DAFTAR ISI...........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................3
1.3 TUJUAN......................................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................................4
TEORI DASAR......................................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN KOLOID..........................................................................................4
2.2 DISPERSI...................................................................................................................4
2.3 SIFAT KOLOID.........................................................................................................5
2.4 JENIS KOLOID.........................................................................................................6
2.5 KESTABILAN KOLOID..........................................................................................8
2.6 PEMBUATAN KOLOID...........................................................................................9
2,7 FUNGSI KOLOID...................................................................................................10
BAB III..................................................................................................................................11
UJI COBA PRODUK KOLOID.........................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................................13
KESIMPULAN.....................................................................................................................13
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya pulalah makalah Koloid ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah Kimia kali ini membahas tentang koloid. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami meminta maaf atas segala kekurangan. Akhir kata, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bu Lilis dan seluruh teman-teman yang membantu
dalam proses pembuatan makalah ini hingga selesai.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
Koloid adalah campuran dua atau lebih zat dimana partikel-partikel zat berukuran
koloid tersebar merata di dalam zat lain. Ukuran koloid sangat kecil sekitar 1-100 nm.
Koloid merupakan sistem dispersi ukuran partikel tersebut lebih besar dari larutan, akan
tetapi lebih kecil suspensi (campuran kasar).
Dalam kehidupan sehari-hari koloid sangat banyak di jumpai. Contoh koloid, yaitu
larutan garam, larutan gula, susu, selai, mentega, dan sabun, sedangkan contoh suspensi
adalah air sungai, campuran air dengan pasir.
Koloid atau campuran fase peralihan ini merupakan keadaan antara larutan dan
suspensi. Jika dilihat dengan menggunakan mikroskop koloid tampak homogen, akan
tetapi sebenarnya koloid tergolong campuran heterogen. Hal ini dikarenakan
perbedaan partikel kedua fase koloid masih dapat diamati dan dibedakan secara
makroskopis.
1.3 Tujuan
3
BAB II
TEORI DASAR
Koloid adalah suatu campuran homogen antara 2 zat atau lebih dimana partikel-partikel
zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (medium
pendispersi). Koloid ini merupakan sistem dispersi yang terletak diantara suspensi dan
larutan. Ukuran partikelnya berkisar antara 1-100 nm. Jadi, koloid tergolong campuran
homogen dan merupakan sistem 2 fase
2.2 Dispersi
Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara
merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi.Tepung
kanji bila dimasuk- kan ke dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi,
dengan air sebagai medium pen-dispersi dan tepung kanji sebagai zat terdispersi.
4
6 Tidak mengendap Sukar mengendap Mudah mengendap
2. Gerak Brown
Partikel koloid akan bergerak sangat cepat dan patah-patah atau zig-zag
dalam medium pendispersi. Gerakan acak atau zig zag ini disebut dengan
gerak brown. Gerakan ini berfungsi sebagai penstabilan partikel koloid
sehingga tidak menjadi pemisah antara partikel terdispersi dan medium
pendispensi
3. Elekroforesis
Jika koloid di aliri aliran listrik maka partikel koloid bergerak meuju electrode
positif atau electrode negative. Hal ini dapat membuktikan bahwa koloid
mempunyai aliran listrik. Gerak partikel koloid dalam medan listrik dapat di
sebut dengan elektroforesis
4. Absorpsi
Permukaan partikel koloid dapat menatik partikel yang bermuatan listrik di
sekitarnya, hal ini disebabkan karena koloid bermuatan listrik. Proses ini bisa
di sebut dengan absorpsi. Contoh absorpsi adalah penjernihan air tebu,
penjernihan air dan pembuatan obat noted.
5. Koagulasi/Aglutinasi
Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan atau pengendapan koloid.
Koagulasi ada dua cara yaitu:
a. Cara mekanik, misalnya pemanasan, pendinginan, dan pengadukan.
b. Cara kimia, misalnya dengan penambahan larutan elektrolit.
5
Contoh: partikel karet dalam lateks dapat dikoagulasi dengan penambahan
asam asetat.
6. Opalesensi
Adalah peristiwa dimana warna koloid pada sinar dating tidak sama
dengan sinar pergi.
Sebuah koloid terdiri dari dua fase, fase terdispersi dan fase pendispersi. Jika dilihat
dari kombinasi wujud fase terdispersi dan fase pendispersi dikenal macam-macam
koloid seperti aerosol, emulsi, buih, busa, dan sol. Terjadi interaksi antara dua
fase koloid berupa afinitas atau gaya tarik menarik (adsorpsi).
Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersi yang menyusun sistem koloid,
dapat dibedakan menjadi 8 sistem koloid, yaitu :
1. Sol
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa padatan dan fase
pendispersinya berupa cairan. Contoh sol emas, tinta, dan cat.
2. Sol padat
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa padatan dan fase
pendispersinya padatan. Contoh gelas berwarna, dan intan hitam.
3. Emulsi
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa cairan dan fase
pendispersinya cairan. Contoh susu, santan, dan minyak ikan.
4. Emulsi padat
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdisfersi berupa cairan dan fase
pendispersinya berupa padatan. Contoh jelly, mutiara, dan keju.
5. Aerosol padat
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa padatan dan fase
pendispersinya berupa gas. Contoh asap dan debu.
6. Aerosol cair
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa cairan dan fase
pendispersinya berupa gas. Contoh kabut, awan, dan hair spray.
6
7. Buih
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan fase pendispersinya
berupa cairan. Contohnya: buih sabun, dank rim kocok.
8. Buih padat
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan fase pendispersinya
berupa padatan. Contoh karet busa dan batu apung.
Fase Medium
No Nama koloid Contoh
terdispersi pendispersi
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid, sebab semua gas akan
bercampur homogen dalam segala perbandingan.
7
pendispersinya sehingga terbentuk selubung cairan di sekitara partikel koloid. Jika
medium pendispersinya adalah air maka disebut dengan hidrofil.
2. Koloid Liofob
Berbeda dengan koloid liofil, koloid liofob adalah koloid yang partikel-partikelnya
tidak mengadsorpsi medium pendispersianya. Fase terdispersi tidak menarik
medium pnedispersi. Jika mediumnya berupa air disebut dengan hidrofob.
Contoh Koloid Liofob : Sol-sol logam, sol sulfida, susu, mayonaise, sol besi III
hidroksida Fe(OH)3.
Kestabilan koloid dapat disebabkan oleh adanya muatan listrik pada permukaan
partikel koloid dan adanya fase terdispersi yang afinitasnya lebih tinggi daripada
medium pendispersi.
Koloid yang dapat memberikan efek kestabilan terhadap koloid lain disebut koloid
pelindung atau koloid protektif. Koloid pelindung banyak digunakan pada pembuatan
es krim, tinta, cat, dan sebagainya.
8
Proses untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid disebut dialisis.
Peristiwa dialisis dapat dipercepat dengan elektrodialisis, yaitu dengan memberikan
elektroda-elektroda.
1. Cara kondensasi
adalah cara pembuatan system koloid dengan mengubah partikel-partikel larutan
sejati menjadi partikel-partikel koloid. Pembuatan koloid secara kondensasi dapat
dilakukan dengan:
a. Cara kimia
1) Hidrolisis
Cara ini dipakai untuk logam-logam seperti Al, Fe, dan Cr karena basa
logam tersebut ber-bentuk koloid. Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3 HCl(l)
2) Reaksi reduksi-oksidasi
Sol logam seperti sol emas dapat diperoleh dengan mereduksi larutan
garamnya, menggunakan reduktor nonelektrolit seperti formaldehid.
3) Reaksi pengendapan
Dua buah larutan encer yang masing-masing mengandung elektrolit
dicampurkan sehingga menghasilkan endapan yang berukuran koloid.
b. Cara fisis
Cara fisis dilakukan dengan pendinginan, penggantian pelarut, dan
pengembunan uap.
9
2. Cara dispersi
Yaitu menghaluskan partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel yang
berukuran koloid. Beberapa cara disperse yang sering dilakukan adalah:
a. Cara mekanik
Dengan penggerusan/penggilingan lalu didispersikan dalam medium
pendispersi, untuk mencegah penggumpalan ditambahkan zat pemantap
(stabilizer).
b. Cara peptisasi
Dengan menambahkan suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis.
10
BAB III
UJI COBA PRODUK KOLOID
Analisa Data :
Puding merupakan salah satu contoh koloid. Puding merupakan koloid jenis
emulsi padat yang dimana fase terdispersinya adalah cair (air), sedangkan fase
pendispersinya adalah padat (bubuk agar-agar). Gelatin yang terkandung dalam puding
merupakan emulgator yang berfungsi sebagai pengemulsi dan pengikat air.
Selain itu, puding bersifat sol liofil. Dimana, sol liofil adalah sol dengan fase
terdispersinya senang akan medium pendispersinya (senang akan cairan) atau di
katakan juga afinitas atau daya tarik terhadap mediumnya sangat kuat.
Proses pembuatan puding adalah dengan cara kondensasi. Kondensasi adalah
cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Yang
dimana proses kondensasinya dilakukan secara fisika yaitu pendinginan, penggantian
pelarut dan pengembunan.
Sedangkan, puding instan menebal oleh pati, yang merupakan molekul rantai
panjang yang terdiri dari molekul glukosa. Sifat penebalan pati harus dilakukan dengan
cara molekul pati terurai dalam cairan dasar, umumnya berbasis air. Mereka
menggabungkan molekul air ke dalam struktur intrinsik mereka, menjebak mereka, dan
11
menahan mereka dalam suspensi (Suspensi merupakan suatu campuran dimana paling
sedikit satu komponen yang secara relatif mempunyai partikel besar yang akan saling
tersebar dengan komponen lainnya) (Ini bukanlah proses yang sama seperti
emulsifikasi. [Emulsifikasi adalah campuran dua cairan yang semula tidak campur,
dengan membiarkan salah satunya mendispersi ke dalam cairan lain sebagai partikel
kecil]).
Perbedaan puding instan adalah penggunaan modifikasi pati makanan, yang
tidak memerlukan panas untuk mengaktifkan proses ini.
Pati lainnya, seperti tepung, tepung maizena, dan tepung kentang, memerlukan
pemanasan sampai mendidih untuk mencapai hal ini. Molekul tepung jagung dan
kentang pati akan putus setelah pemanasan berulang, menyebabkan makanan untuk
kembali mencair, setidaknya sebagian .
Salah satu pati yang tidak rusak adalah tepung arrowroot, yang saya sarankan
untuk setiap resep pati menebal yang akan dipanaskan kembali.
Tepung memiliki komponen lain yang dapat memberikan rasa seperti tepung,
kecuali mereka matang, baik sebelum dimasukkan ke dalam resep , atau memasak
berkepanjangan setelah penggabungan.
Hasil Pengamatan :
12
BAB IV
KESIMPULAN
Puding merupakan koloid jenis emulsi padat. Fase terdispersinya adalah cair, sedangkan
fase pendispersinya adalah padat.
Puding dibuat dengan cara kondensasi dan termasuk ke dalam produk koloid yang bernutrisi
dan mudah dibuat.
13