Anda di halaman 1dari 6

MASA PERGERAKAN NASIONAL – MENJELANG PROKLAMASI

(1908 – MENJELANG PROKLAMASI)

Berbagai macam bentuk perlawanan terhadap penjajah yang dilakukan oleh para raja,
bangsawan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama telah dilakukan dengan cara mengangkat
senjata. Namun pada umunya bentuk perlawanan semacam itu mengalami kegagalan. Akibat
kegagalan demi kegagalan itu,maka mulai awal abad 20 lahir pemikiran untuk mengubah strategi
perjuangan, dari perjuangan yang dilakukan dengan cara mengangkat senjata menjadi perjuangan
dengan sistem perjuangan baru yang dikenal dengan "Pergerakan Nasional."
Pergerakan nasional Indonesia memunculkan organisasi pergerakan yang berkembang
dikalangan Hindia Belanda. Organisasi-organisasi tersebut memiliki landasan dan sikap yang
berbeda dalam mengambil peran di pergerakan nasional. Secara umum organisasi-organisasi
tersebut dapat dibedakan berdasarkan:
a. Negara yang sedang menjajah Indonesia saat itu, yaitu:
1. Masa Kolonial Belanda (1700an-1942)
2. Masa Kolonial Jepang (1942-1945)

b. Bentuk pergerakannya, sebagai berikut :


1. Masa awal pergerakan nasional (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo,
Sarekat Islam, Muhammadiyah, Organisasi Pemuda dan Perempuan, Indische Partij,
dan Indische Vereeninging, dan Taman Siswa.
2. Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis
Indonesia (PKI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Permufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPPKI).
3. Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo,
dan Gapi.

A. Masa Kolonial Belanda


1. Masa awal pergerakan nasional (1908-1920)
Pada tanggal 20 mei 1908 kaum terpelajar mendirikan organisasi yang bernama Budi
Utomo. Lahirnya Budi Utomo ini kemudian diikuti oleh lahirnya organisasi-organisasi sosial,
ekonomi, dan politik. Lahirnya organisasi tersebut menandai lahirnya masa pergerakan
nasional. Lembaga ini mengutamakan kebudayaan dan pendidikan. Kegiatan gerakan Budi
Utomo, pada dasarnya membangkitkan nasionalisme dikalangan pemuda untuk melepaskan
diri dari tekanan penjajahan. Tetapi karena diawasi oleh pemerintah kolonial Belanda,
pelaksanaannya terpaksa harus terselubung. Pergerakan Budi Utomo  memberikan dorongan
untuk terbentuknya organisasi yang lain, baik yang dibentuk oleh golongan muda maupun
golongan tua, seperti:

a. Sarekat Islam yang bergerak di bidang ekonomi (perdagangan)


b. Organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang bergerak
dalam bidang agama dan pendidikan

c. Organisasi Pemuda dan Wanita seperti Tri Koro Dharmo. Organisasi kepemudaan
lainnya yang bersifat kedaerahan banyak, seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond,
Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI
(Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten Bond,
kepanduan, Sekolah Kartini, Perkumpulan Kautamaan Istri, Sopa Tresna,Aisyah,
Wanito Utomo, dan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT).

d. Indische Partij yang merupakan partai politik pertama di Indonesia yang gencar
mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun
terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras. Masa akhir
Indische Partij terjadi setelah Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo
ditangkap. Pemerintah Belanda menganggap Indische Partij mengganggu serta
mengancam ketertiban umum. Oleh karena itu, para pemimpinnya ditangkap dan
dibuang. Yaitu dr. E.F.E. Douwes Dekker atau dr. Danudirja Setiabudi dibuang ke
Kupang (NTT), dr. Cipto Mangunkusumo dibuang ke Bandanaira di Kepulauan
Maluku, dan Raden Mas Suwardi Suryaningrat dibuang ke Pulau Bangka. Pada saat
pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda dari
Belgia, Ki Hajar Dewantara menulis sebuah artikel berjudul “Als Ik de Netherlander
was” (seandainya aku seorang Belanda) yang berisikan kritikan pedas terhadap
pemerintah. Kelak karena permohonan ketiga tokoh itu sendiri, akhirnya mereka
dibuang ke negeri Belanda.

e. Indische Vereeninging atau Perhimpunan Indonesia


Selain organisasi Budi Utomo sebagai pelopor pergerakan organisasi di Indonesia,
ternyata ada juga Indische Vereeninging yang juga sebagai pelopor pergerakan
organisasi mahasiswa Indonesia di luar negeri, organisasi tersebut merupakan
penanda munculnya kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai penggerak perubahan
dalam sejarah Indonesia. Pada saat yang hampir bersamaan di tahun 1908, mahasiswa
Indonesia yang sedang belajar di Belanda, seperti Sutan Kasayangan Soripada, RM
Noto Suroto. R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai,
Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat), Brentel dan termasuk juga Mohammad
Hatta mendirikan Indische Vereeninging yang merupakan cikal bakal Perhimpunan
Indonesia. Namun, terbentuknya Perhimpunan Indonesia pada awalnya bukan
merupakan organisasi yang menjadi tonggak perubahan ketatanegaraan Indonesia.
Indische Vereeninging hanyalah perkumpulan para pelajar Indonesia yang studi di
negara Belanda sana. Kemudian bertemulah para pemuda-pemuda itu dengan Douwes
Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo dan Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang kala
itu dibuang ke negeri Belanda, kemudian diceritakanlah bagaimana keadaan bangsa
Indonesia saat itu. Sehingga membuat pemikiran-pemikiran pemuda menjadi terbuka
terhadap ketatanegaraan Indonesia saat itu. Beberapa tahun setelahnya, semakin
banyak organisasi pemuda dan mahasiswa muncul di berbagai kota.

f. Taman Siswa
Pada tanggal 3 Juli 1922, organisasi Taman Siswa didirikan karena adanya
ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan di Indonesia, dimana hanya kaum
bangsawan, konglomerat dan raja-raja saja yang diperbolehkan untuk bersekolah.
Akhirnya pada tahun 1919, setelah pulang dari Belanda, Raden Mas Suwardi
Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara bersama teman-temannya melakukan
pertemuan dan dihasilkan pemikiran untuk mendirikan Taman Siswa sebagai bentuk
perjuangan di bidang pendidikan.

2. Masa radikal/non kooperatif (1920-1930)


a. Partai Komunis Indonesia
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920.
Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia
bersama teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma,
mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada
tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain
Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.
Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan
pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Pemberontakan ini sangat sia-sia karena massa sama sekali tidak siap dan
organisasinya masih kacau. 

b. Partai Nasional Indonesia


Pada tanggal 4 Juli 1927, didirikanlah PNI oleh golongan tua sebagai akibat
situasi sosial dan politik yang kompleks karena baru saja terjadi pemberontakan PKI
tahun 1926, sehingga membuat organisasi tersebut harus mampu menyesuaikan diri
dengan orientasi baru akibat pemberontakan PKI tahun 1926. Organisasi ini bergerak
dalam bidang politik, para golongan tua berhasil menghimpun organisasi-organisasi
pergerakan lainnya menjadi satu wadah yang disebut Permufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia.

c. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPPKI)


PPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan
organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo
(BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia.

d. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)


Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama
PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI
mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong
Islamienten Bond dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan
Indonesia. Dengan adanya berbagai macam gerakan pemuda, akhirnya diadakan
kongres nasional Pemuda Indonesia I pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di
Jakarta. Yang kemudian Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) mengusulkan
agar semua perkumpulan pemuda tergabung dalam satu badan Perhimpunan Masa
Muda Indonesia.
Pada waktu itu usul belum dapat diterima karena rasa kedaerahan masih kuat.
Namun akhirnya disepakati dengan dibentuknya perkumpulan pemuda dengan nama
"Algemene Studie Club" (perkumpulan umum untuk studi) yang kemudian berubah
nama menjadi Jong Indonesia tanggal 31 Agustus 1926. Dan kembali berubah
menjadi Pemuda Indonesia (PI) yang pada waktu itu Pemuda Indonesia telah mulai
mempelopori penggunaan bahasa Indonesia.
Pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928, diadakan Kongres Pemuda Indonesia yang
ke-2, di mana Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) mengambil prakarsa
untuk menggalang persatuan antar Perkumpulan Pemuda di seluruh wilayah
Indonesia. Hasilnya adalah SUMPAH PEMUDA yang didengungkan tanggal 28
Oktober 1928, yang isinya yaitu: SATU TANAH AIR, SATU BANGSA, SATU
BAHASA, INDONESIA. Merupakan tekad persatuan yang kuat dan merupakan
modal dasar perjuangan, yang kemudian dianggap sebagai tonggak sejarah
perjuangan yang hakiki dan monumental.

3. Masa moderat/kooperatif (1930-1942)


a. Partai Indonesia (Partindo)
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929,
maka PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh
Sartono pada tahun 1929. 
Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-
aksi politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu
nasional. Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama
yaitu self help dan nonkooperasi.
b. Partai Indonesia Raya (Parindra)
Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).
Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya. Asas politik Parindra adalah
insidental, artinya tidak berpegang pada asas kooperasi maupun nonkooperasi.

c. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)


Didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh orang-orang bekas Partindo.
Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan Moh. Yamin.

d. Gabungan Politik Indonesia (Gapi)


Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya
diselenggarakan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda
di mana anggotanya mempunyai hak yang sama.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai
parlemen sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen.
Tuntutan Indonesia Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya
pemerintah Belanda membentuk komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman
karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah menyelidiki dan mem-
pelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan.
Namun, setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan
yang mengecewakan bangsa Indonesia. Menurut komisi tersebut, sebagian besar
rakyat Indonesia berkeinginan hidup dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak
keputusan tersebut, sebab dianggap hanya rekayasa Belanda dan bertentangan dengan
keinginan rakyat Indonesia.
Pada tahun 1940 perang Dunia II mulai merambat ke Belanda, dengan adanya
serbuan Jerman, Belanda dianggap mulai melemah. Gabungan Politik Indonesia
(GAPI) mulai gencar lagi memperjuangkan kemerdekaan melalui Volksraad
(Pemerintahan Belanda). Pada tahun 1941, pemerintah Belanda mulai memperhatikan
usul-usul GAPI, tetapi belum memberikan hasil yang diinginkan,Indonesia wilayah
jajahan Belanda diserbu Jepang pada tahun 1942, dan Belanda menyerah pada Jepang.

B. Masa Kolonial Jepang


Pergerakan Nasional pada masa pendudukan Jepang menempuh cara-cara sebagai
berikut:
1. Perjuangan Terbuka Melalui Organisasi Bentukan Jepang, seperti Gerakan 3A, PUTERA,
Cuo Sangi In, Jawa Hokokai, dan MIAI.
2. Perjuangan Bawah Tanah yang dilakukan secara tertutup atau rahasia. Perjuangan bawah
tanah pada umumnya dilakukan oleh para pemimpin bangsa kita yang bekerja di instansi-
instansi pemerintah Jepang. Jadi, mereka kelihatannya sebagai pegawai, namun dibalik
itu mereka melakukan kegiatan yang bertujuan menghimpun dan mempersatukan rakyat
meneruskan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan, seperti Kelompok Sukarni,
Kelompok Ahmad Subarjo, Kelompok Sutan Syahrir, dan Kelompok Pemuda.
3. Perjuangan Bersenjata Melawan Jepang dikarenakan para pemimpin pergerakan nasional
semakin tidak tahan menyaksikan penderitaan dan kesengsaraan rakyat yang memilukan.
Oleh karena itu, sebagian dari mereka mulai bangkit menentang Jepang dengan cara
perlawanan senjata. Perlawanan bersenjata terhadap Jepang terjadi diberbagai daerah,
antara lain sebagai berikut:
a. Di Aceh, perlawanan meletus di daerah Cot Plieng pada bulan November 1942 di
bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil.
b. Di Jawa Barat, perlawanan meletus pada bulan Februari 1944 yakni di daerah
Sukamanah di bawah pimpinan K.H. Zainal Mustafa.
c. Di Aceh, perlawanan muncul lagi pada bulan Nopember 1944 yang dilakukan oleh
prajurit-prajurit Giyugun di bawah pimpinan Teuku Hamid.
d. Di Blitar, perlawanan meletus pada tanggal 14 Februari 1945 di bawah pimpinan
Supriyadi, seorang Komandan Pleton I Kompi III dari Batalion II Pasukan Peta di
Blitar. Perlawanan di Blitar ini merupakan perlawanan terbesar pada masa
pendudukan Jepang.
Perjuangan menjelang proklamasi kemerdekaan pun tak bisa dilepaskan dari peran para
pemuda dan mahasiswa. Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus
penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok oleh kelompok Chairul Saleh dan Soekarni.
Di sana, mereka mendesak proklamasi segera dilakukan.

Kesimpulan : Pada masa pergerakan nasional hingga menjelang kemerdekaan, peran pemuda
sangat banyak, selain peran pemuda dibantu juga oleh peran para golongan tua. Akibat peranan
tersebut, pada masa ini terjadi perubahan yang mengarah kepada cita-cita negara Indonesia saat
itu, yaitu mencapai kemerdekaan. Bentuk perubahan tersebut, yaitu:
1. Munculnya organisasi-organisasi pergerakan di Indonesia dalam berbagai bidang yang
dipelopori dengan berdirinya Budi Utomo,
2. Terjadi perubahan bentuk perjuangan dari yang bersifat kedaerahan menjadi nasional.
3. Memunculkan rasa nasionalisme yang tinggi antar pemuda. Hal ini dibuktikan melalui
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
4. Terjadi hubungan kerja sama yang erat antara golongan muda dan golongan tua, yang
sebelumnya selalu diwarnai oleh perdebatan, kini mereka sudah bersatu bersama-sama
memegang satu tujuan, yaitu Kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai