengan penyamak krom, seperti Cr2O3 (produk komersial dengan
merek Chromosal-B) dan Zirkonium. Dimana jenis garam krom yang biasa
digunakan dalam industri penyamakan kulit yaitu berupa garam krom
kompleks bervalensi 3.

Figure 13 Bahan Penyamak Krom

Penyamakan krom umumnya di mulai dengan pH rendah atau keadaan


asam yaitu antara pH 2 sampai pH 3. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk
proses penyamakan krom berkisar antara 4 sampai 8 jam bahkan lebih
tergantung dari tebal tipisnya kulit.

Pengujian tingkat kematangan kulit dapat dilakukan dengan


memasukkan bahan kulit yang dimaksud dalam air mendidih selama 2
menit. Jika terjadi pengkerutan tidak lebih dari 10% itu berarti kondisi kulit
sudah masak.

Hasil akhir yang diperoleh dari penyamakan kulit dengan garam krom
pada dasarnya memiliki sejumlah keunggulan tersendiri.

 Bahan kulit yang dihasilkan mempunyai sifat fisik yang lembut dan
lentur.

 Kekuatan tariknya lebih tinggi dibandingkan dengan bahan kulit yang


dibuat dengan teknik penyamakan lainnya.

 Kulit yang disamak dengan garam krom cenderung stabil terhadap


bahan-bahan kimia kecuali alkali.

 Pada proses pengecatan dasar warna kulit yang dihasilkan tampak


cemerlang.

 Memiliki daya serap yang baik terhadap air dan udara.

 Proses dan waktu yang dibutuhkan untuk penyamakan kulit relatif


pendek.

 Bahan kulit cenderung tahan terhadap air maupun pencucian.

2. Pelapisan krom
Pelapisan krom adalah suatu perlakuan akhir menggunakan
elektroplating oleh kromium. Pelapisan dengan
krom dapat dilakukan pada berbagai jenis logam seperti besi, baja, atau
tembaga. Pelapisan krom juga dapat dilakukan pada
plastikatau jenis benda lain yang bukan logam, dengan persyaratan bahw
a bendatersebut harus dicat dengan cat yang mengandung logam sehingg
a dapat mengalirkan listrik.

Pelapisan krom menggunakan bahan dasar asam kromat, dan asam


sulfat sebagai bahan pemicu arus, dengan perbandingan campuran yang
tertentu. Perbandingan yang umum bisa 100:1 sampai 400:1. Jika
perbandingannya menyimpang dari ketentuan biasanya akan
menghasilkan lapisan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Faktor lain yang memperngaruhi proses pelapisan adalah


temperatur cairan dan besar arus listrik yang mengalir sewaktu melakuka
n pelapisan. Temperatur pelapisan bervariasi antara 35 °C sampai 60 °C
dengan besar perbandingan besar arus 18 A/dm2 sampai 27 A/dm2.
Elektroda yang digunakan pada pelapisan krom ini adalah timbal (Pb)
sebagai anoda (kutub positif) dan benda yang akan dilapis sebagai katoda
(kutub negatif).
Jarak antara elektroda tersebut antara 9 cm sampai 29 cm.
Sumber listrik yangdigunakan adalah arus searah antara 10 - 25
Volt, atau bisa juga menggunakan aki mobil.

Keterangan gambar :
a. Transformator
b. Bak proses
c. Plat anoda
d. Larutan penghantar
I. Dampak Terhadap Lingkungan

Kromium memasuki lingkungan melalui proses alami dan aktivitas


manusia. Kenaikan Chromium III disebabkan oleh pembuatan kulit, tekstil,
dan baja. Kromium VI memasuki lingkungan melalui beberapa saluran yang
sama seperti pembuatan kulit dan tekstil, namun juga karena aplikasi industri
seperti pengecoran elektro dan pembuatan bahan kimia.

Kontaminasi air tanah dapat terjadi karena rembesan dari tambang kromat
atau pembuangan peralatan dan pasokan pertambangan yang tidak tepat,
dan pembuangan peralatan industri yang tidak tepat.

Kromium dapat mempengaruhi kualitas udara melalui pembuatan


batubara, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kontaminasi air atau
tanah. Kontaminasi air cukup terbatas pada air permukaan, dan tidak akan
mempengaruhi air tanah karena kromium sangat menempel pada tanah dan
umumnya terkandung di dalam lapisan lumpur yang mengelilingi atau dengan
penampungan air tanah.

Air yang terkontaminasi dengan kromium tidak akan terbentuk pada ikan
saat dikonsumsi, namun akan terakumulasi pada insang, sehingga
menyebabkan efek kesehatan negatif untuk hewan air. Hasil serapan
kromium meningkatkan angka kematian ikan akibat kontaminasi.

Saat dikonsumsi oleh hewan, efeknya bisa termasuk masalah pernafasan,


kemampuan yang lebih rendah untuk melawan penyakit, cacat lahir,
kemandulan dan pembentukan tumor.
DAFTAR PUSTAKA

https://blogs.uajy.ac.id/franstheowiranata/2015/03/02/proses-penambangan-
dan-manfaat-biji-kromit/ (diakses pada 6 September 2017)

https://www.academia.edu/7217211/MATERI_V_kromium_kelompok_5 (diakses
pada 7 September 2017 pukul 18.00 WIB)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kromium (diakses pada 9 September 2017 pukul


16.00 WIB)

https://www.academia.edu/9187316/Makalah_Kimia_Logam_Berat_Kromium_
DOSEN_PEMBIMBING_GANIS_FIA_SARTIKA_UNIVERSITAS_RIAU_FAKULTAS_MA
TEMATIKA_DAN_ILMU_PENGETAHUAN_ALAM (diakses pada 9 September 2017
pukul 14:22 WIB)

http://sainskimia.com/2017/06/07/sifat-pembuatan-dan-kegunanaan-unsur-
krom/ (diakses pada 9 September 2017 pukul 16.31 WIB)

https://www.britannica.com/technology/chromium-processing (diakses pada 9


September 2017 pukul 17.17 WIB)

https://fitinline.com/article/read/7-kelebihan-penyamakan-kulit-dengan-
mineral-krom/ (diakses pada 9 September 2017 pukul 23.17)

https://www.scribd.com/doc/110537073/Pelapisan-Krom (diakses pada 9


September 2017 pukul 01.15 WIB)

Anda mungkin juga menyukai