Anda di halaman 1dari 5

PERCOBAAN 7

KECEPATAN DISOLUSI

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk:

 Menentukan kecepatan disolusi suatu zat


 Menggunakan alat penentuan kecepatan disolusi suatu zat
 Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat

Teori Umum
Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut dalam pelarut
tertentu setiap satuan waktu. Suatu hubungan yang umum menggambarkan proses disolusi zat padat
telah dikembangkan oleh Noyes dan Whitney dalam bentuk persamaan berikut :

dM DS
= (Cs-C)
dt h
dM/dt : kecepatan disolusi
D : koefisien difusi
S : luas permukaan zat
Cs : kelarutan zat padat
C : konsentrasi zat dalam larutan pada waktu t
H : tebal lapisan difusi

Dalam teori disolusi atau perpindahan masa, diasumsikan bahwa selama proses disolusi berlangsung
pada permukaan padatan terbentuk suatu lapisan difusi air atau lapisan tipis cairan yang stagnan dengan
ketebalan h, seperti tampak pada gambar berikut:

Lapisan
Zat padat Difusi Air
Cs Larutan

x=0

Bila konsentrasi zat terlarut di dalam larutan (C) jauh lebih kecil daripada kelarutan zat tersevyt (Cs)
sehingga dapat diabaikan, maka harga (Cs-C) dianggap sama dengan Cs. Jadi, persamaan kecepatan
disolusi dapat disederhanakan menjadi:
dM D. S .Cs
=
dt h

Dari persamaan tersebut di atas tampak beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi
suatu zat yaitu:

1. Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) zat yang bersifat endotermik serta
memperbesar harga koefisien difusi zat. Menurut Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan melalui
persamaan berikut:

k .T
D=
6.η r
D : koefisien difusi
k : konstantan Boltzman
r : jari-jari molekul
η : viskositas pelarut
T : suhu

2. Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu zat sesuai dengan
persamaan Einstein. Meningkatnya suhu juga menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan
disolusi.

3. pH pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat=zat yang bersifat asam atau basa lemah.

Untuk asam lemah:

dC
= K . S . Cs . ¿
dt
Jika [H+] kecil atau pH tinggi maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan
disolusi zat juga meningkat.

Untuk basa lemah:

dC
= K . S . Cs . ¿
dt
Jika [H+] besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan
disolusi zat juga meningkat.

4. Pengadukan
Kecepatan pengadukanakan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). jika pengadukan berlangsung
cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang sehingga kecepatan disolusi meningkat.
5. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil, maka luas permukaan efektif menjadi besar sehingga kecepatan
disolusi meningkat.

6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme. Struktur internal zat yang berlainan
dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda juga. Kristal metastabil umumnya lebih mudah
larut daripada bentuk stabilnya sehingga kecepatan disolusinya besar.

7. Sifat Permukaan zat


Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob. Dengan adanya
surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar partikel zat dengan pelarut akan menurun
sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan disolusinya bertambah.

Penentuan kecepatan disolusi suatu zat dapat dilakukan dengan metode :

1. Metode Suspensi
Serbuk zat padat ditambahkan ke dalam pelarut tanpa pengaturan ekssak terhadap luas permukaan
partikelnya. Sampel diambil pada waktu-waktu tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan
cara yang sesuai.
2. Metode Permukaan Konstan
Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya sehingga variable perbedaan luas
permukaan efektif dapt diabaikan. Umumnya zat diubah menjadi tablet terlebih daulu kemudian
ditentukan seperti pada metode suspensi.

Penentuan dengan metode suspensi dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe
dayung (alat tipe 2) seperti yang tercantum dalam USP. Untuk metode permukaan tetap dapat
digunakan alat seperti yang diusulkan oleh Simonelli dkk sebagai berikut:

Alat Uji Kecepatan Disolusi Permukaan Tetap Alat Uji Kecepatan Disolusi USP
Selain faktor-faktor yang telah diuraikan di atas, kecepatan disolusi suatu zat aktif dari sediaannya
dipengaruhi pula oleh faktor formulasi dan teknik pembuatan sediaan. Dalam bidang farmasi,
penentuan kecepatan disolusi suatu zat perlu dilakukan karena kecepatan disolusi merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi absorbs obat di samping membantu memprediksi kecepatan
absorbs obat di dalam tubuh. Penentuan kecepatan disolusi suatu zat aktif dapat dilakukan pada
beberapa tahap pembuatan suatu sediaan obat, antara lain:
1. Tahap Praformulasi
Pada tahap ini penentuan kecepatan disolusi dilakukan terhadap bahan baku obat dengan tujuan
untuk memilih sumber bahan baku dan memperoleh informasi tentang bahan baku tersebut.
2. Tahap Formulasi
Pada tahap ini penentuan kecepatan disolusi dilakukan untuk memilih formula sediaan yang
terbaik.
3. Tahap Produksi
Pada tahap ini kecepatan disolusi dilakukan untuk mengendalikan kualitas sediaan obat yang
diproduksi.

Percobaan
Pada percobaan penentuan kecepatan disolusi digunakan metode suspensi.

A. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Disolusi Zat


1. Isi bejana dengan 900 mL air suling
2. Pasang thermostat pada suhu 30 C
3. Jika suhu air di dalam bejaa sudah mencapai 30 C, masukkan 2 g asam salisilat dan hidupkan
motor penggerak pada kecepatan 20 rpm
4. Ambil sebnayak 20 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit
setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan sampel, segera digantikan dengan 20 mL air
suling
5. Tentukan kadar asam salisilat terlarut dari setiap sampel dengan menggunakan spektroftometer
pada panjang gelombang :
6. Lakukan percobaan yang sama untuk suhu 40 dan 50
7. Tabelkan hasil yang diperoleh
8. Buat kurva antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan waktu untuk setiap waktu

B. Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Kecepatan Disolusi Zat


1. Isi bejana dengan 900 mL air suling
2. Pasang thermostat pada suhu 30 C
3. Jika suhu air di dalam bejaa sudah mencapai 30 C, masukkan 2 g asam salisilat dan hidupkan
motor penggerak pada kecepatan 10 rpm
4. Ambil sebnayak 20 mL air dari bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit
setelah pengadukan. Setiap selesai pengambilan sampel, segera digantikan dengan 20 mL air
suling
5. Tentukan kadar asam salisilat terlarut dari setiap sampel dengan menggunakan spektroftometer
pada panjang gelombang :
6. Lakukan percobaan yang sama untuk kecepatan 20 dan 30 rpm
7. Tabelkan hasil yang diperoleh
8. Buat kurva antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan waktu untuk setiap waktu

Anda mungkin juga menyukai