Berbagai macam bentuk perlawanan terhadap penjajah yang dilakukan oleh para raja,
bangsawan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama telah dilakukan dengan cara mengangkat
senjata. Namun pada umunya bentuk perlawanan semacam itu mengalami kegagalan. Akibat
kegagalan demi kegagalan itu,maka mulai awal abad 20 lahir pemikiran untuk mengubah strategi
perjuangan, dari perjuangan yang dilakukan dengan cara mengangkat senjata menjadi perjuangan
dengan sistem perjuangan baru yang dikenal dengan "Pergerakan Nasional."
Pergerakan nasional Indonesia memunculkan organisasi pergerakan yang berkembang
dikalangan Hindia Belanda. Organisasi-organisasi tersebut memiliki landasan dan sikap yang
berbeda dalam mengambil peran di pergerakan nasional. Secara umum organisasi-organisasi
tersebut dapat dibedakan berdasarkan:
a. Negara yang sedang menjajah Indonesia saat itu, yaitu:
1. Masa Kolonial Belanda (1700an-1942)
2. Masa Kolonial Jepang (1942-1945)
c. Organisasi Pemuda dan Wanita seperti Tri Koro Dharmo. Organisasi kepemudaan
lainnya yang bersifat kedaerahan banyak, seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond,
Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI
(Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten Bond,
kepanduan, Sekolah Kartini, Perkumpulan Kautamaan Istri, Sopa Tresna,Aisyah,
Wanito Utomo, dan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT).
d. Indische Partij yang merupakan partai politik pertama di Indonesia yang gencar
mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun
terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras. Masa akhir
Indische Partij terjadi setelah Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo
ditangkap. Pemerintah Belanda menganggap Indische Partij mengganggu serta
mengancam ketertiban umum. Oleh karena itu, para pemimpinnya ditangkap dan
dibuang. Yaitu dr. E.F.E. Douwes Dekker atau dr. Danudirja Setiabudi dibuang ke
Kupang (NTT), dr. Cipto Mangunkusumo dibuang ke Bandanaira di Kepulauan
Maluku, dan Raden Mas Suwardi Suryaningrat dibuang ke Pulau Bangka. Pada saat
pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda dari
Belgia, Ki Hajar Dewantara menulis sebuah artikel berjudul “Als Ik de Netherlander
was” (seandainya aku seorang Belanda) yang berisikan kritikan pedas terhadap
pemerintah. Kelak karena permohonan ketiga tokoh itu sendiri, akhirnya mereka
dibuang ke negeri Belanda.
f. Taman Siswa
Pada tanggal 3 Juli 1922, organisasi Taman Siswa didirikan karena adanya
ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan di Indonesia, dimana hanya kaum
bangsawan, konglomerat dan raja-raja saja yang diperbolehkan untuk bersekolah.
Akhirnya pada tahun 1919, setelah pulang dari Belanda, Raden Mas Suwardi
Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara bersama teman-temannya melakukan
pertemuan dan dihasilkan pemikiran untuk mendirikan Taman Siswa sebagai bentuk
perjuangan di bidang pendidikan.
Kesimpulan : Pada masa pergerakan nasional hingga menjelang kemerdekaan, peran pemuda
sangat banyak, selain peran pemuda dibantu juga oleh peran para golongan tua. Akibat peranan
tersebut, pada masa ini terjadi perubahan yang mengarah kepada cita-cita negara Indonesia saat
itu, yaitu mencapai kemerdekaan. Bentuk perubahan tersebut, yaitu:
1. Munculnya organisasi-organisasi pergerakan di Indonesia dalam berbagai bidang yang
dipelopori dengan berdirinya Budi Utomo,
2. Terjadi perubahan bentuk perjuangan dari yang bersifat kedaerahan menjadi nasional.
3. Memunculkan rasa nasionalisme yang tinggi antar pemuda. Hal ini dibuktikan melalui
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
4. Terjadi hubungan kerja sama yang erat antara golongan muda dan golongan tua, yang
sebelumnya selalu diwarnai oleh perdebatan, kini mereka sudah bersatu bersama-sama
memegang satu tujuan, yaitu Kemerdekaan.