Anda di halaman 1dari 29

TUGAS FARMASI FISIKA​

DISPERSI KOLOID
Apa yang dimaksud disperse koloid

Dispersi juga memiliki keterkaitan dengan koloid yang menjadi dispersi


koloid. Artinya dispersi koloid merupakan sistem heterogen di mana satu
zat terlarut (fase terdispersi) sebagai partikel yang sangat halus pada
substansi lain (medium pendispersi). Misalnya dari sistem koloid adalah
jeli, mentega, dan susu. 

2
Dispersi Kasar

Macam-macam dispersi

Sistem dispersi dibagi menjadi tiga kelompok


Dispersi Kasar
Dispersi kasar juga dapat disebut suspensi. Suspensi adalah sebuah campuran
heterogen antara tahap terdispersi dan medium pendispersi. Perbedaan yang jelas
dapat dibuat antara fase terdispersi dan media pendispersi.
Dalam sebuah fase terhadap terdispersi biasanya dalam bentuk padatan,
sedangkan pada medium pendispersinya berbentuk cair. Fase terdispersi memiliki
ukuran partikel lebih dari 10 hingga 5 cm, sehingga dapat melihat sedimen.
Contoh terhadap campuran air dan pasir. Dalam sebuah campuran air dan pasir,
fase terdispersi (pasir) dan media pendispersi (air) dapat dibedakan karena pasir
mengendap di bagian bawah wadah.
3
 Dispersi Koloid
Dispersi koloid adalah sebuah sistem dispersi antara dispersi halus dan
kasar. Campuran dalam sebuah fase terdispersi dengan media pendispersi
dalam koloid tampak homogen. Faktanya, dalam dispersi koloid adalah
campuran heterogen. Ini menjadi jelas ketika dispersi koloid yang dapat
diamati dengan menggunakan ultramoskop.
Contoh dispersi koloid adalah agar. Dalam sebuah partikel-partikel fase
terdispersi dalam koloid memiliki diameter antara 10-7 hingga 10-5 cm,
sehingga pada sebuah fase terdispersi yakni dapat larut dalam nampak
homogen dan medium pendispersi.
4
 Dispersi Halus
Dispersi halus juga disebut sebagai solusi nyata atau dispersi molekuler.
Dalam larutan nyata, campuran homogen terbentuk karena fase larva
terdispersi terhadap media pendispersi.
Campuran homogen ini juga disebut larutan. Dalam fase terdispersi, solusinya
dapat berupa padat atau cair, sedangkan medium pendispersinya adalah cair.
Contoh larutan teh dalam air. Diameter partikel fase didispersikan dalam
larutan < 10 hingga 7 cm, sehingga larutan tampak dalam fase homogen dan
tunggal.
5
Contoh Sediaan Yang Menggunakan Sistem Dispersi

• EMULSI
Merupakan system koloid dari zat cair yang terdispersi dalam
zat cair lain atau zat padat.
Emulsi cair digolongkan menjadi 2 yaitu:
a. Emulsi minyak dalam air (M/A)
Ex: Santan

6
b. Emulsi air dalam minyak (A/M)
Ex: Mayonaise

7
• SUSPENSI
Adalah system disperse yang terdiri dari partikel-partikel
terdispersi yang relative besar dan tersebar merata di dalam
medium pendispersinya. Dengan demikian, system disperse
tersebut bersifat heterogen.

8
SIFAT-SIFAT KOLOID

• Koloid memiliki 8 (delapan) sifat, yaitu:

1. Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah cahaya yang berhamburan oleh partikel koloid, di mana partikel larutan berukuran lebih kecil
daripada partikel koloid. Oleh karena itu, berkas cahaya dapat dihamburkan.

2. Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak acak dari partikel koloid yang bisa dilihat hanya lewat mikroskop ultra. Pergerakan
acak tersebut disebabkan adanya tumbukan.

3. Absorpsi

Absorpsi adalah proses penyerapan, atau tepatnya penyerapan ion oleh partikel koloid karena ukuran luas
partikel koloid yang cukup besar. Dengan begitu ion dapat menempel di permukaannya, baik ion positif maupun
negatif. Lebih jauh lagi, koloid pun dapat bermuatan sesuai muatan ion yang telah diserap

9
• 4. Koagulasi koloid

Koagulasi koloid merupakan penggumpalan partikel koloid karena koloid mengandung muatan yang dinetralkan.
Pada koloid bermuatan sejenis, koloid tidak akan menggumpal karena ion saling tolak-menolak. Sedangkan
koloid yang muatannya telah dinetralkan tidak lagi tolak-menolak sehingga koloid bisa berkelompok atau
menyatu.

5. Dialisis

Dialisis adalah pemurnian koloid agar bebas dari ion-ion pengganggu. Contoh pengaplikasiannya adalah proses
cuci darah alias hemodialisis.

6. Elektroforesis

Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid di dalam medan listrik karena adanya muatan yang
terkandung di dalam partikel koloid tersebut. Kutub negatifnya disebut katoda, sementara kutub positifnya
disebut anoda.

10
• 7. Koloid liofil dan liofob

Sifat ini dapat ditemukan dalam sol, yang terbagi jadi dua jenis: liofil dan liofob.
Sol liofil merupakan partikel dengan zat terdispersi yang bisa menarik mediumnya,
sehingga ada gaya tarik-menarik antara keduanya. Sedangkan sol liofob merupakan
partikel dengan zat terdispersi yang tidak bisa menarik mediumnya dan cenderung
encer.

8. Koloid pelindung

Sol liofil pun dapat digunakan sebagai koloid pelindung dari sol liofob. Dengan
begitu, partikel sol liofil akan menjadi pelindung sol liofob dari koagulasi.

11
SUSPENSI

Suspensi adalah sistem dispersi yang terdiri dari partikel-partikel terdispersi


yang relatif besar dan tersebar merata di dalam medium pendispersinya.  Dengan
demikian, sistem dispersi tersebut bersifat heterogen.
Kriteria suspensi yang baik, yaitu zat yang tersuspensi tidak boleh cepat
mengendap, jika mengendap dapat bercampur kembali setelah dilakukan
pengocokan ringan, mudah dituang dari botol (suspensi oral), mudah mengalir
melewati jarum suntik (suspensi parenteral), dapat tersebar dengan baik di
permukaan kulit (suspensi topikal) (Sinala, 2016).

12
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM SEDIAAN SUSPENSI

• Homogenitas dosis
• Proses pengendapan
• Tidak terjadi pemadatan endapan
• Proses agregasi partikel suspensi
• Kemudahan pendispersian
• Menutupi bau dan rasa yang tidak enak

13
FLOKULASI DAN DEFLOKULASI

Flokulasi dan deflokulasi adalah peristiwa memisahnya


(mengendapnya fase terdisper)  antara fase terdisper dan
fase pendisper terjadi dalam rentang waktu yang berbeda.
Dimana pada flokulasi terpisahnya dua fase tersebut lebih
cepat dibandingkan dengan  deflokulasi. Namun, endapan dari
flokulasi dapat didispersikan kembali sedangkan  endapan
deflokulasi tidak karena telah terbentuk caking, hal ini
disebabkan oleh ukuran  partikel pada suspensi yang
terdeflokulasi sangat kecil, hingga membentuk ikatan antar 
partikel yang erat dan padat.
14
Kecenderungan partikel untuk terflokulasi tergantung pada
kekuatan tarikan dan  penolakan diantara partikel. Bila
penolakan cukup kuat, partikel-partikel tetap terdipersi  dan
bila tidak, maka akan terjadi koagulasi. Misalnya : suspensi
partikel-partikel tanah  liat bila ditambah NaCl dalam jumlah
yang semakin besar maka kekuatan penolakan  semakin
berkurang dan akhirnya kekuatan penolakan tersebut tidak
bisa lagi melawan  kekuatan tarikan London ( Van Der Waals )
sehingga system terflokulasi.
15
Dalam sistem deflokulasi, partikel mengendap sindiri-sendiri secara
perlahan  tergantung pada jaraknya dari dasar dan perbedaan ukurannya.
Partikel akan menyusun  dirinya dan mengisi ruang-ruang kosong saat
mengendap dan akhirnya membentuk  sedimen tertutup dan terjadi
aggregasi, selanjutnya membentuk cake yang keras dan  sulit terdispersi
kembali karena telah terbentuk jembatan kristal yang merupakan
lapisan  film yang liat pada permukaan sedimen.Suspensi deflokulasi
tekanannya lebih besar  pada dasar wadah, volume sedimentasi yang
terbentuk kecil dan supernatan tampak  keruh sehingga terlihat bahwa
suspensi lebih stabil. Pengendapan jenis ini tidak disukai  karena akan
kesulitan dalam meredispersi sediaan walaupun sudah dilakukan 
pengocokan. 16
Jenis sediaan flukolasi dan deflokulasi
• Sediaan suspensi flokulasi yang beredar dipasaran seperti
Jamu dan Antibiotik (serbuk  yang dilarutkan dengan
penambahan air). Sedangkan sediaan suspensi deflokulasi
yang  beredar contohnya adalah suspensi obat batuk, obat
maag dan lain sebagainya.

17
Mekanisme Terbentuknya Suspensi Terflokulasi dan
Terdeflokulasi

• Pembentukan sedimentasi Flokulasi
Sediaan obat yang partikel terdispersinya membentuk agregat (Gumpalan / Kumpulan) 
sehingga proses sedimentasinya (pengendapannya) terjadi lebih cepat.
Sediaan obat suspensi flokulasi dapat dikendalikan dengan : Kombinasi ukuran  partikel,
Penggunaan Elektrolit untuk pengontrolan, Penambahan Polimer yang akan 
mempengaruhi hubungan / Struktur partikel dalam suspensi, berdasarkan Sifat.
Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya 
sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok 
partikel sehingga ukurang agregat relatif besar. Cairan supernatan pada sistem 
deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat
sekali  mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.
Presentation title 18
• Pembentukan Sedimentasi Deflokulasi
Merupakan salah satu jenis obat suspensi berdasarkan sifatnya.
Sedimentasi terjadi  pada partikel dalam ukuran yang berbeda –
beda tergantung pada agregat yang  terbentuk. Sedimentasi pada
deflokulasi tidak dapat didispersikan kembali karena  endapan
deflokulasi telah terbentuk caking, hal ini disebabkan oleh ukuran
partikel pada  suspensi yang terdeflokulasi sangat kecil, hingga
membentuk ikatan antar partikel yang  erat dan padat.
Presentation title 19
Karakteristik Suspensi Terflokulasi dan
Terdeflokulasi

• Flokulasi dan deflokulasi adalah peristiwa memisahnya


(mengendapnya fase terdisper) antara fase terdisper dan fase
pendisper terjadi dalam rentang waktu yang berbeda. Dimana
pada flokulasi terpisahnya dua fase tersebut lebih cepat
dibandingkan dengan deflokulasi. Namun, endapan dari flokulasi
dapat didispersikan kembali sedangkan endapan deflokulasi
tidak karena telah terbentuk caking, hal ini disebabkan oleh
ukuran partikel pada suspensi yang terdeflokulasi sangat kecil,
hingga membentuk ikatan antar partikel yang erat dan padat
20
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengendapan
Pada Suspensi

Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut
serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran
partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya.
Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan
hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas
penampangnya. (dalam volume yang sama) .Sedangkan semakin besar luas
penampang partikel daya tekan keatas cairan  akan semakin memperlambat
gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan
tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
21
Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan  kecepatan alirannya makin
turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan
mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat
didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan,
gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat.
Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
22
Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah
besar , maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan
yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel
tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya
endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar
konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya
endapan partikel dalam waktu yang singkat.
23
Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa
macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama.
Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar
bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut
dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah
merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempe-
ngaruhinya.
24
Parameter Sedimentasi

• Volume Sedimentasi
Volume sedimentasi diamati dari hari pertama sampai beberapa waktu. Suspensi tersebut diukur tinggi sedimen akhir
(Hu) dan tinggi suspensi awal (Ho). Volume sedimentasi merupakan perbandingan antara tinggi sedimen akhir dengan
tinggi suspensi awal.
• Viskositas
Viskositas ditetapkan dengan viskosimeter elektrik pada suhu 25 °C. viskositas yang sesuai menghasilkan sediaan
suspense yang baik karena sediaan jadi lebih mudah dituang.
• Kemudahan Dituang
Suspensi dituang dari botol dengan kemiringan kurang lebih 450, waktu yang diperlukan untuk mencapai volume
tertentu dicatat. Waktu yang di gambarkan saat penuangan suspense juga akan menggambarkan nilai viskositas
suspensi tersebut.
• Ukuran Partikel
Ukuran partikel ditentukan secara mikroskopis. Ukuran partikel juga menentukan system suspensi pada suatu sediaan.
• Redispersibilitas
Suspensi yang telah disimpan dikocok dengan kecepatan tertentu menggunakan alat penggojok. Waktu yang diperlukan
untuk terdispersi kembali dicatat. Kemampuan terdispersi kembali oleh suatu sediaan suspense merupakan parameter
penting yang menggambarkan stabilitas suspensi. 25
Metode Dalam Pembuatan Suspensi

• 1) Metode Dispersi Metode pembuatan suspensi dengan cara


menambahkan serbuk bahan obat ke dalam mucilago yang
terbentuk kemudian diencerkan, dalam hal ini serbuk yang
terbagi harus terdispersi dalam cairan pembawa, umumnya adalah
air (Nash, 1996).
• 2) Metode Presipitasi Metode ini dibagi menjadi 3 macam yaitu :
5a) Presipitasi dengan pelarut organik b) Presipitasi dengan
perubahan pH dan media c) Presipitasi dengan dekomposisi
rangkap (Nash, 1996).
26
Mekanisme Elektrolit,Surfaktan,dan Polimer

• Elektrolit
Elektrolit bekerja sebagai zat yang memflokulasi dengan cara mengurangi tahanan elektrik antara partikel tersebut
sehingga terjadi suatu pengurangan zeta potensial dan pembentukan suatu jembantan antara partikel-partikel yang
berdekatan. Jembatan antar partikel ini menyebabkan ikatan antar partikel tersebut merupakan suatu struktur
yang longgar. Elektrolit yang dapat digunakan antara lain adalah, KCl,NaCl.
• Surfaktan
Surfaktan telah digunakan untuk menghasilkan flokulasi dari partikel yang tersuspensi, baik dari jenis nonionik
maupun ionik. Surfaktan ionik menyebabkan flokulasi melalui netralisassi muatan partikel.Struktur yang panjang dari
surfaktan nonionik dapat diadropsi oleh lebih dari satu partikel, sehingga terbentuk struktur flokulat yang longgar.
• Polimer
Polimer merupakan suatu senyawa berantai panjang dengan bobot molekul yang tinggi dan mengandung gugus-gugus
aktif di sepanjang rantainya.Zat ini bekerja sebagai zat pemflokulasi karena sebagian rantainya diadsobsi pada
permukaan partikel, dengan bagian yang tersisa mengarah ke medium dispersi dan menjadi jembatan perlekatan
dengan partikel lainnya, yang pada akhirnya terbentuk flokulasi.
Beberapa polimer merupakan polielektrolit yang dapat terionisasi dalam medium air.Kemampuan ionisasi tergantung
pada pH dan kekuatan ion dari medium dipersi. Polimer ini dapat bekerja membentuk medan elektrostatik dan
memberi efek sterik sebagai koloid pelindung yang mencegah partikel bergabung dengan kuat. Sifat seperti ini
ditunjukkan oleh polimer linear misalnya Na CMC, dan dapat menjadi agen pemflokulasi. 27
Evaluasi Stabilitas Suatu Sediaan Suspensi

Untuk mengetahui sediaan yang mengalami kerusakan maupun sediaan yang stabil pada
umumnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara pengujian tertentu ataupun
pengamatan secara visual. Kerusakan pada sediaan suspensi bisa dilihat dari perubahan
organoleptik (rasa, bau, dan warna) juga terlihat ketika ada perubahan suhu maka terjadi
pertumbuhan Kristal pada sediaan suspensi dan juga memperlambat penimbunan partikel
(memperkecil laju endap zat terdispersi) serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Disarankan untuk para konsumen untuk memperhatikan cara penggunaan dan  
penyimpanan obat. Untuk sediaan suspensi dilakukan pengocokan terlebih dahulu agar
sediaan homogen. Untuk penyimpanan sediaan suspensi disimpan pada tempat yang kering
dan tidak terpapar cahaya matahari secara langsung. Sebelum mengkonsumsi obat,
pasien harus melihat kondisi obat terlebih dahulu dengan melakukan pengecekan secara
visual dan memperhatikan tanggal kadaluarsa.
28
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai