Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM PEMISAHAN KIMIA

PEMISAHAN KOMPONEN CAMPURAN DENGAN METODE


SUBLIMASI DAN FILTRASI

Nama : Lutfi Adhiva


NIM : 161810301068
Kelas/Kelompok : A/3
Asisten : Aditiyan Andrianto

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zat-zat yang bergabung tanpa mengginakan perbandingan merupakan suatu
campuran. Campuran memiliki dua jenis yakni homogen dan heterogen.
Campuran jenis heterogen merupakan campuran yang didalamnya masih terlihat
batas pembeda antara satu komponen dengan komponen penyusun lainnya.
Campuran jenis homogen merupakan campuran yang didalamnya sudah terlihat
menjadi satu fasa atau tidak terlihat batasan antara komponen satu dengan
komponen lain yang menyusun campuran tersebut. Campuran homogen ini juga
seringkali disebut dengan larutan. Pemisahan dilakukan untuk memisahkan suatu
kompone didalam campurannya, dimana untuk mendapat senyawa tertentu.
Trknik pemisahan diantaranya adalah sublimasi dan filtrasi (Achmad, 1988).
Teknik pemisahan sublimasi dan filtrasi bermanfaat untuk kehidupan sehari-
hari. Pemanfaatan ini contohnya adalah dalam pemisahan komponen iodin
menggunakan pasir, dimana komponen iodin dipisahkan dari campuran.
Campuran dipanaskan berasamaan dengan pasir yang telah dicampurkan
kedalamnya, sehingga iodin akan menguap sedangkan pasir tidak. Iodin yang
menguap kemudian mengalami rekristalisasi saat suhu dingin. Fenomena ini
menyebabkan diperolehnya komponen iodin murni (Heru, 2013).
Praktikum ini dilakukan dengan teknik pemisahan berupa sublimasi dan
filtrasi. Praktikum ini menggunakan bahan berupa natriuk klorida, ammonium
klorida dan aluminium trioksida. Teknik pemisahan sublimasi dilakukan dengan
cara campuran padat dipanaskan sehingga komponen yang dapayt menyublim
akan menyublim. Filtrasi dilakukan dengan menggunakan kertas saring, dimana
kertas saring ini memiliki pori-pori yamg berukuran sangat kecil, padatan akan
tertahan pada kertas saring karena memiliki ukuran partikel lebih besar dibanding
pori-pori. Filtrat adalah zat yang lolos dari kertas saring dan residu adalah zat
yang tertahan pada kertas saring (Tim Penyusun, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana cara mempelajari dan
memahami teknik pemisahan komponen dari campuran?

1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mempelajari dan memahami
teknik pemisahan komponen dari campuran.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Alumunium Oksida (Al2O3)
Alumunium Oksida dengan keadaan berbentuk suatu padatan. Senyawa ini
tidak berbau dan memiliki warna putih. Senyawa ini memiliki berat molekul
101,96 gram/mol dan mempunyai massa jenis 4 gram/cm3. Bahan ini mempunyai
titik leleh 2072 oC dan titik didih 2980 oC. Senyawa sangat mudah larut dalam air
dingin, asam, dan alkali (Sciencelab,2018).
2.1.2 Ammonium klorida (NH4Cl)
Ammonium klorida dengan keadaan berbentuk suatu padatan. Senyawa ini
tidak berbau dan memiliki warna putih. Senyawa ini memiliki berat molekul
53,49 gram/mol dan mempunyai massa jenis 1,53 gram/cm3. Bahan ini
mempunyai titik leleh 338 oC (640,4 oF) dan titik didih 520 oC (968 oF). Senyawa
sangat mudah larut dalam air dan metanol (Sciencelab,2018).
2.1.3 Natrium Klorida (NaCl)
Natrium klorida dengan keadaan berbentuk suatu padatan. Senyawa ini
berbau sedikit, asin dan memiliki warna putih. Senyawa ini memiliki berat
molekul 58,44 gram/mol dan mempunyai massa jenis 2,16 gram/cm3. Bahan ini
mempunyai titik leleh 801 oC (1473,8 oF) dan titik didih 1413 oC (2575,4 oF).
Senyawa ini memiliki berat jenis sebesar 2,165 g/cm3. Natrium klorida sangat
mudah larut dalam air dingin, air panas, gliserol dan amonia, tetapi tidak dapat
larut dalam HCl (Sciencelab,2018).

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Campuran
Campuran merupakan penggabungan sebanyak dua atau lebih komponen,
dimana dapat dipisahkan dengan pemisahan fisiknya. Komponen didalam
campuran adalah bermacam-macam, dimana komponen tersebut memiliki
perbandingan tertentu. Campuran yang terbentuk secara fisik akan dipisahkan
dengan pemisahan secar fisik juga yaitu evaporasi, filtrasi dan destilasi. Campuran
adalah terdiri dari dua atau banyak komponen, dimana komponen tersebut
memiliki karakteristik masing-masing. Campuran memiliki dua jenis yakni
homogen dan heterogen. Campuran jenis heterogen merupakan campuran yang
didalamnya masih terlihat batas pembeda antara satu komponen dengan
komponen penyusun lainnya. Campuran jenis homogen merupakan campuran
yang didalamnya sudah terlihat menjadi satu fasa atau tidak terlihat batasan antara
komponen satu dengan komponen lain yang menyusun campuran tersebut.
Campuran homogen ini juga seringkali disebut dengan larutan. Campuran
heterogen memiliki kompone penyusun yang bercampurnya tidak merata, hal ini
menyebabkan perbedaan karakteristik antara komponen satu dengan lainnya serta
terlihat batasan antara keduanya (Hiskia, 1990).
Pemisahan kompone didazlm campuran menggunakan cara pemisahan
fisik maupun kimia. Pemisahan ldengan cara fisik tidak mempengaruhi
karakteristik komponen yang akan dipisahkan sebelum dan sesudah dipisahkan.
Pemisahan dengan cara kimia dilakukan dengan mereasikan campuran dengan zat
tertentu yang nantinya akan terjadi reaksi dan pemisahan akan terlaksana. Teknik
pemisahan didasari pada karakteristik koponen pada campuran yang akan
dipisahkan, dimana yang dimaksudkan karakteristik yaitu karakteristik kimia dan
fisikanya. Pemisahan komponen pada campuran diantaranya adalah filtrasi dan
sublimasi (Syukri, 1999).
2.2.2 Teknik Pemisahan dengan Sublimasi
Sublimasi adalah salah satu teknik pemisahan komponen didalam suatu
camouran yang seringkali digunakan dalam praktikum ataupun dalam penenlitian.
Sublimasi adalah dimana wujud suatu zat mengalami perubahan dari berebntuk
gas menjadi bentuk padat ataupun sebaliknya, dimana hal ini terjadi tanpa
melewati fasa cair. Sublimasi adalah teknik pemisahan komponen pada suatu
campuran, dimana komponen tersebut berbentuk paadat dan akan menguap tanpa
melewati proses melebur. Pemisahan sublimasi hanya dapat digunakan untuk
memisahkan kompone didalam campuran yang dapat menyublim. Komponen
yang menyublim yaitu yang memiliki tekanan uap tinggi didalam temperature
ruang, dimana proses ini ditandai dengan timbulnya bau. Pemisahan sublimasi
dapat terjadi jika komponen yang bercampur dengan komponen yang akan
dipisahkan memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga dapat
mengakibatkan terbentuknya hasil uap yang murni (Heru, 2013).
Sublimasi umumnya seringkali dipakai dalam pemisahan komponen
dalam suatu campuran, namun pemakaiannya adalah terbatas. Keetrbatasan
pemakaian teknik pemisahan sublimasi adalah karena komponen yang dapat
dipisahkan dengan teknik pemisahan sublimasi hanyalah kompone yang dapat
menyublim. Sublimasi dapat terjadi jika tekanan uapa parsialnya lebih kecil dari
tekanan normalnya. Naftalen merupakan salah satu contoh komponen atau
senyawa yang dapat dipisahkan dari campuran dengan cara sublimasi, karena
naftalen dapat menguap tanpa melalui proses mengembun (Sudjadi, 1988).
2.2.3 Teknik Pemisahan dengan Filtrasi
Filtrasi adalh teknik pemisahan suatu komponen padat didalam campuran
berwujud cair, dimana teknik pemisahan ini dilakukan dengan cara penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan cara menggunakan media berupa benda yang
berpori. Benda yang berpori ini akan menyaring atau memisahkan komponen
padat dari cairannya, dimana yang dapat dipisahkan adalah komponen yang
memiliki ukuran partikel lebih besar dari pori-pori media penyaring yaitu tertahan
diatas penyaring. Zat yang lolos dari penyaringan memiliki ukuran partiikel yang
lebih kecil dari media penyaring, yaitu dari pori-pori penyaring. Zat yang loos
adalah filtrat, sedangkan yang tertahan adalah esidu (Oxtoby, 2001).
Filtrasi merupakan pemisahan komponen padat didalam campuran cair
atau koloid, dimana bertujuan agar komponen padat (pengotor) yang tersuspendsi
serta koloid. Filtrasi umum sekali digunakan dalam pemanfaatannya dikehidupan
sehari-hari yaitu dalam pengolahan air dimana pengotor didalamnya akan
dipisahkan. Filtrasi dilakukan berdasarkan ukuran dari partikel suatu komponen
yang akan dipisahkan serta ukuran pori pada media penyaring yang akan
digunakan. Filtrasi menggunalan media yang memiliki pori yang dapat
memisahkan suatu komponen padat yaitu dengan tertahan pada media
penyaringnya (Michael, 1994).
2.2.4 Proses Kristalisasi
Kristalisai merupakan suatu teknik pemisahan kompone padatan didalam
campuran berwujud cair. Kristalisasi berlangsung dengan cara pemanasan ataupun
dengan cara pendinginan. Pemanasan dilakukan dengan evaporasi yaitu yang
didasari dengan titik didih pelarut yang digunakan. Pendinginan dilakukan dengan
mendinginkan larutan melalui media pendingin dengan merendam larutan
dibawah titik beku larutan tersebut. Evaporasi didasari dengan titik didih pelarut
yang digunakan yaitu harus lebih rendah dibandingkan titik didih komponen yang
akan mengalami kristalisasi (Yazid, 2005).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat

 Cawan krus
 Penangas listrik
 Neraca analitik
 Batang pengaduk
 Gelas ukur 10 mL
 Corong gelas
 Pipet tetes
 Spatula
 Botol semprot
 Gelas piala 150 mL
 Kaca arloji
 Oven
3.1.2 Bahan

 Al2O3
 Kertas saring
 Akuades
 NH4Cl
 NaCl
3.2 Prosedur kerja

Natrium klorida

 dimasukkan dalam cawan krus yang telah ditimbang sebanyak 0,1


gram
 dicampur dengan ammonium klorida dan alumunium trioksida
masing-masing sebanyak 0,1 gram
 ditimbang menggunakan neraca
 dipanaskan pada suhu 100C selama 25 menit
 ditimbang massa yang hilang setelah didinginkan
 dilarutkan dengan 15 mL akuades
 diaduk 5 menit
 disaring
 diuapkan filtrat pada suhu 100C dengan penangas listrik
 diuapkan residu pada suhu 100C dengan kaca arloji sebagai alasnya
dengan oven
 didinginkan dan ditimbang massanya

Hasil
BAB 4. PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Hasil

Perlakuan Hasil
Al2O3 + NaCl + NH4Cl dipanaskan Massa NH4Cl yang hilang = 0,15 gram
selama 25 menit @100ºC
Filtrat diuapkan @100 ºC Massa kristal NaCl = 0,07 gram
Residu dipanaskan di oven @100ºC Massa Al2O3 = 0,53 gram
% Massa yang terbentuk 180 %

4.2 Pembahasan
Praktikum ini membahas mengenai pemisahan komponen pada campuran
dengan teknik pemisahan sublimasi dan filtrasi. Campuran terdiri dari dua zat
ataupun lebih yang bergabung. Sublimasi adalah proses berubahnya fase gas
menjadi padat begitupun sebaliknya, dimana proses ini tidak melewati fase cair
terlebih dahulu. Filtrasi merupakan proses pemisahan komponen padat yang
tersuspensi didalam zat cair, dimana proses pemisahan ini menggunakan suatu
media berpori misalnya adalah kertas saring. Ukuran pori-pori yang rapat pada
media penyaring dapat meminimalisir lolosnya pengotor, sehingga akan tertahan
diatas media penyaring dan yang lolos hanyalah komponen yang memiliki ukuran
partikel lebih kecil dari pori-pori media penyaring. Komponen yang lolos adalah
filtrat.
Percobaan pertama adalah membuat campuran dengan cara
mencampurkan natrium klorida, aluminium trioksida dan ammonium klorida
sebanyak masing-masing 0,1 gram. Campuran tersebut dimasukkan kedalam
cawan krus. Perlakuan ini menghasilkan campuran yang terlihat homogen
dikarenakan masing-masing bahan yang digunakan berwarna putih. Perlakuan
selanjutnya adalah pemanasan campuran tersebut dengan menggunakan oven
bersuhu 100 0C selama 25 menit. Perlakuan berupa pemanasan ini bertujuan agar
zat yang dapat menyublim akan mengalami penguapan, hal ini menyebabkan
massanya akan berkurang. Komponen didalam campuran padat tersebut yang
dapat menyublim adalam ammonium klorida. Rekasi yang terjadi adalah:
NH4Cl(s) → NH4Cl(g) (4.1)
Perlakuan selanjutnya adalah penimbangan, namun cawan didinginkan
didalam suhu ruang terlebih dahulu sebelum ditimbang. Pengaturan suhu pada
cawan sebelum ditimbang bertujuan agar penimbangan sebelum dan sesudah
adalah sama. Penimbangan sampel yang suhunya berbeda dengan suhu neraca dan
suhu ruang akan mengakibatkan aliran udara dipermukaan sampel terbentuk.
Aliran udara yang terbentuk mengakibatkan adanya gesekan dari udara dengan
permukaan sampel, hal ini yang dapat menyebabkan massa yang diperoleh lebih
kecil ataupun lebih besar dari yang sebenarnya. Penimbangan ini mengahsilkan
bahwa massa yang hilang adalah sebesar 0,15 gram. Massa tersebut merupakan
massa yang hilang yaitu ammonium klorida, karena pada komponen didalam
campuran ini hanyalah ammonium klorida yang dapat menyublim. Massa yang
didapatkan adalah lebih besar dari massa awal komponen yakni sebesar 0,1 gram.
Ketidaksesuaian ini terjadi diduga karena suhu sampel ketika ditimbang dengan
suhu ruang dan neracanya adalah berbeda, sehingga menyebabkan massa sampel
sesudah pemanasan yang diperoleh lebih kecil. Ketidak sesuaian juga dapat
disebabkan karena saat penimbangan cawan krus, cawan krus tidak dalam
keadaan benar-benar kering dikarenakan sebelum ditimbang dicuci terlebih
dahulu dengan air. Air mengalami penguapan pada suhu 100 0C sehingga air ikut
mengalami pengupan ketika pemanasan dalam oven dan massa yang hilang
melebihi massa ammonium klorida ketika awal.
Perlakuan berikutnya adalah melarutkan campuran dengan 15 ml akuades
dan diaduk hingga homogen. Perlakuan melarutkan ini berfungsi supaya
komponen natrium klorida larut dengan akuades. Kelarutan natrium klorida
adalah mudah larut dalam air, sedangkan aluminium trioksida sangat sedikit larut
didalam air (Sciencelab, 2018). Natrium klorida terurai menjadi ion positif dan
negatif didalam air. Reaksi yang trejadi adalah:
NaCl(s) + H2O(l)  Na+(aq) + Cl-(aq) (4.2)
Sampel yang telah dilarutkan tersebut lalu dilakukan pemisahan menggunakan
teknik pemisahan filtrasi. Filtrasi dilakukan karena natrium klorida telah larut
bersama air, sehingga dapat dipisahkan dan lolos melewati pori-pori pada kertas
saring. Larutan natrium klorida dapat lolos melewati kertas saring dikarenakan
ukuran partikelnya yang lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pori-pori pada
kertas saring. Aluminium trioksida tertahan dikertas saring karena masih dalam
bentuk padat, dimana ukuran partikelnya lebih besar dibandingkan ukuran pori-
pori pada kertas saring. Teknik pemisahan filtrasi ini menghasilkan filtrat yang
berupa larutan natrium klorida dan residu berupa aluminium trioksida.
Perlakuan selanjutnya adalah penguapan air pada filtrat dan residu dengan
cara pemanasan. Filtrat yang ditampung pada gelas beaker kemudian dipanaskan
dengan penangas. Residu pada kertas saring diuapkan didalam oven deng suhu
100 0C. Air menguap pada suhu 100 0C, sehingga suhu ini telah sesuai
(Sciencelab, 2018). Pemanasan pada filtrat menghasilkan endapan berwarna putih
kekuningan, warna ini memiliki perbedaan dengan warna saat pertama kali
ditambahkan. Perbedaan warna ini dikarenakan pada dasar cawan krus berwarna
gosong pada awalnya dan terkikis saat pengadukan. Endapan pada pemanasan
filtrat yang didapatkan adalah sebesar 0,07 gram. Hasil ini tidak sesuai dengan
massa komponen natrium klorida awal. Fenomena ini disebabkan karena
kemungkinan ketika ditimbang sampel, suhu ruang dan neraca tidak sama
sehingga menyebabkan massanya tidak sesuai. Fenomena ini juga dapat
disebabkan karena masih terdapat natrium klorida yang belum larut didalam air,
sehingga masih tertahan pada kertas saring. Gambarnya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Endapan pada filtrat


Residu pada kertas saring yang diuapkan kemudian ditimbang dan
didapatkan massa sebesar 0,55 gram. Massa residu yang didapatkan jauh lebih
besar dibandingkan massa awal. Massa ini merupakan aluminium trioksida,
karena komponen ini tidak dapat menyublim serta kelarutannya dengan air yang
sangatlah kecil. Ketidaksesuaian ini bisa saja terjadi karena terkikisnya cawan
krus saat pengadukan, sehingga kikisan tersebut ikut bercampur dengan
aluminium trioksida. Penyebab lainnya yang mungkin terjadi adalah dikarenakan
masih terdapat natrium klorida yang tidak sepenuhnya larut dalam air, sehingga
masih bercampur dalam sampel dan tertahan pada kertas saring. Gambarnya
adalah seperti berikut ini:

Gambar 4.2 Endapan pada residu


Presentase massa yang didapatkan pada praktikum ini adalah sebesar
180%, hal ini dikarenakan dasar pada cawan krus terkikis saat proses pengadukan
sehingga kikisannya ikut dalam penimbangan. Fenomena ini menyebabkan massa
yang didapatkan tidak sesuai dengan sebenarnya. Massa yang didapat tidak sesuai
menyebabkan presentase yang didapatkan juga tidak sesuai.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini adalah prinsip dari
teknik pemisahan filtrasi yaitu pemisahan komponen padat yang tersuspensi
dalam zat cair, dimana pemisahannya menggunakan media kertas saring. Prinsip
pemisahan sublimasi adalah perubahan fase gas menjadi padat maupun sebaliknya
tanpa melewati fase cair, dimana hal ini terjadi hanya pada suhu dan tekanan yang
normal. Komponen yang menyublim adalah ammonium klorida, komponen yang
mengkristal adalah natrium klorida dan komponen yang dapat dipisahkan dengan
filtrasi adalah aluminium trioksida.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini selajutnya adalah berhati-hati dalam pengaduka,
karena cawan krus didalamnya terkesan rapuh sehingga mudah terkikis. Suhu
harus dikondisikan sebelum dilakukan penimbangan, karena dapat mempengaruhi
massa yang didapat dari perhitungan. Cawan krus kosong harus dikeringkam
hingga benar-benar kering setelah dicuci, agar hasil penimbangan didapatkan
kesesuaian.
DAFTAR PUSTAKA

Heru Pratomo. 2013. Pembuatan dan Karakterisasi Membran Komposit Polisulfon


Selulosa Asetat Untuk Proses Ultrafiltrasi. Jurnal. Pendidikan Kimia
FMIPA UNY, Karangmalang Yogyakarta.
Michael.1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.
Jakarta : UI Press
Oxtoby, D.W. 2001. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Alumunium Oksida. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9922858 . Diakses pada
tanggal 25 April 2018.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Asam Klorida. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927593 . Diakses pada
tanggal 25 April 2018.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Amonium klorida. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927431 . Diakses pada
tanggal 25 April 2018.
Sudjadi, 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB Press.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisik Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi.
LAMPIRAN

Sebelum Perlakuan
Massa campuran awal :
- Massa NaCl = 0,1 gram
- Massa Al2O3 = 0,1 gram
- Massa NH4Cl = 0,1 gram
Massa cawan crush kosong = 22,22 gram
Massa cawan + campuran = 22,62 gram (sebelum diberi perlakuan)
Massa kertas saring = 0,65 gram

Setelah perlakuan
1. Cawan crush + campuran ( setelah dioven) = 22,47 gram
Massa yang hilang = 22,62 gram – 22,47 gram
= 0,15 gram
2. Setelah pelarutan dengan akuades dan dipanaskan
 Massa kertas saring + residu = 1,18 gram
Residu = (Massa kertas saring + residu) – kertas saring
= 1,18 gram – 0,65 gram
= 0,53 gram
 Massa filtrat + cawan crush = 22,29 gram
Filtrat = (Massa filtrat + cawan crush) – cawan crush
= 22,29 gram – 22,22 gram
Filtrat = 0,07 gram
Total Akhir
Sebelum perlakuan massa campuran adalah = 0,4 gram
Setelah akhir perlakuan = filtrat + residu + gas
= 0,07 gram + 0,53 gram + 0,15 gram
= 0,75 gram
Massa campuran akhir
% Massa yang terbentuk ¿ x 100%
Massa campuran awal
0,75 gram
= x 100%
0,4 gram
= 1,8 x 100%
= 180 %

Anda mungkin juga menyukai