“KELARUTAN I”
Oleh :
Chyntia Zakiah Fitri (165070501111015)
Lintang Rizkian Nur (165070501111017)
Nicmah Aprilia Iriani Putri (165070501111019)
Alifia Rahmi N. (165070501111021)
Siti Chotimah (165070501111023)
Anis Saraswati (165070501111025)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Tujuan
Tujuan dari praktikum kelarutan I ini adalah agar praktikan mampu
melakukan uji kelarutan dengan menggunakan pelarut campur, dan agar praktikan
dapat memahami pengaruh penggunaan pelarut campur terhadap kelarutan suatu
zat.
2. Dasar Teori
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Pelarut umumnya merupakan
suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut,
dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. ecara kuantitatif, kelarutan suatu zat
dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu
dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang
dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam
500 mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan
persen
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-
sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru
dapat di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah
satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan
menaikkan kelarutan zat aktifnya
Kelarutan dalam Farmakope Indonesia, diartikan dengan kelarutan pada
suhu 200C (FI III) atau 250C (FI IV) dinyatakan dalam satu bagian bobot zatpadat
atau 1 bagian volume zat cair dalam bagian volume tertentu pelarut, kecuali
dinyatakan lain.
Kelarutan yang tanpa angka adalah kelarutan pada suhu kamar (25 0C)
pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 gram zat padat atau 1 mL zat
cair dalam sejumlah mL pelarut.
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh poaritas dari pelarut, yaitu
oleh dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar
lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala
perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain Aksi
pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat polar.
Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion
elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut
juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah
karena pelarut aprotik, dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan
nonelektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya
dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar. Pelarut semipolar seperti keton dan
alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut
nonpolar, sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol, contohnya benzena yang
mudah dapat dipolarisasikan. Kenyataanya, senyawa semipolar dapat bertindak
sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan
nonpolar. Sesuai dengan itu, aseton menaikkan kelarutan eter di dalam air
(Martin, 1990).
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2. PROSEDUR PERCOBAAN
2.1 Menentukan persamaan kurva baku
2.2 Pengaruh Penggunaan Pelarut Campur terhadap Kelarutan Asam Salisilat
Asam Salisilat
-Ditimbang 300 mg diulang sebanyak 3 kali, dibungkus
-Ditimbang 50 mg diulang sebanyak 6 kali, dibungkus
-Dilarutkan dalam 10 ml aquades dalam erlenmeyer
Hasil
Asam Salisilat 50 mg
Hasil
-Disaring
-Diukur absorbansinya dengan spektrofotometri
pada gelombang maksimum
Hasil
-Dibuat kurva antara nilai Kd dengan konsentrasi
asam salisilat terlarut
-Dianalisa pengaruh penggunaan pelarut campur
terhadap kelarutan asam salisilat dan bandingkan
dengan data polaritas asam salisilat yang didapat
Hasil
BAB III
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
1. PERHITUNGAN
Perhitungan Pengenceran Larutan Standar
- 40 ppm
500 ppm × x ml = 40 ppm × 10 ml
x = 0,8 ml
- 35 ppm
500 ppm × x ml = 35 ppm × 10 ml
x = 0,7 ml
- 30 ppm
500 ppm × x ml = 30 ppm × 10 ml
x = 0,6 ml
- 25 ppm
500 ppm × x ml = 25 ppm × 10 ml
x = 0,5 ml
- 20 ppm
500 ppm × x ml = 20 ppm × 10 ml
x = 0,4 ml
- 15 ppm
500 ppm × x ml = 15 ppm × 10 ml
x = 0,3 ml
- 10 ppm
500 ppm × x ml = 10 ppm × 10 ml
x = 0,2 ml
2. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
2.1 Tabel Pengamatan
Menentukan Persamaan Kurva Baku
No Perlakuan Hasil
.
1. Menimbang asam salisilat dengan Didapatkan massa sam salisilat
bantuan gelas arloji sebesar 5 mg
2. Asam salisilat dilarutkan dalam etanol Didapatkan asam salisilat yang
larut dalam etanol
3. Ditambahkan aquades ad 10 ml Didapatkan larutan asam salisilat
10 ml dengan konsentrasi 500 ppm
4. Dilakukan pengenceran dengan Didapatkan larutan dengan
konsentrasi 10.15,20,25,30,35,dan 40 konsentrasi yang diinginkan
ppm
5. Dicari panjang gelombang asam Didapatkan panjang gelombang
salisilat maksimal asam salisilat 296,1 nm
6. Diukur absorbansi konsentrasi Didapatkan data absorbansi :
masing-masing larutan 10 ppm = 0,212
15 ppm = 0,345
20 ppm = 0,384
25 ppm = 0,528
30 ppm = 0,618
35 ppm = 0,688
40 ppm = 0,124
7. Dicari persamaan kurva baku dengan Didapatkan persamaan kurva baku
menggunakan regresi y = 0,018x + 0,061
y = bx + a
y = 0,018x + 0,061
Kd Air = 80,4
Kd Etanol = 24,3
Kd PEG = 12,4
Pelarut Konsentrasi
Absorbansi Konsentrasi FP
Campur Sebenarnya
B1 0,235 9,9 2000× 19.800 ppm
B2 0,232 9,73 1000× 9.730 ppm
B3 0,482 23,98 200× 4.796 ppm
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0
40 45 50 55 60 65 70
3. PEMBAHASAN
3.1 Menentukan Kurva Baku
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
10 ppm 15 ppm 20 ppm 25 ppm 30 ppm 35 ppm 40 ppm
Gambar 3.1.1 Kurva Baku antara Konsentrasi Asam Salisilat dengan Absorbansi
Dari hasil penambahan asam salisilat dapat dilihat bahwa asam salisilat
mudah larut dalam pelarut campur mengandung sedikit air dan lebih banyak
etanol serta PEG. Hal tersebut dikarenakan kelarutan asam salisilat sukar larut
dalam air, dan mudah larut dalam etanol.
Prosedur selanjutnya yaitu larutan yang telah jenuh disaring dengan corong
dan kertas saring kemudian diukur absorbansi dari setiap pelarut campur
sehingga didapatkan hasil konsentrasi asam salisilat yang terlarut pada setiap
formula sebagai berikut :
Pelarut Konsentrasi
Absorbansi Konsentrasi FP
Campur Sebenarnya
B1 0,235 9,9 2000× 19.800 ppm
B2 0,232 9,73 1000× 9.730 ppm
B3 0,482 23,98 200× 4.796 ppm
Dari data yang diperoleh terdapat korelasi antara nilai Kd pelarut campur
dengan konsentrasi Asam Salisilat yang terlarut yang digambarkan pada kurva
berikut :
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0
40 45 50 55 60 65 70
D
Dalam percobaan ini pelarut campur yang paling polar, yaitu pelarut
campur B3 yang mengandung komposisi volume air lebih banyak sehingga
memiliki nilai konstanta dielektrik lebih tinggi. Dari hasil penambahan asam
salisilat dapat dilihat bahwa asam salisilat mudah larut dalam pelarut campur
mengandung sedikit air dan lebih banyak etanol serta PEG. Hal tersebut
dikarenakan kelarutan asam salisilat sukar larut dalam air, dan mudah larut dalam
etanol. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan asam salisilat diperoleh hasil
bahwa semakin rendah nilai konstanta dielektrik pelarut campur yang digunakan,
maka semakin besar konsentrasi asam salisilat yang terlarut. Hal tersebut
disebabkan oleh asam salisilat yang sukar larut dalam air dan mudah larut dalam
etanol
Daftar Pustaka