Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KIMIA LINGKUNGAN

KARTU IDENTITAS
KONTAMINAN/POLUTAN Cr

Oleh:
1. Ginanjar Budi L. (063194213)
2. Ria Anggraini (063194214)
3. Lely Susanti (063194216)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2009
KARTU IDENTITAS KONTAMINAN / POLUTAN

Nama Kontaminan / Polutan : Kromium


Alamat : Periode : 4
Golongan : VIB

1 Karakter (Sifat-Sifat Fisik)


Keterangan umum unsur:
-
Nama unsur , lambang, no. atom: Kromium, Cr, 24
-
Deret kimia: Logam transisi
-
Golongan, periode, blok: VIB, 4, d
-
Berat atom = 51.996 g/mol
-
Konfigurasi elektronik: [18Ar] 3d5 4s1
-
Jumlah elektron tiap kulit: 2, 8, 13, 1
-
Logam kromium:

Ciri-ciri fisik:
-
Fase: padat
-
Logam kristalin putih keperakan.
-
Keras tetapi rapuh
-
Tidak korosif
-
Keregangan tinggi
-
Titik leleh = 1900oC
-
Titik didih = 2690oC
-
Densitas/g cm-3 = 7.15 g/cm3
-
Kalor peleburan: 21.0 kJ/mol
-
Kalor penguapan: 339.5 kJ/mol
-
Kapasitas kalor: (25oC) 23.35 J/(mol.K)
-
Kelimpahan/ppm = 122 ppm

Ciri-ciri atom:
-
Struktur kristal: cubic body centered
-
Bilangan oksidasi: 6, 5, 4, 3, 2, 1, -1, -2
Bilangan oksidasi yang stabil ialah 6, 3, 2
-
Elektronegativitas = 1.66 (skala Pauling)
-
Energi ionisasi: ke-1: 652.9 kJ/mol
ke-2: 1590.6 kJ/mol
ke-3: 2987 kJ/mol
-
Jari-jari atom = 1.172Å
Daftar Pustaka

Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.


Sugiyarto, Kristian H. 2001. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Kimia FMIPA UNY.

www.wikipedia.com. Diakses tanggal 17 Oktober 2009

2. Sumber (Asal kontaminan / polutan)


-
Limbah industri pelapisan logam.
-
Limbah industri penyamakan kulit.
Industri penyamakan kulit yang menggunakan proses Chrome
Tanning menghasilkan limbah cair yang mengandung krom.
-
Industri pembakaran dan mobilisasi batu bara dan minyak bumi.

Daftar Pustaka

Manahan, Stanley E. 1994. Environmental Chemistry Sixth Edition. London:


Lewis Publisher CRC Pres. Inc.

3. Reaksi – reaksi yang relevan (Karakter kimia)


-
Logam Cr murni tidak penah ditemukan di alam. Logam ini
ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral
dengan unsur-unsur lain. Cr paling banyak ditemukan dalam
bentuk batuan besi krom atau kromit FeCr 2O4. Kromat dihasilkan
dari reaksi antara kromit dengan Na2CO3 di udara.
4FeCr2O4 + 8Na2CO3 + 7O2 → 8Na2CrO4 + 2Fe2O3 + 8CO2
Perubahan kromat menjadi dikromat dapat dilakukan dengan
menambahkan H2SO4.
Na2CrO4 + H2SO4 → Na2Cr2O7 + Na2SO4 + H2O
Dikromat direduksi menjadi Cr(III) dengan karbon, yang
kemudian direduksi dengan aluminium (proses aluminotermit).
Na2Cr2O7 + 2C → Cr2O3 + Na2CO3 + CO
Cr2O3 + 2Al → Al2O3 + 2Cr
-
Pada pH rendah (suasana asam), dikromat bersifat pengoksidasi
yang kuat.
Cr2O72- + 14H3O+ + 6e → 2Cr3+ + 21H2O Eo= 1.33V
Daftar Pustaka

Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore: Fong & Sons
Printers Pte. Ltd.

Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan oleh L. Setiono dan A.
Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:


Rinika Cipta.

4. Perubahan – perubahan Spesies (Karakter Kimia)


-
Proses-proses kimiawi yang berlangsung dalam badan perairan
terjadi peristiwa reduksi dari senyawa-senyawa Cr 6+ yang sangat
beracun menjadi Cr3+ yang kurang beracun.
-
Peristiwa reduksi yang terjadi atas senyawa Cr 6+ menjadi Cr3+
dapat berlangsung bila badan perairan berada dan atau
mempunyai lingkungan yang bersifat asam.
+ 8H+ + 3e- → Cr3+ + 4 H2O
-
Pada suasana basa, Cr3+ berubah menjadi krom heksavalen.
Reaksinya:
Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3↓
Cr(OH)3 + OH- [Cr(OH)4]-
2[Cr(OH)4]- + 3H2O2 + 2OH- → + 8H2O
-
CrO3 merupakan senyawa yang beracun dan korosif. CrO 3
biasanya dibuat dengan penambahan H2SO4.
Na2Cr2O7 + H2SO4 → 2CrO3 + Na2SO4 + H2O
Dengan pemanasan dengan suhu di atas 250 oC, CrO3 melepaskan
oksigen dan membentuk Cr2O3 yang berwarna hijau.
2CrO3 → 2CrO2 + O2
2CrO2 → Cr2O3 + ½ O2
-
Ada sedikit senyawa Cr(+V), namun senyawa tersebut tidak stabil
dan diuraikan menjadi Cr(+III) dan Cr(+VI). Contohnya, K 3CrO8
yang terbentuk dari NaCrO4 dan H2O2 dalam larutan basa.
-
Senyawa Cr3+ merupakan senyawa yang sangat penting dan stabil
dalam keadaan asam. Dan mudah teroksidasi menjadi Cr(+VI)
dalam keadaan basa.
Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3 → Cr2O3(H2O)n
-
Ion kromium(II) (atau kromo, Cr 2+) diturunkan dari kromium(II)
oksida, CrO. Ion Cr2+ agak tidak stabil, karena merupakan zat
pereduksi yang kuat.
Cr3+ + e → Cr2+ Eo = -0.41 V
Dalam larutan asam ion Cr2+ menguraikan air perlahan-lahan
dengan membentuk hidrogen. Oksigen dari atmosfer dengan
mudah mengoksidasikannya menjadi ion Cr3+.
Daftar Pustaka

Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore: Fong & Sons
Printers Pte. Ltd.

Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:


Rinika Cipta.

Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan oleh L. Setiono dan A.
Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

www. wikipedia.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2009.

Perpindahan (Jejak di Sistem dan Lingkungan air, udara


5.
atau tanah)
Kromium adalah unsur golongan transisi blok d yang banyak
digunakan dalam berbagai industri. Kromium dibuang ke lingkungan
sebagai limbah industri. Meskipun dapat terjadi dalam beberapa keadaan
oksidasi, hanya +3 dan +6 yang ditemukan dalam sistem lingkungan.
Senyawa Cr heksavalen(terutama kromat dan dikromat) dianggap beracun
baik di darat, perairan, tanah ataupun organisme. Kromium heksavalen
jauh lebih beracun daripada senyawa kromium trivalen. Hal tersebut
dikarenakan keduanya memiliki sifat kimia yang berbeda. Senyawa
kromium heksavalen merupakan pengoksidasi yang kuat dan sangat
mudah larut, sedangkan senyawa kromium trivalen cenderung
membentuk endapan pada pH yang mendekati netral. Pada keadaan
trivalen memiliki bentuk yang stabil dalam kesetimbangan dengan tanah
ataupun sistem air.
Logam Cr dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan, yaitu
pada perairan, tanah ataupun udara. Kromium masuk ke lapisan udara
yaitu salah satunya dari pembakaran dan mobilisasi batu bara dan minyak
bumi. Kromium di udara dalam bentuk debu dan atau partikulat-
partikulat. Debu dan partikel-partikel Cr tersebut dapat turun ke tanah
atau perairan karena di bawa oleh air hujan, angin, ataupun gaya gravitasi.
Kromium masuk ke tanah ataupun perairan dapat berasal dari
partikulat Cr yang jatuh dari udara ataupun dari limbah industri yang
dibuang ke tanah dan perairan. Berdasarkan Gambar 1, kromium masuk
ke tanah dan perairan dimulai dari senyawa Cr heksavalen yang
dilepaskan ke lingkungan, dimana dimungkinkan Cr tetap stabil dalam
keadaan heksavalen. Sehingga akan diambil oleh tanaman dan hewan,
diadsorpsi oleh koloid-koloid tanah yang melibatkan senyawa organik.
Senyawa kromium heksavalen yang masuk ke lingkungan ini akan diubah
dalam bentuk trivalen oleh donor elektron anorganik seperti Fe 2+ dan S2-
ataupun dengan bioproses bahan organik. Setelah diubah menjadi trivalen
diharapkan dapat membentuk oksida dan hidroksida ataupun membentuk
komplek dengan berbagai ligan. Kompleks Cr3+ larut seperti yang dibentuk
dengan sitrat, kemudian mengalami oksidasi ketika kontak dengan
mangan dioksida, dan kembali menjadi Cr heksavalen.

Gambar 1. Siklus Kromium


Daftar Pustaka
Barlett, Richmond J. 1991. Chromium Cycling in Soils and Water:
Links,Gaps, and Methods. Environmental Health Perspectives, (Online),
Vol.92, pp. 17-24 (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8029492). Diakses
tanggal 22 Oktober 2009.

Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:


Rinika Cipta.

Manik, Karden Eddy Sontang. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:


Djambatan.

6. Efek Toksikologi
-
Bila Cr terabsorpsi melalui lambung, kulit, atau alveoli paru-paru
akan timbul iritasi dan korosif.
-
Apabila terhirup (inhalasi) dan menyerap kromium valensi 6 akan
menimbulkan iritasi saluran pernapasan bagian atas, bersin,
gangguan hidung, terjadi penyempitan pembuluh darah, spasme
bronchus, asmatik attart dan dapat mengakibatkan penderita
meninggal dunia.
-
Keracunan kromium valensi 6 yang kronis mengakibatkan
gangguan lokal yang menonjol daripada gangguan secara umum.
-
Kromium valensi 6 diduga merupakan bronkhogenik (penyebab
kanker bronkhus).
-
Logam atau persenyawaan Cr yang masuk ke dalam tubuh akan
ikut dalam proses fisiologis atau metabolisme tubuh.
 Senyawa-senyawa ligan (piropospat, metionin, serin, glisin,
leusin, lisin, dan prolin) yang terdapat dalam tubuh dapat
mengubah Cr menjadi bentuk yang mudah terdifusi sehingga
dapat masuk ke dalam jaringan.
 Cr dapat mengkatalisis suksinat dalam enzim sitokrom
reduktase sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
beberapa reaksi biokimia lainnya dalam tubuh.
 Ion-ion Cr6+ dalam proses metabolisme tubuh akan
menghalangi atau mampu menghambat kerja enzim
benzopiren hidroksilase. Akibatnya terjadi perubahan dalam
kemampuan pertumbuhan sel, sehingga sel-sel menjadi
tumbuh secara liar dan tidak terkontrol, yang disebut dengan
kanker.
 Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa Cr3+ dapat
mengendapkan RNA dan DNA pada pH 7.
 Cr6+ dan Cr3+ dapat menyebabkan denaturasi pada albumin.
Daftar Pustaka
Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:
Rinika Cipta.

7. Identifikasi (Kualitatif)
-
Identifikasi Cr(VI) dalam ion kromat (CrO42-) berwarna kuning.
a. Penambahan asam. Kromat yang berwarna kuning akan
menjadi dikromat, berwarna jingga.
2CrO42- + 2H+ → Cr2O72- + H2O
b. Penambahan barium klorida/larutan nitrat. Terbentuk endapan
kuning barium kromat.
Ba2+ + CrO42- → BaCrO4
c. Penambahan larutan timbal(II) nitrat. Terbentuk PbCrO 4 yang
berwarna kuning.
Pb2+ + CrO42- → PbCrO4
-
Identifikasi kromium(III)
a. Penambahan larutan amonia. Terbentuk endapan seperti
gelatin yang berwarna abu-abu hijau sampai abu-abu biru,
yaitu kromium (III) hidroksida.
Cr3+ + 3NH3 + H2O → Cr(OH)3 + 3NH4+
b. Penambahan larutan natrium hidroksida. Terbentuk endapan
kromium(III) hidroksida.
Cr3+ + 3OH- → Cr(OH)3
c. Penambahan larutan natrium karbonat. Terbentuk endapan
kromium(III) hidroksida.
2Cr3+ + 3CO32- + 3H2O → 2Cr(OH)3 + 3CO2
d. Penambahan larutan natrium fosfat. Terbentuk endapan hijau
kromium(III) fosfat.
Cr3+ + HPO42- CrPO4 + H+
e. Penambahan larutan amonium sulfida. Terbentuk endapan
kromium(III) hidroksida.
2Cr3+ + 3S2- + 6H2O → 2Cr(OH)3 + 3H2S
Daftar Pustaka
Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore: Fong & Sons
Printers Pte. Ltd.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan oleh L. Setiono dan A.
Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar reaksi dan


8.
kerja instrumen / alat)
-
Metode analisis untuk penentuan konsentrasi logam diantaranya ialah
menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
-
Prinsip kerja SSA pada dasarnya adalah absorbsi cahaya oleh atom.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya.
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom
tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit
terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu
atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat gerakan
elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang
lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari
sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber
cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang
tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
-
Cara untuk menguji krom ialah ion kromium disuntikkan ke
dalam tungku karbon, lalu diatomisasikan dengan energi
elektrotermal, dengan melalui tahap pengeringan, pengabuan dan
pengatoman. Kromium dalam bentuk atom akan menyerap energi
radiasi elektromagnetik yang berasal dari lampu katoda berongga
dan besarnya serapan berbanding lurus dengan konsentrasi.
-
Penelitian yang berjudul Profil Kandungan Logam Berat Cadmium
(Cd) dan Krom (Cr) dalam Daging Kupang Beras (Tellina versicolor)
ini dalam mengukur kadar logam berat krom (Cr) dalam daging
kupang dimulai dengan pengukuran absorban larutan standart
krom (Cr) dengan spektrofotometri serapan atom (SSA).
Selanjutnya membuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan
absorban. Gambar kurva kalibrasi ditunjukkan pada gambar 2.

Kurva Standar Logam Berat Cr

0,9 y = 0,1x + 0,02


0,8 R2 = 0,9804
0,7
0,6
Absorban

0,5 Series1
0,4 Linear (Series1)
0,3
0,2
0,1
0
0 5 10
Kadar (ppm)

Gambar 2. Kurva Larutan Standar Krom


-
Cara menghitung kadar krom ialah sebagai berikut:
Pada pengukuran kadar logam berat krom (Cr) dalam daging
kupang dimulai dengan pengukuran absorban larutan standart
krom (Cr) dengan spektrofotometri serapan atom (SSA).
Selanjutnya berdasarkan data dibuat kurva kalibrasi antara
konsentrasi dengan absorban.
Berdasarkan kurva larutan standar Cr diatas selanjutnya
diperoleh formula persamaan garis regresi linier hubungan
antara konsentrasi larutan standar dengan absorban sebagai
berikut : Y = 0,11 X + 0,0012 dimana Y = absorban dan X =
konsentrasi dengan R2 = 0,984. Harga R2 sebesar 0,984 berarti
kurva kalibrasi tersebut mempunyai keakuratan dalam
penentuan konsentrrasi sebesar 98,4 % dan kesalahan 0,6 %.
Selanjutnya untuk menentukan kadar logam krom (Cr) dalam
sampel kupang, dilakukan pengukuran absorban dari larutan
sampel. Dari absorban sampel yang diperoleh maka kadar Cr
dapat diketahui dengan mensubstitusikan nilai absorban larutan
sampel ke persamaan regresi linier Y = 0,11 X + 0,0012.
Selanjutnya kadar krom (Cr) dalam daging kupang dihitung
dengan memperhatikan faktor penambahan akuades sampai
volume 50 ml dan berat sampel kering 8 gram.
Penentuan kadar logam berat krom (Cr) dalam daging kupang
beras berdasar berat kering, tertinggi 0,29 ppm dan terendah 0,18
ppm dengan rata-rata 0,23 ppm. Nilai KV tertinggi 19,44 % dan
terendah 8,28 %.
Presisi/ketelitian dinyatakan dengan koefisien variasi (KV).
KV = (s/x) x 100%
Keterangan :
KV = koefisien variasi, s adalah simpangan baku, dan x adalah
rata-rata kadar zat yang dianalisis.

Daftar Pustaka
Haryanto, Bayu. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). www.
google.com. Diakses 14 Oktober 2009.

Kurnianta, Moh. Jimmy. 2002. Profil Kandungan Logam Berat Cadmium


(Cd) dan Krom (Cr) dalam Daging Kupang Beras (Tellina versicolor)
(studi kasus pada kupang beras yang dipasarkan di pantai
kraton,Pasuruan).(Online). www.google.com. Diakses tanggal 22
Oktober 2009.
Perundang-undangan yang terkait dan tuntutan yang
9.
diberlakukan
1)Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907/MENKES/SK/VII/2002 ialah nilai ambang batas ion Cr3+ dalam air
adalah 0,05 ppm.

Daftar Pustaka
Suardana, I Nyoman. 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap
Ion Kromium(III). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains &
Humaniora,
(Online),http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF_Files/SAINS/AP
RIL_2008/I_Nyoman_Suardana.pdf. Diakses tanggal 14 Oktober 2009.

10. Ide-ide Penanganan (perventif dan kuratif)


Perventif:
-
Membangun instalasi pengolahan limbah cair (IPLC) sehingga
kualitas limbah cair yang dibuang ke perairan umum tidak
melampaui baku mutu yang berlaku.
-
Mengolah limbah cair industri sehingga dapat digunakan kembali
(sistem daur ulang).
Kuratif:
-
Menggunakan proses biosorpsi dengan memanfaatkan jamur
merang sebagai penyerap logam krom dalam limbah cair industri
pelapisan logam.
-
Menggunakan zeolit untuk mengadsorpsi ion Cr(III). Zeolit
merupakan mineral berpori yang penggunaannya didasarkan atas
kemampuannya melakukan pertukaran ion (ion excangher), adsorpsi
(adsorption) dan katalisator (catalyst). Zeolit memiliki bentuk kristal
yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke
segala arah yang menyebabkan luas permukaan zeolit sangat besar
sehingga sangat baik digunakan sebagai adsorben.
-
Pengendalian dapat dilakukan dengan menciptakan kondisi tanah,
yang menyebabkan logam berat tidak mobil (imobil) atau tidak
mudah larut, diantaranya adalah:
 Penambahan kapur dan bahan organik ke dalam tanah karena
akan meningkatkan reaksi (pH) tanah dan koloid-koloid tanah.
Reaksi tanah yang alkalis dapat menurunkan kelarutan logam
berat, sedangkan koloid-koloid tanah akan menjerap logam berat
sehingga mobilitasnya berkurang.
Daftar Pustaka

Helmi. 2005. Pemanfaatan Jamur Merang Untuk Menurunkan Kadar


Logam Krom Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam Dengan
Proses Biosorpsi.
(Online),http://digilib.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?
option=com_journal_review&id=8848&task=view. Diakses tanggal 14
Oktober 2009.

Manik, Karden Eddy Sontang. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:


Djambatan.

Suardana, I Nyoman. 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap


Ion Kromium(III). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains &
Humaniora,
(Online),http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF_Files/SAINS/AP
RIL_2008/I_Nyoman_Suardana.pdf. Diakses tanggal 14 Oktober 2009.

Anda mungkin juga menyukai