Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN 9

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIK I

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Dosen Pengampu:
Dra. Nazriati, M.Si.
Dr. Hj. Fauziatul Fajaroh, M.Si.

Oleh:
Kelompok 9 Offering C
Habib El Rahman** (170331614032)
Rifqon Hakiki (170331614094)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah berkenan memberikan limpahan
rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan resmi praktikum kimia fisika I dengan judul percobaan
“Kelarutan sebagai Fungsi Suhu”. Laporan resmi ini disusun atas dasar keinginan
penulis untuk meguraikan analisis dan pemahaman saat telah melakukan praktikum
ini. Oleh karena itu, makalah ini penulis susun untuk memberi pengetahuan,
sekaligus disusun dalam rangka memenuhi tugas matakuliah Praktikum Kimia
Fisika I.

Kami menyadari banyak pihak yang telah ikut membantu dan memberikan
arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan, baik secara moral, materil
maupun spiritual yang sangat berarti dalam penulisan laporan resmi ini.
2. Ibu Dr. Hj. Fauziatul Fajaroh, M.Si., dan Ibu Dra. Nazriati, M.Si. selaku
dosen pengampu matakuliah Praktikum Kimia Fisika I.
3. Teman-teman yang telah memberikan semangat.
4. Serta semua pihak yang terkait dalam penulisan laporan resmi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan resmi ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, dengan terselesaikannya penulisan laporan resmi
ini, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
penulisan laporan resmi yang selanjutnya

Malang, 12 Februari 2019

Penulis
Habib El Rahman
Rifqon Hakiki
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Percobaan ke-4 ini berjudul: Kelarutan sebagai Fungsi Suhu

B. Tujuan
Berdasarkan percobaan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu yang telah
dilakukan, berikut dipaparkan tujuan yang dapat dicapai.
1. Menentukan kelarutan zat pada berbagai suhu.
2. Menentukan kalor pelarutan differensial.

BAB II DASAR TEORI


Kelaruta(s) suatu padatan menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi
molar dari larutan jenuhnya (Vogel , 1990). Kelarutan zat terlarut diketahui dari
konsentrasi dalam larutan jenuhnya, biasanya dinyatakan dalam banyaknya mol zat
terlarut per liter larutan jenuh (Petrucci, 1992). Larutan jenuh merupakan larutan
dimana zat terlarutnya (molekul atau ion) telah maksimum pada suhu tertentu.
Untuk zat elektrolit yang sukar larut, larutan jenuhnya dicirikan oleh nilai Ksp.
Nilai Ksp pada suhu 250oC telah didaftar. Jika larutan mengandung zat terlarutnya
melebihi jumlah maksimum kelarutannya pada suhu tertentu, maka dikatakan
bahwa larutan telah lewat jenuh (Mulyono, 2005).
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan,
konsentrasi bahan–bahan lain dalam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya
(Petrucci, 1992). Sedangkan menurut Oxtoby, dkk. (2001), kelarutan suatu zat
bergantung pada beberapa hal yaitu:
a. Sifat solvent
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solut memiliki kesamaan
dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dengan molekul-molekul solvent.
b. Suhu
Jika larutan jenuh dan entalpi pelarutan positif (endoterm), maka kelarutan
naik dengan kenaikan suhu. Sedangkan jika entalpi pelarutan negatif
(eksoterm) kelarutan akan menurun dengan kenaikan suhu.
c. Sifat solut
Semakin tinggi kemolaran, semakin tinggi pula kelarutannya.
d. Tekanan
Perubahan tekanan mempunyai pengaruh yang kecil yang kecil terhadap
kelarutan suatu zat cair dan zat padat dalam pelarut cair, tetapi kelarutan gas
akan selalu bertambah dengan bertambahnya tekanan.

Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang


larut dan yang tidak larut. Kesetimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑨(𝒑) ↔ 𝑨(𝒍) ………. Persamaan 1
Keterangan :
A(p) : molekul zat yang tidak larut
A(l) : molekul zat yang tidak larut

Tetapan kesetimbangan proses pelarutan tersebut:


𝒂𝒛 𝒂𝒛
𝒌= = 𝜸𝒛 𝒎𝒛 ………. Persamaan 2
𝒂𝒛 𝟏

Keterangan :
𝑎𝑧 : kelarutan zat yang larut
𝑎′𝑧 : keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat
dalam keadaan standar
𝛾 : koefisien keaktifan zat yang larut
𝑚𝑧 : kemolaran zat yang larut karena larutan jenuh disebut kelarutan
Hasil kali kelarutan suatu zat akan berubah jika suhunya berubah. Larutan ada
tiga tipe yakni larutan jenuh, larutan tidak jenuh dan larutan lewat jenuh. Larutan
dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih
banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan
tidak jenuh. Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan
lewat jenuh.
Hubungan tetapan keseimbangan suatu proses dengan suhu diberikan oleh
isobar reaksi Van’t Hoff sebagai berikut :
  ln k  H 0
 T  =
  P RT
2
………. Persamaan 3
Keterangan
H 0 : perubahan entalpi proses.
R : tetapan gas ideal.
Persamaan 2 dan 3 memberikan:
  ln  z m z  H DS
 T  = RT 2 ………. Persamaan 4
 P
H DS = kalor pelarutan diferensial pada konsentrasi jenuh.
Selanjutnya persamaan 4 dapat diuraikan menjadi:
 ln  z m z  ln m z H DS
=
 ln m z T RT 2
 ln  z H DS
+1=
 ln m z RT 2
 ln  z
Dalam hal ini dapat diabaikan sehingga didapat persamaan sebagai berikut:
 ln mz

d ln m z H DS
+1 = ………. Persamaan 5
dT RT 2
Dengan demikian H DS dapat ditentukan dari arah garis singgung pada kurva log

mz terhadap 1/T. Grafik nya yaitu :


−∆𝐻𝐷𝑆 1
ln 𝑚𝑧 = × +𝑐
𝑅 𝑇
−∆𝐻𝐷𝑆
𝑡𝑔 ∝ = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 =
𝑅

Gambar 1. Grafik log M dan 1/T terhadap suhu


BAB III METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik, Gedung O2 Lantai 2
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Malang pada:
Hari dan Tanggal : Rabu, 6 Februari 2019.
Pukul : 13.10—16.00 WIB.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan titrasi asam basa ini adalah
sebagai berikut.
− Gelas Kimia
− Tabung reaksi besar
− Batang Pengaduk
− Termometer
− Pipet gondok
− Erlenmeyer
− Labu Ukur
− Kaca Arloji
− Buret

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan titrasi asam basa ini adalah
sebagai berikut.
− Asam oksalat
− NaOH
− Aquades
− Indikator fenolftalein
− Es
C. Langkah Kerja
1. Membuat ± 50mL atau setengah tabung reaksi besar larutan jenuh dari asam
oksalat dengan cara mengisi air ke dalam tabung reaksi hingga ± sepertiga,
kemudian memanaskan hingga kira – kira 60°C, lalu melarutkan zat tersebut
sampai larutan menjadi jenuh
2. Memasukkan tabung besar A yang berisi larutan jenuh ke dalam tabung
selubung B yang lebih besar
3. Memasukkan tabung selubung B ke dalam gelas piala yang berisi air pada
suhu kamar
4. Melengkapi tabung A dengan batang pengaduk dan termometer
5. Mengaduk terus tabung A.
6. Bila suhu mencapai 40°C, mempipet 10 mL larutan dan mengencerkan hingga
100 mL dalam labu ukur 100 mL
7. Melakukan pengambilan serupa pada 30°C, 20°C, 10°C. Membungkus ujung
pipet dengan kertas saring agar zat padat tidak memasuki pipet.
8. Mentitrasi keempat larutan itu dengan NaOH dan indikator fenolftalein

BAB IV DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. DATA PENGAMATAN
Berikut data pengamatan yang diperoleh dari praktikum kami sajikan dalam
bentuk tabel di bawah ini.
Perlakuan Hasil Pengamatan
➢ Membuat ± 50mL atau setengah tabung ➢ Terdapat zat yang tidak
reaksi besar larutan jenuh dari asam larut dalam pelarut
oksalat dengan cara mengisi air ke dalam
tabung reaksi hingga ± sepertiga,
kemudian memanaskan hingga kira –
kira 60°C, lalu melarutkan zat tersebut
sampai larutan menjadi jenuh
➢ Memasukkan tabung besar A yang berisi
larutan jenuh ke dalam tabung selubung
B yang lebih besar
➢ Memasukkan tabung selubung B ke
dalam gelas piala yang berisi air pada
suhu kamar
➢ Melengkapi tabung A dengan batang
pengaduk dan termometer
➢ Mengaduk terus tabung A.
➢ Bila suhu mencapai 40°C, mempipet 10
mL larutan dan mengencerkan hingga
100 mL dalam labu ukur 100 mL
➢ Melakukan pengambilan serupa pada
30°C, 20°C, 10°C. Membungkus ujung
pipet dengan kertas saring agar zat padat
tidak memasuki pipet.
➢ Mentitrasi keempat larutan itu dengan ➢ Larutan berubah warna

NaOH dan indikator fenolftalein dari tak berwarna menjadi


merah muda

Tabel Penentuan Kelarutan pada Beberapa Suhu


Volume NaOH (mL)
Suhu (°C) Volume H2C2O4 (mL)
V1 V2 V3
40 10 3,50 3,80 3,65
30 10 3,10 3,30 3,20
20 10 2,40 2,30 2,35
10 10 1,30 1,40 1,35

Tabel Rentang Buret


Titrasi I Titrasi II Suhu (°C)
0,00 - 3,50 3,50 - 7,30 40
7,30 - 10,40 10,40 - 13,70 30
Rentang (mL)
13,70 - 16,10 16,10 - 18,40 20
18,40 - 19,70 19,70 - 21,10 10
B. PEMBAHASAN
1. Penentuan Kelarutan Asam Oksalat pada suhu 40 oC
Percobaan diawali dengan membuat ± 50 mL larutan jenuh dari asam
oksalat dengan cara mengisi air ke dalam tabung reaksi hingga kurang lebih
sepertiga, kemudian memanaskan larutan sampai suhunya sekitar 60°C. Jika asam
oksalat sudah tidak bisa larut lagi ke dalam larutan tersebut, maka larutan tersebut
sudah jenuh. Kemudian memasukkan larutan jenuh tersebut ke dalam tabung reaksi
besar. Diaduk terus menerus tabung reaksi besar tersebut agar larutan tidak
mengendap. Pada saat suhu sudah mencapai 40°C, Diambil 10 mL larutan jenuh
tersebut lalu diencerkan hingga 100 mL pada labu ukur 100 mL. Pengambilan
dengan pipet volume yang ujungnya telah diberi kertas saring, hal ini bertujuan agar
zat padat/endapan tidak dapat memasukki pipet ketika pemipetan dilakukan. Diberi
indikator fenolptalein sebanyak 3 tetes pada larutan sampel yang telah dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Mentitrasi larutan dalam erlemeyer dengan NaOH 0,1 M
yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti sampai larutan dalam erlenmyer
berubah warna dari tak berwarna menjadi merah muda.
Diperoleh data volume NaOH sebesar 3,50 mL pada titrasi pertama dan 3,80
mL pada titrasi kedua, didapatkan rata – rata sebesar 3,65 mL. Lalu dihitung
konsentrasi asam oksalat dengan perhitungan sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan, didapat konsentrasi asam oksalat setelah pengenceran


sebesar 0,01825 M dan sebelum pengenceran sebesar 0,1825 M.
2. Kelarutan Asam Oksalat pada Suhu 30°C
Percobaan dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pengujian
kelarutan asam oksalat pada suhu 40°C, namun sampel dibiarkan pada suhu ruang
hingga mencapai suhu 30°C. Sampel tersebut kemudian diambil 10 mL lalu
diencerkan hingga 100 mL pada labu ukur 100 mL. Pengambilan dengan pipet
volume yang ujungnya telah diberi kertas saring, hal ini bertujuan agar zat
padat/endapan tidak dapat memasukki pipet ketika pemipetan dilakukan. Diberi
indikator fenolptalein sebanyak 3 tetes pada larutan sampel yang telah dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Mentitrasi larutan dalam erlemeyer dengan NaOH 0,1 M
yang konsentarsinya sudah diketahui dengan pasti sampai larutan dalam erlenmyer
berubah warna dari tak berwarna menjadi merah muda.
Diperoleh data volume NaOH sebesar 3,10 mL pada titrasi pertama dan 3,30
mL pada titrasi kedua, didapatkan rata – rata sebesar 3,20 mL. Lalu dihitung
konsentrasi asam oksalat dengan perhitungan sebagai berikut:

3. Kelarutan Asam Oksalat pada Suhu 20°C


Percobaan dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pengujian
kelarutan asam oksalat pada suhu 40°C, namun sampel diletakkan pada gelas
beaker yang sudah diisi dengan es batu hingga sampel mencapai suhu 20°C. Sampel
tersebut kemudian diambil 10 mL lalu diencerkan hingga 100 mL pada labu ukur
100 mL. Pengambilan dengan pipet volume yang ujungnya telah diberi kertas
saring, hal ini bertujuan agar zat padat/endapan tidak dapat memasukki pipet ketika
pemipetan dilakukan. Diberi indikator fenolptalein sebanyak 3 tetes pada larutan
sampel yang telah dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Mentitrasi larutan dalam
erlemeyer dengan NaOH 0,1 M yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti
sampai larutan dalam erlenmyer berubah warna dari tak berwarna menjadi merah
muda.
Diperoleh data volume NaOH sebesar 2,40 mL pada titrasi pertama dan 2,30
mL pada titrasi kedua, didapatkan rata – rata sebesar 2,35 mL. Lalu dihitung
konsentrasi asam oksalat dengan perhitungan sebagai berikut:

4. Kelarutan Asam Oksalat pada Suhu 10°C


Percobaan dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pengujian
kelarutan asam oksalat pada suhu 40°C, namun sampel diletakkan pada gelas
beaker yang sudah diisi dengan es batu hingga sampel mencapai suhu 10°C. Sampel
tersebut kemudian diambil 10 mL lalu diencerkan hingga 100 mL pada labu ukur
100 mL. Pengambilan dengan Gapipet volume yang ujungnya telah diberi kertas
saring, hal ini bertujuan agar zat padat/endapan tidak dapat memasukki pipet ketika
pemipetan dilakukan. Diberi indikator fenolptalein sebanyak 3 tetes pada larutan
sampel yang telah dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Mentitrasi larutan dalam
erlemeyer dengan NaOH 0,1 M yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti
sampai larutan dalam erlenmyer berubah warna dari tak berwarna menjadi merah
muda.
Diperoleh data volume NaOH sebesar 1,30 mL pada titrasi pertama dan 1,40
mL pada titrasi kedua, didapatkan rata – rata sebesar 1,35 mL. Lalu dihitung
konsentrasi asam oksalat dengan perhitungan sebagai berikut:

5. Grafik Kelarutan Asam Oksalat


Tabel log M dan 1/T sebelum diencerkan

Suhu (°C) Konsentrasi H2C2O4 (M) log M -log M 1/T (K-1)


40 1,8250 0,261 -0,261 0,0032
30 1,6 0,204 -0,204 0,0033
20 1,175 0,070 -0,070 0,0034
10 0,675 -0,170 0,170 0,0035
Grafik log M (Konsentrasi H2C2O4
-log M
sebelum diencerkan) terhadap suhu
0.2
y = 1427x - 4.8717
0.1 R² = 0.9237

0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035 0.00355
-0.1

-0.2

-0.3

-0.4

1/T (K-
1)

Tabel log M dan 1/T sesudah diencerkan

Suhu (°C) Konsentrasi H2C2O4 (M) log M -log M 1/T (K-1)


40 0,1825 -0,739 0,739 0,0032
30 0,16 -0,796 0,796 0,0033
20 0,1175 -0,930 0,930 0,0034
10 0.0675 -1,170 1,170 0,0035
-log M

Grafik log M (Konsentrasi H2C2O4 sesudah


diencerkan) terhadap suhu
1.4

1.2 y = 1427x - 3.8717


R² = 0.9237
1

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035 0.00355

1/T (K-1)
Dari grafik yang telah dibuat dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu
larutan maka kelarutan senyawa juga semakin besar dan semakin rendah suhu
larutan, maka kelarutan senyawanya juga akan menurun.

6. Penentuan Kalor Pelarutan Differensial


Dari data pada tabel log M dan 1/T sebelum diencerkan dapat digunakan untuk
ditentukan kalor kelarutan differensialnya dengan rumus sebagai berikut:
∆𝐻𝐷𝑆
log 𝑚𝑧 = −
2,303 𝑅
∆𝐻𝐷𝑆
− log 𝑚𝑧 =
2,303 𝑅

Suhu Konsentrasi H2C2O4 -log 1/T (K-1)


log M x2 x.y
(°C) (M) M (y) (x)
40 1,825 0,261 -0,261 0,0032 0,00001024 -0,0008352
30 1,6 0,204 -0,204 0,0033 0,00001089 -0,0006732
20 1,175 0,07 -0,07 0,0034 0,00001156 -0,000238
10 0,675 -0,17 0,17 0,0035 0,00001225 0,000595

(∑𝑥 2 . ∑𝑦) − (∑𝑥. ∑𝑥𝑦)


𝑎 =
(𝑛∑𝑥 2 ) − (∑𝑥 )2
(0,00004494(−0,365)) − (0,0134. (−0,0011514))
𝑎=
(4 . 0,00004494) − ( 0,0134)2
(−0,0000164031)−(−0,00001542876)
𝑎= (0,00017976)−(0,00017956)
.

𝒂 = −𝟒, 𝟖𝟓
(𝑛. ∑𝑥𝑦) − (∑𝑥. ∑𝑦)
𝑏 =
(𝑛∑𝑥 2 ) − (∑𝑥 )2
(4 (−0,0011514)) − ((0,0134)(−0,365))
𝑏=
(4(0,00004494) − ( 0,0134)2
−0,0046056 + 0,004891
𝑏=
(0,00017976) − (0,00017956)
𝒃 = 𝟏𝟒𝟐𝟕
y = a + bx
y = −𝟒, 𝟖𝟓 + 1427x
Kalor kelarutan differensial
∆𝐻
𝐷𝑆
Tan 𝛼 = 2,303 𝑅

Ket : R = 8,314 J/mol K

∆𝐻𝐷𝑆 = 𝑏 × 2,303 × 𝑅
∆𝐻𝐷𝑆 = 𝟏𝟒𝟐𝟕 × 2,303 × 8,314 J/molK
∆𝑯𝑫𝑺 = 𝟐𝟕𝟑𝟐𝟐, 𝟗𝟕𝟏𝟔𝟑𝟒 J / mol
∆𝑯𝑫𝑺 = 𝟐𝟕, 𝟑𝟐𝟐𝟗𝟕𝟏𝟔𝟑𝟒 𝒌𝑱/𝒎𝒐𝒍

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami dilakukan, berikut dipaparkan
kesimpulan yang dapat diambil.
1. Kelarutan berbanding lurus dengan suhu, jika semakin tinggi suhu suatu
pelarut maka semakin tinggi kelarutannya.
2. Kalor kelarutan differensial dari larutan asam oksalat adalah 27,322971634
kJ/mol.
3. Kalor pelarutan bersifat endoterm.

B. Saran
Sebaiknya, dalam percobaan ini harus dilakukan dengan teliti dan cermat,
karena setiap langkah dapat memberikan kesalahan terhadap hasil analisis. Perlu
juga diperhatikan beberapa hal yang menjadi sesataan saat praktikan melakukan
percobaan ini. Sesatan tersebut antara lain: kurang cermat saat pengambilan larutan
(diupayakan saat pemipetan, padatan tidak ikut masuk), pengenceran larutan,
pengisian buret, pembacaan skala buret, posisi buret yang tidak vertikal lurus, dan
pengamatan titik akhir titrasi.
DAFTAR RUJUKAN
Atkins, Peter dan Julio De Paula. 2010. Physical Chemistry 9thedition. New York:
W. H. Freeman and Company.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid 2.
Terjemahan Tim Departemen Kimia ITB. Jakarta: Erlannga.
Day dan Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kantitatif. Jakarta: Erlangga.
Effendy. 2016. Chemistry For Senior High School Students. Malang:
Bayumedia Publishing.
Oxtoby, D.W., et al. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar “Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT. Aneka Cipta.
Tim Kimia Fisika. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Diterjemahkan oleh L. Setiono dan A Handayana Pudjaatmaka. Edisi 5
Bagian 1 dan 2. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan kalor pelarutan differensial?
Jawab:
Kalor pelarutan differensial adalah kalor yang dilepaskan atau diserap ketika
satu mol zat dilarutkan dalam satu mol pelarut.

2. Jika proses berupa proses endoterm, bagaimana perubahan harga kelarutan


jika suhu dinaikkan?
Jawab:
Proses endoterm adalah suatu proses dimana terjadi perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem (menyerap kalor). Saat sistem menyerap kalor, maka
perubahan entalpi akan bernilai positif, sehingga apabila suhu dinaikkan maka
harga kelarutan akan naik. Hal itu dapat dapat dijelaskan bahwa kelarutan
berbanding lurus dengan suhu.
LAMPIRAN
Persiapan

Gambar 1. Pembuatan Gambar 2. Pengambilan Gambar 3. Pengambilan


Larutan Jenuh Oksalat Larutan Jenuh Oksalat Larutan NaOH 1 M

1. Penentuan Kelarutan pada Suhu 40 oC

Gambar 1. Pengambilan 10 Gambar 2. Pengisian labu Gambar 3. Pengenceran


mL Larutan Jenuh Oksalat takar dengan 10 mL Larutan Larutan Jenuh Oksalat 10x
Jenuh Oksalat

Gambar 4. Penambahan Gambar 5. Penitrasian dengan Gambar 6. Hasil titrasi


indikator pp NaOH 1M
2. Penentuan Kelarutan pada Suhu 30oC

Gambar 1. Pengambilan 10 Gambar 2. Pengisian labu Gambar 3. Pengenceran


mL Larutan Jenuh Oksalat takar dengan 10 mL Larutan Larutan Jenuh Oksalat 10x
Jenuh Oksalat

Gambar 4. Penambahan Gambar 5. Penitrasian dengan Gambar 6. Hasil titrasi


indikator pp NaOH 1M

3. Penentuan Kelarutan pada Suhu 20 oC

Gambar 1. Pengambilan 10 Gambar 2. Pengisian labu Gambar 3. Pengenceran


mL Larutan Jenuh Oksalat takar dengan 10 mL Larutan Larutan Jenuh Oksalat 10x
Jenuh Oksalat
Gambar 4. Penambahan Gambar 5. Penitrasian dengan Gambar 5. Hasil titrasi
indikator pp NaOH 1M

4. Penentuan Kelarutan pada Suhu 10 oC

Gambar 1. Pengambilan 10 Gambar 2. Pengisian labu Gambar 3. Pengenceran


mL Larutan Jenuh Oksalat takar dengan 10 mL Larutan Larutan Jenuh Oksalat 10x
Jenuh Oksalat

Gambar 4. Penambahan Gambar 5. Penitrasian dengan Gambar 5. Hasil titrasi


indikator pp NaOH 1M

Anda mungkin juga menyukai