KELARUTAN
FARMASI A
KELOMPOK 3
Anggota kelompok :
Adrianova Ramadhan (H1B02310063)
Anggi Maulida Rezqina (H1B02310023)
Firdaus Artha Wangsyah (H1B02310075)
Nachwa Humaira Alhidayah (H1B02310009)
Nisa Isnaini (H1B02310083)
Samuel Ezra Christian (H1B02310049)
Dosen Pengampu :
apt. Wahida Hajrin, M.Pharm.Sci.
apt. Eskarani Tri Pratiwi., S.Farm., M.S.Farm
apt. Windah Anugerah Subaidah, S.Si., M.Si
apt. Sucilawaty Ridwan, S.Farm., M.Si.
B. DASAR TEORI
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari satu atau
lebih zat terlarut dalam pelarut yang sesuai sehingga membentuk sistem
termodinamika yang stabil secara fisika dan kimia di mana zat terlarut
terdispersi dalam sejumlah pelarut tersebut. Kelarutan adalah jumlah
maksimum suatu zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut (Astuti et al.,
2022). Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut
(solute), sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut (solvent) (Putri et al., 2017). Kelarutan
menyatakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang
terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan
homogen (Yoga & Hendriani, 2013).
1. Suhu
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat
tersebut dikatakan bersifat endoterm karena pada proses kelarutannya
membutuhkan panas. Contoh: Zat terlarut + pelarut + panas → larutan. Pada
beberapa zat, kenaikan temperatur justru menyebabkan tidak larut, zat
tersebut dikatakan bersifat eksoterm karena pada proses kelarutannya
menghasilkan panas. Contoh: Zat terlarut + pelarut → larutan + panas.
2. Ukuran partikel
Pengaruh ukuran partikel dari zat terlarut dalam sifat keterlarutannya terjadi
hanya bila partikel mempunyai ukuran dalam submikro dan akan terlihat
kenaikan kira-kira 10% dalam kelarutannya. Kenaikan ini disebabkan oleh
adanya enersi bebas permukaan yang besar dihubungkan dengan partikel
yang kecil.
3. Co-solvency
Cosolvensi merupakan peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
4. Polaritas
Prinsipnya adalah like dissolves like berdasarkan pada observasi bahwa
molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat larut timbal
balik, yaitu molekul polar akan larut dalam media yang serupa yaitu polar,
sedangkan molekul non polar akan larut dalam media non polar. Konsep
polaritas akan kurang jelas apabila diterapkan pada kelarutan yang rendah
terbentuk misel dan terbentuk hidrat padat.
5. Parameter kelarutan
Dikembangkan oleh hildbrand sebagai alat untuk meramal kelarutan cairan
dan substansi amorf dalam banyak pelarut di industri.
Dibuat 100 mL campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel di bawah ini
Dikocok larutan dengan alat pengocok orbital selama 2 jam. Jika ada endapan
yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat
sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
Dikeluarkan larutan dari masing-masing komposisi dari alat pengocok orbital dan
diambil sebanyak 10 mL (duplo) dan disaring dengan membran filter ke dalam
gelas Erlenmeyer, sisa larutan dimasukkan kembali ke dalam alat pengocok orbital.
Dilihat data Ditentukan kadar asam salisilat yang larut dengan cara titrasi asam basa
dengan peniter NaOH 1 N dan indikator fenolftalein (catat volume peniter)
Dibuat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik
bahan pelarut campur yang ditambahkan. (KD Air = 80,4; KD Etanol = 25,7; KD
Propilen glikol = 32). Rumus perhitungan KD pelarut campur = (%air x KD air) +
(%alkohol x KD alkohol) + (%propilen glikol x KD propilen glikol)
D. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Menghitung Konstanta Dielektrik
Diketahui:
- KD Air (80,4)
- KD Alkohol (25,7)
- KD Propilen Gilkol (32)
Rumus perhitungan konstanta dielektrik pelarut campur:
(%Air x KD air) + (%Alkohol x KD alkohol) + (%Propilen glikol x KD
propilen glikol)
Larutan 1
= (60 x 80,4) + (0 x 25,7) + (40 x 32)
= 4.824 + 0 + 1.400
= 6.224
Larutan 2
= (60 x 80,4) + (5 x 25,7) + (35 x 32)
= 6.072,5
Larutan 3
= (60 x 80,4) + (15 x 25,7) + (30 x 32)
= 6.041
Larutan 4
= (60 x 80,4) + (20 x 25,7) + (25 x 32)
= 6.009,5
Larutsn 5
= (60 x 80,4) + (30 x 25,7) + (20 x 32)
= 5.978
Larutan 6
= (60 x 80,4) + (35 x 25,7) + (10 x 32)
= 5.915
Larutan 7
= (60 x 80,4) + (40 x 25,7) + (5 x 32)
= 5.883,5
Larutan 8
= (60 x 80,4) + (0 x 25,7) + (0 x 32)
= 4.824 + 1.028 + 0
= 5.852
DAFTAR PUSTAKA
Hardani, M.Si. (2021). Buku Ajar Farmasi Fisika. Samudra Biru, 214.