Anda di halaman 1dari 7

I PENDAHULUAN

Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya (Chang,
2003). Sedangkan Brady (1999) mendefinisikan ilmu kimia sebagai salah satu cabang
dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang komposisi materi,
perubahan komposisi materi dan energi yang menyertai setiap perubahan komposisi
materi. Dalam mempelajari ilmu kimia tidak terlepas dari konsep, yaitu abstraksi atau
gagasan yang menggambarkan ciri-ciri umum suatu objek atau peristiwa yang dapat
mempermudah komunikasi antarmanusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir
(Effendy, 2002:3). Pemahaman mahasiswa terhadap konsep-konsep kimia merupakan
bagian dari hasil proses pembelajaran kimia. Selain itu, sebagai central of science,
konsep-konsep dalam ilmu kimia merupakan dasar bagi perkembangan sains,
teknologi, dan industri (Mahdi, 2014:351; Chang, 2011:2). Oleh karena itu, pemahaman
yang tepat terhadap konsep kimia berperan penting dalam pendidikan sains.
Campuran merupakan gabungan dua atau lebih zat tanpa perbandingan tertentu.
Campuran ada yang berupa campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran
heterogen merupakan campuran yang masih memiliki batas yang dapat terlihat antara
komponen-komponen penyusunnya. Campuran homogen merupakan campuran yang
batas antara komponennya tidak terlihat. Campuran homogen dinamakan juga larutan,
sedangkan campuran heterogan disebut juga suspense. (Achmad,1988:68)

II METEDEOLOGI PENELITIAN

2.1 Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi


Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Naftalene (Kapur barus),
Pb(NO3)2 0,5 M, Garam Dapur (NaCl), Vaselin, Pasir, dan Serbuk Kapur.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Timbangan, Kaki tiga, Beaker,
Batang pengaduk, Corong, Set alat distilasi, Cawan, Porselen, Jaring kawat, Spatula,
Pembakar spiritus, Clamps dan Thermometer.

2.2 Prosedur Percobaan


2.2.1 Pemisah Campuran
- Timbang sebuah beaker 100 mL yang kosong, bersih, dan kering. Kedalam beaker
masukkan sebanyak masing-masing 0,5 gram pasir, garam dapur, dan naphtalene serta
duk sampai tercampur sempurna. Timbang berat total sampel dan beaker.
- Siapkan satu cawan porselen yang telah diketahui beratnya untuk menutup beaker
yang berisi campuran. Tempatkan beaker dan dish diatas jaring kawat dan kaki tiga.
Tambahkan beberapa pecahan es diatas cawan porselen. Hati-hati jangan sampai ada
tetesan air dibawah dish atau didalam beaker.
- Panaskan beaker dengan pembakar spritus atau Bunsen sampai terbentuk uap
didalam beaker dan padatan mulai menempel dibawah cawan porselen. Setelah 10
menit, pindahkan pembakar spiritus dan kumpulkan padatan dibawah cawan porselen
kedalam wadah menggunakan spatula. Aduklah campuran dalam beaker dengan
batang pengaduk. Tutup beaker dengan cawan porselen, kemudian panaskan beaker
kembali sampai tidak terbentuk padatan dibawah evaporating dish. Timbang padatan
(padatan hasil sublimasi) yang menempel dibawah cawan porselen.
- Dinginkan beaker pada temperatur ruang. Timbanglah beaker yang berisi padatan
tersisa. Hitunglah berat hasil sublimasi ditambah dengan berat padatan tersisa.
Bandingkan hasil perhitungannya dengan berat awal total campuran dalam beaker.
- Tambahkan 25 mL aquades kedalam sisa padatan dalam beaker. Lakukan
pengadukan selama 5 menit.
- Siapkan kertas saring yang sudah diketahui beratnya untuk proses penyaringan.
- Saringlah campuran dan tampung filtratnya dengan beaker lain. Bilas padatan pada
kertas saring dengan 10 mL aquades.
- Kertas saring yang berisi padatan dikeringkan dalam oven suhu 105 oC selama 10
menit, lalu ditentukan berapa berat padatan hasil penyaringan.
- Cairan (filtrat) yang tersisa digunakan sebagai sampel percobaan distilasi.
2.2.2 Distilasi
- Pasang set alat distilasi sesuai dengan instruksi dari instruktur. Ingat setiap
sambungan alat gelas diolesi vaselin.
- Gunakan labu alas bulat 100 mL untuk labu distilasi dan labu penampung. Isi labu
distilasi dengan sisa filtrat percobaan sebelumnya (pemisahan kimia). Masukkan 2
butir batu didih. Pasangkan kedua labu tersebut pada set alat distilasi, dan mulailah
memanaskan menggunakan pembakar spiritus.
- Catat temperatur saat distilat yang tertampung volumenya sekitar 1 mL. Distilasi
dilanjutkan hingga setengah volume air pada labu distilasi pindah ke labu penampung
distilat. Matikan pembakar spiritus dan dinginkan labu distilat.
- Masukan masing-masing sebanyak 2 mL cairan sisa pada labu distilasi dan cairan
pada labu penampung distilat, pada dua tabung reaksi terpisah. Teteskan sebanyak 3
tetes larutan Pb(NO3)2 0,01 M pada masing-masing tabung reaksi. Amati dan catat
perubahan yang terjadi.

2.2.3 Sentrifugasi Versus Dekantasi


- Masukkan 2-3 sendok makan bubuk kapur kedalam gelas kimia 50 ml. Tambahkan
30 ml air, aduk sampai rata.
- Ambil 10 ml larutan kedalam tabung sentrifugal. Pisahkan sentrat dan endapan
dengan diputar dengan pemusingan selama 2 menit dan ambil filtrat dengan pipet
tetes.
- Ambil kembali 10 ml campuran air dengan kapur (aduk kembali jika kapur telah
mengendap), saring menggunakan kertas saring ambil filtratnya.
- Bandingkan sentrat dari proses sentrifugasi dan filtrat dari proses penyaringan

2.2.4 Rekristalisasi
- Ambil 1 garam dapur kotor, larutkan dalam gelas kimia 50 ml dengan air
secukupnya.
- Saring dan tampung filtratnya, kemudian uapkan dalam cawan porselin diatas nyala
pembakar spiritus sampai air habis menguap.
- Bandingkan keadaan fisik garam dapur sebelum dan sesudah proses

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pemisah Campuran


Hasilnya es batu berada diatas kaca arloji atau penutup gelas ukur, didalam gelas ujur
bagian atas terdapat endapat kapus barus hasil penguapan dari campuran kapur barus
dan pasir. Dibagian bawah gelas ukur yang tersisa yaitu campuran antara kapur barus
dan pasir. Proses sublimasi yaitu proses pemisahan zat murni yang didasarkan pada
perbedaan titik sublim yakni pemisahan komponen yang dapat menyublim dari
campuran yang tidak dapat menyublim dalam hal ini dilakukan penyubliman
naftalena (kapur barus). Yang dihasilkan pasa proses penyubliman tersebut adalah
kristas kapur barus murni tak berwarna. Hal ini terjadi karna proses sublimasi kapur
barus menguap akibat pengaruh dari air yang menempel pada bagian bawah kaca
arloji dan pemanasan. Pada saat kapur barus diuapkan dan ditutup dengan kaca arloji,
bagian cekung kaca arloji menutup gelas kimia sehingga kristal-kristal nafthela
terbentuk dibagian tersebut.

Gambar 3.1 Hasil Pemisah Campuran


3.2 Distilasi
Destilasi adalah suatu metode pemurnian atau pemisahan dua atau lebih senyawa
berdasarkan pada perbedaan titik didihnya dan juga pada tekanan uapnya. Destilasi
meliputi proses pendidihan suatu zat cair senyawa tersebut dan pengembunan uapnya.
Berbeda dengan ekstraksi (pemisahan cair-cair) dan kristalisasi (cair-padat), destilasi
adalah pemisahan cair-gas. Berdasarkan perbedaan titik didih itulah, maka dapat
ditentukan salah satu komponen dari campuran tersebut (Arsyad, 2001). Prinsip
distilasi yaitu pemisahan berdasarkan titik didihnya. Senyawa yang memiliki titik
didih rendah maka akan menguap terlebih dahulu ketika larutan atau campuran
dipanaskan. Uap nya akan kembali menjadi cairan melalui proses kondensasi pada
kondensor.
Tentukan pemisahan zat berdasarkan titik didih dan tunjukkan perubahan wujud zat
yang terjadi
Reaksi yang terjadi pada penambahan Pb(NO3)2 yaitu pada tabung reaksi hasil distilat
didapat hasil yang jernih sedangkan pada tabung reaksi sisa distilat didapat hasil
keruh.

Gambar 3.2 Reaksi perbedaan saat penambahan Pb(NO3)2

3.3 Filtrasi dan Dekantasi

Pengendapat dalam metode filtrasi mendapatkan hasil yang lebih jernih dari pada
proses pengendapat pada metode dekantasi yang keruh. Pada proses filtrasi zat yang
lulus dari kertas saring disebut filtrat dan yang tertinggal dikertas saring disebut
residu.

Gambar 3.3 Hasil Filtrasi dan Dekantasi

3.4 Rekristalisasi
Garam dapur sebelum proses rekristalisasi yaitu mempentuk padatan besar, terdapat
kotoran (keruh) dan sesudah proses rekristalisasi padatannya halus dan butiran garam
dapur menjadi jernih.

Gambar 3.4 Hasil Rekristalisasi

IV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum perubahan bahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1.Perubahan fisika yaitu perubahan yang tidak menghasilkan zat baru (perubahan sem
entara) yaitu perubahan wujud.

2.Perubahan kimia adalah perubahan yang disertai adanya zat baru (melibatkan reaksi
kimia).

Dalam percobaan pemisahan campuran hampir semua campuran dapat dipisahkan.


Metode pemisahan campuran yang dapat dijadikan dasar pemisahan campuran
bergantung pada sifat fisika dari partikel-partikel penyusun campuran tersebut. Sifat
fisika yang dapat dijadikan dasar pemisahan campuran adalah ukuran partikel, titik
didih partikel, dan kelarutan. Dalam pemisahan campuran, terdapat beberapa jenis
proses, yaitu melalui Filtrasi, Kristalisasi, Destilasi. Filtrasi (penyaringan) adalah cara
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan ukuran dari partikel-partikel komponen
campuran dengan menggunakan penyaring, kristalisasi (penguapan) yaitu cara
memisahkan zat terlarut dari pelarutnya menggunakan pemanasan atau penyerapan
kalor, Destilasi (penyulingan) yaitu memisahkan campuran berupa zat cair terlarut
dari pelarutnya, dll. Contoh pemanfaatan metode pemisahan campuran ini dapat kita
lihat pada proses pemurnian garam dapur, pemurnian air minum
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta:Erlangga.

Petrucci, Ralph L.1 996. Kimia Dasar. Jakarta:Erlangga.

Syukri.1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB.

Raleh.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Jakarta:Erlangga. Keenan, Charles


W.1980. Kimia untuk Universitas Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai