Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MODUL

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Tanggal Praktikum : 22 November 2021


Judul Praktikum : Pemisahan dan Pemurnian

Disusun Oleh :

Kelompok : 09
Program Studi : Teknik Industri

Nama :
Aldi Wibawan Riyadi (2109036018)
Nurul Indriani (2109036021)

Asisten Praktkum :
Ridho Ramadhan (2009066029)

LABORATORIUM REKAYASA KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemisahan dan pemurnian adalah proses atau metode yang cocok untuk
memisahkan atau memurnikan zat berdasarkan campurannya, baik dalam
skala laboratorium maupun skala industri. Pada dasarnya pemisahan
dilakukan untuk mencampur dan memisahkan dua atau lebih zat, dan
pemurnian dilakukan untuk memurnikan zat yang terkontaminasi zat lain.
Ada dua zat dasar, unsur dan senyawa, tetapi campuran adalah kombinasi dari
dua zat dasar dan komposisinya berubah-ubah. Zat murni yang tercemar
mengandung zat lain berupa gas, cairan atau padatan. Di bumi jarang terdapat
materi dalam keadaan murni, tetapi dalam campuran. Misalnya, air laut terdiri
dari air dan berbagai zat yang dicampur dengannya, seperti garam. Udara
yang kita hirup setiap hari mengandung banyak unsur dan senyawa yang
berbeda, seperti oksigen, nitrogen, uap air, karbon monoksida, dan lain-lain.

Untuk mendapatkan suatu zat murni maka harus dipisahkan dari kontaminan
atau bahan tambahan lain dalam campurannya dengan menggunakan sistem
pemisahan dan penyaringan. Hal ini tergantung pada jenis, bentuk dan sifat
zat yang dikandungnya. Misalnya memisahkan padatan dari suspensi,
memisahkan padatan dari larutan, memisahkan campuran cair, memisahkan
campuran dari dua campuran. Pencampuran dan pemurnian padatan untuk
mendapatkan zat murni dari zat yang terkontaminasi zat lain.

Oleh karena itu, pelaksanaan praktikum ini bertujuan untuk mempelajari dan
mengetahui cara pemisahan dan pemurnian dari berbagai macam materi serta
zat pencemar yang terdapat di dalamnya.
1.2. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui zat murni dari zat yang telah tercampur.
2. Mengetahui metode yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian zat.
3. Mengetahui hasil akhir dari setiap metode yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Campuran adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan perbandingan
sembarangan. Contohnya udara, minuman ringan, susu, semen, dll. Udara
merupakan campuran gas, tersusun dari nitrogen, oksigen, argon, uap air dan
karbon dioksida. Campuran dapat pula terjadi antar senyawa, contohnya air
dengan alkohol, atau antara unsur dengan senyawa, contohnya nitrogen dengan
uap air. Campuran tidak memiliki susunan yang tetap. Campuran dapat dibagi
dua, yaitu campuran yang homogen dan heterogen (Juwita, 2017).

Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tunggal atau lebih yang semua
partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fasa. Yang disebut satu
fasa adalah zat yang sifat dan komposisinya sama antara satu bagian dengan
bagian yang lain didekatnya (Juwita, 2017).

Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara dua zat
tunggal atau lebih shingga perbandingan komponen yang satu dengan yang
lainnya tidak sama di berbagai bagian bejana, contohnya, minyak dan air. Apabila
kita mengambil sampel dari sebagian campuran minyak dan air akan kita dapatkan
bahwa sebagian campuran akan mempunyai sifat minyak, sedangkan sebagian
lain mempunyai sifat air. Jadi, campuran ini terdiri dari dua fasa yaitu minyak dan
air (Juwita, 2017).

Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara
fisika tidak mengubah zat selama pemisahan. Teknik pemisahan campuran
bergantung pada jenis, wujud dan sifat komponen yang terkandung didalamnya.
Jika komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan
dengan saringan. Campuran homogen, seperti alkohol dalam air, tidak dapat
dipisahkan dengan saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas
saringan dan selaput semipermiabel (Juwita, 2017).
Pemilihan media filter tergantung pada ukuran partikel yang akan disaring, jumlah
liquid yang akan disaring, sifat dari produk yang akan di saring serta tujuan
penyaringan itu sendiri. Ukuran partikel yang akan disaring mempengaruhi
pemilihan ukuran pori dari media filter yang akan digunakan, semakin kecil
ukuran partikel semakin kecil pula ukuran pori yang dipilih. Kadang-kadang
untuk ukuran pori yang terlalu kecil, digunakan bantuan tekanan baik manual
maupun pompa. Pemilihan filter I dari kertas saring adalah yang paling sering
digunakan. Kelebihan kertas saring adalah porositasnya terkontrol dan lebih
murah. Filter kertas memiliki grade dan kualitas yang berbeda serta ukuran pori
yang berbeda. Kelemahan dari kertas saring adalah dapat menyerap liquid
meskipun hanya dalam jumlah kecil serta ukuran pori yang sangat kecil dapat
lolos dari saringan (Bohari, 2021).

Filtrasi
Filtrasi, yakni proses penyingkiran padatan dari cairan, adalah metoda pemurnian
cairan dan larutan yang paling mendasar. Filtrasi tidak hanya digunakan dalam
skala kecil di laboratorium tetapi juga di skala besar di unit pemurnian air. Kertas
saring dan saringan digunakan untuk menyingkirkan padatan dari cairan atau
larutan. Dengan mengatur ukuran mesh, ukuran partikel yang disingkirkan dapat
dipilih (Takeuchi, 2006).

Adsorpsi
Tidak mudah menyingkirkan partikel yang sangat sedikit dengan filtrasi sebab
partikel semacam ini akan cenderung menyumbat penyaringnya. Dalam kasus
semacam ini direkomendasikan penggunaan penyaring yang secara selektif
mengadsorbsi sejumlah kecil pengotor. Bantuan penyaring apapun akan bisa
digunakan bila saringannya berpori, hidrofob atau solvofob dan memiliki kisi
yang kaku. Celit, keramik diatom dan tanah liat teraktivasi sering digunakan.
Karbon teraktivasi memiliki luas permukaan yang besar dan dapat mengadsorbsi
banyak senyawa organik dan sering digunakan untuk menyingkirkan zat yang
berbau (dalam banyak kasus senyawa organik) dari udara atau air. Silika gel dapat
mengadsorbsi air dan digunakan meluas sebagai desikan (Takeuchi, 2006).
Rekristalisasi
Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang panjang
seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah dikenalkan,
rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian sebab
kemudahannya (tidak perlu alat khusus) dan karena keefektifannya. Ke depannya
rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan (Takeuchi,
2006).

Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud, baik
padat, cair maupun gas. Dasar kromatografi adalah perbedaan daya serap satu zat
dengan zat lainnya. Jika komponen campuran (misalnya A, B dan C) dialirkan
dengan suatu pelarut melalui padatan tertentu, maka A, B dan C akan bergerak
dengan kecepatan berbeda, karena daya serap padatan itu terhadap komponen
tidak sama. Cairan atau pelarut yang membawa komponen bergerak disebut eluen
atau fasa bergerak, sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut
adsorben atau fasa tetap. Syarat eluen harus dapat melarutkan semua komponen
dan dapat mengalir, maka harus berupa cairan atau gas. Eluen dapat merupakan
zat murni atau campuran, misalnya eter atau alkohol 50% (Juwita, 2017).

Distilasi
Distilasi adalah seni memisahkan dan pemurnian dengan menggunakan perbedaan
titik didih. Distilasi memiliki sejarah yang panjang dan asal distilasi dapat
ditemukan di zaman kuno untuk mendapatkan ekstrak tumbuhan yang
diperkirakan dapat merupakan sumber kehidupan. Teknik distilasi ditingkatkan
ketika kondenser (pendingin) diperkenalkan (Takeuchi, 2006).

Ekstraksi
Ekstraksi adalah teknik yang sering digunakan bila senyawa organik (sebagian
besar hidrofob) dilarutkan atau didispersikan dalam air. Pelarut yang tepat (cukup
untuk melarutkan senyawa organik; seharusnya tidak hidrofob) ditambahkan pada
fasa larutan dalam airnya, campuran kemudian diaduk dengan baik sehingga
senyawa organik diekstraksi dengan baik. Lapisan organik dan air akan dapat
dipisahkan dengan corong pisah, dan senyawa organik dapat diambil ulang dari
lapisan organik dengan menyingkirkan pelarutnya. Pelarut yang paling sering
digunakan adalah dietil eter C2H5OC2H5, yang memiliki titik didih rendah
(sehingga mudah disingkirkan) dan dapat melarutkan berbagai senyawa organik
(Takeuchi, 2006).
BAB III
METODE

1.1. Alat dan Bahan


1.1.1. Alat-alat
a. Spatula
b. Batang Pengaduk
c. Penjepit Tabung
d. Corong Kaca
e. Mortar dan Alu
f. Gelas Beker 100 ml
g. Gelas Ukur 100 ml dan 25 ml
h. Cawan Penguap
i. Corong Pemisah
j. Kompor Listrik
k. Neraca Analitik
l. Kertas Saring
m. Labu Erlenmeyer

1.1.2. Bahan-bahan
a. Padatan CuSO4
b. NaCl
c. Pasir atau Tanah
d. Kapur
e. Naftalena
f. Minyak
g. Akuades
1.2. Prosedur Percobaan
3.2.1. Dekantasi
a. Dimasukkan akuades sebanyak 25 ml ke dalam gelas beker.
b. Dimasukkan tanah ke dalam gelas beker yang sebelumnya berisi
akuades menggunakan spatula.
c. Diaduk campuran akuades dan tanah pada gelas beker menggunakan
batang pengaduk.
d. Diamkan campuran hingga terjadi endapan.
3.2.2. Filtrasi
a. Dimasukkan akuades ke dalam gelas beker.
b. Digerus kapur menggunakan mortar dan alu hingga halus.
c. Dimasukkan kapur yang telah halus ke dalam gelas beker yang berisi
akuades menggunakan spatula.
d. Diaduk campuran kapur dan akuades pada gelas beker menggunakan
batang pengaduk.
e. Disaring campuran kapur dan akuades menggunakan kertas saring dan
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dengan bantuan corong kaca.
3.2.3. Kristalisasi
a. Dimasukkan padatan CuSO4 ke dalam gelas beker secukupnya.
b. Dilarutkan padatan CuSO4 pada gelas beker menggunakan akuades
sebanyak 25 ml.
c. Diaduk campuran padatan CuSO4 dan akuades menggunakan batang
pengaduk hingga menjadi campuran homogen.
d. Dipanaskan campuran homogen padatan CuSO4 dan akuades
menggunakan kompor listrik hingga akuades menguap.
3.2.4. Sublimasi
a. Dihaluskan naftalena menggunakan mortar dan alu.
b. Dimasukkan naftalena yang telah dihaluskan sebelumnya ke dalam
cawan penguap.
c. Dicampurkan NaCl dengan naftalena yang telah dihaluskan.
d. Dipanaskan campuran NaCl dan naftalena yang telah ditutup
menggunakan kompor listrik.
e. Tunggu hingga campuran tersebut mengalami proses penyubliman.
3.2.5. Ekstraksi
a. Dimasukkan akuades dan minyak ke dalam corong pisah.
b. Dihomogenkan campuran tersebut dengan cara diguncang perlahan.
c. Tunggu hingga campuran tersebut terpisah lalu dimasukkan ke dalam
gelas beker.
BAB IV
TUGAS

4.1 Soal Paket B


a. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis campuran!
b. Sebutkan teknik pemisahan secara kimia?
c. Mengapa pada percobaan ekstraksi bahan yang digunakan adalah
minyak dan akuades? jelaskan!
d. Pada percobaan kristalisasi apakah larutan CuSO4 akan tetap
mengalami kristalisasi jika berada pada suhu ruang? jelaskan!
e. Sebutkan dan jelaskan macam-macam penerapan konsep percobaan
dalam praktikum kali ini di kehidupan sehari-hari?

4.2 Jawaban
a. Terdapat dua jenis campuran, yaitu campuran homogen dan campuran
heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang zat-zatnya
bercampur dan zat-zat penyusunnya tidak dapat dibedakan. Contoh
campuran homogen adalah larutan, seperti larutan gula, larutan garam,
dan sirup. larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Pelarut yang
banyak digunakan adalah air. Ukuran partikel zat terlarut dalam
larutan sangat kecil, berdiameter kurang dari 1 nanometer sehingga
tidak dapat dilihat bahkan dengan mikroskop ultra. Campuran
heterogen adalah campuran yang terjadi karena zat-zat penyusunnya
tidak dapat tercampur sempurna sehingga zat-zat penyusunnya dapat
dibedakan. Contoh campuran heterogen adalah campuran air dan
minyak dan campuran air dan pasir.
b. Terdapat beberapa teknik pemisahan secara kimia, yaitu:
1. Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan suatu teknik pemisahan
campuran yang didasarkan pada perbedaan ukuran partikel zat
terlarut.
2. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan proses pemisahan larutan berdasarkan
perbedaan titik didih dan volatilitas atau kecenderungan suatu
larutan untuk menguap.
3. Penguapan
Pemisahan campuran dengan sistem penguapan didasarkan
pada mudah atau tidaknya suatu komponen menguap.
4. Distilasi
Distilasi merupakan pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan titik didih.
5. Ekstraksi
Pemisahan campuran dengan cara ekstraksi didasarkan pada
perbedaan kelarutan komponen dalam pelarut yang berbeda.
6. Sublimasi
Sublimasi merupakan proses pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan titik uap.
7. Dekantasi
Dekantasi merupakan proses pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan massa jenis.
8. Kromatografi
Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran
didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-
komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase
diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).
c. Pada percobaan ekstraksi, bahan yang digunakan adalah akuades dan
minyak karena kedua bahan tersebut memiliki perbedaan molekul
sehingga tidak bisa larut. Molekul pada akuades adalah polar,
sehingga molekul akuades selalu berikatan. Namun, molekul pada
minyak adalah non-polar. Molekul non-polar hanya bisa berikatan
dengan molekul non-polar lainnya.
d. Pada suhu ruang, larutan CuSO 4 tidak dapat mengalami kristalisasi
karena kristalisasi merupakan sebuah proses pemisahan berdasarkan
perbedaan titik didih dan volatilitas larutan. Sesuai dengan
pengertiannya, larutan perlu dipanaskan agar dapat terjadi kristalisasi.
Hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan, yaitu memanaskan
larutan CuSO4 menggunakan kompor listrik yang menyebabkan
menguapnya akuades.
e. Contoh penerapan konsep percobaan praktikum kali ini pada
kehidupan sehari-hari:
1. Dekantasi, pemisahan gliserin dan biodiesel.
2. Filtrasi, penyaringan santan dari air kelapa.
3. Kristalisasi, pembuatan garam.
4. Sublimasi, pembuatan kapur barus.
5. Ekstraksi, pembuatan bubuk herbal.
DAFTAR PUSTAKA

Juwita, Ratulani. (2017). Kimia Dasar. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat: Padang.

Takeuchi, Yashito. (2006). Pengantar Kimia. Terj. Ismunandar. Iwanami


Publishing Company: Tokyo.

Bohari. (2021). Kimia Pemisahan. IPB PRESS: Bogor.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai