Anda di halaman 1dari 46

3.

S U S P E N S I

S1 FARMASI Mandike Ginting, S.Si., M.Si., Apt.


 Suspensi dalam bidang Farmasi :
- suatu dispersi kasar dimana partikel zat padat yang tidak
larut terdispersi dalam suatu medium cair.
- suatu dispersi kasar di fasa internal yang tersebar merata
di seluruh fase eksternal

 Fase internal
terdiri dari partikel padat yang tidak larut memiliki berbagai
ukuran tertentu yang dipertahankan secara merata dengan
satu atau kombinasi suspending agent. Zat padat yang
tidak larut bisa bersifat hidrofilik atau hidrofob.

 Fasa eksternal (medium suspensi)


umumnya berair dalam beberapa contoh, bisa berupa
cairan organik atau berminyak untuk penggunaan non oral.
Alasan Penggunaan Suspensi Dalam Farmasi

 Zat berkhasiat tidak larut dalam air


 Zat berkhasiat tidak enak atau pahit
 Mengurangi proses penguraian zat aktif dalam air
 Kontak zat padat dengan medium dispersi
dipersingkat
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
 Suspensi dapat meningkatkan stabilitas kimia obat tertentu.
Contoh: Suspensi Procaine penisilin G
menunjukkan bioavailabilitas lebih tinggi daripada bentuk sediaan lain.
Urutan ketersediaan hayati adalah sebagai berikut:
Larutan> Suspensi> Kapsul> Compressed Tablet> Coated Tablet
 Durasi dan onset of action dapat dikendalikan.
Contoh: Suspensi Protamin Seng-Insulin
 Suspensi dapat menutupi rasa tidak menyenangkan/pahit dari obat.
Contoh: Kloramfenikol
Kerugian:
 Stabilitas fisik, sedimentasi dan pemadatan dapat
menimbulkan masalah.
 Memerlukan perawatan yang cukup besar selama
penanganan dan transportasi.
 Sulit untuk memformulasinya
 Keseragaman dan ketepatan dosis tidak dapat dicapai
kecuali suspensi dikemas dalam bentuk sediaan tunggal
Aplikasi
 Suspensi biasanya berlaku untuk obat yang tidak larut, cth: suspensi
Prednisolone
 Untuk mencegah degradasi obat atau untuk meningkatkan stabilitas
obat, cth: suspensi Oxytetracycline
 Untuk menutupi rasa pahit dari obat yang tidak menyenangkan
(penggunaan oral), cth: suspensi Chloramphenicol palmitate
 Suspensi obat dapat dibuat untuk penggunaan topikal (cth: Caladin
lotion), parenteral (intra muskular (suspensi Penisilin G) dan sub
kutan) untuk mengendalikan laju penyerapan obat (controlled release),
intranasal, inhaler, dan sediaan ophtalmic (susp hidrokortison asetat),
rectal (susp paranitro sulfathiazol)
 Vaksin sebagai bahan imunisasi sering dibuat sebagai suspensi, cth:
Vaksin kolera
 Bahan kontras X-ray juga dibuat sebagai suspensi, cth: Barium sulfat
untuk pemeriksaan saluran pencernaan
Contoh sediaan suspensi…..

Cefixime syrup
Suspensi oral
Suspensi nasal

Suspensi topikal

Suspensi ophtalmic

Estrone injection
Suspensi parenteral
Suspensi yang diinginkan:

 Partikel suspensi tidak boleh cepat mengendap dan sedimen yang


dihasilkan harus mudah disuspensikan kembali dengan pengocokan
sedang
 Tidak terlalu kental untuk dituang dengan mudah dari botolnya atau
untuk mengalir melewati jarum injeksi
 Produk harus cukup cair hingga dapat tersebar dengan mudah ke seluruh
daerah yang sedang diobati, tetapi tidak boleh terlalu mudah bergerak
hingga gampang hilang dari permukaan dimana obat digunakan.
 Cairan harus dapat kering dengan cepat dan membentuk suatu lapisan
pelindung yang elastis hingga tidak mudah terhapus.
 Bau, warna dan rasa menyenangkan
 Dapat melalui syringe
 Stabil secara fisik, mikrobiologi, dan kimia
 Suspensi Parenteral/Ophthalmic harus dapat disterilkan
Jadi, ada tiga hal yang harus diperhatikan berkaitan
dengan sediaan suspensi:
1. Menjamin partikel terdispersi dalam pembawa
2. Mengurangi pengendapan partikel terdispersi
3. Mencegah pembentukan cake ketika terbentuk
endapan
 Berdasarkan Kelas Umum
- suspensi oral
- suspensi penggunaan luar
- suspensi parenteral

 Berdasarkan Proporsi Partikel Padat


- suspensi encer (2 to10% b / v padat)
- suspensi kental (50% b / v padat)

 Berdasarkan sifat elektrokinetik dari partikel padat


- suspensi terflokulasi
- suspensi terdeflokulasi
Nano uspensi
Nano uspensi
 Berdasarkan ukuran partikel padat
- suspensi koloid (<1 mikron)
- suspensi kasar (> 1 mikron)
- nano suspensi (10 nm)
Flokulasi dan Deflokulasi
 Potensial zeta adalah perbedaan potensial antara permukaan
lapisan ion-ion yang terikat kuat pada permukaan zat padat
dan bagian elektroneutral dari larutan
 Jika potensial zeta relatif tinggi (25 mV atau lebih), gaya tolak
menolak antar dua partikel melebihi gaya tarik menarik (gaya
London), oleh karena itu partikel-partikel terdispersi dan
disebut terdeflokulasi (deffloculated).
 Penambahan secara khusus ion yang diadsorpsi yang
muatannya berlawanan dengan muatan partikel
menyebabkan penurunan potensial zeta. Pada sejumlah
konsentrasi yang ditambahkan, gaya elektris tolak menolak
menurun sehingga gaya tarik menarik lebih kuat. Dalam
keadaan ini partikel mendekat satu sama lain dan membentuk
agregat longgar yang disebut flok. Sistem seperti ini disebut
terflokulasi (flocculated).
Gambar Agregat
 Suspensi deflokulasi  Suspensi flokulasi
ψz>25 mV

Terdeflokulasi

(+) Ditambah
ion (-)

Terflokulasi

Ditambah
ion (-)
(+)

Terdeflokulasi

ψz>25 mV
Teori Suspensi
A. Pengendapan Dalam Suspensi
• Sedimentasi berarti pengendapan partikel atau flokul
yang terjadi di bawah gaya gravitasi dalam bentuk
sediaan cair.

• Teori Sedimentasi
Kecepatan sedimentasi diungkapkan dalam persamaan
Stokes: v = 2r2 (ρs – ρo)g
9ηo

Di mana:
v = kecepatan sedimentasi (cm/detik)
d = Diameter partikel
r = jari-jari partikel
ρs = kerapatan fase terdispersi
ρo = densitas media terdispersi
g = gravitasi
ηo = viskositas medium terdispersi (poise)
Pengendapan dalam suspensi…

Persamaan Stokes berlaku hanya untuk:


 Partikel sferis dalam suspensi yang sangat encer (0,5-
2 gr per 100 ml).
 Partikel yang mengendap secara bebas.

 Partikel-partikel tidak saling mempengaruhi satu


dengan lainnya selama terjadi pengendapan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi

 Diameter ukuran partikel (d)


V α d2
Kecepatan sedimentasi (v) berbanding lurus dengan
kuadrat dari diameter partikel.
 Perbedaan densitas antara fase terdispersi dan
medium dispersi (ρs - ρo)
V α (ρs - ρo)
Umumnya, kerapatan partikel lebih besar daripada
medium terdispersi, tetapi dalam kasus tertentu densitas
partikel kurang dari fase terdispersi, shg partikel
tersuspensi mengapung & sulit untuk berdistribusi/
tersebar seragam dalam pembawa. Jika densitas fase
terdispersi dan medium dispersi adalah sama, maka laju
pengendapan menjadi nol.
Pengendapan dalam suspensi…

 Viskositas medium dispersi (η)


V α 1 / ηo
Kecepatan sedimentasi berbanding terbalik dengan
viskositas medium dispersi.
Jadi peningkatan viskositas medium mengurangi
pengendapan, sehingga partikel mencapai sistem
dispersi yang baik.
Tetapi viskositas yang lebih tinggi menimbulkan
masalah seperti: penuangan, kemampuan keluar
dari syringe dan dispersi ulang dari suspensi.
Pengendapan dalam suspensi…

Viskositas yang terlalu tinggi dari suatu suspensi tidak diinginkan,


khususnya jika medium suspensi merupakan cairan Newtonian,
karena:
- Sulit untuk diredispersi jika terjadi endapan

- Sulit untuk menuang cairan suspensi dari wadahnya


Perilaku sedimentasi dari suspensi terflokulasi dan
terdeflokulasi
 Suspensi terflokulasi
Dalam suspensi terflokulasi, terbentuk flok (agregat
longgar) yang akan menyebabkan flok turun
bersamaan, sehingga tampak pemisahan antara
sedimen dan supernatan. Supernatan akan tampak
jernih.
Laju sedimentasi ditentukan oleh ukuran dan porositas
dari flok. Volume sedimen akhir relatif besar dan
mudah diredispersi dengan pengocokan/agitasi.
Gambar Agregat
 Suspensi deflokulasi  Suspensi flokulasi
Gambar sedimentasi suspensi terflokulasi dan terdeflokulasi
• Suspensi terdeflokulasi
Dalam suspensi terdeflokulasi, partikel-partikel
mengendap, sehingga laju sedimentasi lambat yang
mencegah cairan terperangkap dan membuatnya sulit
untuk kembali didispersikan oleh pengocokan/agitasi.
Fenomena ini disebut 'cracking' atau 'claying'.

Dalam suspensi terdeflokulasi, partikel lebih besar turun


dengan cepat, dan partikel lebih kecil tetap berada
dalam cairan, sehingga supernatan tampak keruh.

• Gerakan Brown
Gerakan Brown mencegah pengendapan partikel dengan
menjaga partikel-partikel tersebar dalam gerak yang
tidak beraturan.
Parameter Sedimentasi
Dua parameter penting dipertimbangkan:
1. Volume Sedimentasi (F)
F = V u / Vo -------------- (A)

Di mana:
F = volume sedimentasi
Vu = volume endapan
Vo = volume total suspensi
2. Derajat Flokulasi (β)
β = F / F∞
dimana:
β = derajat flokulasi
F = volume sedimentasi
suspensi terflokulasi
F∞ = volume sedimentasi
suspensi bila
terdeflokulasi
B. Formulasi Suspensi Farmasetik

Formulasi suspensi yang mempunyai stabilitas fisika yang optimal


tergantung pada partikel suspensinya, apakah terflokulasi atau
terdeflokulasi.
Pendekatan yang dapat dilakukan dalam membuat formulasi
suspensi adalah:
a. menggunakan pembawa berstruktur untuk menjaga partikel-
partikel terdeflokulasi dalam suspensi. Pembawa berstruktur
bekerja dengan menangkap partikel-partikel (umumnya yang
mengalami deflokulasi), sehingga idealnya tidak terjadi
pengendapan. Namun pada kenyataannya, biasanya akan
timbul beberapa derajat sedimentasi.
b. tergantung pada flokulasi terkontrol untuk
mencegah pembentukan cake.
c. kombinasi dari metode a dan b, yang
menghasilkan produk dengan stabilitas optimum
Pendekatan apapun yang digunakan,
produk harus:
 Mengalir dengan segera dari wadahnya

 Mempunyai distribusi partikel yang merata


dalam tiap dosis
Pembuatan suspensi sistem flokulasi :

 Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium


 Kemudian ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa
larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
 Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
 Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat
mengendap, maka ditambah structured vehicle
 Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam
structured vehicle
Suspensi Terdeflokulasi:

 Laju pengendapan sangat rendah.


 Sedimen setelah jangka waktu tertentu menjadi sangat padat,
karena berat lapisan atas bahan-bahan sedimen. Gaya tolak-
menolak antar partikel dilampaui dan terbentuk suatu padatan
keras (cake) yang sukar atau tidak mungkin untuk diredispersi.
 Sistem terdeflokulasi menunjukkan perilaku dilatant.
 Jenis suspensi ini memiliki penampilan yang menyenangkan,
karena partikel tersuspensi dalam jangka waktu yang relatif
lama
 Cairan supernatan keruh/berawan meskipun kebanyakan
partikel telah diendapkan.
 Tidak ada batas jelas antara endapan dan supernatan.
Suspensi Terflokulasi:

 Partikel tersuspensi dalam bentuk agregat longgar.


 Laju sedimentasi tinggi.
 Sedimen terbentuk dengan cepat.
 Sedimen yang terbentuk longgar, sehingga cake tidak terbentuk.
 Sedimen mudah diredispersi oleh sedikit pengocokan.
 Suspensi terflokulasi menunjukkan sifat reologi plastik/pseudoplastik
 Suspensi kurang enak dipandang, karena sedimentasi cepat dan
adanya daerah supernatant yang jelas
 Viskositas hampir sama pada tingkat kedalaman yg berbeda.
 Tujuan dari distribusi dosis seragam dapat dipenuhi oleh suspensi
terflokulasi.
Dispersi partikel-partikel

Dipakai : surfaktan pembasah


alkohol dan gliserin

Jika bahan pembasah >>>, maka:


- Akan terjadi pembentukan busa

- Memberikan bau dan rasa yang tidak diinginkan


Pembawa Berstruktur

Contoh: metil selulosa, karboksi metil selulosa,


bentonit, karbapol
Fungsi:
- Bahan penyuspensi pemberi kekentalan

- Menurunkan laju sedimentasi partikel-partikel

 Sifat-sifat reologi suspending agent yang ideal:


sistem pseudoplastik atau dilatan
Flokulasi terkontrol
Dengan menganggap serbuk dibasahi dan didispersi dengan
baik untuk menghasilkan flokulasi yang terkontrol, sehingga
mencegah pembentukan cake yang sukar didispersikan
kembali.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian


flokulasi, yaitu:
Pengawasan pada konsentrasi elektrolit, surfaktan, atau
polimer yang digunakan.
Karena perubahan konsentrasi dapat mengubah suspensi dari
terflokulasi menjadi terdeflokulasi.
Elektrolit

Bahan pemflokulasi elektrolit bertindak dengan


mengurangi hambatan listrik antara partikel, seperti
yang dibuktikan oleh penurunan potensial zeta dan
pembentukan jembatan antara partikel yang
berdekatan sehingga partikel-partikel membentuk
flok longgar.
Jika kita menyuspensi partikel bismut subnitrat
dalam air kita menemukan gaya tolak-menolak
yang kuat antara partikel, sistem ini terdeflokulasi.
 Penambahan kalium fosfat berbasa satu ke suspensi bismut
subnitrat menyebabkan potensial zeta positif untuk menurun
disebabkan oleh adsorpsi dari anion fosfat bermuatan negatif.
Dengan terus menambahkan elektrolit, potensial zeta akhirnya
jatuh ke nol dan kemudian menurun pada arah negatif.
 Ketika potensial zeta menjadi cukup negatif, maka volume
sedimentasi mulai turun. Akhirnya, tidak adanya caking dalam
suspensi berkorelasi dengan volume sedimentasi maksimum.
Gambar 4. Diagram caking, menunjukkan flokulasi dari suspensi
bismut subnitrat dengan menggunakan bahan pemflokulasi
Surfaktan
Surfaktan ionik dan non-ionik dapat digunakan untuk
menghasilkan suspensi terflokulasi.

• Konsentrasi optimum diperlukan karena senyawa ini


juga bertindak sebagai bahan pembasah.
• Konsentrasi optimum surfaktan menurunkan energi
bebas permukaan dengan mengurangi tegangan
permukaan antara cairan medium dan partikel padat.

Hal ini cenderung untuk membentuk aglomerat


yang berdekatan.

Partikel yang memiliki energi bebas permukaan yang


rendah saling tarik-menarik oleh gaya Van der Waals dan
membentuk aglomerat longgar.
Polimer
Polimer memiliki rantai panjang dalam strukturnya.
Polimer membentuk jembatan (bridging) antara partikel-partikel
sehingga terjadi flokulasi.
Contoh: flokulasi suspensi sulfamerazin oleh polimer kationik

a. Konsentrasi polimer rendah, suspensi


deflokulasi

b. Flokulasi oleh bridging

c. Deflokulasi dengan konsentrasi polimer


tinggi
Flokulasi dalam pembawa berstruktur

• Suspensi yang paling ideal


• Harus hati-hati: tidak ada ketidakcocokan (incompatibility) antara bahan
pemflokulasi dan polimer yang digunakan sebagai bahan berstruktur

Partikel (+)
Pemflokulasi (-) Compatible
Pembawa berstruktur (-)

Partikel (-)
Pemflokulasi (+) Incompatible
Pembawa berstruktur (-)

Pemflokulasi (+) Koagulasi


Pembawa berstruktur (-)
Stabilitas suspensi
Stabilitas fisik suspensi sering dikaitkan dengan:
 Laju pengendapan

 Redispersi endapan

 Pembentukan kristal

Evaluasi/pengujian kestabilan suspensi memungkinkan


formulator/pembuat formulasi menyeleksi penyiapan
awal yang dibuat dan juga menentukan formulasi yang
dibuat sesuai dengan yang diinginkan.
Parameter pengujian yang dilakukan antara lain:
- volume sedimentasi
- derajat flokulasi
- kontrol ukuran partikel
- redispersibilitas
- reologi (tipe aliran dan viskositas)
- mudah tidaknya suspensi dituang
Questions :

1. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang suspensi


2. Jelaskan bagaimana ciri-ciri suspensi yang baik
3. Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
sediaan suspensi
4. Apa yang dimaksud dengan flokulasi dan deflokulasi
dalam suspensi
5. Jelaskan mekanisme terbentukya suspensi terflokulasi
dan terdeflokulasi
6. Jelaskan karakteristik suspensi terflokulasi dan
terdeflokulasi
7. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengendapan dalam suspensi
8. Jelaskan parameter sedimentasi
9. Hitunglah berapa nilai volume
sedimentasi dari ketiga suspensi
di samping ini
10. Jelaskan 3 metode dalam formulasi suspensi
11. Jelaskan mekanisme elektrolit, surfaktan,
dan polimer dalam membentuk suspensi terflokulasi
12. Jelaskan bagaimana mengevaluasi stabilitas
suatu sediaan suspensi
“Wahai anak muda, jika engkau tidak
sanggup menahan lelahnya belajar, engkau
harus menanggung pahitnya kebodohan”
(Phytagoras)

Anda mungkin juga menyukai