Anda di halaman 1dari 17

Titrasi Asam Kuat vs Basa Kuat

PRAKTIKUM KIMIA
I. Judul
Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat.
II. Tujuan
Mengetahui kemolaran larutan HCl dengan
menggunakan larutan basa kuat.
III. Dasar Teori
Titrasi merupakan suatu metode untuk
menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah
titrasi yang yang melibatkan asam maupun
basa sebagai titer (zat yang telah diketahui
konsentrasinya) maupun titrant (zat yang
akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan
reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan
asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa yang telah diketahui kadarnya,
dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat
diketahui dengan menggunakan larutan
asam yang diketahui kadarnya. Titik
ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa
(titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara
stoikiometri tepat habis bereaksi.
Ada dua cara umum untuk mengetahui titik
ekivalen pada titrasi asam basa:
1. Memakai pH meter.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator
ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah
warna ketika titik ekivalen terjadi, dan pada
saat itulah titrasi dihentikan.
Titik akhir titrasi yaitu pH pada saat
indikator berubah warna dan saat itu juga
titrasi dihentikan. Pada titrasi asam kuat
dengan basa kuat digunakan indikator
Fenolftalein (trayek pH 8,3-10) karena
kesalahannya paling kecil. Dalam titrasi ini
titik akhir pH>7 dan perubahan warna pada

titik akhit titrasi adalah merah.


Untuk mengetahui kemolaran asam kuat
(HCl) dapat diketahui setelah mengetahui
volum basa kuat (KOH) yang berkurang
sampai titik akhir titrasi (reaksi dihentikan).
Pada saat titik ekivalen mol basa kuat akan
sama dengan mol asam kuat, sehingga
kemolaran asam kuat dapat dicari.
IV. Alat dan Bahan
Alat :
1. Statif dan klem
2. Erlenmeyer
3. Biuret
4. Corong
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
7. Gelas kimia
8. Kapas
Bahan :
1. HCl 20 mL
2. NaOH 0,1 M 50 mL
3. KOH 0,1 M 100 mL
4. Fenolftalein (PP)
V. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Masukkan 20 mL larutan HCl ke dalam
gelas ukur.
3. Tuangkan 20 mL larutan HCl tersebut ke
dalam erlenmeyer.
4. Tambahkan tiga tetes indikator
Fenolftalein (PP) ke dalam larutan HCl
tersebut.
5. Masukkan 50 mL larutan NaOH 0,1 M
dengan menggunakan gelas kimia ke dalam
biuret setelah memastikan biuret sudah
terpasang dengan baik pada klem dan telah
terpasang corong pada biuret untuk
memudahkan penuangan NaOH 0,1 M ke
dalam biuret.
6. Perguakan pipet tetes saat skala pada
biuret hampir mencapai angka nol, dan
pastikan bagian meniskus cekung yang

bawah (NaOH 0,1 M) tepat pada angka nol


biuret.
7. Menetesi larutan HCl dengan NaOH 0,1
M. Penetesan dilakukan secara hati-hati dan
pelan-pelan yaitu tetes demi tetes dan
erlenmeyer terus menerus diguncangkan.
Penetesan dihentikan saat terjadi perubahan
warna yang tetap pada larutan HCl yaitu
merah muda.
8. Mencatat volum NaOH 0,1 M pada biuret
yang berkurang (bereksi dengan larutan
HCl).
9. Ulangi prosedur di atas menggunakan
larutan KOH 0,1 M (disaring menggunakan
kapas saat dituang ke dalam biuret) untuk
menggantikan NaOH 0,1 M sebanyak dua
kali dengan indikator fenolftalein (PP) lima
tetes.

basa kuat, percobaan pertama dianggap tidak


ada (tidak dihitung).

VI. Data
No Asam kuat Basa Kuat
Nama
Larutan Volum yang
digunakan Nama
Larutan Volum awal pada biuret Volum
akhir pada biuret Volum yang digunakan
1 HCl 20 mL NaOH 0,1 M 50 mL 15 mL 35
mL
2 HCl 20 mL KOH 0,1 M 50 mL 29 mL 21
mL
3 HCl 20 mL KOH 0,1 M 50 mL 33 mL 17
mL

M HCl =
=
= 0,095 M

VII. Analisis Data


Volum rerata basa kuat yang digunakan
adalah
Keterangan:
Pada percobaan pertama volum NaOH 0,1
M yang digunakan sebanyak 35 mL. Jika
dibandingkan dengan volum yang digunakan
KOH 0,1 M pada percobaan kedua dan
ketiga, volum NaOH memiliki selisih yang
cukup jauh, sehingga dalam menghitung
rerata volum yang digunakan oleh larutan

Jumlah mol KOH 0,1 M yang digunakan


adalah
n KOH = M . V
= 0,1.19
= 1,9 mmol
= 0,0019 mol
KOH(aq) + HCl(aq) KCl(aq) + H O(l)
0,1 M x M
19 mL 20 mL
n KOH = 0,0019 mol
koefisien KOH = koefisien HCl, maka
n HCl = n KOH
= 0,0019 mol

Kemolaran HCl yang sebenarnya yaitu


0,1 M dan seharusnya volum KOH yang
berkurang pada biuret sebanyak 20 mL.
Sedangkan dalam percobaan didapat bahwa
perhitungan rerata volum KOH yang
berkurang sebanyak 19 mL, sehingga
didapat kemolaran HCl adalah 0,095 M. Hal
ini terjadi karena kurang telitinya mata
dalam membedakan warna yang permanen
(tetap) pada titik akhir titrasi.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat
diketahui bahwa kemolaran larutan HCl
adalah 0,095 M.

Laju Reaksi

Tanggal Percobaan: 7 April 2012


Tujuan Percobaan: Mengamati faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi

berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan


itu, maka semakin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk bereaksi.
Katalis ialah zat yang mengambil
bagian dalam reaksi kimia dan
mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak
mengalami perubahan kimia yang
permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam
persamaan kimia secara keseluruhan, tetapi
kehadirannya sangat mempengaruhi hukum
laju, memodifikasi, dan mempercepat
lintasan yang ada, atau lazimnya, membuat
lintasan yang sama sekali baru bagi
kelangsungan reaksi. Katalis menimbulkan
efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun
dengan jumlah yang sangat sedkit. (Oxtoby,
2001)

Dasar Teori
Laju reaksi kimia terlihat dari
perubahan konsentrasi molekul reaktan atau
konsentrasi molekul produk terhadap waktu.
Laju reaksi tidak tetap melainkan berubah
terus menerus seiring dengan perubahan
konsentrasi. (Chang, 2005)
Laju (atau kecepatan)
menunjukkan sesuatu yang terjadi persatuan
waktu. (Petrucci, 1987) Laju reaksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
konsentrasi, suhu, luas permukaan, dan
katalis.
Konsentrasi adalah banyaknya zat
terlarut di dalam sejumlah pelarut. Semakin
banyak zat terlarut, maka akan semakin
besar pula konsentrasi larutan. suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi mengandung
partikel yang lebih banyak, jika
dibandingkan dengan larutan dengan
konsentrasi yang lebih rendah. Pada
konsentrasi tinggi, memungkinkan
tumbukan yang terjadi akan lebih banyak,
sehingga membuka peluang semakin banyak
tumbukan efektif yang menyebabkan laju
reaksi menjadi lebih cepat. Akibatnya, hasil
reaksi akan lebih cepat terbentuk.
Suhu. Peningkatan suhu
meningkatkan fraksi molekul yang memiliki
energi melebihi energi aktivasi. Frekuensi
tumbukan meningkat dengan meningkatnya
suhu, dan diharapkan hal tersebut sebagai
faktor untuk mempercepat suatu reaksi
kimia. (Petrucci, 1987)
Luas permukaan memiliki peranan
yang penting dalam laju reaksi. Apabila
semakin kecil luas permukaan, maka
semakin kecil tumbukan yang terjadi antar
partikel, sehingga laju reaksi semakin
lambat. Begitupun sebaliknya. Karakteristik
kepingan yang direaksikan juga turut

Alat dan Bahan


Alat:
Tabung reaksi 6 buah
Kaki tiga 1 buah
Rak tabung reaksi 3 buah
Penjepit tabung reaksi 1 buah
Gelas ukur 6 buah
Gelas kimia 6 buah
Pipet tetes 5 buah
Spatula 1 buah
Statif dan ring 1 buah
Pembakar spirtus 1 buah
Neraca O-hauss 1 buah
Batang pengaduk 1 buah
Kawaat kasa 1 buah
Thermometer 1 buah
Lumpang dan alu 1 buah
Stopwatch 1 buah

Bahan:
Pita magnesium 4 buah
HCl 0,5M; 1M; 2M; DAN 3M
HCl 0,1 M 60ml
Na2S2O3 0,1M 60ml
H2O2 15ml
NaCl 4 tetes
FeCl3 4 tetes
Batu pualam (padat dan serbuk) 2 gram

1.

2.

3.

4.

Pada percobaan pertama dilakukan


Prosedur dan Pengamatan
pengamatan faktor laju reaksi, yaitu
konsentrasi, yang dilakukan dengan
Prosedur
mereaksikan pita magnesium bersama HCl
Pengaruh Konsentrasi
Menyediakan 4 buah tabung reaksi, lalu mengisi yang konsentrasinya berbeda-beda. Pada
masing-masing tabung dengan pita magnesium. konsentrasi yang rendah, yaitu 0,5 M, laju
reaksi berjalan sangat lambat. Semakin
Memasukkan HCl 0,5 M pada tabung pertama,
ditingkatkan konsentrasi HCl, laju reaksi
HCl 1 M pada tabung kedua, HCl 2 M pada
semakin berjalan cepat, yaitu saat
tabung ketiga, dan HCl 3 M pada tabung
konsentrasi dinaikkan menjadi 1 M, 2 M,
keempat. Mengamati keempatnya, mencatat
dan 3 M. Hal ini membuktikan bahwa
waktu yang dibutuhkan sampai reaksi berhenti.
konsentrasi mempengaruhi laju reaksi. Jika
konsentrasi suatu zat semakin besar maka
laju reaksinya semakin cepat pula, begitu
Pengaruh Suhu
juga sebaliknya. Suatu larutan dengan
Memasukkan larutan 15ml Na2S2O3 0,1 M ke
konsentrasi pekat mengandung partikel yang
dalam 15ml larutan HCl 0,1 M yang ditaruh di
atas kertas bertanda X. Mengamati sampai tanda lebih rapat, jika dibandingkan dengan
X tidak terlihat dari atas. Kemudian, menaikkan larutan yang berkonsentrasi kecil (encer),
sehingga lebih mudah dan lebih sering
suhu larutan Na2S2O3 menjadi 400C, 500C, dan
0
bertumbukan. Itulah sebabnya, makin besar
60 C lalu mempraktikkan sama seperti
Na2S2O3yang tidak dipanaskan. Mengamati juga, konsentrasi suatu larutan, maka semakin
sampai tanda X menghilang. Mencatat suhu awal cepat pula laju reaksinya.
Pada percobaan kedua, dilakukan
dan akhir.
pengamatan terhadap suhu. Pencampuran
Pengaruh Luas Permukaan
antara HCl dengan Na2S2O3, sebanyak
Menyiapkan 2 buah tabung reaksi. Mengisi
tabung pertama dengan bongkahan batu pualam masing-masing 15 ml; 0,1 M, diperlukan
wakt selama 14 menit 40 detik. Tetapi, saat
sebanyak 2 gram, lalu menambahkan 1ml HCl
Na2S2O3 dinaikkan menjadi 400C,
2M. Mengisi tabung kedua dengan gerusan batu suhu
0
0
pualam sebanyak 2 gram, lalu menambahkan pula 50 C, dan 60 C ternyata memerlukan waktu
lebih sedikit saat pencampuran HCl. Hal ini
1ml HCl 2M. Mengamati laju reaksi keduanya.
disebabkan karena suhu turut berperan
Pengaruh Katalis
dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila
Menyiapkan 3 buah tabung reaksi, kemudian
suhu pada suatu reaksi yang berlangsung
mengisi ketiganya dengan 5ml larutan H2O2.
dinaikkan, maka menyebabkan partikel
Tabung pertama sebagai pembanding.
Menambahkan tabung kedua dengan NaCl 0,1 M semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan
yang terjadi semakin sering, menyebabkan
2 tetes. Menambahkan tabung ketiga dengan
laju reaksi semakin besar. Sebaliknya,
FeCl3 0,1 M 4 tetes. Mengamati ketiganya.
apabila suhu diturunkan, maka partikel
semakin tak aktif, sehingga laju reaksi
semakin kecil.
Pembahasan
Pada percobaan ketiga, dilakukan
Pada praktikum kali ini, telah
pengamatan pengaruh luas permukaan
dilakukan percobaan mengenai faktor-faktor
terhadap laju reaksi. Berdasarkan percobaan,
yang mempengaruhi laju reaksi. Faktorbongkahan batu pualam sebanyak 2 gram
faktor tersebut yaitu konsentrasi, suhu, luas
yang direaksikan degan HCl 2 M bereaksi
permukaan, dan katalis.
lebih lambat dibandingkan dengan batu

pualam yang dihaluskan terlebih dahulu


kemudian direaksikan dengan HCl.
Berdasarkan teori, bubuk zat padat biasanya
menghasilkan reaksi yang lebih cepat
dibandingkan sebuah bongkahan zat padat
dengan massa yang sama, karena bubuk zat
padat memiliki luas permukaan yang lebih
besar. Suatu zat akan bereaksi hanya jika zat
tersebut bercampur dan terjadi tumbukan.
Tumbukan tersebut terjadi antara luas
permukaan bidang sentuh dari masingmasing molekul. Semakin luas permukaan
suatu zat, semakin kecil ukuran partikel zat.
Jadi, semakin kecil ukuran partikel zat,
reaksipun akan berlangsung cepat.
Pada percobaan terakhir,
dilakukan pengamatan katalis dalam laju
reaksi. Katalis adalah suatu zat yang
mempercepat laju reaksi pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan atau terpakai
oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis
berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai
pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih
cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu
lebih rendah akibat perubahan yang
dipicunya terhadap pereaksi. Dalam
percobaan digunakan katalis H2O2, dimana
tabung pertama dijadikan standar yang tidak
diperlakukan apa-apa lalu mulai terbentuk
gelembung. Namun, setelah tabung
H2O2 ditambahkan NaCl 0,1 M atau
FeCl3 0,1 M, waktu reaksi berlangsung
sangat kontras. Pada penambahan
FeCl3 reaksi berhenti pada menit ke 7, detik
ke 54. Namun, saat penambahan NaCl,
reaksi berhenti pada jam ke 1, menit ke 39,
detik ke 22. Hal ini mungkin disebabkan
karena sifat katalis yang spesifik, yaitu
hanya cocok pada substansi tertentu.

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi laju rekasi yaitu:
Konsentrasi. Semakin tinggi
konsentrasi, maka laju rekasi semakin cepat.
Semakin rendah konsentrasi, maka laju
reaksi semakin lambat.
Suhu. Peningkatan suhu akan
mempercepat laju reaksi.
Luas permukaan. Semakin luas
permukaan, maka laju reaksi akan semakin
cepat.
Katalis. Katalis yang ditambahkan akan
mempercepat laju reaksi

Tujuan
o Mengamati perubahan yang terjadi di anoda
dan katoda pada elektrolisis beberapa
larutan
o Menuliskan reaksi-reaksi yang terjadi pada
sel elektrolisis
II.
Landasan Teori
Elektrolisis merupakan suatu proses
yang menggunakan energi listrik agar reaksi
kimia nonspontan dapat terjadi. Sel
elektrolisis terdiri atas sepasang elektroda
yang dicelupkan dalam elektrolit (larutan
atau leburan).
Elektron dari listrik searah memasuki
larutan melalui katode (kutub negatif), lalu
elektron dari katode diserap oleh spesi
tertentu dalam larutan dan mengalami
reduksi. Sementara itu, spesi tertentu yang
lain melepaskan elektron di anode dan
mengalami oksidasi. Jadi, reaksi yang terjadi
pada di katode dan anode pada sel
elektrolisis sama seperti pada sel volta, yaitu
di katode adalah tempat terjadinya reaksi
reduksi dan di anode adalah tempat
terjadinya reaksi oksidasi. Akan tetapi,
muatan elektronnya berbeda. Pada sel volta
katode bermuatan positif dan anode
bermuatan negatif, sedangkan pada sel
elektrolisis katode bermuatan negatif dan
anode bermuatan positif.
III.

Praktikum Elektrosis

1.
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Alat dan Bahan


Alat
Tabung U
Catu daya
Kawat penghubung atau jepit buaya
Gelas kimia 100 ml
Pipet tetes
Tabung reaksi dan rak

g)
2.
a)
b)
c)
d)
e)
IV.
A.
1)
2)

3)

4)

5)

6)

7)

8)

B.

statif
Bahan
Elektroda karbon
Larutan KI 0,5 M
Larutan Na2SO4 0,5 M
Indikator PP
Larutan amilum
Cara kerja
Elektrolisis larutan Na2SO4
Statif diletakkan di atas meja. Lalu tabubg
U dijepitkan pada statif
Tabung U diisi dengan larutan
Na2SO4 sampai tinggi larutan tersebut 1 cm
kurang dari ujung tabung U.
Sampel dari larutan Na2SO4 sebanyak 2 ml
diambil dengan pipet tetes lalu dimasukkan
dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan indikator PP
sebanyak 3 tetes lalu perubahan warna
dicatat.
Elektroda karbon dicelupkan ke dalam
masing-masing ujung tabung U yang pada
ujung lain elektroda tersebut telah terhubung
dengan jepit buaya.
Kemudian kedua elektroda dihubungkan
pada catu daya arus searah sebesar 12 volt
selama 10-15 menit.
Setelah selesai, 2 ml larutan di anodadan
katoda diambil secara bergantian dan
dimasukkan dalam tabung reaksi masingmasing.
Pada masing-masing larutan ditetesi
indikator PP sebanyak 3 tetes. Lalu
perubahan warna dicatat.

Elektrolisis Larutan KI

1)
2)

3)

4)

5)

6)

7)

8)

Statif diletakkan di atas meja. Lalu tabubg


U dijepitkan pada statif
Tabung U diisi dengan larutan KI sampai
tinggi larutan tersebut 1 cm kurang dari
ujung tabung U.
Sampel dari larutan KI di anoda dan
katoda sebanyak 2 ml diambil dengan pipet
tetes lalu dimasukkan dalam tabung reaksi
masing-masing.
Lalu pada larutan KI katoda ditambahkan
3 tetes indikator PP dan pada larutan KI
anoda ditambahkan 3 tetes larutan amilum.
Lalu perubahan warna dicatat.
Elektroda karbon dicelupkan ke dalam
masing-masing ujung tabung U yang pada
ujung lain elektroda tersebut telah terhubung
dengan jepit buaya.
Kemudian kedua elektroda dihubungkan
pada catu daya arus searah sebesar 12 volt
selama 10-15 menit.
Larutan KI di anoda dan di katoda diambil
sebanyak 2 ml secara terpisah lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi masingmasing.
Lalu pada larutan KI katoda ditambahkan
3 tetes indikator PP dan pada larutan KI
anoda ditambahkan setetes demi setetes
sampai terjadi perubahan warna. Lalu
perubahan warna dicatat.
Data atau hasil
Larutan
Na2SO4
KI

VI.

Pembahasan

Sebelum Dielektrolisis
Anoda+Amilu
Katoda+PP
m
Bening
Bening
Bening

Setelah

Katoda+
Merah
Merah

Reaksi elektrolisis Larutan Na2SO4 dengan


elektroda karbon (C)
Reaksi:
Na2SO4(aq)
Anoda:

2 Na2+(aq) + SO42-(aq)
2 H2O(l)

4 H+(aq) + O2(g) + 4e
Katoda:
2e

2 H2O(l) +

REAKSI KIMIA
II.

H2(g) + 2OH-(aq)

Reaksi Elekrolisis akhir:


Anoda:

1.

Untuk mengetahui indikasiindikasi


terjadinya reaksi kimia atau perubahan
kimia.
2.
Dapat membedakan indikasi perubahan
antara zat-zat asal (reaktan) dengan hasil
reaksi (produk)nya.
3.
Untuk mengetahui reaksi larutan atau
senyawa yang reaksi-reaksinya
menghasilkan gas, larutan berwarna dan
endapan.
4.
Untuk mengamati atau berlangsungnya
reaksi kimia dengan melihat perubahanperubahanya.

2 H2O(l)

4 H+(aq) + O(g) + 4e
Katoda:
4e

4 H2O(l) +

2H2(g) + 4OH-(aq)
2

H2O(l)

TUJUAN PRAKTIKUM

2H2(g) + O2(g)

III.

TEORI
Reaksi kimia adalah suatu proses
dimana zat-zat baru yaitu hasil
reaksi, terbentuk dari beberapa zat aslinya,
yang disebut pereaksi. Biasanya suatu reaksi
kimia disertai oleh kejadian-kejadian fisis,
seperti perubahan warna, pembentukan
endapan, atau timbulnya gas atau bisa juga
reaksi kimaia di definisikan sebagi berikut,
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang
selalu menghasilkan antar perubahan
senyawa kimia.Senyawa ataupun senyawasenyawa awal yang terlibat dalam reaksi
disebut sebagai reaktan.
Reaksi kimia biasanya
dikarakterisasikan dengan perubahan
kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau

1.
2.
3.
4.

1.

2.

lebih produk yang biasanya memiliki ciriciri yang berbeda dari reaktan.
Reaksi kimia dikatakan atau berlangsung
apabila salah satu hal berikut harus teramati
yaitu reaksi tersebut menghasilkan gas,
endapan, perubahan suhu dan perubahan
warna.
Dan terjadinya suatu perubahan suhu
atau perubahan panas dapat di amati melalui
pengkuran suhu suatu reaksi.dan perubahan
warna dan juga terjadinya endapan dapat di
amati secara langsung.dan gas yang terjadi
sebagai indikasi terjadinya reaksi dapat di
amati secara langsung dari gelembung gas
yang timbul terutama dari media reaksi yang
berupa larutan ataupun dari gas berwrna
yang di hasilkan.
Reaksi kimia dibagi beberapa jenis
diantaranya.
Pembakaran
Penggabungan
Penguraian
Pemindahan Tanggal
Laju reaksi suatu reaksi kimia
merupakan pengukuran bagaimana
konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang
terlibat dalam reaksi berubah seiring dengan
berjalannya waktu. Analisis laju reaksi
sangatlah penting dan memiliki banyak
kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan
kajian kesetimbangan kimia. Laju reaksi
secara mendasar tergantung pada:
Konsentrasi reaktan, yang biasanya
membuat reaksi berjalan dengan lebih cepat
apabila konsentrasinya dinaikkan. Hal ini
diakibatkan karena peningkatan
pertumbukan atom per satuan waktu,
Luas permukaan yang tersedia bagi
reaktan untuk saling berinteraksi, terutama
reaktan padat dalam sistem heterogen. Luas

3.

4.

5.

6.

7.

permukaan yang besar akan meningkatkan


laju reaksi.
Tekanan, dengan meningkatkan tekanan,
kita menurunkan volume antar molekul
sehingga akan meningkatkan frekuensi
tumbukan molekul.
Energi aktivasi, yang didefinisikan sebagai
jumlah energi yang diperlukan untuk
membuat reaksi bermulai dan berjalan
secara spontan. Energi aktivasi yang lebih
tinggi mengimplikasikan bahwa reaktan
memerlukan lebih banyak energi untuk
memulai reaksi daripada reaksi yang
berenergi aktivasi lebih rendah.
Temperatur, yang meningkatkan laju
reaksi apabila dinaikkan, hal ini dikarenakan
temperatur yang tinggi meningkatkan energi
molekul, sehingga meningkatkan tumbukan
antar molekul per satuan waktu.
Keberadaan ataupun ketiadaan katalis.
Katalis adalah zat yang mengubah lintasan
(mekanisme) suatu reaksi dan akan
meningkatkan laju reaksi dengan
menurunkan energi aktivasi yang diperlukan
agar reaksi dapat berjalan. Katalis tidak
dikonsumsi ataupun berubah selama reaksi,
sehingga ia dapat digunakan kembali.
Untuk beberapa reaksi, keberadaan radiasi
elektromagnetik, utamanya ultraviolet,
diperlukan untuk memutuskan ikatan yang
diperlukan agar reaksi dapat bermulai. Hal
ini utamanya terjadi pada reaksi yang
melibatkan radikal.
Laju reaksi berhubungan dengan
konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam
reaksi. Hubungan ini ditentukan oleh
persamaan laju tiap-tiap reaksi. Perlu
diperhatikan bahwa beberapa reaksi
memiliki kelajuan yang tidak tergantung
pada konsentrasi reaksi.
1. Jenis jenis reaksi kimia :

a.

b.

c.

d.

e.

Pembakaran.
Pembakaran adalah suatu reaksi
dimana suatu unsur atau senyawa bergabung
dengan oksigen membentuk senyawa yang
mengandung oksigen sederhana.
Contohnya : CO2, H2O dan SO2
C3 H8 (9) + 5O2(9)3CO2 (9) + 4H2O
(9)
2C6 H14 O4 (9) + 15O212Co2 (9) +
14H2O(9)
Atau Pembakaran, adalah sejenis
reaksi redoks yang mana bahan-bahan yang
dapat terbakar bergabung dengan unsurunsur oksidator, biasanya oksigen, untuk
menghasilkan panas dan membentuk produk
yang teroksidasi. Istilah pembakaran
biasanya digunakan untuk merujuk hanya
pada oksidasi skala besar pada keseluruhan
molekul. Oksidasi terkontrol hanya pada
satu gugus fungsi tunggal tidak termasuk
dalam proses pembakaran.
C10H8+ 12 O2 10 CO2 + 4 H2O
CH2S + 6 F2 CF4 + 2 HF + SF6
Penggabungan (sintetis) suatu reaksi
dimana sebuah zat yang lebih kompleks
terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih
sederhana (baik unsur maupun senyawa).
2H2 (9) + O2 (9) 2H2O (9)
CO (9) + 2H2 (9) CH3OH (9)
Penguraian adalah suatu reaksi dimana
suatu zat dipecah menjadi zatzat yang lebih sederhana
2Ag2O(p)4Ag(p) + O2(9)
Penggantian (Perpindahan tanggal) adalah
suatu reaksi dimana sebuah
unsur pindahan unsur lain dalam suatu
senyawa.
Cu(p) + 2Ag+(ag)CU2+(ag) + 2 Ag
(p)
Metatesis (pemindahan tanggal) adalah
suatu reaksi dimana terjadi

f.

g.

h.

i.

j.

k.

a.

b.

c.

pertukaran antara dua reaksi.


AgNo3(ag)NaCL(a g) AgCL(p) +
NaNO3(ag)
Isomerisasi, yang mana senyawa kimia
menjalani penataan ulang struktur tanpa
perubahan pada kompoasisi atomnya
Kombinasi langsung atau sintesis, yang
mana dua atau lebih unsur atau senyawa
kimia bersatu membentuk produk kompleks:
N2 + 3 H2 2 NH3
Dekomposisi kimiawi atau analisis, yang
mana suatu senyawa diurai menjadi senyawa
yang lebih kecil:
2 H2O 2 H2 + O2
Penggantian tunggal atau substitusi,
dikarakterisasikan oleh suatu unsur
digantikan oleh unsur lain yang lebih reaktif:
2 Na(s) + 2 HCl(aq) 2 NaCl(aq) +
H2(g)
Metatesis atau Reaksi penggantian ganda,
yang mana dua senyawa saling berganti ion
atau ikatan untuk membentuk senyawa yang
berbeda:
NaCl(aq) + AgNO3(aq) NaNO3(aq)
+ AgCl(s)
Reaksi asam basa, secara luas merupakan
reaksi antara asam dengan basa. Ia memiliki
berbagai definisi tergantung pada konsep
asam basa yang digunakan. Beberapa
definisi yang paling umum adalah:
Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi
dalam air melepaskan ion H3O+; basa
berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
Definisi Brnsted-Lowry: Asam adalah
pendonor proton (H+) donors; basa adalah
penerima (akseptor) proton. Melingkupi
definisi Arrhenius.
Definisi Lewis: Asam adalah akseptor
pasangan elektron; basa adalah pendonor
pasangan elektron. Definisi ini melingkupi
definisi Brnsted-Lowry.

l.

Reaksi redoks, yang mana terjadi


perubahan pada bilangan oksidasi atom
senyawa yang bereaksi. Reaksi ini dapat
diinterpretasikan sebagai transfer elektron.
Contoh reaksi redoks adalah:
2 S2O32(aq) + I2(aq) S4O62(aq) +
2 I(aq)
Yang mana I2 direduksi menjadi I- dan
S2O32- (anion tiosulfat) dioksidasi menjadi
S4O62-.
m. Disproporsionasi, dengan satu reaktan
membentuk dua jenis produk yang berbeda
hanya pada keadaan oksidasinya.
2 Sn2+ Sn + Sn4+
n. Reaksi organik, melingkupi berbagai jenis
reaksi yang melibatkan senyawa-senyawa
yang memiliki karbon sebagai unsur
utamanya.
2.
Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi menggambarkan
reaksi kimia yang terdiri atas rumus kimia
pereaksi dan hasil reaksi disertai koefisien
masing-masing. Pada reaksi kimia, satu zat
atau lebih dapat diubah menjadi zat jenis
baru. Zatzat yang bereaksi disebut pereaksi
(reaktan), sedangkan zat baru yang
dihasilkan disebut hasil reaksi (produk).
John Dalton mengemukakan bahwa, jenis
dan jumlah atom yang terlibat dalam reaksi
tidak berubah, tetapi ikatan kimia di antara
kedua zat berubah. Perubahan yang terjadi
dapat dijelaskan dengan menggunakan
rumus kimia zat yang terlibat dalam reaksi
dinamakan persamaan reaksi. Misal, reaksi
antara gas hidrogen dengan gas oksigen
membentuk air dapat dijelaskan sebagai
berikut:
3.

Ciri Reaksi Kimia


1.

Terbentuknya Endapan

4.

2.

Menghasilkan Gas

3.

Perubahan Suhu

Faktor yang Mempengaruhi Reaksi


a.

Ukuran Partikel

Tumbukan antar zat pereaksi dapat


mengakibatkan reaksi kimia pada suatu zat.
Semakin banyak terjadi tumbukan, semakin
cepat reaksi berlangsung. Ukuran partikel
mempengaruhi kecepatan reaksi suatu zat.
b.
No
1

Suhu
Reaksi Yang Menghasilkan Endapan
NaCl (Putih) + AgNO3 (Bening)

Pengamat
Terbentuk

HgCl2 (bening) + KI (bening)

Terbentuk

Bagaimanakah pengaruh suhu


terhadap kecepatan reaksi? Semakin tinggi
suhu reaksi, semakin cepat reaksi
berlangsung. Jika suhu dinaikkan akan
menyebabkan gerakan partikel-partikel
pereaksi semakin cepat. Semakin cepat
pergerakan partikel menyebabkan
tumbukan antar zat pereaksi bertambah
banyak, sehingga reaksi yang terjadi
menjadi cepat.
Cara teringkas untuk memberikan
suatu reaksi kimia adalah dengan menulis
suatu persamaan kimia berimbang yang

IV.

merupakan pernyataan kualitatif maupun


kuantitatif mengenai pereaksi yang terlibat.
Tiap zat diwakili oleh rumus molekulnya.
Menyatakan banyaknya atom-atom dari tiap
macam dalam suatu satuan zat itu. Rumus
molekulnya merupakan kelipatan bilangan
bulat rumus emperis zat itu yang
menyatakan jumlah minimal yang mungkin
dalam perbandingan yang benar atom-atom
dari tiap macamnya. Tiga kelas umum reaksi
yang dijumpai dengan melaus dalam kimia
ialah reaksi kombinasi langsung, reaksi
penukargantian sederhana dan reaksi
penukargantian rangkap.
DATA P ENGAMATAN
No
1

No
1

V.

keluarnya gelembung-gelembung gas pada


senyawa Zn.
Sedangkan pada percobaan yang
kedua kita mereaksikan senyawa yang
menghasilkan larutan berwarna, dan
senyawa yang di reaksikannya adalah
CuSO4 yang berwarna biru muda dengan
senyawa NH4OH yang berwarna bening, dan
setelah di campurkan dan setelah kita amati
terjadi perubahan warna menjadi biru tua.
Sedangkan dalam percobaan yang ke
tiga kita mereaksikan senyawa yang
menghsilkan endapan, dan senyawanya
NaCl yang berwarna putih dicampurkan
dengan AgNO3 yang berwarna bening, dan
setelah kita campurkan dan diamati
terbentuk suatu endapan putih menggumpal.
Reaksi Yang Menghasilkan Gas
Dan kita mencampurkan lagi senyawa
HCl + 1 Zn
HgCl2 yang berwarna bening dengan
senyawa KI yang berwarna bening,dan
setelah di amati terbentuk endapan warna
Reaksi Yang Menghasilkan Larutan Berwarna
orange.
CuSO4 (biru muda)+ NH4OH(bening)
VI.
KESIMPULAN

PEMBAHASAN
Jadi setelah kita melakukan
peraktikum tentang reaksi kimia,kita dapat
mengetahui hasil dari reaksi reaksi yang di
campurkan atau di larutkan.yang pertama
kita melakukan peraktek tentang reaksi yang
menghasilkan gas, dan senyawa yang di
reaksikan adalah HCl + 1 Zn dan dari
pengamatan yang kami lihat bahwa terjadi
reaksi pada senyawa tersebut yaitu

Jadi setelah kita melakukan percobaan


tentang reaksi kimia,kita dapat mengetahui
tatacara atau prosedur cara untuk
mereaksikan suatu senyawa. Dan pada
pereaksian suatu senyawa dapat di
simpulkan bahwa suatu reaksi bisa diketahui
dengan cirinya yaitu terbentuknya suatu
endapan,dapat menghasilkan gas dan
perubahan suhu

Perubahan Entalpi
Tujuan
Mengetahui perubahan entalpi reaksi
Teori
Perubahan entalpi reaksi dapat
ditentukan berdasarkan percobaan
(kalorimetri), Hukum Hess, entalpi
pembentukan, dan data energi ikatan.
Penentuan kalor reaksi dengan
menggunakan kalorimeter disebut
kalorimetri. Data H reaksi yang terdapat
dalam tabel-tabel umumnya ditentukan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.

secara kalorimetris. Kalorimeter adalah


suatu sistem terisolasi (tidak ada pertukaran
materi maupun energi dengan lingkungan di
luar kalorimeter). Dengan demikian, semua
kalor yang dibebaskan oleh reaksi yang
terjadi di dalam kalorimeter , tidak ada yang
terbuang ke dalam kalorimeter. Dengan
mengukur kenaikan suhu di dalam
kalorimeter, kita dapat menentukan jumlah
kalor yang diserap oleh air serta perangkat
kalorimeter berdasarkan rumus:
q air= m x c x T
q bom= C x T
Oleh karena tidak ada kalor yang
terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi
sama dnegan kalor yang diserap oleh air
(larutan) dan bom, tetapi tandanya berbeda.
q reaksi =- (q air+q bom)
Jika suatu reaksi berlangsung secara
eksooterm, maka kalor sepenuhnya akan
diserap oleh larutan di dalam gelas.
Sebaliknya jika reaksi yang berlangsung
tergolong endoterm, maka kalor itu diserap
dari larutan di dalam gelas. Jadi kalor reaksi
sama dengan jumlah kalor yang diserap atau
yang dilepaskan larutan, sedangkan kalor
yang diserap oleh gelas dan lingkungan
diabaikan.
q reaksi = - q larutan
Alat dan Bahan
Larutan NaOH 1 M
Bejana plastik
Larutan HCl 1 M k
Silinder ukur.
Termometer
Tissue
Cara Kerja
Masukkan 50 cm3 larutan NaOH 1 M ke
dalam bejana plastik dan 50 cm3 larutan
HCl 1 M ke dalam silinder ukur.
Ukur suhu kedua larutan itu. Termometer
harus dibersihkan dan dikeringkan sebelum
dipindahkan dari satu larutan ke larutan
yang lain. Jika suhu kedua larutan berbeda,
tentukan suhu rata-rata (suhu awal).

3.

1.

2.
3.
4.

a.
b.
c.
1.

2.

Tuangkan HCl ke dalam bejana plastik yang


berisi larutan NaOH, aduk dengan
termometer dan perhatikan suhu yang
ditunjukkan oleh termometer itu. Suhu akan
naik kemudian menjadi tetap dan
selanjutnya turun. Catatlah suhu yang tetap
itu (suhu akhir).
Hasil Pengamatan
Suhu NaOH : 29 oC
Suhu HCl: 29 oC
Suhu Campuran : 30 oC
T = 30 oC - 29 oC = 1 K
Analisis Data/Pertanyaan
Hitunglah energi yang harus pindah ke
lingkungan agar suhu larutan hasi reaksi
turun menjadi sama dengan suhu pereaksi
(suhu awal).
Hitunglah jumlah mol NaOH dalam 50
cm3 larutan NaOH 1 M dan jumlah mol HCl
dalam 50 cm3larutan HCl 1 M.
Hitunglah perubahan entalpi (H) per mol
H2O yang terbentuk dalam reaksi.
Tulis persamaan termokimia untuk reaksi
ini.
Catatan:
Pada perhitungan perubahan entalpi pada
reaksi ini dianggap bahwa:
Massa larutan sama dengan massa air (2 x
50 cm3 larutan dianggap 100 cm3 air).
Selama reaksi berlangsung, energi yang
berpindah dari sistem ke lingkungan dapat
diabaikan.
Kalor jenis air 4,2 J K-1 g-1, massa air=1 g
cm-3
Jawaban:
Dik: Suhu NaOH: 29 oC
Suhu HCl: 29 oC
Suhu campuran: 30oC
Dit: Energi yang harus pindah?
Penyelesaian:
q larutan = m x c x T
= 100 g x 4,2 J g-1 x 1 K = 420 J
q reaksi = - q larutan = -420 J
Jumlah mol NaOH, n = V x M =0,05 L x 1
mol L-1mol.

Jumlah mol HCl, n = V x M =0,05 L x 1


mol L-1mol.
3. q (1 mol HCl + 1 mol NaOH)= 1/0,05 x
-420J
= - 8400 J
= - 8,4 kJ
Jadi H reaksi = q reaksi = - 8,4 kJ.
4.
HCl(aq) + NaOH(aq)
NaCl (aq) + H2O(l) H =- 8,4 kJ.
Kesimpulan
Entalpi molar adalah perubahan
entalpi yang dikaitkan dengan kuantitas zat
yang bereaksi. Entalpi molar dinyatakan
dalam kJ mol-1.
Jika suatu reaksi berlangsung secara
eksooterm, maka kalor sepenuhnya akan
diserap oleh larutan di dalam gelas.
Sebaliknya jika reaksi yang berlangsung
tergolong endoterm, maka kalor itu diserap
dari larutan di dalam gelas. Jadi kalor reaksi
sama dengan jumlah kalor yang diserap atau
yang dilepaskan larutan, sedangkan kalor
yang diserap oleh gelas dan lingkungan
diabaikan.
q reaksi = - q larutan

Penyepuhan adalah suatu proses


pelapisan permukaan logam dengan
logam lain, misalnya suatu logam yang
disepuh dengan nikel,krom,perak,emas,
atau tembaga.
Penyepuhan logam dapat dilakukan
dengan cara elektrolisis.
b. Alat Dan Bahan
1.Gelas kimia 100 mL
2.Tembaga
3.Paku besi 2 buah
4.Baterai
5.Kabel
6.Plester
7.Larutan CuSO4
c. Cara Kerja
Mengisi gelas kimia dengan 60 mL
larutan CuSO4
Menghubungkan paku dengan kutub (-)
pada baterai dengan plester, dan
tembaga dengan kutub (+) baterai
Memasukkan paku dan tembaga
tersebut kedalam larutan CuSO4 selama
10 menit
Mengganti paku pertama dengan paku
kedua lalu memasukkannya kembali ke
dalam larutan CuSO4 selama 5 menit.

PROSES PENYEPUHAN
I. TUJUAN
Mengamati peristiwa penyepuhan
(electroplating) pada tembaga
II. LAPORAN
a. Teori Dasar
Banyak benda-benda logam disekitar
kita telah mengalami penyepuhan
sehingga kelihatan indah dan menarik.

d. Hasil Pengamatan
No
Keadaan Tembaga (anode)
Keadaan Paku (Katode)
1
Warna kuning emas
Warna millennium
2
Tidak ada perubahan/tetap
Berwarna hitam (mengendap)

3
Tidak ada perubahan/tetap
Berwarna agak hitam

= 31,75

e. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengematan tadi
diketahui bahwa lamanya atau waktu
mempengaruhi pada proses
penyepuhan. Hal ini ditunjukkan pada
proses penyepuhan dengan waktu 10
detik lebih tebal daripada yang 5 detik.
1. Bagaimana persamaan eloktrolisis
penyepuhan besi dengan tembaga
2. Bila proses penyepuhan dilakukan
selama 5 menit dengan arus sebesar 4
ampere. Hitung erat logam yang
melapisi paku!
3. Buat ketentuan tentang proses
penyepuhan suatu benda.
a. Logam penyepuh dipakai sebagai apa
.
b. Benda yang akan disepuh dipakai
sebagai apa .
c. Larutan penyepuh dipakai sebagai .
4. Agar terlihat mewah, beberapa
peralatan rumah tangga dilapisi perak.
Misalnya sendok akan. Rancang proses
penyepuhan sendok yang terbuat dari
besi (baja) dengan perak. Sebutkan
bahan dan alat yang digunakan, serta
tulis reaksi elektrolisisnya.

Dit : WCu = ?
Jawab :
WCu = e x i x t / 96500
= 31,75 x 4 x 300 / 96500
= 0, 39 gram

f. Jawaban Pertanyaan
1. Persamaan elektrolisis penyepuhan
besi dengan tembaga adalah
Katode (Fe) : Cu + + e- Cu
Anode (Cu) : Cu Cu + + eCu (Anode) Cu (Katode)
Ket :
Katodenya Fe dan anodenya Cu, karena
dalam reaksi elektrolisis larutan CuSO4,
maka Fe tidak berpengaruh.
2. Dik : t = 5 menit = 300 sekon
i = 4 Ampere
eCu = Ar Cu / 2
= 63,5 / 2

CuSO4 Cu2+ + SO4

3. a. Logam penyepuh dipakai sebagai


anode
b. Benda yang akan disepuh disebut
sebagai katode
c. Larutan penyepuh dipakai sebagai
larutan elektrolit
4.
Penyepuhan
Tujuan : Menyepuh sendok
Alat dan Bahan : - Sendok
- Perak
- Larutan elektrolit Ag(CN)2- Sumber listrik (baterai)
- Gelas kimia
- Kabel dan Plester
Cara Kerja :
Mengisi gelas kimia dengan larutan
Ag(CN)2Merangkai baterai dengan sendok
Mencelupkan sendok dan perak ke
dalam larutan
Menunggu sampai sendok terlapisi oleh
perak (terlihat mengkilap)
Kesimpulan
Katode (Fe) : Ag+ + e- Ag
Anode (Ag) : Ag Ag+ + eIon Ag+ dalam larutan tereduksi di
katode dan mengendap sebagai Ag pada
sendok. Di anode, electrode Ag
teroksidasi untuk terus memasok ion
Ag+ dalam larutan.

KESIMPULAN
Penyepuhan adalah pelapisan dengan
logam menggunakan sel elektrolisis
untuk memperindah penampilan dan
pencegahan korosi. Benda yang akan
disepuh dijadikan katode (Fe) dan
logam penyepuh sebagai anode (Cu),
(Ag). Larutan elektrolit yang digunakan
adalah larutan elektrolit dari penyepuh
seperti pada penyepuhan tembaga
adalah CuSO4 dan pada penyepuh perak
adalah Ag(CN)2-. Dan lamanya proses
penyepuhan mempengaruhi ketebalan
lapisan logam penyepuh pada logam
yang disepuh

Anda mungkin juga menyukai