2017
I. Tujuan
- Menentukan kelarutan suatau zat secara kuantitatif.
- Menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.
Suatu sifat fisika kimia yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan, terutama
kelarutan sistem dalam air. Jika kelarutan dari zat obat kurang dari yang diinginkan,
pertimbangan harus diberikan untuk memperbaiki kelarutannya (Ansel, 1989). Kelarutan
dari suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga
bergantung pada temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, serta
bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin, dkk,1993).
Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut, dan
zat terlarut dengan zat terlarut. Nilai atau deskripsi kualitatif beberapa parameter fisika-
kimia zat terlarut dan pelarut dapat membantu memberikan gambaran mengenai kelarutan
suatu obat. (Syamsuni,2006)
Solubilisasi didefinisikan sebagai jumlah maksimum suatu zat yang benar-benar dapat
dilarutkan dalam sejumlah tertentu pelarut. Untuk meningkatkan kelarutan suatu zat
dalam air dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan pembentukan garam,
pembentukan kompleks, peningkatan suhu, mengurangi ukuran partikel atau
menambahkan surfaktan (Augustin & Brewster, 2007).
Surfaktan adalah substansi yang dalam kadar rendah suatu sistem dapat teradsorpsi
pada permukaan dan dapat menurunkan tegangan muka atau energi bebas permukaan.
Bentuk antar muka ditunjukkan suatu batas antar dua fase yang tidak saling campur,
sedang permukaan biasanya menunjukkan antar muka dimana salah satu fase adalah fase
gas atau udara. Surfaktan sering digunakan sebagai bahan tambahan karena
kemampuannya mengemulsi, mensuspensi, dan melarutkan obat serta kecenderungan
menambah adsorpsi obat.(Rosen, 1978).
Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk meningkatkan
kelarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi. Surfaktan pada
konsentrasi rendah, menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan laju kelarutan obat
(Martin,dkk, 1993).
Misel terbentuk dalam larutan zat aktif permukaan di atas konsentrasi tertentu yang
disebut CMC ( KMK = konsentrasi misel kritis). Pada saat terjadinya CMC akan terjadi
perubahan tajam sifat fisika yang dapat dideteksi dalam larutan air (daya hantar, tekanan
osmotik, penurunan titik beku, tegangan permukaan, viskositas, indeks bias dan lain-lain),
yang dapat dapat digunakan untuk menentukan CMC.
Titrasi langsung adalah perlakuan terhadap suatu senyawa yang larut (titrat), dalam
suatu bejana yang sesuai, dengan larutan yang sesuai yang sudah dibakukan (titran), dan
titik akhir ditetapkan dengan instrument atau secara visual menggunakan indikator yang
sesuai.
Penetapan titik akhir (menggunakan indikator atau secara potensiometri) metode yang
sederhana dan paling mudah untuk penetapan titik kesetaraan, yaitu titik pada saat reaksi
analitik stokiometri sempurna dapat digunakan dengan penggunaan indikator bahkan
kimia ini biasanya berwarna, dan memberikan respon untuk berubah dalam kondisi
larutan sebelumdan sesudah titik kesetaraan dengan menunjukan perubahan warna yang
dapat di lihat dengan secara visual sebagai titik akhir dan merupakan perkiraan titik
kesetaraan yang dapat di percaya .
V. Hasil Pengamatan
Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat
V1 4,00 mL
V2 3,90 mL
V3 4,15 mL ( 4,00+3,90+ 4,15 )
Vrata-rata = =4,0167 ml
Vtotal 4,0167 3
Dalam 20 mL Dalam 20 mL
= 0,78% × 4 = 1,27% × 4
= 3,12% = 5,08%
W1 1 3,12
W2 2 3,76
W3 3 4,28
W4 4 5,08
W5 5 5,88
0
W1 (0.2) W2 (0.4) W3 (0.6) W4 (0.8) W5 (1)
Tween 80
VI. Pembahasan
Kelarutan secara kuantitatif dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan
jenuh pada suhu tertentu. Sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi
spontan dari dua zat atau lebih zat untuk membentuk disperse molekuler. Kelarutan dapat
dinyatan sebagai jumlah milliliter pelarut yang akan melarutkan 1 gram zat terlarut.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat, yaitu pH, suhu ,
jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel zat , konstanta dielektrik, adanya zat lain seperti
surfaktan, pembentuk komplek, ion sejenis dan lain-lain. (Martin,2006)
Praktikan melakukan percobaan dengan membuat larutan campuran air dan tween 80.
Larutan dibuat dalam beberapa dengan massa tween 80 yang berbeda-beda. Campuran
air dan tween 80 ini dibuat untuk melarutkan asam benzoat. Asam benzoat yang
dilarutkan dalam campuran air dan surfaktan dibuat hingga jenuh. Sehingga, praktikan
dapat mengetahui jumlah asam benzoat yang terlarut dalam campuran tersebut.
Untuk mengetahui jumlah kadar asam benzoat yang terlarut dalam campuran air dan
tween 80 dilakukan titrasi dengan larutan NaOH yang sebelumya telah dibakukan terlebih
dahulu. Indikator dalam metode titrasi ini adalah fenolftalein. Indikator fenolptalein
berfungsi untuk menetapkan atau mengetahui titik akhir titrasi atau titik ekuivalen.
Indikator fenolftalein dipilih karena rentang pH yang dimilikinya, yaitu berkisar 8,0 -
10,0. Karena titrasi dilakukan antara larutan asam lemah dengan basa kuat, maka akan
dihasilkan garam yang bersifat basa. Sehingga, pH garam tersebut akan berada di atas
7,0. (buku kimia)
Dalam praktikum ini, dapat dilihat bahwa adanya surfaktan dengan kadar yang
berbeda-beda mempengaruhi kelarutan dari asam benzoat. Semakin banyak surfaktan
(tween 80) yang dilarutkan dalam air maka kelarutan asam benzoat semakin tinggi.
Sehingga, kadar asam benzoat yang terlarut dalam campuran air dan tween 80 pun
semakin tinggi pula.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Surfaktan dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat.
2. Semakin tinggi konsentrasi surfaktan, maka kelarutan suatu zat akan
semakin tinggi.
IX. LAMPIRAN
Hasil Titrasi