Anda di halaman 1dari 16

1

KARTU IDENTITAS KONTAMINAN/POLUTAN


Nama Kontaminan/Polutan
Alamat
1.

: Plumbum (Pb)
: Perioda .......
Golongan ..........

Karakter (sifat-sifat Fisik)

Daftar Pustaka

2.

Daftar Pustaka

Sumber (Asal kontaminan/polutan)

3.

Reaksi-reaksi yang Relevan (Karakter Kimia)

Daftar Pustaka

4.

Perubahan-perubahan Spesies (Karakter Kimia)

Daftar Pustaka

5.

Perpindahan (Jejak di Sistem & Lingkungan air,


udara, atau tanah)

Daftar Pustaka

6.

Efek Toksikologi

Daftar Pustaka

7.

Daftar Pustaka

Identifikasi (Kualitatif)

8.

Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar


reaksi dan kerja instrumen/alat)

Daftar Pustaka

9.

Perundang-undangan yang Terkait dan Tuntutan


yang diberlakukan

Daftar Pustaka

10.

Ide-ide Penanganan (preventif dan kuratif)

Daftar Pustaka

KARTU IDENTITAS KONTAMINAN / POLUTAN


Nama Kontaminan / Polutan

: Kromium

Alamat

: Periode

: 4

Golongan : VIB

Karakter (Sifat-Sifat Fisik)

Keterangan umum unsur:


-

Nama unsur , lambang, no. atom: Kromium, Cr, 24

Deret kimia: Logam transisi

Golongan, periode, blok: VIB, 4, d

Berat atom = 51.996 g/mol

Konfigurasi elektronik: [18Ar] 3d5 4s1

Jumlah elektron tiap kulit: 2, 8, 13, 1

Logam kromium:

Ciri-ciri fisik:
-

Fase: padat

Logam kristalin putih keperakan.

Keras tetapi rapuh

Tidak korosif

Keregangan tinggi

Titik leleh = 1900oC

Titik didih = 2690oC

Densitas/g cm-3 = 7.15 g/cm3

Kalor peleburan: 21.0 kJ/mol

Kalor penguapan: 339.5 kJ/mol

Kapasitas kalor: (25oC) 23.35 J/(mol.K)

Kelimpahan/ppm = 122 ppm

Ciri-ciri atom:
-

Struktur kristal: cubic body centered

5
-

Bilangan oksidasi: 6, 5, 4, 3, 2, 1, -1, -2


Bilangan oksidasi yang stabil ialah 6, 3, 2

Elektronegativitas = 1.66 (skala Pauling)

Energi ionisasi: ke-1: 652.9 kJ/mol


ke-2: 1590.6 kJ/mol
ke-3: 2987 kJ/mol

Jari-jari atom = 1.172


Daftar Pustaka

3
.

Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan.


Jakarta:
PT Gramedia
Pustaka
Utama.
Reaksi
reaksi yang
relevan
(Karakter kimia)
-Gabriel,
LogamJ. Cr
murniFisika
tidak Lingkungan.
penah ditemukan
di alam.
Logam ini
F. 2001.
Jakarta:
Hipokrates.
ditemukan
dalam
bentuk Kimia
persenyawaan
padat
atau
Sugiyarto,
Kristian
H. 2001.
Anorganik II.
Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan
Kimia FMIPA UNY
mineral
dengan unsur-unsur
lain.. Cr paling banyak
ditemukan dalam Diakses
bentuk tanggal
batuan 17
besi
krom 2009
atau kromit
www.wikipedia.com.
Oktober
FeCr2O4. Kromat dihasilkan dari reaksi antara kromit
dengan Na2CO3 di udara.
4FeCr2O4 + 8Na2CO3 + 7O2 8Na2CrO4 + 2Fe2O3 + 8CO2

2
Sumber (Asal kontaminan / polutan)
Perubahan kromat
menjadi dikromat dapat dilakukan
.
dengan
menambahkan
H2SO4.logam.
- Limbah
industri pelapisan
Na
CrO4 + H
Na2Cr2O7 + Nakulit.
- 2Limbah
industri
2SO4 penyamakan
2SO4 + H2O
Dikromat
menjadi
Cr(III)
karbon, yang
Industridireduksi
penyamakan
kulit
yangdengan
menggunakan
proses
kemudian
Chrome

direduksi
dengan
aluminium
Tanning menghasilkan
limbah

(proses
cair
yang

aluminotermit).
mengandung krom.
Na
Cr2O7 + pembakaran
2C Cr2O3 +dan
Na2CO
- 2Industri
mobilisasi
3 + CO batu bara dan minyak
Cr2O
bumi.
3 + 2Al Al2O3 + 2Cr
-

Pada

pH

rendah

(suasana asam),
Daftar Pustaka
pengoksidasi yang kuat.

dikromat

bersifat

Cr2O72- + Stanley
14H3O+ +
2Cr3+
+ 21H2O
Eo= 1.33V
Manahan,
E.6e1994.
Environmental
Chemistry
Sixth
PustakaCRC Pres. Inc.
Edition. London: Daftar
Lewis Publisher
Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore:
Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan oleh
L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman
Media Pusaka.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam
Berat. Jakarta: Rinika Cipta.

4
.

Perubahan perubahan Spesies (Karakter Kimia)


-

Proses-proses kimiawi yang berlangsung dalam badan


perairan terjadi peristiwa reduksi dari senyawa-senyawa
Cr6+ yang sangat beracun menjadi Cr3+ yang kurang
beracun.

Peristiwa reduksi yang terjadi atas senyawa Cr 6+ menjadi


Cr3+ dapat berlangsung bila badan perairan berada dan
atau mempunyai lingkungan yang bersifat asam.
CrO 24- + 8H+ + 3e- Cr3+ + 4 H O
2

Pada

suasana

basa,

Cr3+

berubah

menjadi

krom

heksavalen.
Reaksinya:
Cr3+ + 3OH- Cr(OH)3
Cr(OH)3 + OH-

[Cr(OH)4]-

2
2[Cr(OH)4]- + 3H2O2 + 2OH- 2CrO 4 + 8H2O

CrO3 merupakan senyawa yang beracun dan korosif. CrO 3


biasanya dibuat dengan penambahan H2SO4.
Na2Cr2O7 + H2SO4 2CrO3 + Na2SO4 + H2O
Dengan pemanasan dengan suhu di atas 250oC, CrO3
melepaskan oksigen dan membentuk Cr 2O3 yang berwarna
hijau.
2CrO3 2CrO2 + O2
2CrO2 Cr2O3 + O2

Ada sedikit senyawa Cr(+V), namun senyawa tersebut


tidak stabil dan diuraikan menjadi Cr(+III) dan Cr(+VI).
Contohnya, K3CrO8 yang terbentuk dari NaCrO4 dan H2O2

7
dalam larutan basa.
-

Senyawa Cr3+ merupakan senyawa yang sangat penting


dan stabil dalam keadaan asam. Dan mudah teroksidasi
menjadi Cr(+VI) dalam keadaan basa.
Cr3+ + 3OH- Cr(OH)3 Cr2O3(H2O)n

Ion

kromium(II)

(atau

kromo,

Cr2+)

diturunkan

dari

kromium(II) oksida, CrO. Ion Cr2+ agak tidak stabil, karena


merupakan zat pereduksi yang kuat.
Cr3+ + e Cr2+ Eo = -0.41 V
Dalam larutan asam ion Cr2+ menguraikan air perlahanlahan dengan membentuk hidrogen. Oksigen dari atmosfer
dengan mudah mengoksidasikannya menjadi ion Cr3+.
Daftar Pustaka
Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore:
Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam
Berat. Jakarta: Rinika Cipta.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan oleh
L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman
Media Pusaka.
www. wikipedia.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2009.

5.

Perpindahan (Jejak di Sistem dan Lingkungan air, udara


atau tanah)
Kromium adalah unsur golongan transisi blok d yang

banyak digunakan dalam berbagai industri. Kromium dibuang


ke lingkungan sebagai limbah industri. Meskipun dapat terjadi
dalam beberapa keadaan oksidasi, hanya +3 dan +6 yang
ditemukan

dalam

sistem

lingkungan.

Senyawa

Cr

heksavalen(terutama kromat dan dikromat) dianggap beracun

8
baik di darat, perairan, tanah ataupun organisme. Kromium
heksavalen jauh lebih beracun daripada senyawa

kromium

trivalen. Hal tersebut dikarenakan keduanya memiliki sifat kimia


yang

berbeda.

Senyawa

kromium

heksavalen

merupakan

pengoksidasi yang kuat dan sangat mudah larut, sedangkan


senyawa kromium trivalen cenderung membentuk endapan
pada pH yang mendekati netral. Pada keadaan

trivalen

memiliki bentuk yang stabil dalam kesetimbangan dengan


tanah ataupun sistem air.
Logam Cr dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan,
yaitu pada perairan, tanah ataupun udara. Kromium masuk ke
lapisan udara yaitu salah satunya dari pembakaran dan
mobilisasi batu bara dan minyak bumi. Kromium di udara dalam
bentuk debu dan atau partikulat-partikulat. Debu dan partikelpartikel Cr tersebut dapat turun ke tanah atau perairan karena
di bawa oleh air hujan, angin, ataupun gaya gravitasi.
Kromium masuk ke tanah ataupun perairan dapat berasal
dari partikulat Cr yang jatuh dari udara ataupun dari limbah
industri yang dibuang ke tanah dan perairan. Berdasarkan
Gambar 1, kromium masuk ke tanah dan perairan dimulai dari
senyawa Cr heksavalen yang dilepaskan ke lingkungan, dimana
dimungkinkan Cr tetap stabil dalam keadaan heksavalen.
Sehingga akan diambil oleh tanaman dan hewan, diadsorpsi
oleh koloid-koloid tanah yang melibatkan senyawa organik.
Senyawa kromium heksavalen yang masuk ke lingkungan ini
akan diubah dalam bentuk

trivalen

oleh donor

elektron

anorganik seperti Fe2+ dan S2- ataupun dengan bioproses bahan


organik. Setelah diubah menjadi trivalen diharapkan dapat
membentuk

oksida

dan

hidroksida

ataupun

membentuk

komplek dengan berbagai ligan. Kompleks Cr3+ larut seperti


yang dibentuk dengan sitrat, kemudian mengalami oksidasi
ketika kontak dengan mangan dioksida, dan kembali menjadi Cr
heksavalen.

Gambar 1. Siklus Kromium

Daftar Pustaka
Barlett, Richmond J. 1991. Chromium Cycling in Soils and Water:
Links,Gaps,
and
Methods.
Environmental
Health
Perspectives,
(Online),
Vol.92,
pp.
17-24
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8029492).
Diakses
tanggal 22 Oktober 2009.
Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam
Berat. Jakarta: Rinika Cipta.
Manik, Karden Eddy Sontang. 2003. Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Jakarta: Djambatan.

6
.

Efek Toksikologi
-

Bila Cr terabsorpsi melalui lambung, kulit, atau alveoli


paru-paru akan timbul iritasi dan korosif.

Apabila terhirup (inhalasi) dan menyerap kromium valensi


6 akan menimbulkan iritasi saluran pernapasan bagian
atas, bersin, gangguan hidung, terjadi penyempitan
pembuluh darah, spasme bronchus, asmatik attart dan
dapat mengakibatkan penderita meninggal dunia.

10
-

Keracunan kromium valensi 6 yang kronis mengakibatkan


gangguan lokal yang menonjol daripada gangguan secara
umum.

Kromium valensi 6 diduga merupakan bronkhogenik


(penyebab kanker bronkhus).

Logam atau persenyawaan Cr yang masuk ke dalam


tubuh akan ikut dalam proses fisiologis atau metabolisme
tubuh.

Senyawa-senyawa ligan (piropospat, metionin, serin,


glisin, leusin, lisin, dan prolin)

yang terdapat dalam

tubuh dapat mengubah Cr menjadi bentuk yang


mudah terdifusi sehingga dapat masuk ke dalam
jaringan.

Cr dapat mengkatalisis suksinat dalam enzim sitokrom


reduktase

sehingga

dapat

mempengaruhi

pertumbuhan dan beberapa reaksi biokimia lainnya


dalam tubuh.

Ion-ion Cr6+ dalam proses metabolisme tubuh akan


menghalangi atau mampu menghambat kerja enzim
benzopiren hidroksilase. Akibatnya terjadi perubahan
dalam kemampuan pertumbuhan sel, sehingga sel-sel
menjadi tumbuh secara liar dan tidak terkontrol, yang
disebut dengan kanker.

Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa Cr3+


dapat mengendapkan RNA dan DNA pada pH 7.

Cr6+ dan Cr3+ dapat menyebabkan denaturasi pada


albumin.
Daftar Pustaka

Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.


Polar, Heryanto. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam
Berat. Jakarta: Rinika Cipta.

11

7
.

Identifikasi (Kualitatif)
-

Identifikasi Cr(VI) dalam ion kromat (CrO42-) berwarna


kuning.
a. Penambahan asam. Kromat yang berwarna kuning akan
menjadi dikromat, berwarna jingga.
2CrO42- + 2H+ Cr2O72- + H2O
b. Penambahan barium klorida/larutan nitrat. Terbentuk
endapan kuning barium kromat.
Ba2+ + CrO42- BaCrO4
c. Penambahan larutan timbal(II) nitrat. Terbentuk PbCrO4
yang berwarna kuning.
Pb2+ + CrO42- PbCrO4

Identifikasi kromium(III)
a. Penambahan

larutan

amonia.

Terbentuk

endapan

seperti gelatin yang berwarna abu-abu hijau sampai


abu-abu biru, yaitu kromium (III) hidroksida.
Cr3+ + 3NH3 + H2O Cr(OH)3 + 3NH4+
b. Penambahan larutan natrium hidroksida. Terbentuk
endapan kromium(III) hidroksida.
Cr3+ + 3OH- Cr(OH)3
c. Penambahan

larutan

natrium

karbonat.

Terbentuk

endapan kromium(III) hidroksida.


2Cr3+ + 3CO32- + 3H2O 2Cr(OH)3 + 3CO2
d. Penambahan larutan natrium fosfat. Terbentuk endapan
hijau kromium(III) fosfat.
Cr3+ + HPO42e. Penambahan

CrPO4 + H+
larutan

amonium

sulfida.

Terbentuk

endapan kromium(III) hidroksida.


2Cr3+ + 3S2- + 6H2O 2Cr(OH)3 + 3H2S
Daftar Pustaka
Lee, J. D. 1991. Inorganic Chemistry Fourth Edition. Singapore:

12
Fong & Sons Printers Pte. Ltd.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Terjemahan oleh
L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman
Media Pusaka.

8
.

Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar reaksi dan


kerja instrumen / alat)
-

Metode analisis untuk penentuan konsentrasi logam diantaranya ialah


menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

Prinsip kerja SSA pada dasarnya adalah absorbsi cahaya oleh atom. Atomatom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya.
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom
tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit
terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu
atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat gerakan
elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang
lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari
sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber
cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang
tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.

Cara untuk menguji krom ialah ion kromium disuntikkan ke


dalam tungku karbon, lalu diatomisasikan dengan energi
elektrotermal,

dengan

melalui

tahap

pengeringan,

pengabuan dan pengatoman. Kromium dalam bentuk atom


akan

menyerap

energi

radiasi

elektromagnetik

yang

berasal dari lampu katoda berongga dan besarnya serapan


berbanding lurus dengan konsentrasi.
-

Penelitian yang berjudul Profil Kandungan Logam Berat


Cadmium (Cd) dan Krom (Cr) dalam Daging Kupang Beras
(Tellina versicolor) ini dalam mengukur kadar logam berat
krom

(Cr)

dalam

daging

kupang

dimulai

dengan

pengukuran absorban larutan standart krom (Cr) dengan

13
spektrofotometri

serapan

atom

membuat

kurva

kalibrasi

antara

absorban.

Gambar

kurva

(SSA).

Selanjutnya

konsentrasi

kalibrasi

dengan

ditunjukkan

pada

gambar 2.

Gambar 2. Kurva Larutan Standar Krom


-

Cara menghitung kadar krom ialah sebagai berikut:

Pada pengukuran kadar logam berat krom (Cr) dalam


daging kupang dimulai dengan pengukuran absorban
larutan standart krom (Cr) dengan spektrofotometri
serapan atom (SSA).
dibuat

kurva

kalibrasi

Selanjutnya
antara

berdasarkan

konsentrasi

data

dengan

absorban.
Berdasarkan kurva larutan standar Cr diatas selanjutnya
diperoleh

formula

persamaan

garis

regresi

linier

hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan


absorban sebagai berikut : Y = 0,11 X + 0,0012 dimana Y
= absorban dan X = konsentrasi dengan R2 = 0,984.
Harga R2 sebesar 0,984 berarti kurva kalibrasi tersebut
mempunyai keakuratan dalam penentuan konsentrrasi
sebesar 98,4 % dan kesalahan 0,6 %. Selanjutnya untuk
menentukan kadar logam krom (Cr) dalam sampel
kupang, dilakukan pengukuran absorban dari larutan

14
sampel. Dari absorban sampel yang diperoleh maka
kadar Cr dapat diketahui dengan mensubstitusikan nilai
absorban larutan sampel ke persamaan regresi linier Y =
0,11 X + 0,0012. Selanjutnya kadar krom (Cr) dalam
daging kupang dihitung dengan memperhatikan faktor
penambahan akuades sampai volume 50 ml dan berat
sampel kering 8 gram.
Penentuan kadar logam berat krom (Cr) dalam daging
kupang beras berdasar berat kering, tertinggi 0,29 ppm
dan terendah 0,18 ppm dengan rata-rata 0,23 ppm. Nilai
KV tertinggi 19,44 % dan terendah 8,28 %.
Presisi/ketelitian dinyatakan dengan koefisien variasi
(KV).
KV = (s/x) x 100%
Keterangan :
KV = koefisien variasi, s adalah simpangan baku, dan x
adalah rata-rata kadar zat yang dianalisis.

Daftar Pustaka
Haryanto, Bayu. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). www.
google.com. Diakses 14 Oktober 2009.
Kurnianta, Moh. Jimmy. 2002. Profil Kandungan Logam Berat
Cadmium (Cd) dan Krom (Cr) dalam Daging Kupang Beras
(Tellina versicolor)
(studi kasus pada kupang beras yang dipasarkan di pantai
kraton,Pasuruan).(Online).
www.google.com.
Diakses
tanggal 22 Oktober 2009.

9.

Perundang-undangan yang terkait dan


tuntutan yang diberlakukan

15
1)Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 907/MENKES/SK/VII/2002 ialah nilai ambang batas ion
Cr

3+

dalam air adalah 0,05 ppm.

Daftar Pustaka
Suardana, I Nyoman. 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit
Terhadap Ion Kromium(III).
Jurnal Penelitian dan
Pengembangan
Sains
&
Humaniora,
(Online),http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF_Fil
es/SAINS/APRIL_2008/I_Nyoman_Suardana.pdf.
Diakses
tanggal 14 Oktober 2009.

10.

Ide-ide Penanganan (perventif dan kuratif)

Perventif:
-

Membangun instalasi pengolahan limbah cair (IPLC)


sehingga kualitas limbah cair yang dibuang ke perairan
umum tidak melampaui baku mutu yang berlaku.

Mengolah limbah cair industri sehingga dapat digunakan


kembali (sistem daur ulang).

Kuratif:
-

Menggunakan proses biosorpsi dengan memanfaatkan


jamur merang sebagai penyerap logam krom dalam
limbah cair industri pelapisan logam.

Menggunakan zeolit untuk mengadsorpsi ion Cr(III).


Zeolit merupakan mineral berpori yang penggunaannya
didasarkan atas kemampuannya melakukan pertukaran
ion (ion excangher), adsorpsi (adsorption) dan katalisator
(catalyst). Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat
teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke
segala arah yang menyebabkan luas permukaan zeolit
sangat besar sehingga sangat baik digunakan sebagai
adsorben.

Pengendalian

dapat

dilakukan

dengan

menciptakan

kondisi tanah, yang menyebabkan logam berat tidak

16
mobil (imobil) atau tidak mudah larut, diantaranya
adalah:

Penambahan kapur dan bahan organik ke dalam tanah


karena akan meningkatkan reaksi (pH) tanah dan
koloid-koloid tanah. Reaksi tanah yang alkalis dapat
menurunkan kelarutan logam berat, sedangkan koloidkoloid tanah akan menjerap logam berat sehingga
mobilitasnya berkurang.
Daftar Pustaka

Helmi. 2005. Pemanfaatan Jamur Merang Untuk Menurunkan


Kadar Logam Krom Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan
Logam
Dengan
Proses
Biosorpsi.
(Online),http://digilib.usu.ac.id/index.php/component/jour
nals/index.php?
option=com_journal_review&id=8848&task=view.
Diakses tanggal 14 Oktober 2009.
Manik, Karden Eddy Sontang. 2003. Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Jakarta: Djambatan.
Suardana, I Nyoman. 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit
Terhadap Ion Kromium(III). Jurnal Penelitian dan
Pengembangan
Sains
&
Humaniora,
(Online),http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/PDF_Fil
es/SAINS/APRIL_2008/I_Nyoman_Suardana.pdf.
Diakses
tanggal 14 Oktober 2009.

Anda mungkin juga menyukai