Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu ssenyawa atau sekelompok senyawa yang
mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala
laboratorium maupun skala industri. Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk
memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan pemurnian
dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh
zat lain (Rositawati,2013).
Pemisahan dan pemurnian campuran memiliki manfaat yang sangat penting
dalam ilmu kimia, industri maupun dalam kehidupan sehari-hari, dalam banyak
kasus kita dapat menggunakan material tanpa pemurnian, baik material itu dari
alam (misalnya minyak tanah) atau yang disintesis di laboratorium, Pemisahan
atau pemurnian dengan metode tertentu perlu dilakukan. Demikian pula dalam
pekerjaan di laboratorim maupun dalam proes industi banyak yang melibatkan
pemisahan dan pemurnian. Misalnya pengolahan bijih dari pertambangan,
pemisahan logam dari mineralnya, pengolahan minyak bumi, pengolahan air
minum dan lain-lain. Sedangkan contoh sederhana pemisahan dan pemurnian
yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pemisahan ampas
kelapa dengan santannya yang dilakukan dengan metode penyaringan
(Chang,2004).
Zat atau materi dapat dipisah dari campurannya karena campuran tersebut
memiliki perbedaan sifat, itulah yang mendasari pemisahan campuran atau dasar
pemisahan. Dalam kenyataannya pemisahan dan pemurnian tidak dapat dipisah
satu sama lain. Kita akan melihat bahwa ketika metode pemisahan dan pemurnian
baru dikembangkan, ilmu kimia akan mendapatkan kemajuan yang besar
(Rositawati,2013).
Oleh karena itu percobaan ini, perlu dilakukan sehingga kita dapat mengetahui
berbagai cara pemishan dan pelepasan larutan untuk mendapatkan zat murni.
Selain itu tidak hanya bisa dilakukan pada zat cair saja, maupun juga dapat
dilkukan pada campuran yang dibentuk oleh dua jenis zat padat. Dalam proses
pemisahan dan pemurnian ini juga kita akan mempelajari berbagai jenis zat padat
campuran atau zat cair campuran dan juga dapat mengetahui jenis-jenis
pemisahan dan pemurnian. Agar kita dapat melakukan metode pemisahan dan
pemurnian secara tepat (Chang,2004).

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah memperkenalkan pemisahan dan
pemurnian campuran berdasarkan sifat-sifat Kimia dan Fisika dari masing-masing
komponen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau


lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian
besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaa yang tidak murni. Proses
pemisahan sangat penting dalam bidang teknik kimia. Proses pemisahan sendiri
dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi
(Wonohardjo,2013).
Menurut Wonoharjo (2013), Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode
pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
a) Metode Pemisahan Sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu
tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang
relatif sederhana.
b) Metode Pemisahan Kompleks
Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja,
diantaranya penambahan bahan tertentu, pengaturan proses mekanik alat,
dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan.
Menurut Khopkar (1990),Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai
berikut :
a) Ukuran partikel, bila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan
zat yang tidak diinginkan (zat pencmpur) dapat dipisahkan dengan metode
filtrasi (penyaringan).
b) Titik didih, bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih
yang jauh berbeda dapat dipishkan dengan metode destilasi.
c) Kelarutan, suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda,
artinya suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda,
artinya suatu zat mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam
pelarut B, atau sebaliknya.
d) Pengendapan, suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang
berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu.
e) Difusi, dua macm zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi
(bergerak mengalir dan bercampur) satu sama lain.
f) Adsorbsi, merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara
kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi
Khopkar (1990) berpendapat bahwa ada cara atau teknik pemisahan campuran
bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung didalamnya.
Jika komponen berwujud padat dan cair , misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan
dengan saringan. Karena perbedaan keadaan agregasi (bentuk penampilan materi)
sangat mempengaruhi metode pemisahan dan pemurnian yang diperlukan, maka
diadakan pembedaan :
1) Memisahkan zat padat dari suspensi
suspensi adalah sistem yang didalamnya mengandung partikel sangat kecil
(padat), setengah padat, atau cairan secara kurang lebih seragam dalam
medium cair.
a) Penyaringan (filtrasi)
Operasi ini adalah pemisahan endapan dari larutan induknya.
b) Sentrifugasi (pemusingan)
Sentrifugasi dapat digunakan untuk memisahkan suspensi yang
jumlahnya sedikit.
2) Memisahkan zat padat dari larutan
Zat terlarut padat tidak dapat dipisahkan dari larutannya dengan
penyaringan dan pemusingan (sentrifugasi).
a) Penguapan
Pada penguapan, larutan dipanaskan sehingga pelarutnya
meninggalkan zat terlarut. Pemisahan terjadi karena zat terlarut
mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada pelarutnya.
b) Kristalisasi
Kristalisasi adalah larutan pekat yang didinginkan sehingga zat terlarut
mengkristal. Hal itu terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu
diturunkan.
c) Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang
jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut
dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali
3) Memisahkan campuran zat cair
Zat cair dapat dipisahkan dari campurannya melalui distilasi. Campuran
dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan
dekantasi dan corong pisah.
a) Distilasi
Dasar pemisahan dengan distilasi adalah perbedaan titik didih dua
cairan atau lebih.
b) Dekantasi (pengendapan)
Dekantasi (pengendapan) merupakan proses pemisahan suatu zat dari
campurannya dengan zat lain secara pengendapan didasarkan pada
massa jenis yang lebih kecil akan berada pada lapisan bagian bawah
atau mengendap.

Dasar teorinya Hukum Roult


Ptotal = PA. PB
Ptotal = XA.PA0 + XB.PB0 + ……….XnPn0
XA:XB = Fraksi mol zat A dan zat B
PA0 : PB0 = Tekanan uap jenuh zat Adan zat B

Jadi tekanan uap parsial suatu komponen campuran sebanding dengan


fraksi molnya, dan fasa uap campurannya kaya akan senyawa dengan titik didih
rendah. Akibatnya senyawa dengan titik didih rendah akan terdestilasi lebih
dahulu, sedangkan pencemarnya akan tertinggal dalam sebagai residu
(Rositawati,2013).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat


3.1.1 Bahan-bahan
1) Bubuk kapur
2) Garam dapur
3) CuSO4
4) Naftalen
5) Gula pasir
6) H2SO4
7) Kertas Saring

3.1.2 Alat
1) Gelas piala
2) Alat sentrifugal
3) Tabung reaksi
4) Kertas Saring
5) Corong
6) Cawan penguap
7) Pemanas
8) Kaca arloji
9) Pipet tetes

3.2 Prosedur Praktikum


3.2.1 Penyaringan dan penguapan
1) Campuran Kapur-Air
a. 2 sendok bubuk kapur dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi
air 25 ml dan di aduk
b. 5 ml larutan di ambil di masukkan ke dalam tabung sentrifugal dan
sentrifus
c. Sentrat (cair) di pisahkan dari endapan (padat) dengan cara dekantasi
(menuang cairan pelan-pelan ke dalam tabung reaksi lain)
d. Sisa larutan (dalam gelas kimia) di saring dengan kertas saring,
filtratnya ditampung (cair)
2) Garam dapur – Air
a. Garam dapur yang kotor dilarutkan dengan air sesedikit mungkin
b. Di saring dengan kertas saring dan corong
c. Filtratnya diuapkan (dalam cawan penguap) sampai kering, pemanasan
di hentikan jika sudah kering
3) CuSO4 – Air
a. 5 g tembaga sulfat, CuSO4 dilarutkan kedalam 25 ml air dalam gelas
piala kecil (saring bila perlu)
b. Batu didih ditambahkan dan diuapkan hingga volume tinggal kira-kira
10 ml
c. Pemanasan dihentikan dan dibiarkan dingin tanpa digoyang
4) Naftalen
a. Sedikit naftalen dimasukkan kedalam cawan penguap
b. Cawan penguap ditutup dengan kaca arloji yang diisi air
c. Cawan penguap dipanaskan dengan hati-hati
d. Apakah hasil percobaan mengalami perubahan sifat ?
5) Gula pasir
a. ± 1 sendok makan gula pasir dimasukkan kedalam tabung reaksi
b. Beberapa tetes H2O2 pekat ditambahkan
c. Apakah hasil percobaan mengalami perubahan sifat ?
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Massa Volume Warna
Zat
No. Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
1. Bubuk kapur - - 25 ml 5 ml keruh bening
sedikit
2. - - - - bening
Garam dapur keruh
biru
3. 5g - 25 ml 10 ml biru muda
CuSO4 pekat
4. Naftalen - - - - bening bening
±1
5. - - - putih
Gula pasir sendok hitam

1. Campuran Kapur-Air
Dimasukan bubuk kapur ke dalam gelas kimia lalu di larutan dan
dimasukkan kedalam alat sentifugal. Setelah itu akan terlihat endapan yang
terpisah secara sempurna antar air dan endapan kapur.
2. Garam dapur –Air
Larutan garam dapur dimasukkan kedalam cawan penguap yang sudah
dilapisi oleh aluminium kemudian dimasukkan air dan di panaskan di atas
hotplate dalam suhu 100ºC.
3. CuSO4
CuSO4 dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian dilarutkan dengan
aquadest. Lalu dimasukkan batu didih kemudian dipanaskan hingga yang awalnya
25 ml menjadi 10 ml.
4. Naftalen
Dimasukkan sedikit naftalen kedalam cawan penguap yang sebelumnya
sudah dilapisi oleh aluminium kemudian di tambahkan auadest. Lalu ditutup
dengan kaca arloji yang berisi air. Cawan penguap yang akan berisi naftalen
dipanaskan dan terjadi perubahan bubuk naftalen menjadi kristal.

5. Gula pasir
Pada larutan gula pasir terjadi proses ekstraksi karena gula ditambahkan 2
tetes 2 tetes H2SO4 pekat, lalu gula pasir mengalami perubahan warna menjadi
coklat dan lama kelamaan menjadi hitam.

4.2 Pembahasan
Dalam percobaan pertama, campuran kapur dengan air dapat dipisahkan
dengan cara pengendapan. Mulanya kapur dimasukkan kedalam gelas kimia dan
ditambahkan aquadest sebanyak 25 ml. Diambil sebagian dari campuran kapur
dan dipindahkan kedalam tabung reaksi menggunakan corong. Kemudian, larutan
kapur tersebut diletakkan pada rak tabung untuk diamati dengan menggunakan
metode gravitasi. Setelah itu diamati lagi dengan menggunakan alat sentrifugal
yaitu dengan memasukkan larutan kapur pada alat tersebut. Diamati selama
beberapa menit pada campuran kapur terendap secara sempurna.
Dalam percobaan kedua, garam dapur dengan air, merupakan larutan yang
bersifat homogen dan tidak bisa dipisahkan secara mekanis. Pada percobaan ini,
garam dapur yang awalnya dilarutkan dalam gelas kimia kemudian di masukkan
kedalam cawan penguap. Lalu dipanasan diatas hotplate dengan suhu 100ºc.
Diamati perubahan yang terjadi dengan lama kelaman akan menguap dan garam
mengkristal. Cara ini dilakukkan karena titik didih air lebih kecil sehingga saat
dipanaskan air akan menguap.
Pada percoban ketiga rekristalisasi, campuran antara CuSO4 dengan aquades.
Pada proses rekristalisasi campuran CuSO4 dan aquades dipanaskan diatas
hotplate. Hasil dari proses ini adalah aquades lebih cepat menguap, habis dan
yang tersisa adalah kristal CuSO4 didasar gelas kimia. Hal ini terjadi karena titik
didih aquades lebih rendah dari CuSO4. Titk didih aquades adalah 100oC
sedangkan titik didh CuSO4 adalah 150oC. Percobaan ini dipengaruhi oleh titik
didih dan titik uap. Dimana jika titik uapnya tinggi maka titik didihnya rendah dan
sebaliknya jika titik didihnya rendah maka titik didihnya tinggi.
Pada percobaan keempat sublimasi, pencampuran antara naftalena dan garam.
Pada proses sublimasi campuran naftalena dan garam pada cawan penguap
ditutup. Hasil dari proses ini adalah terdapat kristal-kristal naftalena yang
menempel pada dinding corong kaca. Percobaan ini dipengaruhi oleh titik didih.
Hal itu terjadi karena titik didih naftalena lebih rendah daripada titik didih garam.
Titik didih naftalena adalah 218oC sedangkan titik didih garam adalah 1465oC.
Sehingga naftalena yang menempel pada dinding corong kaca.
Dalam selanjutnya yaitu proses distraksi pada gula pasir yang di tambahkan 2
tetes H2SO4 pekat. Dalam percobaan ini gula langsung bereaksi dengan perubahan
warna muali dari coklat sampai akhirnya berwarna hitam. Hal ini terjadi karena
gula pasir telah bereaksi membentuk karbon, ini terjadi pelepasan ikatan H dan O
dari molekul gula yang terdiri dari C, H, dan O. Dan adanya perubahan struktur
dalam gula.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.3 Kesimpulan
1. Pemisahan dan pemurnian bertujuan untuk mendapatkan zat murni dari
suatu dari suatu zat yang telah tercampur atau tercemar. Zat atau materi
dapat dipisah dari campurannya karena karena campuran tersebut memiliki
perbedaan sifat. Itulah yang mendasari pemisahan dan pemurnian
campuran. Berikut adalah beberapa prinsip yang digunakan dalam proses
pemisahan dan pemurnian campuran.
2. Metode-metode yang digunakan dalam pemisahan dan pemurnian yaitu
Dekantasi, filtrasi, kristalisai, Sublimasi, ekstraksi dan lain-lain tergantung
dari jenis campuran yang dipisahkan.
3. Pemisahan dan pemurnian campuran dilakukan berdasarkan pada zat-zat
yang tercampur tersebut. Misalnya campuran air dan pasir dipisahkan
dengan menggunakan pengendapan atau dekantasi. Campuran air dan
garam dipisahkan dengan menggunakan metode kristalisasi. Campuran air
dan kapur dipisahkan dengan menggunakan metode penyaringan atau
filtrasi, dan sebagainya.
4. Prinsip proses filtrasi adalah perbedaan ukuran partikel, prinsip dekantasi
yaitu perbedaan berat jenis partikel, prinsip sublimasi naftalena
yaitu perbedaan titik didihnya, prinsip ekstraksi air dan minyak tanah
yaitu perbedaan kepolaran serta massa jenisnya.

4.4 Saran
1. Sebaiknya praktikan memahami prosedur praktikum agar tidak terjadi
kesalahan saat praktikum pemisahan dan pemurnian.
2. Dalam pelaksanaan praktikum, Hendaknya mahasiswa dapat belajar dan
bereaksi dengan baik, Tidak ribut dan bermain-main, Serta berhati-hati.
3. Gunakan alat pelindung keselamatan selama praktikum demi keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA

Wonohardjo, Surjani.,(2013), “Metode-metode Pemisahan Kimia”, Akademika,


Jakarta, Hal.206-2013.

Chang, Raymond.,(2004), “Kimia Dasar”, Erlangga,Jakarta,Hal.92-94

Rositawati.,(2013),“Rekristalisasi Garam dari Demak untuk Mencapai SNI


Garam Industri” UI Press, Jakarta ,Hal.218.

Khopkar,S.M.,(1990). “Konsep Dasar Kimia”. UI Press,Jakarta.


LAMPIRAN A
PERTANYAAN

1. Apa perbedaan perubahan sifat kimia dan fisika dan beri contoh masing-
masing 3 contoh!
 Perubahan fisika yaitu tidak menghasilkan bau, dapat kembali ke bentuk
semula, dan tidak terjadi perubahan struktur kimia unsur penyusunnya.
Contoh : Es mencair, uap air mengembun, deposisi uap air menjadi salju.
 Perubahan fisika yaitu menghasilkan bau, tidak dapat kembali ke bentuk
semula, dan terjadi perubahan struktur kimia unsur penyusunnya. Contoh:
kayu yang di bakar menjadi arang, fotosintesis, besi berkarat.

2. Apakah perbedaan campuran dan larutan?


 CAMPURAN adalah sebuah zat yang dibuat dengan menggabungkan dua
zat atau lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi (objek tidak
menempel satu sama lain).
 LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan
lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan
daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua
macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai