Disusun Oleh:
BANDUNG
2020
I. Judul Percobaan
Kelarutan dengan Pengaruh Konstanta Dielektrik
II. Waktu dan Tempat Praktikum
Hari : Senin
Tanggal : 20 Januari 2020
Tempat : Laboratorium Teknologi Farmasi Poltekkes Bandung
III. Tujuan Praktikum
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2. Menjelaskan pengaruh konstanta dielektrik terhadap kelarutan suatu zat
IV. Dasar Teori
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut
yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-
zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Kelarutan atau solubility (s) merupakan besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu. Kelarutan suatu senyawa tergantung
pada sifat fisika dan kimia zat pelarut dan terlarut, temperatur, pH larutan, tekanan untuk
jumlah yang lebih kecil tergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Bila suatu pelarut pada
temperatur tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya larutan
ini disebut larutan jenuh (Martin, 2011)
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukan
dengan istilah (moh Hanief, 2005)
Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut pelarut dengan zat terlarut. Nilai atau
deskripsi kualitatif beberapa parameter fisika-kimia zat terlarut dan pelarut dapat membantu
memberikan gambaran mengenai kelarutan suatu obat. ( syamsuni, 2006)
2. Co-solvency
Dapat dipandang sebagai modifikasi polaritas sistem pelarut terhadap zat terlarut atau
terbentuknya pelarut baru yang terjadinya interaksi antar masing-masing individu pelarut
dalam sistem campuran tidak mudah diduga. Co-solvency adalah peristiwa terjadinya
kenaikan kelarutan karena penambahan palarut.
3. Sifat kelarutan
zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut.
4. Temperatur (suhu)
Zat yang bertambah larut ketika suhu dinaikkan memiliki sifat eksoterm. Sedangkan
zat yang tidak larut ketika suhu dinaikkan, memiliki sifat endoterm.
5. Salting Out
Suatu peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besr
dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.
6. Salting In
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih kecil bandingan
dengan zat utamanya, sehingga menyebabkan senyawa kompleks yang larut
7. Pembentukan kompleks
Suatu peristiwa terjadinya interaksi anatara senyawa tidak larut dan zat yang larut dengan
membentuk senyawa kompleks yang larut
8. Ukuran partikel
Partikel mempunyai ukuran mikron dan akan terlihat kenaikkan kirakira 10% dalam
kelarutannya.
Bahan W1 W2 W3 W4 W5
Air (ml) 24 24 24 24 24
Etanol (ml) 0 4 8 12 16
Gliserin (ml) 16 12 8 4 0
Larutan V1 V2 V3 V Rata-rata
Asam 6,50 ml 6,60 ml 6,70 ml 6,60 ml
Oksalat
N NaOH =
V1.N1 = V2.N2
N2 =
2. PERHITUNGAN KONSTANTA DIELEKTRIK
W2
W3
W4
W5
W2 3,80ml
W3 4,88ml
W4 5,96ml
W5 9,26ml
Kurva antara larutan asam benzoat dengan konstanta dielekktrik pelarut campur
2
1.8
1.6
1.4
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
W5 w4 w3 w2 w1
VIII. Pembahasan
Secara kuantitatif kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada suhu tertentu. Untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan
adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan suatu zat diantaranya yaitu pH, suhu, jenis pelarut, bentuk dan
ukuran partikel zat, konstanta dielektrik pelarut, adanya zat-zat lain seperti surfaktan,
pembentuk kompleks, ion sejenis, dll.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh konstanta
dielektrik terhadap kelarutan asam benzoat. Konstanta dielektrik suatu campuran pelarut
merupakan hasil penjumlahan dari tetapan dielektrik masing-masing yang sudah dikalikan
dengan % volume masing-masing komponen pelarut. Besarnya konstanta dielektrik dapat
diatur dengan penambahan pelarut lain dengan polaritas berbeda. Pada percobaan ini pelarut
campur yang digunakan adalah air, gliserin dan etanol pada lima wadah dengan komposisi
yang berbeda. Hasil penyaringan dari larutan jenuh tersebut di titrasi menggunakan NaOH
yang telah dibakukan dengan asam oksalat sehingga didapatkan jumlah kadar asam benzoat
yang terlarut dalam pelarut campur. Indikator yang digunakan adalah fenolftalein yang
berfungsi untuk mengetahui titik akhir dari titrasi. Indikator fenolftalein dipilih karena pH
yang dimilikinya sekitar 8,0-10,00. Karena titrasi dilakukan antara asam lemah dengan basa
kuat, maka akan dihasilkan garam yang bersifat basa.
Diketahui bahwa pada larutan W5 memiliki kadar paling besar sedangkan pada W1
memiliki kadar paling kecil. Dimana pada larutan W5 terdiri dari 12 ml air, 8 ml etanol dan 0
ml gliserin. Larutan W1 terdiri dari 12 ml air, 0 ml etanol dan 8 ml gliserin. Pada kedua
wadah tersebut digunakan volume air yang sama namun volume etanol dan gliserin-nya
berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa asam benzoat memiliki kelarutan yang tinggi dalam
pelarut campuran yang mengandung kadar etanol yang lebih tinggi pula.
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Zat yang memiliki
konstanta dielektrik tinggi (>50) merupakan senyawa polar. Sebaliknya, senyawa yang
memiliki konstanta dielektrik rendah (1-20) adalah senyawa non polar. Sedangkan konstanta
dielektrik dengan rentang 20-50 adalah senyawa semipolar. Air mempunyai nilai konstanta
dielektrik sebesar 78,5, sedangkan gliserin sebesar 40,1 dan etanol sebesar 24,3. Maka asam
benzoat kelarutannya tinggi pada pelarut campur yang memiliki nilai konstanta dielektrik
rendah. Semakin rendah konstanta dielektrik pelarut campur yang digunakan maka semakin
besar kelarutan asam benzoat. Hal ini sesuai dengan kelarutan asam benzoat menurut
Farmakope Indonesia Edisi V adalah ”Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
kroloform dan eter.” Sehingga semakin banyak jumlah etanol dalam pelarut campur maka
semakin meningkat kelarutannya.
IX. Kesimpulan
X. Lampiran
DAFTAR PUSTAKA