Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

EKSTRAKSI SILIKA DARI PASIR

Anggota Kelompok: 1. Aisyah Okta Mulyani (2205110594)


2. Ferryanta Sembiring (2205113132)
3. Inayah Aqilah (2205113749)
4. Nurul Khafizah (2205113117)
5. Nurul Qomariah (2205110597)
6. Putri Rahma Yati (2205110591)
7. Teza Aulia Lubis (2205135855)
8. Tiara Khairun Nisa (2205113122)
Kelompok : I (Satu)
Tanggal Praktikum: 21 Februari 2024
Dosen Pengampu : 1. Dr. Rasmiwetti, M.Si
2. Dr. Susilawati, M.Si
Asisten : 1. Rezki Fabilla Dandulana, S.Pd

LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2024
Dosen Pengampu:
1. Dr. Rasmiwetti, M.Si
2. Dr. Susilawati, M.Si

Anggota Kelompok:

1. Aisyah Okta Mulyani (2205110594)


2. Ferryanta Sembiring (2205113132)
3. Inayah Aqilah (2205113749)
4. Nurul Khafizah (2205113117)
5. Nurul Qomariah (2205110597)
6. Putri Rahma Yati (2205110591)
7. Teza Aulia Lubis (2205135855)
8. Tiara Khairun Nisa (2205113122)

Nama Asisten:

1. M. Deryan Kevin, S.Pd

2. Rezki Fabilla Dandulana, S.Pd

3. Novia Septiana Putri, S.Pd

Pernyataan Keaslian

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan praktikum yang dibuat
oleh kelompok I merupakan hasil karya dari kelompok I. Jika terdapat bagian yang
merupakan hasil meniru karya orang lain atau manipulasi data, maka kelompok kami
(kelompok I) akan menerima sanksi yang semestinya.

Yang menyatakan

Nurul Qomariah
I. TUJUAN
Mengekstrak silika yang terkandung dalam pasir dan menghitung rendemennya
II. PRINSIP
Ekstraksi padat cair
III. LANDASAN TEORI
Ekstraksi secara umum merupakan suatu proses pemisahan zat aktif dari suatu
padatan maupun cairan dengan menggunakan bantuan pelarut. Ekstraksi padat-cair
(leaching) adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut (solut) dari suatu
campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan menggunakan
pelarut cair. Proses yang terjadi didalam leaching ini biasanya disebut juga dengan
difusi. Prinsip proses ekstraksi yaitu: Pelarut ditransfer dari bulk menuju ke permukaan.
Pelarut menembus masuk atau terjadi difusi massa pelarut pada permukaan padatan
inert ke dalam pori padatan (intraparticle diffusion). Zat terlarut (solut) yang ada dalam
padatan larut ke dalam pelarut lalu karena adanya perbedaan konsentrasi. Campuran
solut dalam pelarut berdifusi keluar dari permukaan padatan inert. Selanjutnya, zat
terlarut (solut) keluar dari pori padatan inert dan bercampur dengan pelarut yang ada
pada luar padatan (Prayudo et al., 2015).
Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat menjadi
komponen-komponen yang terpisah. Ada 2 syarat agar pelarut dapat digunakan di
dalam proses ekstraksi, yaitu pelarut tersebut harus merupakan pelarut terbaik untuk
bahan yang akan diekstraksi dan pelarut tersebut harus dapat terpisah dengan cepat
setelah pengocokan. Dalam pemilihan pelarut yang harus diperhatikan adalah toksisitas,
ketersediaan, harga, sifat tidak mudah terbakar, rendahnya suhu kritis, dan tekanan kritis
untuk meminimalkan biaya operasi serta reaktivitas. Pelarut yang sesuai untuk ekstraksi
adalah heksan, karena jumlah dan kualitas concrete yang dihasilkan paling baik
(Amiarsih et al., 2019).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan
antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak dengan pelarut.
Pada proses ekstraksi dengan pelarut, jumlah dan jenis senyawa yang masuk kedalam
cairan pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut yang digunakan dan meliputi dua fase
yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi. Pada fase pembilasan, pelarut membilas
komponen-komponen isi sel yang telah pecah pada proses penghancuran sebelumnya.
Pada fase ekstraksi, mula-mula terjadi pembengkakan dinding sel dan pelonggaran
kerangka selulosa dinding sel sehingga pori-pori dinding sel menjadi melebar yang
menyebabkan pelarut dapat dengan mudah masuk kedalam sel. Bahan isi sel kemudian
terlarut ke dalam pelarut sesuai dengan tingkat kelarutannya lalu berdifusi keluar akibat
adanya gaya yang ditimbulkan karena perbedaan konsentrasi bahan terlarut yang
terdapat di dalam dan di luar sel (Voigt, 1995).
Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan adalah
sebagai berikut:

1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan dan


penggilingan bagian tumbuhan.
2. Pemilihan pelarut.
3. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.
4. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.
5. Pelarut nonpolar: n-heksan, petroleum eter, kloroform, dan sebagainya
(Mukhtarini, 2016).
Pasir merupakan material yang mudah dijumpai dalam bentuk butiran yang pada
umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Material pembentuk pasir
yakni silikon dioksida tetapi dibeberapa Pantai tropis dan sub tropis umumnya
terbentuk dari batu kapur. Pasir memiiki warna sesuai dengan asal pembentukannya.
Pasir sangat dimanfaatkan dalam bahan bangunan bila dicampur dengan semen
(Muliawan, 2017).
Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah. Salah satunya adalah pasir
dari sungai. Selama ini pasir dari sungai diambil oleh warga sekitar untuk dijual
sebagai bahan bangunan dengan harga yang relatif murah, atau sebagai bahan
tambahan pada pabrik semen. Padahal, banyak sekali kegunaan pasir sungai,
misalnya dapat digunakan sebagai sumber calsite oxide (CaCO3) dan quartz oxide
(SiO2). Pasir dari sungai juga dapat digunakan untuk penyerapan gelombang mikro
karena mengandung oksida besi (Fe2O3 dan Fe3O4) dan silika oksida (SiO2) serta
senyawa lain seperti Fe, Ni dan Zn dengan kandungan yang kecil (Kuni et al., 2021).
Silika adalah senyawa dengan kegunaan tinggi dalam berbagai macam ruang
lingkup, seperti bioteknologi, lingkungan, industri semen, komposit dan medis. Hal
ini disebabkan silika memiliki sifat yang terbukti memiliki stabilitas tinggi,
fleksibilitas kimia, dan biokompatibilitas yang berperan penting bagi berbagai
lingkup. Silika memiliki rumus molekul SiO 2, massa molar 60,08 g/mol, berbentuk
kristal putih, titik lebur 1600-1725 °C dan titik didih 2230 °C. Silika relatif tidak
reaktif terhadap Cl2, H2, asam-asam dan sebagian logam pada suhu 25 °C atau pada
suhu yang lebih tinggi tetapi akan reaktif terhadap F 2, HF, hidroksida alkali dan
leburan-leburan karbonat (Fadhlulloh dkk., 2014).
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Erlenmeyer 500 ml 2 unit
Beaker glass 500 ml 1 unit
Gelas ukur 25 ml 1 unit
Gelas ukur 100 ml 1 unit
Kolom stainless 1 unit
Neraca 1 unit
Saringan buchner 1 unit
Pemanas 1 unit
Lumpang dan alu 1 unit
Corong 1 unit
Cawan penguap 1 unit
Pipet tetes 1 unit
Batang pengaduk 1 uniT
Spatula 1 unit
Kaca arloji 1 unit
Pompa vakum 1 unit
B. Bahan
Pasir 40 gram
NaOH 50 gram
HCl pekat 25 ml
H2SO4 30 ml
Aquadest secukupnya
Kertas saring secukupnya
V. PROSEDUR KERJA

40 gr Pasir
 Dimasukkan kedalam gelas kimia `
 Ditambahkan 25 ml HCl pekat
 Di aduk selama 3-5 menit
 Dicuci dengan 100 ml aquadest sebanyak 3
kali
 Dimasukkan kedalam kolom stainless
 Di tambahkan 50 gram NaOH
 Di
Terbentuk NiSiO mentah
aduk
 Di panaskan
(Padatan kehijauan)
 Di masukkan kedalam lumpang
 Ditambahkan 100 ml aquadest, larutkan
dan dekantasi sebanyak 3 kali
Larutan berwarna kehitaman

 Disaring larutan ke dalam Erlenmeyer


menggunakan kertas saring dan buchner
 Ditambahkan 30 ml H2SO4 pekat tetes
demi tetes ke dalam filtrat hingga
terbentuk gel
Gel

 Disaring
 Dimasukkan kedalam cawan penguap
 Dikeringkan dalam oven dengan suhu
800 c selama satu malam
 Di timbang
3,228 gram
(putih)
VI. HASIL PENGAMATAN

NO Prosedur Pengamatan
1. Masukkan pasir yang telah Terbentuk padatan berwarna
dicuci ke dalam kolom kehijauan setelah diaduk dan
stainless, tambahkan 50 gram dipanaskan.
NaOH, aduk dan panaskan
sampai terbentuk NaSiO
mentah (padatan kehijauan)
2. Masukkan NaSiO mentah ke Terbentuk larutan berwarna
dalam lumpang, tambahkan 100 kehitaman dan residu berwarna
mL aquadest larutkan dan putih.
dekantasi. Ulangi sebanyak 3
kali (total 300 mL aquadest)
3. Saring larutan ke dalam Setelah disaring larutan berwarna
Erlenmeyer menggunakan coklat seperti teh.
kertas saring dibantu dengan
Buncher.
4. Tambahkan 30 mL H 2 S O 4 Warnanya memudar menjadi keruh
pekat tetes demi tetes ke dalam dan terbentuk gel.
filtrat hingga terbentuk gel.
5. Saring gel, pindahkan ke dalam Silika gel berubah menjadi butiran
cawan penguap dan keringkan halus, berwarna putih.
dalam oven dengan suhu 80 0 C
selama satu malam.
6. Timbang silika yang diperoleh. 3,228 gram.
VII. PENGOLAHAN DATA

Diketahui : Jumlah simplisia yang digunakan = 40 gram

Jumlah ekstrak yang dihasilkan = 3,228 gram

Jumlah ekstrak yang dihasilkan


% Rendemen = x 100%
Jumlah simplisia yang digunakan

3,228 gram
= 40 gram x 100%

= 8,07 %
VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama kali ini adalah ekstraksi silika dari pasir. percobaan ini
merupakan ekstraksi padat-cair, Ekstraksi padat-cair merupakan suatu proses yang
melibatkan perpindahan massa antar fasa, dalam hal ini yang bertindak sebagai fasa
padat adalah padat dan H2SO4 sebagai ekstraktan. Pada ekstraksi padat-cair, ketika
bahan ekstraksi dicampur dengan ekstraktan maka ekstraktan akan bereaksi dengan
bahan padat membentuk ekstrak. Dalam proses ekstraksi padat-cair diperlukan kontak
yang sangat lama antara ekstraktan dan padatan.
Perlakuan awal yang dilakukan adalah pencucian pasir dengan 25 ml HCl
pekat sambil diaduk 3-5 menit dan dilanjutkan dengan mencuci pasir menggunakan 100
ml aquadest sebanyak 3 kali agar pasir bersih dari zat pengotornya. Lalu pasir yang
dicuci bersih tersebut dipanaskan dengan 50 gram NaOH dan diaduk sampai ia
membentuk NaSiO mentah, pada proses ini didapatkan hasil yakni berupa padatan
kehijauan, hal ini karena terbentuknya silikat natrium (Na 2SiO3) yang merupakan
senyawa padat kehijauan. Lalu NaSiO ditambahkan 100 ml aquadest sebanyak 3kali
dengan cara di dekantasi. Dari proses tersebut terbentuk larutan berwarna kehitaman
dan residu berwarna putih. Selanjutnya larutan disaring dengan menggunakan kertas
saring. Proses penyaringan ini membantu memurnikan larutan, memisahkan partikel
yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa bersama selama proses ekstraksi. Dan di
dapatkan larutan yang berwarna kecoklatan. Lalu dilakukan penambahan 30 ml H 2SO4
pekat tetes demi tetes, hal ini untuk memisahkan antara natrium silikat dengan silika,
yang mana pada proses ini silika yang dihasilkan yakni berupa endapan (silika gel).
Setelah itu, gel yang di dapatkan disaring dengan menggunakan kertas saring dan
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 80°C selama 2 hari, dan didapatkan butiran halus
berwarna putih sebanyak 3,228
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Melalui percobaan yang telah dilakukan yaitu ekstraksi silika dengan
pasir dengan menggunakan prinsip percobaan ekstraksi padat cair dapat
disimpulkan bahwa saat sampel (pasir) dipanaskan dengan NaOH akan
menghasilkan senyawa NaSiO mentah berbentuk padat dan kehijauan. Proses
ekstraksi yang bertujuan untuk memisahkan natrium silikat dengan silika
menghasilkan endapan berupa silika gel.
B. Saran
Percobaan ekstraksi silika dapat dilakukan juga dengan metode ekstraksi
yang sama namun dengan zat yang berbeda. Contoh sampel yang dapat
digunakan adalah abu sekam padi dengan larutan KOH. Abu sekam padi
dibersihkan dari pengotor dan dikeringkan. Kemudian dipanaskan hingga
menjadi arang kemudian dihaluskan. Selanjutnya sampel dipanaskan dengan
larutan KOH dan membentuk senyawa K2SIO3.
X. JAWABAN PERTANYAAN
1. Tuliskan reaksi pembentukan silika dari pasir melalui metode di atas!
Jawab: SiO2(s)+2NaOH(aq)→Na2SiO3(aq)+H2O(l)
2. Gambarkan bentuk kristal dari silika yang diperoleh!
Jawab:

3. Hitung rendemen silika yang diperoleh!


Jawab:
Diketahui :
Jumlah simplisia yang digunakan = 40 gram

Jumlah ekstrak yang dihasilkan = 3,228 gram

% Rendemen = Jumlah ekstrak yang dihasilkan jumlah simplisia yang


digunakan x 100%

= 3,228 gram40 gram x 100%

= 8,07 %
XI. DAFTAR PUSTAKA

Amiarsih, D., Yulianingsih, & Diharjo, S. S. (2019). Pengaruh Jenis dan


Perbandingan Pelarut terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar.
Jurnal Hortikultura, 16(4), 356–359.
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jhort/article/view/1153
Fadhlulloh, M.A., T. Rahman, dan A.B.D. Nandiyanto. (2014). Review tentang
sintesis SiO2 Nanopartikel. Jurnal Integrasi Proses, 5(1): 30-45
Kuni, N., & Ah Sulhan, F. (2021). Identifikasi Kandungan Kimia Pada Pasir Sungai
Brantas. Jurnal Mesin Nusantara, 4(2), 90-99.
Mukhtarini. (2016). Mukhtarini, “Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi
Senyawa Aktif,” J. Kesehat., vol. VII, no. 2, p. 361, 2014. J. Kesehat.,
VII(2), 361.
Muliawan, A. (2017). Identifikasi Material Pasir Desa Sambera Marangkayi
Menggunakan XRF dan XRD. Seminar Nasional dan Workshop Geofisika
FMIPA Universitas Mulawarman.
Prayudo, A., Novian, O., Setyadi, & Antaresti. (2015). Jurnal Ilmiah Widya Teknik.
Jurnal Ilmiah Widya Teknik, 14(1), 26–31.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University
Press.
XII. LAMPIRAN
XIII. DOKUMENTASI

Gambar 1. Alat dan bahan Gambar 2. Pasir + NaOH = NaSiO mentah

Gambar 3. NaSiO mentah dicuci dan didekantir Gambar 4. Larutan disaring

Gambar 5. Filtrat + H2SO4 = gel silika Gambar 6. silika setelah dikeringkan


Gambar 7. Hasil timbang silika

Anda mungkin juga menyukai