Anda di halaman 1dari 2

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus

dan tidak larut,serta terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak
boleh cepat mengendap, dan bila digojog secara perlahan-lahan endapan juga harus segera
terdispersi kembali. Pembuatan suspensi dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin
stabilitas suspensi, tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog atau
dituang.  Peristiwa memisahnya (mengendapnya fase terdisper) antara fase terdisper dan fase
pendisper terjadi dalam rentang waktu yang berbeda dikenal dengan flokulasi dan
deflokulasi. Pada flokulasi terpisahnya dua fase tersebut lebih cepat dibandingkan dengan
deflokulasi. Namun, endapan dari flokulasi dapat didispersikan kembali sedangkan endapan
deflokulasi tidak karena telah terbentuk caking, hal ini disebabkan oleh ukuran partikel pada
suspensi yang terdeflokulasi sangat kecil, hingga membentuk ikatan antar partikel yang erat
dan padat.
Percobaan kali ini dilakukan dengan membuat suspensi flokulasi dan deflokulasi
sehingga dapat diamati perbedaannya, serta mengamati stabilitas suspensi. Jenis suspensi
yang dibuat pertama adalah suspensi flokulasi. Pertama ditimbang ssulfamerazin masing-
masing (4 suspensi) sebanyak 1,75 gram. Tahap berikutnya adalah pembuatan larutan stok
aluminiumm klorida sebanyak 100 mL, lalu dibuat 3 jenis pengenceran dari larutan stok
tersebut. Pengenceran pertama diambil 4,2 mL larutan stok dan diencerkan dalam labu 25
mL. Pengenceran kedua diambil 8,3 mL larutan stok lalu diencerkan dalam labu 25 mL.
Pengenceran terakhir, diambil 16,7 mL larutan stok kemudian diencerkan dalam labu 25 mL.
Tahap selanjutnya adalah mencampurkan semua bahan yang ada sehingga dihasilkan 4 jenis
suspensi sullfamerazin. Berikutnya dilakukan pengamatan sedimentasi (diamati dan dicatat
tinggi sedimentasi) dalam interval waktu 20,40,dan 60 serta ,24 jam, 48 jam, dan 96 jam.
Percobaan berikutnya adalah pembuatan suspensi deflokulasi. Sulfamerazin ditimbang
masing-masing (3 suspensi) sebanyak 1,75 gram kemudian dibuat suspensi (25 ml) yang
masing-masing mengandung CMC Na sebanyak 0,125 gr; 0,25 gr; dan 0,5 gr serta digunakan
5 mL gliserin sebagai pembasah. Tahap berikutnya adalah pengamatan sedimentasi pada
interval waktu 20, 40, dan 60 menit serta 24,48, dan 96 jam. Setiap suspensi juga diamati
Suspensi flokulasi pada setiapp pengenceran menunjukkan perbedaan yang jelas
antara supernatan dengan endapan serta ketika dilakukan pengocokan, sediaan mudah
terdispersi ulang (homogen). Suspensi flokulasi pengenceran 1 pada interval waktu 20, 40,
dan 60 menit menunjukkan sedimentasi secara berturut-turut sebesar 0,3 cm; 0,3 cm; dan 0,4
cm sedangkan pada interval waktu 24,48, dan 96 jam menunjukkan sedimentasi secara
berturut-turut sebesar 0,4 cm; 0,4 cm; dan 0,4 cm. Suspensi flokulasi pengenceran kedua
meenghasilkan sedimentasi sebesar 0,4 cm;0,4 cm; dan 0,5 cm pada rentang waktu 20,40, dan
60 menit serta membentuk sedimentasi sebanyak 0,5 cm; 0,5 cm; dan 0,5 cm pada rentang
waktu 24, 48, dan 96 jam. Suspensi flokulasi pengenceran ketiga pada interval waktu 20,40,
dan 60 menit membentuk endapan secara berturut-turut sebesar 0,5 cm; 0,5 cm; dan 0,6 cm
serta pada interval waktu 24, 48, dan 96 jam membentuk endapan berturut-turut sebesar 0,6
cm; 0,6 cm; dan 0,6 cm. Terakhir, suspensi pengenceran keempat menunjukkan endapan
sebanyak 0,6 cm; 0,6 cm; dan 0,7 cm pada rentang waktu 20,40,dan 60 menit sedangkan pada
rentang waktu 24,48, dan 96 jam membentuk sedimentasi sebesar 0,7 cm; 0,5 cm; dan 0,5
cm. Berdasarkan hasil pegamatan yang diperoleh terlihat bahwa suspensi flokulasi memiliki
kecepatan sedimentasi yang tinggi. Selain itu, perbedaan yang jelas antara supernatan dan
endapan membuat suspensi tidak begitu enak untuk dilihat.
Suspensi deflokulasi pada setiap konsentrasi menunjukkan perbedaan yang tidak
begitu jelas antara supernatan dengan endapan serta Ketika dilakukan pengocokan, suspensi
sulit untuk terdispersi Kembali. Suspensi deflokulasi konsentrasi 0,5% pada interval waktu
20, 40, dan 60 menit tidak membentuk sedimentasi sedangkan pada interval waktu 24,48, dan
96 jam menunjukkan sedimentasi secara berturut-turut sebesar 0,5 cm; 0,9 cm; dan 0,4 cm.
Suspensi deflokulasi konsentrasi 1% tidak meenghasilkan sedimentasi pada rentang waktu
20,40, dan 60 menit serta membentuk sedimentasi sebanyak 0,3 cm; 0,4 cm; dan 0,6 cm pada
rentang waktu 24, 48, dan 96 jam. Suspensi deflokulasi konsentrasi 2% pada interval waktu
20,40, 60 menit dan 24 jam tidak membentuk endapan , serta pada interval waktu 48 dan 96
jam membentuk endapan berturut-turut sebesar 0,8 cm; dan 1,1 cm. Berdasarkan hasil
pegamatan yang diperoleh terlihat bahwa suspensi deflokulasi memiliki kecepatan
sedimentasi yang rendah. Selain itu, perbedaan yang tidak begitu jelas antara supernatan dan
endapan menajadikan suspensi berpenampilan bagus.

Anda mungkin juga menyukai