Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan penimbangan berat suatu

senyawa tertentu.  Saponin dalam daun lidah mertua dapat diisolasi dan ditetapkan

kadarnya dengan metode gravimetri. Salah satu kelebihan metode gravimetri yaitu

tidak membutuhkan zat pembanding sehingga lebih mudah untuk penetapan kadar

saponin. Pada peneltian ini penetapan kadar saponin dilakukan sebanyak 3 kali

dengan hasil perhitungan kadar ratarata sebesar 3, 1258% (Mien, 2015).

Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua anion dan

kation anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang dioksida, karbon

dioksida, dan iodium. Selain itu, pelbagai jenis senyawa organik dapat pula

ditentukan dengan mudah secara gravimetri. Contoh-contohnya antara lain:

penentuan kadar laktosa dalam susu, salisilat dalam sediaan obat, fenolftalein

dalam obat pencahar, nikotina dalam pestisida, kolesterol dalam biji-bijian dan

benzaldehida dalam buah-buahan tertentu. Jadi, sebenarnya cara gravimetri

merupakan salah satu cara yang paling banyak digunakan dalam pemeriksaan

kimia (Rivai, 1995).

Dalam gravimetri, endapan biasanya dikumpulkan dengan penyaringan

cairan induknya melalui kertas saring atau alat penyaring kaca masir. Kertas

saring yang digunakan dalam gravimetri terbuat dari selulosa yang sangat murni

sehingga jika dibakar hanya meninggalkan sisa abu sangat sedikit. Selain dengan

penyaringan, endapan dapat pula dipisahkan dengan cara pengenap-tuangan.


Dengan cara ini, endapan yang berada dalam cairan induknya diendapkan

beberapa saat, kemudian cairan bagian atasnya dituangkan kedalam wadah lain.

Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai semua cairan terpisah dari 

endapan (Rivai, 1995)

Metode Gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri

reaksi pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:

aA+pP→AaPp

“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien

reaksi setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat

kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan

beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan

reaktan pengandap P umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai

pengendapan yang sempurna. Agar penentapan kuantitas analit dalam metode

gravimetri mencapai hasil yang mendekati nilai sebenarnya, harus dipenuhi dua

kriteria yaitu proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya

berlangsung sempurna dan endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat

komposisinya dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, tidak bercampur

dengan zat

pengotor  (Ibnu, 2004).

Metoda gravimetri adalah metoda absolut (primer) yang digunakan untuk

mengetahui kadar suatu zat berdasarkan persenyawaan murni yang hilang dan

yang terbentuk. Thorium yang ditetapkan secara gravimetri melalui penimbangan

yang menggunakan neraca yang terkalibrasi (traceable), pelarutan yang digunakan


adalah campuran asam nitrat dengan asam fluorida (2500ml : 1ml), penambahan

fluorida dalam jumlah kecil yang dapat membantu mempercepat pembentukan

endapan atau pengkristalan pada sampel yang mengandung logam Thorium.

Penambahan asam oksalat jenuh dapat membantu dalam pembentukan endapan

menjadi Thorium oksalat dan gas NO2 menghilang dengan adanya proses

pemanasan (Fatimah, 2009).

Proses pengendapan dapat dipakai untuk peningkatan kadar unsur dan juga

untuk pemisahan unsur dengan unsur yang lain. Proses pengendapan merupakan

proses pemisahan yang mudah, cepat dan murah. Pada prinsipnya pemisahan

unsur-unsur dengan cara pengendapan karena perbedaan besarnya harga hasil kali

kelarutan (Suyanti, 2008).

Untuk menghilangkan sisa-sisa cairan induk dan kotoran yang terjerap,

maka endapan harus dicuci setelah disaring. Pencucian akan berhasil jika

pencucian dilakukan berulang-ulang dengan pemakaian sebagian demi sebagian

cairan pencuci. Pencucian dilanjutkan terus sampai ion pengotor telah hilang sama

sekali. Hilangnya ion pengotor ditandai dari hasil negatif pada pengujian cairan

pencuci dengan pereaksi yang cocok. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam

pencucian endapan adalah pemilihan larutan pencuci. Sebenarnya air murni

merupakan cairan pencuci yang paling cocok, namun air hanya dapat digunakan

bila endapan yang akan dicuci berupa hablur dan mempunyai kelarutan yang

rendah (misalnya BaSO4). Untuk menghindarkan larutnya endapan kembali

karena terbentuknya koloid, maka endapan-endapan yang tak terbentuk seperti

Fe(OH)3, Al(OH)3 dicuci dengan air panas yang mengandung elektrolit lembam,


misalnya NH4NO3.  Zat pengendap itu haruslah zat yang mudah menguap

sehingga dapat hilang pada saat pemijaran endapan (Rivai, 1995).

Pengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan proses

pemisahannya, misal: Ag diendapkan sebagai AgCl, dikeringkan pada 130ºC,

kemudian ditimbang sebagai AgCl atau Zn diendapkan sebagai Zn

(NH4)PO4.6H2O, selanjutnya dibakar dan ditimbang sebagai Zn2P2O7. Aspek

yang penting dan perlu diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya

mempunyai kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan secara filtrasi.

Kedua, sifat fisik endapan sedemikian rupa sehingga mudah dipisahkan dari

larutannya dengan filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor, ukuran

partikelnya cukup besar, serta endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan

komposisi kimia tertentu (Khopkar, 2014).

Tujuan mencuci endapan adalah menghilangkan kontaminasi pada

permukaan. Komposisi larutan pencuci tergantung pada kecenderungan terjadinya

presipitasi. Untuk pencucian digunakan larutan elektrolit kuat, dan dia harus

mengandung ion sejenis dengan endapan untuk mengurangi kelarutan endapan.

Larutan tersebut juga harus mudah menguap agar mudah menimbang endapannya.

Garam ammonium dapat digunakan sebagai cairan pencuci. Larutan panas lebih

disukai. Larutan pencuci dibagi menjadi 3 kelompok yaitu larutan yang mencegah

terbentuknya koloid yang mengakibatkan dapat lewat kertas saring, larutan yang

mengurangi kelarutan dari endapan dan larutan yang dapat mencegah hidrolisis

garam dari asam lemah atau basa lemah (Khopkar, 2014).


Untuk membuat endapan hidroksida, ditambah dengan NH4OH.(amonia)

yang reaksinya sebagai berikut :

M (NO3)n (Aq) + nNH4OH  M(OH)n ↓ + n NH4NO3

Amonia dipilih karena merupalan basa yang sangat mudah untuk direaksikan

dengan larutan nitrat dan ion NH4+ tidak akan mengotori endapan yang terbentuk.

Faktor yang sangat berpengaruh adalah jumlah HNO3 dan tingkat pengendapan.

Atau tingkat fraksinasi (Suyanti, 2008).

Setelah dipisahkan, endapan diubah bentuknya menjadi bentuk timbang

dengan cara pengeringan atau pemijaran. Pengeringan adalah proses pemanasan

endapan pada suhu 100-1500C, dan digunakan untuk mengubah endapan yang

basah menjadi bentuk-timbang yang kering. Sedangkan pemijaran adalah proses

pemanasan endapan bersama-sama dengan kertas saring pada suhu rendah pada

mulanya untuk mengarangkan kertas saring itu tanpa timbulnya nyala, dilanjutkan

dengan pemijaran dalam tanur pemijar pada suhu 600-1100oC. Suhu dan lamanya

pemijaran tergantung pada sifat-sifat endapan. Bila bentuk endapan dan bentuk-

timbang sama, maka pemijaran dilakukan pada suhu yang cukup tinggi untuk

menghilangkan semua air dan kotoran yang mudah menguap, tapi suhunya juga

harus cukup rendah untuk menghindarkan terjadinya pelelehan, penyubliman, atau

penguraian hasil pijar. Jika diperlukan pengubahan susunan kimia selama

pemijaran, maka dipakai suhu pemijaran yang agak lebih tinggi. Misalnya,

endapan Fe(OH)3 harus dipijarkan pada suhu 1000-1100oC untuk mengubahnya

menjadi Fe2O3. Namun perlu diperhatikan bahwa reduksi tidak boleh terjadi

selama pemijaran, dan oksidasi kembali harus dilakukan jika telah terjadi reduksi.
Misalnya, BaSO4 dapat tereduksi sebagian menjadi BaS, karena itu hasil pijar

harus ditambah asam sulfat dan kemudian dipijar kembali (Rivai, 1995).

Pereaksi organik yang digunakan pada analisis gravimetri dikenal sebagai

endapan organik. Pemisahan satu atau lebih ion-ion anorganik dari campurannya

dilakukan dengan menambahkan pereaksi organik. Karena senyawa-senyawa

organik tersebut mempunyai berat molekul yang besar, maka dapat ditentukan

sejumlah kecil ion dengan pembentukan endapan dalam jumlah besar. Endapan

organik yang baik harus mempunyai sifat sfesifik. Endapan yang terbentuk oleh

pereaksi organik, dikeringkan atau dibakar dan ditimbang sebagai

oksidanya (Khopkar, 2014).

Dalam analisis gravimetri endapan yang dihasilkan ditimbang dan

dibandingkan dengan berat sampel. Persentase berat analit A terhadap sampel

dinyatakan dengan persamaan :

Untuk menetapkan berat analit dari endapan sering dihitung melalui faktor

gravimetri. Faktor gravimetri didefenisikan sebagai jumlah berat analit dalam 1

gram berat endapan. Hasil kali dari berat endapan P dengan faktor gravimetri

sama dengan berat analit.

Berat analit A = berat endapan P × faktor gravimetri, sehingga :

Faktor gravimetri dapat dihitung bila rumus kimia analit dari endapan diketahui

dengan tepat (Ibnu, 2004).

Pada penentuan air kristal terusi (CuSO4.xH2O), kristal terusi yang

mengikat air kristal berwarna biru, sedangkan yang tanpa air kristal berwana

putih. Pada penentuan kadar besi sebagai besi (III) oksida, Besi (III) diendapkan
dengan amonia sebagai besi (III) hidroksida. Endapan ini telah dipisahkan dan

dibersihkan serta dipijarkan, kemudian ditimbang sebagai besi (III) oksida (Tim

Dosen, 2011).

B. Uraian Bahan

1. Aceton (Dirjen POM, 1995: hal 519)


Nama resmi : ACETONIUM

Nama lain : Aseton

RM/BM : CH3COCH3/58,08

Rumus struktur :
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau khas,

tidak mudah terbakar

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol dan

eter

Penyimpanan : Dapat wadah tertutup baik

2. Aquadest (Dirtjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air suling, aquadest

RM/BM : H2O / 18,02

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,

tidak berbau.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam kloroform P dan

dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut


3. CuSO4 (Dirtjen POM, 1979; 731)

Nama resmi : TEMBAGA (II) SULFAT

Nama lain : Tembaga (II) Sulfat

RM/ BM : CuSO4 / 159,60

Rumus struktur :-

Pemerian : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau

Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air, sangat larut

dalam etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

4. H2SO4 (Ditjen POM, 1979; 58)

Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM

Nama lain : Asam Sulfat

RM/BM : H2SO4 / 98,07

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif tidak

berwarna jika ditambahkan dengan kedalam

airmenimbulkan panas

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi golongan anion

5. HCl (Ditjen POM, 1979; 53)

Nama resmi : ACIDUM HIDROCHLORODIUM

Nama lain : Asam klorida

RM/BM : HCl / 36,46

Rumus Struktur :

H - Cl
Pemerian : Cairan tak berwarna, berasa asam bau

merangsang, jika diencerkan dengan dua

bagian volume air asaphilang

Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi spesifik golongan III

6. Zn (Ditjen POM, 1979; 727)

Nama resmi : SENG SERBUK

Nama lain : Serbuk Seng

RM/BM : Zn / 65,38

Rumus Struktur : -

Pemerian : Serbuk kelabu

Kelarutan : Hampir larut sempurna dalam asam

klorida encer, disertai pembentukan gas

hidrogen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

Anda mungkin juga menyukai