Anda di halaman 1dari 4

CATATAN SISTEM KOLOID

PERBEDAAN UMUM DISPERSI SUSPENSI, KOLOID, DAN LARUTAN

Perbedaan Suspensi Koloid Larutan


Ukuran Partikel >100 nm 1 – 100 nm < 100 nm
Penampakan Fisik Keruh, partikel Keruh – jernih, Jernih, partikel terdispersi
terdispersi dapat partikel terdispresi tidak dapt diamati dengan
diamati langsung hanya dapat diamati mata atau mikroskop ultra
dengan mata oleh mikroskop ultra
Kestabilan ( Jika didiamkan ) Mudah terpisah Sukar terpisah Tidak terpisah
( mengendap ) ( Relatif stabil ) ( Sangat stabil )
Cara pemisahan Dapat disaring Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring
( Filtrasi )

Penjelasan
1. Suspensi
Suspensi umumnya merupakan partikel yang relatif besar dan tersebar pada medium
pendispersinya. Pada umumnya, sistem dispersi merupakan campuran heterogen. Misalnya air
dengan pasir. Dalam sistem tersebut, partikel-partikelnya dapat diamati dengan mikroskop
maupun mata. Suspensi merupakan sistem disperse yang tidak stabil, sehingga apabila tidak
diaduk secara terus-menerus maka akan mengendap akibat gravitasi bumi. Cepat lambatnya
suspense mengendap tergantung kepada ukuran partikel zat terdispersi, semakin besar maka
semakin cepat. Endapan hasil reaksi berupa suspensi yang ukurannya sangat kecil dan sulit
untuk terpisah, untuk mempercepat pemisahan, dapat dilakukan sentrifugasi dengan alat
sentrifugasi ( pemutar kecepatan tinggi )

2. Larutan
Larutan adalah sistem disperse yang ukuran partikelnya sangat kecil dan susah untuk diamati,
sekalipun dengan miskroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya.
Berdasarkan fase terdispersi, jenis koloid ada tiga, yaitu sol ( fase terdispersi padat ), emulsi (fase
terdispersi cair), dan buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan fase pendispersi gas disebut aerosol.

JENIS-JENIS KOLOID
No. Zat terdispersi Zat Jenis koloid Contoh
pendispersi
1. Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan, hair spray
2. Padat Gas Aerosol padat Asap, debu
3. Gas Cair Buih Busa sabun, krim kocok
4. Cair Cair Emulsi Susu, santan, minyak ikan, es krim,
kecap
5. Padat Cair Sol Tinta, cat, sol emas
6. Gas Padat Buih padat Karet busa, batu apung
7. Cair Padat Emulsi padat Mutiara, mentega, mayones
8. Padat Padat Sol padat Gelas warna, intan

SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Ketika seberkas cahaya diarahkan kepada larutan, maka cahaya akan diteruskan. Namun, ketika
berkas cahaya diteruskan kepada sistem koloid dan suspensi, maka cahaya akan dihamburkan.
Efek penghamburan cahaya oleh sistem koloid ini disebut efek tyndall. efek tyndall digunakan
unutk membedakan sistem koloid dari larutan. Partikel koloid dan suspensi cukup besar untuk
menghamburkan cahaya dibandingkan partikel larutan.

2. Gerak Brown
Jika dispersi koloid diamati dibawah mikroskop, akan tanmpak adanya partikel yang bergerak
dengan arah yang acak. Gerakan-gerakan tersebut mempunyai lintasan yang lurus. Gerak
brown terjadi akibat tumbrukan partikel-partikel pendispersi terhadap partikel-partikel
terdispersi sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Hal ini terjadi akibat ukuran partikel
terdispersi relative lebih bsar dibandingkan partikel pendispersi, dengan adanya gerakan-
gerakan ini menyebabkan sistem koloid relative stabil akibat berkurangnya efek gaya gravitasi
bumi.

3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses penyerapan muatan oleh permukaan koloid. Hal ini terjadi karena
tegangan permukaan koloid lebih tinggi, sehingga partikel dapat menempel di permukaannya.
Jika partikel koloid mengadsorpsi ion yang bermuatan positif, maka koloid itu menjadi
bermuatan positif, begitupun sebaliknya. Selaion ion, koloid dapat menyerap muatan dari listrik
statis, misalnya debu dapat menyerap muatan dari electron yang bergerak di udara atau listrik.
Peristiwa adsorpsi menyebabkan koloid bermuatan listrik, oleh karena itu jika koloid diletakkan
dalam medan listrik, maka partikelnya akan bergerak berlawanan arah dengan muatan koloid
tersebut. Peristiwa bergeraknya muatan pada partikel koloid disebut elektroforesis.
Elektroforesis dimanfaatkan dalam proses pemisahan potongan gen atau menyaring debu
pabrik.

4. Koagulasi
Dispersi koloid dapat mengalami peristiwa penggumpalan atau koagulasi. Koagulasi dapat
terjadi melalui peristiwa fisika ( pendinginan, pemanasan ). Misalnya bila darah dipanaskan
darah akan menggumpal, berbeda dengan agar-agar bila didinginkan baru ia akan menggumpal.
Peristiwa kimia yang menyebabkan koagulasi :
1. Pencampuran koloid yang berbeda muatan
Jika sistem koloid yang berbeda muatan dicampurkan, akan menyebabkan terjadinya
koagulasi dan akhirnya mengendap. Misalkan sol Fe(OH) 3 bermuatan positif, akan
menggumpal bila dicampurkan dengan As2S3 yang merupakan sol negatif.

2. Adanya elektrolit
Koloid bermuatan positif bila dicampurkan dengan suatu larutan elektrolit, maka ion-ion
negative dari larutan tersebut akan ditarik oleh partikel koloid positif, akibatnya ukuran
koloid menjadi besar dan mengalami koagulasi Sebaliknya koloid negative akan
menyerap koloid positif dari suatu larutan elektrolit. Contoh proses koagulasi adalah
penambahan tawas dalam proses penjernihan air. Tawas adalah garam aluminium sulfat
(Al2(SO4)3) yang dalam air akan menghasilkan ion Al3+ yang dengan mudah menyerap air
dan lumpur ( koloid ) sehingga terjadi koagulasi. Contoh lainnya adalah terbentuknya
delta di muara sungai akibat lumpur ( koloid ) yang ada dalam air sungai.

5. Kestabilan Koloid
Dalam menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan hal-hal berikut ini :
1. Menghilangkan muatan koloid
Koagulasi diciptakan diantaranya dengan mencampurkan koloid yang berbeda muatan.
Untuk mencegah hal tersebut, dalam dilakukan proses dialysis. Dialisis adalah proses
penghilangan muatan pada koloid dengan cara memasukkan koloid ke dalam membrane
semipermeable. Membran ini mempunyai pori-pori yang mampu ditembus oleh ion,
namun tidak dengan koloid. Salah satu proses pemanfaatan dialisis adalah dalam proses
cuci darah ( hemodialisis ). Pada proses hemodialisis, darah kotor dari pasien dilewatkan
dalam pipa yang terbuat dari membrane semi permeable. Selama darah berjalan, pipa
tersebut dialiri cairan plasma darah sehingga ion-ion dalam darah kotor tadi akan terbawa
pada aliran plasma darah yang berfungsi sebagai pencuci.

2. Penambahan stabilisator koloid


Penambahan suatu zat ke dalam suatu sistem koloid dapat meningkatka kestabilan kolid,
misalnya emulgator dan koloid pelindung. Emulgator adalah zat yang ditambahkan ke
dalam suatu emulsi dengan tujuan menjaga koloid agar tidak mudah terpisah. Misalnya
pencampuran sabun dalam campuran air dan minyak serta penambahan ammonia dalam
pembuatan emulsi pada kertas film. Koloid Pelindung adalah koloid yang ditambahkan
ke dalam sistem koloid agar menjadi stbail. Contoh penambahan gelatin pada pembuatan
es krim agar es krim tidak cepat memisah serta penambahan gum arab dalam pembuatan
semir.

6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan mendium pendispersinya, sistem koloid
dibedakan menjadi dua yaitu liofil dan liofob. Koloid liofil adalah koloid yang fase
terdispersinya suka menarik medium pendispersinya, sedangkan koloid liofob yang tidak suka
menarik medium pendispersinya. Perbandingan sifatnya sebagai berikut :

No. Sifat Sol Liofil Sol Liofob


1. Daya adsorpsi Kuat, mudah mengadsorpsi Tidak mengadsorpsi
terhadap medium mediumnya sehingga mediumnya
ukuran partikelnya dapat
semakin besar
2. Efek Tyndall Kurang jelas Sangat jelas
3. Viskositas Lebih besar dari Hampir sama dengan
mediumnya mediumnya
4. Koagulasi Sukar mengalami koagulasi Mudah terkoagulasi
5. Sifat Reversibel ( Bila Ireversibel
terkoagulasi dapat kembali
ke bentuk semula )
6. Contoh Sabun, deterjen, agar-agar, Sol logam, darah, sol
kanji, gelatin Fe(OH)3

PEMBUATAN SISTEM KOLOID


Pembuatan sistem koloid dapat dengan cara mendispersikan suatu zat ke dalam medium
pendispersi, ataupun mengubah larutan menjadi koloid, dan mengubah suspensi menjadi
koloid. Cara pembuatan koloid dapat melalui dua cara yaitu dengan cara dispersi dan
kondensasi. Cara dispersi adalah metode yang digunakan untuk memperkecil partikel suspense
menjadi koloid, dan kondensasi adalah metode yang digunakan untuk memperbesar partikel
larutan menjadi koloid.

CARA DISPERSI
a. Dispersi langsung
Metode ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam
medium pendispersi. Ukuran partikel diperkecil dengan cara menggiling atau menggerus
partikel hingga ke ukuran tertentu. Misalkan pembuatan sol belerang dengan air, serbuk
belerang dihaluskan dengan menggeruskannya berulang-ulang bersama Kristal gula.

b. Homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk
susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel susu berubah
menjadi partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses
homogenisasi menggunakan mesin homogenisasi.

c. Peptisasi
Metode ini dilakukan dengan cara memcah partikel-partikel besar, misalnya suspensi,
gumpalan, aau endapan dengan menambah zat pemecah tertentu. Misalnya Al(OH) 3
ditambah AlCl3 akan berubah menjadi koloid, atau AgCl bila ditambah NH 3 secukupnya
akan berubah menjadi koloid.

d. Busur Bredig
Metode ini khusus untuk pembuatan koloid logam. Dengan metode listrik.

CARA KONDENSASI
1. Reaksi hidrolisis
Reaksi ini melibatkan garam yang dihidrolisis. Contohnya dalam pembuatan sol Fe(OH) 3
FeCl3 + 3H2O -> Fe(OH)3 + 3HCl

2. Reaksi redoks
Reaksi ini melibatkan perubahan biloks. Contohnya pembuatan sol belerang
2H2S + SO2 -> 2H2O + 3S

3. Pertukaran ion
Membuat koloid zat-zat yang sukar larut. Contohnya pembuatan sol As 2S3
As2O3 + 3H2S -> As2S3 + 3H2O

Anda mungkin juga menyukai