LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIK I
Dosen Pengampu:
Dra. Nazriati, M.Si.
Dr. Hj. Fauziatul Fajaroh, M.Si.
Oleh:
Kelompok 9 Offering C
Habib El Rahman** (170331614032)
Rifqon Hakiki (170331614094)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah berkenan memberikan limpahan
rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan resmi praktikum kimia fisika I dengan judul percobaan
“Kelarutan sebagai Fungsi Suhu”. Laporan resmi ini disusun atas dasar keinginan
penulis untuk meguraikan analisis dan pemahaman saat telah melakukan praktikum
ini. Oleh karena itu, makalah ini penulis susun untuk memberi pengetahuan,
sekaligus disusun dalam rangka memenuhi tugas matakuliah Praktikum Kimia
Fisika I.
Kami menyadari banyak pihak yang telah ikut membantu dan memberikan
arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan, baik secara moral, materil
maupun spiritual yang sangat berarti dalam penulisan laporan resmi ini.
2. Ibu Dr. Hj. Fauziatul Fajaroh, M.Si., dan Ibu Dra. Nazriati, M.Si. selaku
dosen pengampu matakuliah Praktikum Kimia Fisika I.
3. Teman-teman yang telah memberikan semangat.
4. Serta semua pihak yang terkait dalam penulisan laporan resmi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan resmi ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, dengan terselesaikannya penulisan laporan resmi
ini, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
penulisan laporan resmi yang selanjutnya
Penulis
Habib El Rahman
Rifqon Hakiki
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Percobaan ke-4 ini berjudul: Kelarutan sebagai Fungsi Suhu
B. Tujuan
Berdasarkan percobaan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu yang telah
dilakukan, berikut dipaparkan tujuan yang dapat dicapai.
1. Menentukan kelarutan zat pada berbagai suhu.
2. Menentukan kalor pelarutan differensial.
Keterangan :
𝑎𝑧 : kelarutan zat yang larut
𝑎′𝑧 : keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat
dalam keadaan standar
𝛾 : koefisien keaktifan zat yang larut
𝑚𝑧 : kemolaran zat yang larut karena larutan jenuh disebut kelarutan
Hasil kali kelarutan suatu zat akan berubah jika suhunya berubah. Larutan ada
tiga tipe yakni larutan jenuh, larutan tidak jenuh dan larutan lewat jenuh. Larutan
dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih
banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan
tidak jenuh. Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan
lewat jenuh.
Hubungan tetapan keseimbangan suatu proses dengan suhu diberikan oleh
isobar reaksi Van’t Hoff sebagai berikut :
ln k H 0
T =
P RT
2
………. Persamaan 3
Keterangan
H 0 : perubahan entalpi proses.
R : tetapan gas ideal.
Persamaan 2 dan 3 memberikan:
ln z m z H DS
T = RT 2 ………. Persamaan 4
P
H DS = kalor pelarutan diferensial pada konsentrasi jenuh.
Selanjutnya persamaan 4 dapat diuraikan menjadi:
ln z m z ln m z H DS
=
ln m z T RT 2
ln z H DS
+1=
ln m z RT 2
ln z
Dalam hal ini dapat diabaikan sehingga didapat persamaan sebagai berikut:
ln mz
d ln m z H DS
+1 = ………. Persamaan 5
dT RT 2
Dengan demikian H DS dapat ditentukan dari arah garis singgung pada kurva log
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan titrasi asam basa ini adalah
sebagai berikut.
− Asam oksalat
− NaOH
− Aquades
− Indikator fenolftalein
− Es
C. Langkah Kerja
1. Membuat ± 50mL atau setengah tabung reaksi besar larutan jenuh dari asam
oksalat dengan cara mengisi air ke dalam tabung reaksi hingga ± sepertiga,
kemudian memanaskan hingga kira – kira 60°C, lalu melarutkan zat tersebut
sampai larutan menjadi jenuh
2. Memasukkan tabung besar A yang berisi larutan jenuh ke dalam tabung
selubung B yang lebih besar
3. Memasukkan tabung selubung B ke dalam gelas piala yang berisi air pada
suhu kamar
4. Melengkapi tabung A dengan batang pengaduk dan termometer
5. Mengaduk terus tabung A.
6. Bila suhu mencapai 40°C, mempipet 10 mL larutan dan mengencerkan hingga
100 mL dalam labu ukur 100 mL
7. Melakukan pengambilan serupa pada 30°C, 20°C, 10°C. Membungkus ujung
pipet dengan kertas saring agar zat padat tidak memasuki pipet.
8. Mentitrasi keempat larutan itu dengan NaOH dan indikator fenolftalein
0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035 0.00355
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
1/T (K-
1)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035 0.00355
1/T (K-1)
Dari grafik yang telah dibuat dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu
larutan maka kelarutan senyawa juga semakin besar dan semakin rendah suhu
larutan, maka kelarutan senyawanya juga akan menurun.
𝒂 = −𝟒, 𝟖𝟓
(𝑛. ∑𝑥𝑦) − (∑𝑥. ∑𝑦)
𝑏 =
(𝑛∑𝑥 2 ) − (∑𝑥 )2
(4 (−0,0011514)) − ((0,0134)(−0,365))
𝑏=
(4(0,00004494) − ( 0,0134)2
−0,0046056 + 0,004891
𝑏=
(0,00017976) − (0,00017956)
𝒃 = 𝟏𝟒𝟐𝟕
y = a + bx
y = −𝟒, 𝟖𝟓 + 1427x
Kalor kelarutan differensial
∆𝐻
𝐷𝑆
Tan 𝛼 = 2,303 𝑅
∆𝐻𝐷𝑆 = 𝑏 × 2,303 × 𝑅
∆𝐻𝐷𝑆 = 𝟏𝟒𝟐𝟕 × 2,303 × 8,314 J/molK
∆𝑯𝑫𝑺 = 𝟐𝟕𝟑𝟐𝟐, 𝟗𝟕𝟏𝟔𝟑𝟒 J / mol
∆𝑯𝑫𝑺 = 𝟐𝟕, 𝟑𝟐𝟐𝟗𝟕𝟏𝟔𝟑𝟒 𝒌𝑱/𝒎𝒐𝒍
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami dilakukan, berikut dipaparkan
kesimpulan yang dapat diambil.
1. Kelarutan berbanding lurus dengan suhu, jika semakin tinggi suhu suatu
pelarut maka semakin tinggi kelarutannya.
2. Kalor kelarutan differensial dari larutan asam oksalat adalah 27,322971634
kJ/mol.
3. Kalor pelarutan bersifat endoterm.
B. Saran
Sebaiknya, dalam percobaan ini harus dilakukan dengan teliti dan cermat,
karena setiap langkah dapat memberikan kesalahan terhadap hasil analisis. Perlu
juga diperhatikan beberapa hal yang menjadi sesataan saat praktikan melakukan
percobaan ini. Sesatan tersebut antara lain: kurang cermat saat pengambilan larutan
(diupayakan saat pemipetan, padatan tidak ikut masuk), pengenceran larutan,
pengisian buret, pembacaan skala buret, posisi buret yang tidak vertikal lurus, dan
pengamatan titik akhir titrasi.
DAFTAR RUJUKAN
Atkins, Peter dan Julio De Paula. 2010. Physical Chemistry 9thedition. New York:
W. H. Freeman and Company.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid 2.
Terjemahan Tim Departemen Kimia ITB. Jakarta: Erlannga.
Day dan Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kantitatif. Jakarta: Erlangga.
Effendy. 2016. Chemistry For Senior High School Students. Malang:
Bayumedia Publishing.
Oxtoby, D.W., et al. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar “Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT. Aneka Cipta.
Tim Kimia Fisika. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Diterjemahkan oleh L. Setiono dan A Handayana Pudjaatmaka. Edisi 5
Bagian 1 dan 2. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan kalor pelarutan differensial?
Jawab:
Kalor pelarutan differensial adalah kalor yang dilepaskan atau diserap ketika
satu mol zat dilarutkan dalam satu mol pelarut.