Anda di halaman 1dari 12

1

KARTU IDENTITAS KONTAMINAN/POLUTAN


Nama Kontaminan/Polutan
Alamat

: Minyak bumi
: Senyawa hidrokarbon

1.
Karakter (sifat-sifat Fisik)
Minyak bumi tersusun dari senyawa hidrokarbon yang berbeda-beda. Perbedaan ini
tergantung dari faktor umur, suhu pembentukan, dan cara pembentukan. Minyak
dari Indonesia mengandung banyak senyawa aromatik seperti benzena, sedangkan
minyak bumi dari Rusia mengandung banyak senyawa sikloalkana seperti
sikloheksana. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa
dalam minyak bumi terdiri atas alkana..
Sifat Fisika Alkana
Alkana yang memiliki berat molekul rendah yaitu metana, etana, propana dan
butana pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berwujud gas, alkana yang
memiliki 5-17 atom karbon berwujud cair dan selebihnya berwujud padat.
Alkana merupakan senyawa nonpolar sehingga sukar larut dalam air tetapi
cenderung larut pada pelarut-pelarut yang nonpolar seperti eter.
Jika alkana ditambahkan pada air alkana akan berada pada lapisan atas, hal ini
disebabkan adanya perbedaan massa jenis antara air dan alkana.
Sebagian besar alkana memiliki massa jenis lebih kecil dari massa jenis air.
Karena alkana merupakan senyawa nonpolar sehingga alkana yang berwujud
cair pada suhu kamar merupakan pelarut yang baik untuk senyawa-senyawa
kovalen.
Untuk alkana-alkana yang berantai lurus titik leleh dan titik didih makin tinggi
seiring bertambahnya massa molekul molekul.
memiliki titik leleh dan titik didih yang lebih rendah
Sifat kimia Alkana
Alkana merupakan senyawa nonpolar yang tidak bereaksi dengan sebagian
besar pereaksi.
Pada kondisi tertentu alkana dapat bereaksi dengan oksigen dan unsur-unsur
halogen.
Alkana dapat bereaksi dengan halogen dikatalisis oleh panas atau sinar
ultraviolet..
Berdasarkan penelitian laju pergantian atom H sebagai berikut H3 > H2 > H1.
Reaksi pergantian atom dalam suatu senyawa disebut reaksi substitusi.
Daftar Pustaka
Njasinest,Radenn. 2012. Hidrokarbon Jenuh. (online).
(http://njasinest.blogspot.co.id/2012/12/hidrokarbonjenuh.html diakses pada tanggal 1 Maret 2016 pukul
18.20 WIB)
Sumayyah, Nabilah. 2013. Makalah Hidrokarbon dan
Minyak
Bumi.
(online).

2
(http://ohmayjourney.blogspot.co.id/2013/05/makalahhidrokarbon-dan-minyak-bumi.html diakes pada tanggal
29 Februari 2016 pukul 21.43 WIB)

2.
Sumber (Asal kontaminan/polutan)
Limbah minyak merupakan kotoran minyak yang terbentuk dari proses
pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak. Limbah minyak
mengandung minyak, zat padat, air, dan logam berat. Limbah padat dapat
berupa lumpur minyak.
Pencemaran air laut akibat tumpahan minyak sering terjadi. Banyak hal yang
menjadi penyebab seperti meledaknya anjungan minyak lepas pantai,
kecelakaan kapal tanker, operasi kapal tanker, dan bangunan lepas pantai.
Contoh kecelakaan kapal yang pernah terjadi :
- Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967 mengakibatkan 100.000 burung
mati
- Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975
- Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978
Hasil eksploitasi minyak bumi diangkut oleh kapal tanker ke tempat
pengolahan minyak bumi (crude oil). Pencemaran minyak bumi dilepas pantai
bisa diakibatkan oleh sistem penampungan yang bocor, atau kapal yang
tenggelam yang menyebabkan lepasnya crude oil ke badan perairan (laut lepas).
Dampak dari lepasnya crude oil di perairan lepas pantai mengakibatkan limbah
tersebut dapat tersebar tergantung kepada gelombang air laut. Penyebaran
limbah tersebut dapat berdampak pada beberapa negara. Dampak yang terjadi
akibat dari pencemaran tersebut adalah tertutupnya lapisan permukaan laut
yang dapat menyebabkan penetrasi matahari berkurang, menyebabkan proses
fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen terganggu, dan dapat menyebabkan
kematian.
Menurut Benny (2002), pencemaran minyak di laut berasal dari: Operasi Kapal
Tanker; Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal); Terminal Bongkar Muat
Tengah Laut; Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar; Scrapping Kapal
(pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua); Kecelakaan Tanker
(kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan); Sumber di
Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang mengandung hydrocarbon
(perkantoran & industri); Tempat Pembersihan (dari limbah pembuangan
Refinery).
Badan Dunia Group of Expert on Scientific Aspects of Marine Pollution
(GESAMP) mencatat sekitar 6,44 juta ton per tahun kandungan hidrokarbon
dari minyak telah mencemari perairan laut dunia. Masing-masing berasal dari
transportasi laut sebesar 4,63 juta ton, instalasi pengeboran lepas pantai 0,18
juta ton, dan sumber lain (industri dan pemukiman) sebesar 1,38 juta ton.
Daftar Pustaka

Arifian. 2014. Dampak Pencemaran Air Laut Akibat


Tumpahan Minyak, (Online), (https://avievarifian.wordpress.com/2014/06/10/dampak-pencemaran-airlaut-akibat-tumpahan-minyak/, diakses 28 Februari
2016).

3
Hartanto, Benny. 2008. Oil Spill (Tumpahan Minyak) di
Laut dan Beberapa Kasus di Indonesia. Yogyakarta :
Bahari Jogja.

3.
Reaksi-reaksi yang Relevan (Karakter Kimia)
Cracking adalah penguraian (pemecahan) molekul- molekul senyawa
hidrokarbon yang besar menjadi molekul- molekul senyawa yang lebih kecil.
C7H15C15H30C7H15 C7H16 + C6H12CH2 +
C14H28CH2
minyak gas berat
gasolin
gasalin
recycle stock
Senyawa hidrokarbon (CxHy) yang digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor, akan terbakar sempurna menghasilkan gas karbon dioksida dan uap
air sesuai persamaan reaksi berikut:
CxHy (l) + O2(g) CO2 (g) + H2O(g)
Gas CO2 dihasilkan akan dimanfaatkan tumbuhan untuk melakukan proses
fotosintesis.
6 CO2 (g) + 6 H2O(g) C6H12O6(s) + 6 O2(g)
Gas oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan tersebut dimanfaatkan oleh
makhluk hidup lainnya untuk proses pernapasan sehingga terjadi keseimbangan.
Daftar Pustaka

4.

Wana,
Achie.
2012.
Minyak
Bumi.
(online).
(https://achiewanablog.wordpress.com/minyak-bumi/.
Diakses pada tanggal 29 Februari pukul 20.37 WIB)

Perubahan-perubahan Spesies (Karakter Kimia)


Minyak bumi tersusun dari senyawa hidrokarbon yang berbeda-beda.
Perbedaan ini tergantung dari faktor umur, suhu pembentukan, dan cara
pembentukan. Minyak dari Indonesia mengandung banyak senyawa
aromatik seperti benzena, sedangkan minyak bumi dari Rusia mengandung
banyak senyawa sikloalkana seperti sikloheksana. Berdasarkan hasil analisis
yang telah dilakukan, diketahui bahwa dalam minyak bumi terdiri atas
bermacam-macam senyawa hidrokarbon. Misalnya, alkana, isoalkana,
sikloalkana, dan hidrokarbon aromatic. Hidrokarbon yang berasal dari
minyak bumi memiliki tiga sifat yaitu tidak larut dalam air, lebih ringan
dibanding air dan terbakar di udara.
Spesies minyak bumi sebagai polutan adalah senyawa hidrokarbon baik
dengan rantai terbuka ataupun tertutup.
Unsur utama semua bahan bakar dari minyak bumi adalah karbon. Senyawa
karbon yang terbakar menghasilkan asap (partikel karbon padat di udara)
dan oksida karbon. Gas pencemar udara dari oksida karbon adalah karbon
dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO).
Gas karbon dioksida dihasilkan secara alami dari proses pernapasan dan
pembakaran sempurna berbagai senyawa hidrokarbon pada minyak bumi.
Gas CO2 tidak membahayakan kesehatan, tetapi pada konsentrasi tinggi,
yaitu (10% 20%), dapat manyebabkan pingsan karena CO 2 menggantikan
posisi oksigen dalam tubuh sehingga tubuh kekurangan oksigen.

Daftar Pustaka

5.

Sasrawan, Hedi. 2013. Komposisi Minyak Bumi, (Online),


(http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/06/komposisi
-minyak-bumi-materi-lengkap.html,
diakses
29
Februari 2016).

Perpindahan (Jejak di Sistem & Lingkungan air, udara, atau tanah)

Tumpahan minyak di laut dapat mengakibatkan pencemaran hingga di daerah


pesisir. Hal ini karena daerah pesisir merupakan daerah yang mendapat pengaruh
laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut. Tumpahan minyak
yang terbawa bersama arus pasang dapat terpenetrasi dan terakumulasi di dalam
tanah Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada reproduksi,
perkembangan, pertumbuhan, perilaku biota laut dan merusak ekosistem
mangrove. Secara langsung minyak menyebabkan kematian pada ikan karena
kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida, dan keracunan langsung oleh
bahan berbahaya. Efek dari tumpahan minyak di laut dapat dibagi menjadi dua tipe
yaitu minyak yang larut akan mengapung pada permukaan air dan minyak yang
tenggelam akan terakumulasi didalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir
dan bebatuan di pantai. Minyak yang larut akan mengapung pada permukaan air
dapat menyebabkan air laut menjadi berwarna hitam dan menggangu organisme
yang hidup pada permukaan perairan. Minyak yang tergenang di atas permukaan
laut ini akan menghalangi masuknya sinar matahari kedalam zona fotik dan tentu
saja akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang akan digunakan oleh
fitoplankton untuk berfotosintesis sehingga dapat memutus rantai makanan pada
daerah tersebut, jika hal demikian terjadi, maka secara langsung akan mengurangi
laju produktivitas primer pada daerah tersebut karena terhambatnya fotosintesis
fitoplankton. Selain itu, genangan minyak juga akan menghalangi pertukaran gas
dari atmosfer sehingga dapat mengurangi kelarutan oksigen. Kekurangan oksigen
akan mempengaruhi bentuk kehidupan laut yang aerob. Minyak yang tenggelam
akan terakumulasi didalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan bebatuan

5
di pantai sehingga akan mengganggu organisme interstitial maupun organisme
intertidal, organisme intertidal adalah organisme yang hidupnya berada pada
daerah antara pasang tertinggi dan surut terendah. Ketika minyak tersebut sampai
ke pada bibir pantai, maka organisme yang rentan terhadap minyak seperti
kepiting, anemon, moluska dan lainnya akan mengalami hambatan pertumbuhan,
bahkan dapat mengalami kematian. Sama halnya dengan organisme interstitial
yaitu organisme yang hidup diantara pasir dan bebatuan seperti cacing policaeta,
rotifer, Crustacea dan organisme lain. Minyak-minyak tersebut akan terakumulasi
dan terendap pada dasar perairan seperti pasir dan bebatuan sehingga akan
mempengaruhi tingkah laku, reproduksi, dan pertumbuhan dan perkembangan
hewan yang mendiami daerah ini. Minyak dapat menyebabkan tertutupnya lapisan
daun sehingga menghambat jalur transpirasi, dan berkurangnya fotosintesis daun.
Senyawa hidrokarbon aromatis polisiklis (PAH) yang terkandung didalam minyak
memiliki toksisitas yang cukup tinggi. Efek toksik dari hidrokarbon jangka pendek
antara lain adalah bahwa molekul-molekul hidrokarbon minyak dapat merusak
membran sel biota laut dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel
(Sumadhiharga, 1995). Hidrokarbon dapat menyebabkan larutnya lapisan lemak
yang menyusun membran sel, sehingga menyebabkan hilangnya cairan sel atau
kematian terhadap sel (Rosenberg and Ron, 1998).
Daftar Pustaka

6.

Muthia,Tya. 2011. Bioremediasi Tumpahan minyak di Laut.


(online).
(http://tyanagbio.blogspot.co.id/2011/12/bioremediasitumpahan-minyak-di-laut.html diakses pada tanggal 29
Februari 2016 pukul 19.02 WIB)

Efek Toksikologi
Senyawa Hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi berupa
benzene, touleuna, ethylbenzen, dan isomer xylena, dikenal sebagai BTEX,
merupakan komponen utama dalam minyak bumi, bersifat mutagenic dan
karsinogenik pada manusia. Senyawa ini bersifat rekalsitran, yang artinya sulit
mengalami perombakan di alam, baik di air maupun didarat, sehingga hal ini akan
mengalami proses biomagnetion pada ikan ataupun pada biota laut lain. Bila
senyawa aromatic tersebut masuk ke dalam darah, akan diserap oleh jaringan
lemak dan akan mengalami oksidasi dalam hati membentuk phenol, kemudian
pada proses berikutnya terjadi reaksi konjugasi membentuk senyawa glucuride
yang larut dalam air, kemudian masuk ke ginjal (Kompas, 2004).
Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung
yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak
tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir
dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik
berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota
laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya
dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber
mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio
karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar (Fakhrudin, 2004).
Bahwa dampak-dampak yang disebabkan oleh pencemaran minyak di laut
adalah akibat jangka pendek dan akibat jangka panjang.

6
1. Akibat jangka pendek
Molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran sel biota laut,
mengakibatkan keluarnya cairan sel dan terpenetrasinya bahan tersebut ke
dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak,
sehingga menurun mutunya. Secara langsung minyak menyebabkan
kematian pada ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida,
dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya.
2. Akibat jangka panjang
Minyak di dalam laut dapat termakan oleh biota laut. Sebagian senyawa
minyak dapat dikeluarkan bersama-sama makanan, sedang sebagian lagi
dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini
dapat dipindahkan dari organisme satu ke organisme lain melalui rantai
makanan. Jadi, akumulasi minyak di dalam zooplankton dapat berpindah ke
ikan pemangsanya. Demikian seterusnya bila ikan tersebut dimakan ikan
yang lebih besar, hewan-hewan laut lainnya, dan bahkan manusia. Secara
tidak langsung, pencemaran laut akibat minyak mentah dengan susunannya
yang kompleks dapat membinasakan kekayaan laut dan mengganggu
kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang hidup di sekeliling laut akan
tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke daerah lain.
Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi masuknya
sinar matahari sampai ke lapisan air dimana ikan berkembang biak. Menurut
Fakhrudin (2004), lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran gas dari
atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada tingkat
tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob. Lapisan minyak
yang tergenang tersebut juga akan mempengarungi pertumbuhan rumput laut ,
lamun dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada permukaan daunnya, karena
dapat mengganggu proses metabolisme pada tumbuhan tersebut seperti respirasi,
selain itu juga akan menghambat terjadinya proses fotosintesis karena lapisan
minyak di permukaan laut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam
zona euphotik, sehingga rantai makanan yang berawal pada phytoplankton akan
terputus. Jika lapisan minyak tersebut tenggelam dan menutupi substrat, selain
akan mematikan organisme benthos juga akan terjadi perbusukan akar pada
tumbuhan laut yang ada.
Pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove. Minyak
tersebut berpengaruh terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam
pertukaran CO2 dan O2, dimana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar
oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu yang cukup
lama akan menyebabkan pembusukan pada akar mangrove yang mengakibatkan
kematian pada tumbuhan mangrove tersebut. Tumpahan minyak juga akan
menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutan
mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya.
Seperti dijelaskan dalam sifat-sifat di atas bahwa petroleum
hidrokarbon pada umunya merupakan zat yang beracun. Hal ini terjadi karena
beberapa senyawa petroleum hidrokarbon dapat mempengaruhi sistem syaraf
pusat. Akibat lain diantaranya adalah pusing, kerusakan syaraf yang
disebut peripheral neuropathy, gangguan pada darah, sistem kekebalan, paru-paru,
kulit, dan mata.
Pada percobaan yang dilakukan pada hewan, TPH terbukti memberikan
gangguan pada paru-paru, sistem syaraf pusat, hati dan ginjal. Beberapa TPH juga
telah dibuktikan dapat mempengaruhi sistem reproduksi dan perkembangan

7
janin. The International Agency for Research on Cancer (IARC) telah
membuktikan bahwa salah satu senyawa dari TPH (Benzena) dapat menyebabkan
kanker.
Daftar Pustaka

Arifian. 2014. Damapak Pencemaran Air Laut Akibat


Tumpahan Minyak, (Online), (https://avievarifian.wordpress.com/2014/06/10/dampak-pencemaran-airlaut-akibat-tumpahan-minyak/, diakses 28 Februari
2016)

7.
Identifikasi (Kualitatif / prinsip)
Kegiatan eksplorasi Minyak dan Gas Bumi (Hidrokarbon) merupakan serangkaian
kegiatan yang panjang, dari studi geologi permukaan, survey seismik, hingga
dilakukan pemboran. Khususnya dalam kegiatan pemboran, dilakukan suatu
kegiatan pengukuran log/logging, yaitu perekaman dan pengukuran data bawah
permukaan (sifat-sifat fisik batuan) di sepanjang lubang pemboran. Tujuan
utamanya adalah untuk membuktikan keberadaan hidrokarbon, yang
kemungkinannya terindikasi dari penafsiran/interpretasi seismik. Secara kualitatif,
praktisnya adalah dengan menganalisa karakteristik grafik data log, untuk langkah
awal identifikasi dan zonasi reservoar hidrokarbon.
1. Log Gamma Ray
Dalam analisa kualitatif, log Gamma Ray (GR Log) dapat digunakan untuk
identifikasi dan korelasi litologi serta estimasi tingkat kelempungan, karena prinsip
kerjanya yang mengukur tingkat radioaktivitas alami (sinar gamma) dari unsurunsur tertentu pada mineral mika, glaukonit, dan potasium feldspar, yang umum
ditemukan pada batu serpih (shale) dan lempung (clay).
2. Log Spontaneous Potential
Dari prinsip kerjanya, log SP ini dapat digunakan untuk identifikasi
batuanpermeable, identifikasi lapisan serpih (non-reservoar) dan non-serpih
(reservoar), membantu korelasi litologi, dan menghitung nilai salinitas fluida
formasi (Rw). Pengukurannya berdasarkan adanya beda potensial karena perbedaan
salinitas antara lumpur pemboran (Rmf) dengan fluida formasi (Rw), dimana pada
dasarnya nilai salinitas berbanding terbalik dengan resistivitas.
3. Log Resistivitas
Log Resistivitas dapat digunakan untuk membedakan lapisan reservoar dan nonreservoar, identifikasi jenis fluida (air formasi dan hidrokarbon) dan batas kontak
fluidanya, menghitung nilai resistivitas air formasi dan salinitas air formasi.
4. Log Densitas
Log Densitas dapat digunakan untuk perhitungan densitas, perhitungan porositas,
dan identifikasi kandungan fluida.
5. Log Neutron
Log Neutron dapat digunakan untuk perhitungan porositas batuan, evaluasi
litologi, dan deteksi keberadaan gas.
Daftar Pustaka

https://geohazard009.wordpress.com/2015/02/25/analisakualitatif-wireline-log/ (diakses pada tanggal 1 Maret 2016


pukul 15.46 WIB)

8.

Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar reaksi dan kerja


instrumen/alat)
Analisis Total Petroleum Hidrokarbon secara kuantitatif dapat dilakukan
dengan kromatografi gas atau spektrofotometri infra red.

Kromatografi gas (GC)


Kromatografi gas merupakan sistem pemisahan fisik komponenkomponen dalam suatu campuran terdistribusi antara fase diam dan fase
gerak. Fase diam berupa kolom yang terisi oleh padatan atau cairan. Fase
gerak (gas pembawa) berupa gas yang lembam. Komponen akan terpisah
diantara aliran gas pembawa yang terus menerus dalam fase diam (Day dan
Underwood, 2002).
Prinsip kromatografi gas hampir sama dengan kromatografi kolom,
yaitu sistem partisi. Pada kromatografi kolom pelarut meskipun sedikit selalu
mengadakan interaksi dengan zatnya sehingga menimbulkan kesalahan
kualitatif. Pemisahan pada GC disebabkan oleh perbedaan dalam kemampuan
distribusi analit di antara fase gerak dan fase diam di dalam kolom pada
kecepatan dan waktu yang berbeda. Pada kromatografi gas, pelarut diganti
oleh gas yang sama sekali tidak bereaksi dengan sampel (inert). Gerakan
pelarut dalam kromatografi sangat lambat, sedangkan pada kromatografi gas
sangat cepat dan sampel pun dibuat gas.
Molekul sampel yang dibawa oleh gas akan ditahan oleh fasa cair.
Lamanya penahanan komponen tergantung pada afinitas komponen dengan
fasa cair. Bila afinitasnya lemah, penahanan akan sebentar saja, sehingga
komponen dapat segera keluar dari kolom. Bila afinitas kuat, maka
penahanan akan lebih lama sehingga keluar dari kolomnya agak lama.
Dengan demikian komponen dalam sampel akan terpisah. Sampel dalam
suasana asam kuat diekstrak dengan Dichloromethane (DCM), maka
kandungan TPH akan terserap pada pelarut organik DCM, dan hasil ekstraksi
siap untuk di analisa dengan kromatografi dengan kolom kapiler
menggunakan detektor FID.
Spektrofotometri infra red (FT-IR)
Fourier Transform Infrared (FT-IR) sangat berguna untuk
mengidentifikasi bahan kimia baik organik maupun anorganik. Hal ini dapat
diterapkan pada analisis padatan, cairan, dan gas. Dengan menafsirkan
penyerapan spektrum infra merah, ikatan kimia dalam molekul dapat
ditentukan. Kekuatan penyerapan sebanding dengan konsentrasi. Oleh karena
itu, FT-IR dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Spektrofotometri
merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi
elekromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75-1000 um
atau pada bilangan gelombang 10-13000 cm-1. Sinar imfra merah terbagi
menjadi tiga daerah yakni daerah infra merah dekat, daerah infra merah
pertengahan dan daerah infra merah jauh. Metoda ini menetapkan cara untuk
menguji kadar hidrkarbon dalam air (air tanah, air limbah, air laut) dan
tanah (sedimen,sludge) berdasarkan ekstraksi hidrokarbon dengan
menggunakan pelarut organik tetrachloroethylene (TCE). Pengukuran total
hidrokarbon dilakukan dengan menggunakan FTIR. Penggunaan pelarut
organik TCE memungkinkan absorbansi dari ikatan C-H (2930 cm-1) dalam
FT-IR dapat digunakan untuk mengukur TPH dalam air dan tanah.

Daftar Pustaka

Jannah, Deppy A. K. 2012. Analisis Total Petroleum


Hidrokarbon
(TPH),
(Online),
(http://chemistranger-.blogspot.co.id/2012/07/analisistotal-petroleum-hidrokarbon-tph.html, diakses 29
Februari 2016)

9.
Perundang-undangan yang Terkait dan Tuntutan yang diberlakukan
Pengaturan Gas Di Indonesia Berakar Dari Ketentuan Konstitusi Yaitu Pasal 33
UUD 1945.
Selanjutnya Gas Diatur Melalui Beberapa Peraturan Perundang-Undangan Di
Bawah UUD 1945 Seperti: Undangundang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang
Minyak Dan Gas Bumi (UU 22/2001 Tentang Migas), Peraturan Pemerintah
Nomor 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi
(PP35/2004), Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan
Usaha Hilir Minyak Dan Gas Bumi (PP36/2004), Peraturan PerundangUndangan Lainnya Yang Merupakan Perubahan Dari Peraturan PerundangUndangan Tersebut Dan Juga Peraturanperaturan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2002 Tentang
Badan Pengatur Penyediaan Dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Dan
Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa
Peraturan Pemerintah (selanjutnya disebut PP) No.19/1999 tentang
Pencemaran Laut diartikan sebagai masuknya/dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan laut oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkanlingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau
fungsinya.
Konvensi Jenewa 1958 mengenai rezim laut lepas yaitu pada pasal 24, yang
berbunyi setiap negara wajib mengadakan peraturan-peraturan untuk mencegah
pencemaran laut yang disebabkan oleh minyak yang berasal dari kapal ataupipa
laut atau yang disebabkan oleh eksplorasi dan ekploitasi dasar laut dantanah
dibawahnya
dengan
memperhatikan
ketentuan-ketentuan
perjanjian
internasional yang ada mengenai masalah ini
Deklarasi Stockholm 1972 dalam asas nomor 7 disebutkan bahwa setiap
negara berkewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan guna mencegah
pencemaran laut yang membahayakan kesehatan dan kesejahteraan manusia,
sumber kekayaan hayati laut terhadap penggunaan lingkungan laut.
Daftar Pustaka

Kusumaatmadja, Mochtar. 1986. Hukum Laut Internasional.


Bandung, Bina Cipta.
Subagyo, P.Joko.1991. Hukum Laut Indonesia. Jakarta,
Reneka Cipta.
Sumardi, Juarir. 1996. Hukum Pencemaran Laut
Transnasional. Bandung. Citra Aditya Bakti.

10.

Ide-ide Penanganan (preventif dan kuratif)

10
Ide preventif:
1.
Bepergian bersama dalam satu kendaraan, dengan sistem antar jemput dan
pastikan tidak hanya anda sendiri yang ada di dalam kendaraan, atau
menggunakan kendaraan umum untuk pergi bekerja.
2.
Mencari sumber energy alternatif untuk menggantikan sumber energy fosil
(minyak bumi), seperti etanol, methanol, gas alam, listrik, hydrogen, biodiesel.
3.
Beli buah-buahan dan sayuran organik (pupuk dan pestisida yang beredar
saat ini banyak mengandung minyak bumi).
4.
Belilah produk kecantikan (sampo, sabun, peralatan kecantikan)
berdasarkan bahan-bahan alami, bukan yang mengandung minyak.
5.
Jika memungkinkan pilih produk yang diproduksi di dalam negeri karena
akan mengurangi minyak bumi yang digunakan untuk transportasi barang dan
selain itu dapat meningkatkan ekonomi dalam negeri Indonesia
6.
Beli pakaian yang terbuat dari kapas organik atau rami - bukan dari produk
turunan minyak.
7.
Gunakan barang barang yang tidak hanya untuk sekali pakai ketika akan
piknik, jalan jalan,ataupun berkegiatan sehari hari.
8.
Hentikan membeli air mineral dalam botol. Lebih baik selalu membawa
tempat minum sendiri dan isi ulang.
9.
Kurangi bepergian dengan pesawat terbang, untuk jarak yang tidak terlalu
jauh, lebih baik gunakan kereta api.
10.
Menuntut Pemerintah Indonesia untuk mendorong pengembangan energi
terbarukan yang potensinya sangat besar di Indonesia, dan bukan
menghabiskan uang pada subsidi minyak.
11.
Angkat sampah-sampah dan benda-benda bekas dari area laut.
12.
Tidak membuang puntung rokok ke laut saat berada di kapal.
13.
Pemantauan kapal oleh instansi terkait untuk memasktikan bahwa tidak ada
kebocoran minyak mentah dari kapal tanker secara rutin
14.
Memberikan sanksi atas pelanggaran dari tumpahan minyak mentah oleh
kapal dan limbah industri yang disengaja
Ide kuratif:
Penanganan kondisi lingkungan yang tercemari minyak bumi dapat dilakukan
secara fisika, kimia, dan biologi.
Penanganan secara fisika biasanya dilakukan pada langkah awal yaitu dengan
mengisolasi secara cepat sebelum tumpahan minyak menyebar kemana-mana.
Metode fisika yang dapat digunakan ialah dengan mengambil kembali minyak
bumi yang tumpah dengan oil skimmer.
Penanganan secara kimia lebih mudah dilaksanakan yaitu mencari bahan
kimia dengan konsentrasi yang sesuai untuk mendegradasi kandungan minyak
bumi. Misalnya surfaktan sintetis seperti alkil-benzene sulfonat (ABS) dan
turunannya dapat digunakan sebagai bahan baku deterjen dan mengatasi
pencemaran minyak di daratan maupun dipermukaan laut. Namun, ini akan
membawa efek samping terhadap kehidupan lingkungan disekitar yang
terkena tumpahan minyak yaitu mencemari tanah dan air serta tidak dapat
didegradasi secara biologis. Penanganan secara kimia dan fisika merupakan

11

cara penanganan cemaran minyak bumi yang membutuhkan waktu yang relatif
singkat, tetapi metode ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Ini dapat
dilakukan jika tumpahan minyak bumi belum menyebar kemana-mana. Jika
minyak bumi telah mengendap dan menyebar sulit dilakukan dengan metode
ini.
Penanganan secara biologi merupakan salah satu alternatif dalam upaya
mendegradasi kandungan minyak bumi di lingkungan. Surfaktan ramah
lingkungan yang dapat dihasilkan oleh mikroorgansime disebut biosurfaktan.
Aplikasi biosurfaktan dapat digunakan untuk recovery minyak bumi dan
pembersihan tangki. Untuk itu, perlu dicari jenis mikroorganisme yang aktif
mendegradasi minyak bumi (Prince et.al. 2003).

Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ


burning, penyisihan
secara mekanis,bioremediasi, penggunaan sorbent,
penggunaan bahankimia dispersan, dan washing oil.
In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga
mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan
dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini
membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak)
atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam
jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu,
penyebaran api sering tidak terkontrol.
Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir
tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak
ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang
disebut skimmer.
Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri
pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang
terkontaminasi.
Selain
itu,
teknik
bioremediasi
dapat
menambahkan nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.
Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui
mekanisme adsorpsi(penempelan
minyak
pad
permukaan
sorbent)
dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi
mengubah fase minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan
dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik,
mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat diambil kembali dan
digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami
(kapas, jerami, rumput
kering, serbuk
gergaji),
anorganik
alami
(lempung, vermiculite, pasir)
dan
sintetis
(busa
poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).
Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi
tetesan
kecil
(droplet),
sehingga
mengurangi
kemungkinan
terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi
adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan.
Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.
Daftar Pustaka

Anonim.
2013.
Limbah
Minyak,
(Online),
(https://id.wikipedia.org/wiki/Limbah_minyak, diakses
28 Februari 2016).

12
http://www.wedaran.com/19575/penyebab-pencemaran-laut/

Anda mungkin juga menyukai