Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KOEFISIEN DISTRIBUSI

Disusun Oleh :

Nama : Pirlo Putri Amiefa Noer

Kelas : XII APL 6

TAHUN AJARAN

2019 - 2020
I. Tanggal Percobaan :
II. Tujuan Percobaan :
1. Menjelaskan Koefisien distribui iodium dalam pelarut kloroform dan air
2. Menentukan harga koefisien distribusi dalam pelarut kloroform dan air
III. Dasar Teori :
Jenis metode pemisahan ada berbagai macam, di antaranya yang paling baik dan
populer adalah ekstraksi pelarut atas ekstraksi air. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi
suatu zat terlarut (solut) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur, seperti benzen,
karbon tetraklorida atau kloroform, dengan batasan zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah
yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah
(paling sederhana), alat ekstraksi Soxhlet, sampai yang paling rumit, berupa alat “Counter
Current Craig”. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih
baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Secara umum, ekstraksi adalah proses
penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak
dapat bercampur dengan air. Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari
campurannya dengan menggunakan pelarut (Triyas, 2012).
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut
dari suatu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya
bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis
atau termis. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka
terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang
terlalu rendah (Rahayu, 2009).
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur menawarkan banyak
kemungkinan untuk pemisahan analitis. Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua
cairan yang tidak dapat campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat
terlarut dalam dua fasa pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara
dua cairan yang tidak dapat campur. Semedikian rupa sehingga angka banding konsentrasi
pada kesetimbangan adalah konstanta pada temperatur tertentu (Underwood, 1998).
Bila senyawa organik tidak larut sama sekali dalam air, pemisahannya akan lengkap.
Namun, nyatanya, banyak senyawa organik, khususnya asam dan basa organik dalam
derajat tertentu larut juga dalam air. Hal ini merupakan masalah dalam ekstraksi. Untuk
memperkecil kehilangan yang disebabkan gejala pelarutan ini, disarankan untuk dilakukan
ekstraksi berulang. Anggap anda diizinkan untuk menggunakan sejumlah tertentu pelarut.
Daripada anda menggunakan keseluruhan pelarut itu untuk satu kali ekstraksi, lebih baik
anda menggunakan sebagian-sebagian pelarut untuk beberapa kali ekstraksi. Kemudian
akhirnya menggabungkan bagian-bagian pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa akan
terekstraksi dengan lebih baik. Alasannya dapat diberikan dengan menggunakan hukum
partisi (Takeuchi, 2009).
Cukup diketahui berbagai zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut
tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih dapat larut dalam
karbon disulfida, kloroform, atau karbon tetraklorida. Lagipula, bila cairan-cairan tertentu
seperti karbon disulfida dan air, eter dan air, dikocok bersama-sama dalam satu bejana dan
campuran kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan.
Cairan-cairan seperti itu dikatakan sebagai tak-dapat-campur (karbon disulfida dan air) atau
setengah-campur (eter dan air), bergantung apakah satu ke dalam yang lain hampir tak dapat
larut atau setengah larut. Jika iod dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida dan air
kemudian didiamkan, iod akan dijumpai terbagi dalam kedua pelarut. Suatu keadaan
kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam karbon disulfida dan larutan iod dalam air
(Svehla,1985).
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi
kontinyu, dan ekstraksi counter current. Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada
banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang
dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit (Annisa, 2008).
Menurt Soebagio (2010), menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam kedua pelarut
yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut
maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik
dan air. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut
tersebut setelah di kocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam
kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut
disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan
berbagai rumus sebagai berikut :
KD = C2/C1 atau KD = Co/Ca
Dari rumus tersebut jika harga KD besar, solute secara kuantitatif akan cenderung
terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organik begitu pula sebaliknya. Rumus tersebut
hanya berlaku bila:
a. Solute tidak terionisasi dalam salah satu pelarut
b. Solute tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut
c. Zat terlarut tidak dapar bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi- reaksi
lain.
Angka banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam
pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Untuk keperluan analisis kimia
angka banding distribusi (D) akan lebih bermakna daripada koefisien distribusi (KD). Pada
kondisi ideal dan tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi, maka harga KD sama
dengan D (Triyas, 2012).

IV. Alat Dan Bahan


A. Alat
- 1 buah Corong Pisah 50mL
- 2 buah Erlenmeyer 100mL
- 1 buah Gelas Kimia 100mL
- 1 buah Corong 6 cm
- 1 buah Burette 50mL
- 1 buah Klem Burette
- 1 buah Ball Pipet
- 1 Buah Botol Semprot
- 1 buah Statif
- 1 buah Neraca Analitik
- 1 buah Gelas ukur 25mL
- 1 buah Pipet Gondok 25mL
- 1 buah Botol Timbang

B. Bahan
- Kristal Iodium ( 0,02 – 0,03 ) g
- Aquadest
- Klorofom
- Larutan Natrium tiosulfat 0,1N
- Larutan Kanji 0,1%

V. Prosedur

1. Prosedur Timbang dengan teliti ( 0,02 – 0,03 ) gram I2 kemudian masukkan ke


dalam corong pisah, tambahkan 10mL aquadest dan kocok.

2. Masukkan 10mL Klorofom ke dalam corong pisah tersebut kemudian kocok


sampai kristal iodium larut seluruhnya dan biarkan terjadi dua lapisan

3. Lapisan organic dituangkan ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan larutan kanji


lalu dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0,1N sampai warna ungu hilang

4. Iodium yang ada dalam corong pisah masukkan ke dalam labu lapisan erlenmeyer
lain, lau titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1N sampai warna ungu hilang.

VI. Data Pengamatan

Setelah dikocok
Lapisan bawah = berwarna ungu, Lapisan atas = berwarna kuning

a. Data Penimbangan

Massa Alat + Zat 2,8817 g


Massa alat 2,8103 g
Massa Zat 0,0214 g

b. Data Titrasi I

Volume Akhir Titrasi 17,50 mL


Volume Awal Titrasi 13,00 mL
Volume Pemakaian 4,50 mL

c. Data Titrasi II

Volume Akhir Titrasi 21,50 mL


Volume Awal Titrasi 17,50 mL
Volume Pemakaian 4,00 mL

VII. Persamaan Reaksi & Perhitungan


a. Persamaan Reaksi

2Na2S2O3 + 2I- → Na2S4O6 + 2NaI


b. Perhitungan
4,5 𝑥 0,0869
𝐼2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐶𝑜 =
10
= 0,0391 N
4 𝑥 0,0869
𝐼2 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝐶𝑎 = 10

= 0,0348 N

- KD = Co/Ca

0,0391
KD =
0,0348
= 1, 1236

VIII. Pembahasan

Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan keofisien distribusi dari
campuran iodoform, kloroform dan air. Dengan metode ekstraksi cair-cair dan titrasi,
dimana campuran tersebut dicampur menggunakan corong pisah. Sebelum dikocok
larutan berwarna ungu kekuningan kemudian dikocok dalam corong pisah. Metode ini
dapat digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam suatu pelarut jika
aktifitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak
bercampur sempurna satu sama lain (SK Dogra dan S Dogra. 1990: 604) Dalam
penentuan juga digunakan waktu pengocokan yang lama hal ini dikarenakan lamanya
pengocokan dapat berpengaruh pada distribusi larutan dimana Purwani, dkk (2008)
dalam jurnalnya dikemukakan bahwa terjadinya perpindahan massa dari fasa air ke
fasa organik disebabkan, karena reaksi kimia dan difusi. Antara fasa air dan fasa
organik terjadi lapisan antar muka dengan ketebalan imajiner tertentu yang merupakan
hambatan laju perpindahan massa dari fasa air ke fasa organik atau sebaliknya.
Besarnya tebal lapisan tipis antar muka ini tergantung kecepatan pengadukan.
Purwani, dkk (2008) juga menjelaskan bahwa semakin cepat pengadukan, tebal
lapisan untuk terjadinya perpindahan massa semakin tipis. Ketebalan lapisan ini dapat
diperkecil dengan bertambahnya intensitas pengadukan. Harga Kd akan bertambah
besar dengan kenaikan kecepatan pengadukan, karena intensitas terjadinya tumbukan
antara reaktan semakin banyak dan semakin cepat. Proses ekstraksi juga merupakan
peristiwa perpindahan massa dari dua cairan yang tidak saling larut, sehingga jika
tidak dibantu oleh tenaga dari luar berupa pengadukan, maka perpidahan massa dari
kedua cairan tersebut akan sangat lambat. Proses pengadukan ini akan membantu
pencampuran fasa air dan fasa organik dimana proses pengadukan akan menebarkan
solut ke dalam larutan fasa organik sehingga terjadi kontak antar fasa. Peristiwa ini
akan meningkatkan perpindahan massa solut dari umpan ke dalam larutan fasa
organic. Setelah pengocokan dengan corong pisah terjadi pemisahan menjadi 2 bagian
bagian atas berwarna kuning sementara bagian bawah berwarna ungu). Menurut
hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur
dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi
pembagian kelarutan. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke
dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan
konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan
pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi
(Purwani.2008). Dalam bukunya Sri mulyani (2014) mengatakan bahwa untuk dua
pelarut yang tidak saling melarutkan, seperti air dan karbontertra klorida, ketika
dicampurkan akan terbentuk dua fasa yang terpisah. Jika ke dalamnya ditambahkan
zat terlarut yang dapat larut di kedua fasa tersebut, seperti iodium yang dapat larut
dalam air dan CCl4 maka zat terlarut akan terdistribusi di kedua pelarut (yang berbeda
fasa). Bagian atas diperkirakan bahwa larutan kuning tersebut merupakan campuran
antara iodoform dan air yang memiliki massa jenis yang lebih rendah dari pada
kloroform (CHCl3) dan warna ungu di bawah merupakan larutan iodoform yang juga
tercampur dalam kloroform, larutan klorofom dibawah karena memiliki massa jenis
yang lebih besar yakni 1,48 g/mL lebih besar 0.48 dari air. Dalam larutan tersebut
dimana air merupakan larutan yang polar sehingga dapat melarutkan larutan polar
kloroform bersifat nonpolar juga penyebab dari terpisahnya larutan tersebut. Iodin
memiliki sifat yang dapat larut dalam klororofom dan air sehingga distribusi iodin
dapat berlangsung pada kedua larutan tersebut.

Dari proses penitrasian dapat diperoleh konsentrasi setiap iodoform yang


tercampur yakni 0.0391 N di air dan 0,0348 N pada kloroform, dimana diperoleh
koefisien distribusi titrasi 1,1236
IX. Kesimpulan
1. Pada percobaan penentuan koefisien distribusi ini massa jenis, kepolaran serta
kekuatan ikatan yang berbeda dapat menyebabkan terjadi pemisahan antara
kloroform dan air.
2. Lamanya pengocokan dilakukan agar proses distribusi larutan dapat maksimal.
3. Didapat koefisien distribusi dari penitrasian yakni 1,1236

X. Daftar Pustaka

Dogra, SK dan Dogra, S.1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI press Mulyani,
Sri dan Hendrawan. 2014.

Kimia Fisika II. Bandung: UPI Underwood, A.L. dan JR,R.A.Day. 2002.

Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam. Jakarta;Erlangga. Kasmiyatun, dkk, 2008. E

kstrasi Asam Sitrat Dan Asam Oksalat : Pengaruh Trioctylamine Sebagai Extracting
Power Dalam Berbagai Solven Campuran Terhadap Koefisien Distribusi. Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/1522/1/Artikel_Mega_K_UNTAG_8.pdf pada tanggal 28
April 2014. Purwani, dkk. 2008.

EKSTRAKSI KONSENTRAT NEODIMIUM MEMAKAI ASAM DI- 2 - ETIL


HEKSIL FOSFAT. Diakses dari http://jurnal.sttnbatan.ac.id/wp-
content/uploads/2008/12/46_SDMIV_MVPurwani439- 447.pdf pada tanggal 28 April
2014.

XI. Pertanyaan.
1. Tuliskan Persamaan reaksi yang terjadi dalam percobaan tersebut.
2. 0,1 gram kristal iodium dilarutkan dalam 25mL air kemudian ditambahkan 25mL
klorofom. Jika harga Kd antara klorofom dan air adalah 0,5. Hitunglah I2 yang
larut dalam klorofom.

Jawaban :

1. 2Na2S2O3 + 2I- → Na2S4O6 + 2NaI


2.

Anda mungkin juga menyukai