Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

KELARUTAN FUNGSI SUHU

OLEH:
GUSTI AYU KOMANG TRI DHARMA ULAN DEWI
1813081007

KIMIA
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2020/2021
I. JUDUL PRAKTIKUM
Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

II. TUJUAN
1. Menentukan kelarutan kristal asam oksalat pada berbagai suhu
2. Menentukan kalor pelarutan diferensial kristal asam oksalat

III. DASAR TEORI


Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya diubah, maka hasil kali
kelarutannya juga akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh, dan lewat jenuh.
Larutan dikatakan jenuh pada temperature tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan
lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan
tidak jenuh, dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh.
Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur, dan
sedikit tekanan. Pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat dilihat pada peristiwa sederhana
yang terjadi pada kehidupan sehari-hari yaitu kelarutan gula dalam air. Gula yang
dilarutkan ke dalam air panas, dan satu lagi dilarutkan ke dalam air dingin, maka gula yang
akan lebih cepat larut pada air panas karena semakin besar suhu semakin besar pula
kelarutannya.
Yang dimaksud dengan kelautan dari suatu zat dalam suatu pelarut adalah
banyaknya suatu zat yang dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi
tertentu. Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/ liter. Jadi bila batas kelarutan tercapai,
maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut ditambah,
maka akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu
pelarutan (Hoedijono, 1990). Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent.
Solute adalah substansi yang terlarut. Sedangkan solvent adalah substansi yang
melarutkan.
Kelarutan suatu zat dalam pelarut, konstanta kesetimbangan antara padatan dan
larutan jenuh dapat dinyatakan sebagai
G2• = G2• c + RT ln α2•
Dimana G2• c adalah energi bebas standar, a2 adalah aktifitas solut dalam kelarutan dan
a2• adalah aktivitas pada solut murni.
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul-molekul zat yang larut
dan tidak larut. Keseimbangan tersebut terdapat dapat dituliskan sebagai berikut.
A(s) A(l)
A(s) adalah molekul zat tidak larut, dan A(l) adalah molekul zat terlarut. Tetapan
keseimbangan proses pelarutan tersebut adalah sebagai berikut.
𝑎 𝑎
𝐾 = 𝑎𝑧 = 1𝑧 = 𝑦𝑚...........…………………………………… (1)
𝑧
𝑎𝑧 = keaktivan zat yang terlarut
𝑎𝑧 𝜊 = keaktivan zat yang tidak terlarut (bernilai 1 untuk zat padat dalam keadaan
standar)
Y = koefisien keaktivan zat yang terlarut
M = kemolalan zat yang terlarut (karena larutan jenuh sering disebut kelarutan)
hubungan tetapan keseimbangan suatu proses dengan suhu diberikasn oleh isobar reaksi
Van’T Hoff sebagai berikut.
∂lnK ∆H°
[ ]𝑝 = ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2)
∂T R𝑇 2
∆H° = perubahan entalpi proses
R = tetapan gas ideal
Persamaan (1) dan (2) memberikan:
∂lnK ∆H°
[ ]𝑝 = ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (3)
∂T R𝑇 2
∆HDS = kalor pelarutan diferensial pada konsentrasi jenuh.
Selanjutnya persamaan 3, dapat diuraikan menjadi:
∂ ln 𝑦 m ∂ ln 𝑚 ∆𝐻𝐷𝑆
x =
∂ ln 𝑚 ∂T R𝑇 2
∂ ln 𝑦 ∂ ln 𝑚 ∆𝐻𝐷𝑆
[∂ ln 𝑚 + 1] ∂T = R𝑇 2 ………………………………………….. (4)
∂ ln 𝑦
dapat diabaikan sehingga persamaan 4 dapat dituliskan menjadi:
∂ ln 𝑚
∂ ln 𝑚 ∆𝐻𝐷𝑆 𝑑𝑙𝑜𝑔𝑚 ∆𝐻𝐷𝑆
= 𝑎𝑡𝑎𝑢 1 = ................................................... (5)
∂T R𝑇 2 𝑑( ) 2.303 𝑅
𝑇
Dengan demikian ∆𝐻𝐷𝑆 dapat ditentukan dari arah garis singgung (slope) pada
kurva log m terhadap 1/T. Apabila ∆𝐻𝐷𝑆 tidak bergantung pada suhu, maka grafik log m
terhadap 12/T akan linear. Integrasi persamaan (5) antara T1 dan T2 memberikan:
m(𝑇 ) ∆H 𝑇2 −𝑇1
log m(𝑇2 ) = 2.303
𝐷𝑆
x ………………….……………………….. (6)
1 R 𝑇2 𝑇1
Panas pelarutan diferensial dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
𝑑 𝑙𝑛 𝑚𝑠 (∆H ds)m
1 = − = 𝑚𝑠
𝑑( ) R
𝑇
Dengan menggunakan anggapan tersebut, harga ∆HDS dapat dihitung dari slope
anatara ln ms terhadap 1/T. Sedangkan sebagaian perbandingan kita memperoleh nilai
kelarutan dari lkteratur Kirk Othmer 3 edition dimana pada temperatur 0 − 60℃ kelarutan
asam oksalat dapat ditulis sebagai fungsi temperatur sebagai berikut.
𝑆 = 3,42 + 0,168𝑡 + 0,048𝑡2
Dari persamaan ini terlihat bahwa harga kelarutan asam oksalat akan semakin besar
seiring dengan kenaikan temperatur larutan. Diferensial dari larutan asam oksalat pada
suhu-suhu tersebut digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu pada
penentuan kelarutan dan panas pelarutan diferensial dari larutan asam oksalat jenuh
tersebut.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu gelas kimia 100 mL
sebanyak satu buah, gelas kimia 500 mL sebanyak satu buah, batang pengaduk satu buah,
thermometer 100o C satu buah, pipet volume 100 mL satu buah, gelas ukur 10 mL satu
buah, gelas kimia 100 mL empat buah, labu Erlenmeyer 250 mL satu buah, satu buah labu
ukur 100 mL, satu buah labu ukur 50 mL, satu buah spatula, satu buah cawan petri, satu
buah pemanas listrik, dan satu buah tabung 50 mL.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu H2C2O4.
2H2O, larutan NaOH 1 M, aquades, es, dan indicator metal merah.

V. PROSEDUR KERJA
Hal yang dilakukan dalam percobaan kali ini yaitu tabung A dab B disusun, tabung
A dilengkapi dengan batang pengaduk dan termometer. Selanjutnya, air dimasukkan kira-
kira sepertiga dari sisi tabung A (50 mL) dan dipanaskan sampai suhu kira-kira 60℃,
kemudian kristal H2C2O4. 2H2O dilarutkan ke dalam tabung tersebut hingga larutan
menjadi jenuh yang ditandai sampai zat tersebut tidak larut lagi. Tabung yang berisi larutan
jenuh H2C2O4. 2H2O (tabung A) dipindahkan ke dalam tabung selubung (B) yang
ukurannya lebih besar. Kemudian tabung B dimasukkan ke dalam beaker gelas yang berisi
air pada suhu kamar. Larutan dalam tabung A diaduk terus-menerus. Jika suhu mencapai
40℃, sebanyak 10 mL larutan tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL. Selanjutnya larutan yang diambil diencerkan dengan aquades hingga tanda batas.
Pengambilan yang sama dilakukan pada suhu 30℃, 20℃, dan 10℃. Untuk mencapai suhu
20℃ dan 10℃ dilakukan dengan cara memasukkan es pada gelas beaker yang berisi air
tersebut. Keempat larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH dan metal merah sebagai
indikatornya.

VI. PENGOLAHAN DATA


1. Kelarutan fungsi suhu
Tabel 1. Data Pengamatan
No Suhu pengambilan Konsentrasi NaOH Volume NaOH untuk titrasi dengan
larutan untuk titrasi asam oksalat hingga tercapai TAT

Titrasi 1 Titrasi 2 Rata-rata


o
1 40 C 1M 12.1 mL 12 mL 12.05 mL
o
2 30 C 1M 6.9 mL 6.9 mL 6.9 mL
o
3 20 C 1M 4.6 mL 4.8 mL 4.7 mL
o
- Pada suhu 40 C, V H2C2O4 = 25 mL
Sesudah pengenceran
M H2C2O4 x V H2C2O4 x 2 = M NaOH x V NaOH x 1
M x 25 x 2 = 1 x 12,05 x 1
M = 0,25
Sebelum pengenceran
M1 H2C2O4 x V1 H2C2O4 = M2 H2C2O4 x V2 H2C2O4
M1 x 25 = 0,25 x 100
M1 =1M
Kelarutan kristal H2C2O4.2H2O
mol = Masam oksalat x 0,1 L
= 0,25 x 0,1 L
= 0,025L
Massa = mol x massa molar
= 0,025 mol x 126 g/mol
= 3,15 g
Kelarutan dalam gram/liter
S = g/L
= 3,15 g / 0,1 L
= 31,5 g/L

- Pada suhu 30oC, V H2C2O4 = 25 mL


Sesudah pengenceran
M H2C2O4 x V H2C2O4 x 2 = M NaOH x V NaOH x 1
M x 25 x 2 = 1 x 6,9 x 1
M = 0,14
Sebelum pengenceran
M1 H2C2O4 x V1 H2C2O4 = M2 H2C2O4 x V2 H2C2O4
M1 x 25 = 0,14 x 100
M1 = 0,6 M
Kelarutan kristal H2C2O4.2H2O
mol = Masam oksalat x 0,1 L
= 0,14 x 0,1 L
= 0,014 L
Massa = mol x massa molar
= 0,014 mol x 126 g/mol
= 1,77 g
Kelarutan dalam gram/liter
S = g/L
= 1,77 g / 0,1 L
= 17,7g/L
- Pada suhu 20oC, V H2C2O4 = 25 mL
Sesudah pengenceran
M H2C2O4 x V H2C2O4 x 2 = M NaOH x V NaOH x 1
M x 25 x 2 = 1 x 4,7 x 1
M = 0,1
Sebelum pengenceran
M1 H2C2O4 x V1 H2C2O4 = M2 H2C2O4 x V2 H2C2O4
M1 x 25 = 0,1 x 100
M1 = 0,4 M
Kelarutan kristal H2C2O4.2H2O
mol = Masam oksalat x 0,1 L
= 0,1 x 0,1 L
= 0,01 L
Massa = mol x massa molar
= 0,01 mol x 126 g/mol
= 1,26 g
Kelarutan dalam gram/liter
S = g/L
= 1,26 g / 0,1 L
= 12,6 g/L

2. Kalor pelarutan diferensial


Penentuan kalor differensial dapat digunakan rumus:
𝑚 (𝑇 ) ∆𝐻𝑝𝑠 𝑇 −𝑇
log 𝑚𝑧 (𝑇2 ) = 2,303 𝑅 ( 𝑇2 𝑇 1 )
𝑧 1 2 1
- Kalor pelarutan diferensial untuk suhu (20-30) oC
0,6 𝑀 (303𝐾) ∆𝐻𝑝𝑠 303−293
log = 𝑘𝐽 (303 𝑥 293)
0,4 𝑀 (293) 2,303 𝑥 8,314
𝑚𝑜𝑙.𝐾

𝑘𝐽
∆𝐻𝑝𝑠 = 33681,82 𝑚𝑜𝑙.𝐾

- Kalor pelarutan diferensial untuk suhu (20-30) oC


1 𝑀 (313𝐾) ∆𝐻𝑝𝑠 313−303
log 0,6 𝑀 (303) = 𝑘𝐽 (313 𝑥 303)
2,303 𝑥 8,314
𝑚𝑜𝑙.𝐾
𝑘𝐽
∆𝐻𝑝𝑠 = 41836,36 𝑚𝑜𝑙.𝐾

3. Kurva logaritma kelarutan terhadap 1/T


Table 2. Data Pengamatan II
o
Suhu ( C) Suhu (K) mz Log mz 1/T (K)
40 313 1 0 0,0032
30 303 0,6 -0,2218 0,0033
20 293 0,4 -0,3979 0,0034

Dari data tersebut didapatkan grafik logaritma kelarutan terhadap 1/T.

log mz vs 1/T
0
0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345
-0.05

-0.1

-0.15

-0.2 Y-Values
log mz

-0.25 Linear (Y-Values)


Linear (Y-Values)
-0.3

-0.35

-0.4 y = -1989.5x + 6.3588


R² = 0.9956
-0.45
1/T (K)
Dari grafik diperoleh persamaan garis y =-1989,5x + 6,3588 , sehingga kalor perlarutan
differensial dapat ditentukan sebagai berikut.
−∆𝐻𝑝𝑠 1
log 𝑚𝑧 = 𝑥𝑇+𝐶
2,303 𝑅
−∆𝐻𝑝𝑠
gradien = 2,303 𝑅
−∆𝐻𝑝𝑠
−1918 = 𝑘𝐽
2,303 𝑥 8,314
𝑚𝑜𝑙.𝐾
𝑘𝐽
∆𝐻𝑝𝑠 = 36727,7 𝑚𝑜𝑙.𝐾

VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, ditentukan kelarutan asam oksalat pada beberapa suhu, yaitu
suhu 40 °C, 30 °C, 20 °C, dan 10 °C serta menentukan kalor pelarutan zat. Penentuan
kelarutan menggunakan metode titrasi, dimana NaOH yang Pengaduk Termomoter e
Tabung reaksi besar Gelas beker menjadi penitrannya.
Berdasarkan Table 1 di atas, dapat diketahui bahwa kelarutan semakin berkurang
seiring menurunannya suhu. Saat suhu menurun, maka semakin sedikit volume larutan
NaOH yang menitrasi asam oksalat. Pada proses titrasi tersebut dapat diketahui persamaan
reaksinya, yaitu:
H2C2O4 aq + 2NaOH aq → Na2C2O4 aq + 2H2O (aq)
kemudian kelarutan asam oksalat pada beberapa suhu dapat dibuktikan dengan
menggunakan rumus titrasi asam-basa sebagai berikut.
M H2C2O4 x V H2C2O4 x 2 = M NaOH x V NaOH x 1 (Sesudah pengenceran)
M1 H2C2O4 x V1 H2C2O4 = M2 H2C2O4 x V2 H2C2O4 (Sebelum pengenceran)
Dari rumus tersebut didapatkan hasil konsentrasi larutan pada setiap suhu yaitu sebagai
berikut.

Suhu (oC) Konsentrasi H2C2O4 (M)


Sebelum pengenceran Sesudah pengenceran
40 1 0,25
30 0,6 0,14
20 0,4 0,1

Pada percobaan kali ini diperoleh harga kalor peralutan diferensial pada trayek (20-
𝑘𝐽 𝑘𝐽
30) C dan (30-40) C ialah berturut-turut sebesar 33681,82 𝑚𝑜𝑙.𝐾 dan 41836,36 𝑚𝑜𝑙.𝐾.
Kalor pelarutan differensial bernilai positif, sehingga proses pelarutan pada percobaan ini
berlangsung secara endoterm. Kalor mengalir dari lingkungan ke dalam sistem. Jika suhu
dinaikkan reaksi kesetimbangan akan bergeser kearah produk, artinya semakin tinggi suhu
maka semakin banyak zat (asam oksalat) yang larut, apabila suhu diturunkan maka
kelarutan akan semakin kecil. Hal tersebut dibuktikan dengan percobaan yang telah
dilakukan, saat suhu larutan jenuh asam oksalat 40°C dibutuhkan sekitar 12,05 mL larutan
NaOH 1 M untuk menitrasinya. Semakin suhu diturunkan kelarutan semakin kecil yang
dibuktikan dengan pecobaan saat suhu larutan jenuh asam oksalat 20°C dibutuhkan 4,7 mL
larutan NaOH 1 M untuk menitrasinya. Semakin rendah suhu maka semakin banyak kristal
asam oksalat yang dihasilkan karena semakin sedikit zat yang terlarut.
Untuk membuat grafik logaritma kelarutan terhadap 1/T diperlukan data log mz dan data
1/T (T dalam Kelvin). Dari grafik diperoleh persamaan garis y =-1989,5x + 6,3588,
sehingga kalor perlarutan differensial dapat ditentukan dan memperoleh hasil sebesar
𝑘𝐽
36727,7 𝑚𝑜𝑙.𝐾. Harga kalor perlarutan differensial yang diperoleh dari grafik bernilai
positif yang artinya pelarutan pada percobaan ini berlangsung secara endoterm.

VIII. SIMPULAN
Berdasarkan percobaan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kelarutan suatu zat akan semakin rendah seiring dengan menurunnya suhu.
Pada suhu 40°C, konsentrasi asam oksalat sebesar 1M.
Pada suhu 30°C, konsentrasi asam oksalat sebesar 0,6 M.
Pada suhu 20°C, konsentrasi asam oksalat sebesar 0,4 M.
2. Kalor pelarutan differensial pada percobaan ini sebesar 36727,7 kJ/mol.K, yang artinya
proses kelarutan berlangsung secara endoterm.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Retug, Nyoman & Sastrawidana, I Dewa Ketut.2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Singaraja;IKIP Singaraja
Tim Kimia Fisika. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Fatimah, Is. 2015. Kimia Fisik. Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai