Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................

ii

DAFTAR ISI..........................................................................................

iii

DAFTER TABEl....................................................................................

iv

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................
1.2. Tujuan.........................................................................................

1
2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Titrasi........................................................................
2.2. Pengertian Tritasi Asam Basa.....................................................
2.3 Pengertian Indikator dan Kegunaannya......................................

3
3
3

III. BAHAN DAN METODE


3.1. Tempat dan Waktu.......................................................................
3.2. Bahan dan Alat.............................................................................
3.3. Cara Kerja....................................................................................

5
5
5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan........................................................................
4.2. Pembahasan.................................................................................
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan..................................................................................
5.2. Saran............................................................................................

7
7
10
11

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

Hasil Pengamatan Pembutan Larutan NaOH (0,1 N)..................

Hasil Pengamatan Titrasi Asam Basa..........................................

I.
1.1.

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pada tahun 1900, Arrhenius mengemukakan, bahwa Asam adalah suatu


spesi yang akan meningkatkan konsentrasi H+ di dalam air dan basa adalah suatu
spesi yang akan meningkatkan ion OH di dalam air. Atau dengan pernyataan
lain, asam adalah suatu spesi yang apabila di larutkan dalam air akan
menghasilkan ion H+ dan basa adalah suatu spesi yang di larutkan dalam air akan
menghasilkan ion OH.Menurut teori asam basa Bronsted Lowry , asam adalah
spesi (ion atau molekul) yang berperan sebagai donor proton (pemberi proton
atau H+) kepada suatu spesi yang lain. Basa adalah spesi (molekul atau ion) yang
bertindak menjadi akseptor proton (penerima proton atau H+).Atau bisa juga
dikatakan bahwa menurut teori asam basa Bronsted Lowry , jika suatu asam
memberi proton (H+), maka sisa asam tersebut mempunyai kemampuan menerima
proton atau bertindak sebagai basa. Sisa asam tersebut dinamakan basa konjugasi
dari asam semula. Demikian pula, jika suatu basa menerima proton (H +), maka
basa yang terbentuk mempunyai kemampuan untuk melepas proton tersebut atau
bertindak sebagai asam konjugasi dari basa semula. Di tahun 1923 ketika
Bronsted dan Lowry mengusulkan teori asam-basanya, Lewis juga mengusulkan
teori asam basa baru juga. Lewis, yang juga mengusulkan teori oktet, memikirkan
bahwa teori asam basa sebagai masalah dasar yang harus diselesaikan
berlandaskan teori struktur atom, bukan berdasarkan hasil percobaan. Teori asam
basa Lewis: Asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron. Basa
adalah zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron.Semua zat yang
didefinisikan sebagai asam dalam teori Arrhenius juga merupakan asam dalam
kerangka teori Lewis karena proton adalah akseptor pasangan elektron . Dalam

reaksi netralisasi proton membentuk ikatan koordinat dengan ion hidroksida


(Remodia, 2013).
Suatu asam setelah melepas satu proton akan membentuk spesi yang
disebut basa konjugasi dari asam tersebut. Sedangkan basa yang telah menerima
proton menjadi asam konjugasi. Pasangan asam-basa setelah terjadi serah-terima
proton dinamakan asam basa konjugasi. HCl dan Cl merupakan pasangan asambasa konjugasi. HCl adalah asam konjugasi dari Cl ,dan Cl adalah basa konjugasi
dari HCl. H2O dan H3O+ merupakan pasangan asam-basa konjugasi. H2O adalah
basa konjugasi dari H3O+ dan H3O+ adalah asam konjugasi dari H2O. Contoh
pasangan asam-basa konjugasi pada beberapa reaksi berikut ini : 1).HNO3(aq)+
H2O(l) H3O+(aq)+ NO3(aq); 2).H2O(l) + CN(aq) HCN(aq)+ OH(aq); 3).H2SO4(aq)+
OH(aq) HSO4(aq) + H2O(aq) (Fitriani, 2012).
Kesetimbangan asam basa adalah suatu kesetimbangan yang prinsipprinsipnya terjadi pada suatu senyawa asam, basa, atau asam dan basa. Asam dan
basa yang umumnya mengalami kesetimbangan adalah reaksi asam dan basa
lemah (Shabrani, 2015).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujunan pelaksanaan praktikum Kimia Dasar dengan materi Titrasi Asam
Basa yaitu :
1. Mengetahui cara titrasi
2. Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
II.
2.1.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Titrasi

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya (Sari, 2014). Titrasi merupakan salah satu metode untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume
larutan tersebut dengan sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah
diketahui (Justiana dan Muchtaridi, 2009).
2.2.

Pengertian Tritasi Asam Basa


Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri. Titrasi asam basa

merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi
yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya
sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan
basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik
akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indicator (Harjadi, W. 1990).
2.3.

Pengertian Indikator dan Kegunaannya


Indikator merupakan istilah kimia suatu senyawa yang mempunyai sifat

khas, yakni warnanya dapat berubah oleh perubahan pH larutannya. Umumnya


kelompok senyawa tersebut tergolong senyawa organik. Sumber indikator alam
umumnya berasal dari tumbuhan (akar, daun, bunga, buah dan biji) dan dapat
dibuat melalui ekstraksi dengan pelarutnya yang sesuai. Selain indikator alam kini

dikenal pula indikator sintetis. Indikator sintetis mampu memberikan perubahan


warna yang lebih jelas. Fungsi indikator dalam proses titrasi adalah untuk
menentukan titik ekivalen ketika dua larutan telah mencapai netralisasi
(Anggraeni, 2015).
III.

BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu Dan Tempat


Praktikum Kimia Dasar dengan materi Titrasi Asam Basa dilaksanakan
pada hari Kamis, tanggal 30 Maret 2016 pukul 11.00-12.40 WIB, bertempat di
Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Palangka Raya.
3.2.

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum Kimia Dasar dengan materi

Titrasi Asam Basa adalah : NaOH (natrium hidroksida), phenolphtalein, aqudes,


HCl (hidrogen klorida), dan kertas saring. Sedangkan alat yang digunakan adalah:
buret, corong, botol semprot, pipet gondok, gelas kimi, dan gelas erlenmeyer.
3.3.

Cara kerja

3.3.1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N


Dalam praktikum kimia dasar dengan materi Titrasi Asam Basa cara
membuat larutan NaOH (0,1 N) adalah sebaga berikut :
1. Menimbang secara teliti 4 gram butiran NaOH menggunakan kaca arloji dan
kaca analtik.
2. Memindahkan NaOH dari gelas arloji ke dalam beker gelas yang telah beris
1000 mL aquades hangat.
3. Mengaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh NaOH larut sempurna.
4. Memindahkan larutan dari beker gelas kedalam labu ukur 1000 mL

5. Menambahkan aquades hingga tanda batas pada labu ukur. Menutupnya,


kemudian mengkocok hingga homegen.
3.3.2. Titrasi Asam Basa.
Dalam preaktikum kimia dasar dengan materi Titrasi Asam Basa cara
melakukan titrasi asam basa adalah sebagai berikut :
1. Mengukur bahan yang telah disediakan asisten (NaOH 0,1 N).
2. Memasukan NaOH sampai batas nol ke dalam buret.
3. Memasukan HCl dan Indokator PP sebanyak 3, 6, 9, dan 12 (mL dan tetes).
4. Melakukan titrasi dengan menggojok erlenmeyer agar homogen.
5. Mengamati perubahan yang terjadi.

IV.
4.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Tabel 1 hasil pengamantan pembuatan NaOH (0,1 N)


No

Nama Bahan

Jumlah

NaOH (natrium
hidroksida)

4 gr

H2O

1000 mL

Tabel 2 Hasil Pengamatan Titrasi Asam Basa


Bahan yang ditambahkan
No Larutan awal
Nam
Jumlah
Nama
Jumlah
a
NaOH
14,1 mL
1.
HCl
3 mL
PP
3 tetes
2.

HCl

6 mL

NaOH
PP

3.

HCl

9 mL

NaOH
PP

30,4 mL
6 tetes
40,2 mL
9 tetes

Hasi akhir

Larutan berubah
warna menjadi
warna ungu
Larutan berubah
warna menjadi
warna ungu
Larutan berubah
warna menjadi
warna ungu

4.

4.2.

HCl

12 mL

Ratarata

X =
7,5 mL

NaOH
PP

16,9 mL
12 tetes
X

Larutan berubah
warna menjadi
warna ungu

= 25,4
mL

Pembahasan

4.2.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1N


Dalam pembuatan larutan NaOH (0,1N), diperlukan NaOH sebanyak 4
gram, dan H2O sebanyak 1000 mL, setelah bahan telah siap , kedubahan tersebut
di campurkan dan diaduk hingga rata sempurna dan dikocok hingga homogen.

Hasil perhitungan pembuatan larutan NaOH :


Diketahui

: M NaOH = 0,1 N
Mr NaOH = 23+16+1 = 40
Volume aquades = 1000 mL

Ditanyakan

: jumlah NaOH ?

Rumusnya

: M=

gr 1000
x
Mr
p

Jawaban

: M=

gr 1000
x
40 1000

0,1=

gr 1000
x
40 1000

gr = 0,1 x 40
= 4 gr

4.2.2. Tirasi Asam Basa

Dalam proses titrasi asam basa ini, ada 4 kali percobaan. Percobaan
permtam menggunakan HCl sebanyak 3 mL, dan Indikator PP sebanyak 3 tetes.
Tenyata pada percobaan ini memerlukan larutan NaOH sebanyak 14,1 mL untuk
mencapai titik akhit titrasi, dan warna larutanpun berubah menjadi ungu. Percoaan
kedua menggunakan HCl seanyak 6 mL, dan Indikator PP seanyak 6 tetes. Ternyat
pada percobaan kedua ini memerlukan lebih banyak larutan NaOH di bandingkan
percobaan pertama ,yaitu sebanyak 30,4 mL unutk mencapai titik akhit titrasi dan
warna larutan pun berubah menjadi warna ungu. Percobaan ketiga menggunakan
HCl sebanyak 9 mL, dan Indikator PP sebanyak 9 tetes. Pada titik akhir titrasi
percobaan ketiga ini diperlukan lebih bayak larutan NaOH,yaitu sebanyak 40,2
mL. Pecoan keempat menggunaka HCl sebanyak 12 mL, dan Indikator PP
sebanyak 12 tetes. Pada titik akhir titrasi percobaan keempat ini membutuhkan
larutan NaOH sebanyak 16,9 mL. Pada proses terjadinya warna umgu pada titrasi,
larutan baku atau titran yang digunakan adalah basa. Karena pada proses ini yang
menjadi sebagai titer (larutan yang dititrasi) adalah larutan yang bersifat asam dan
yang menjadi titran (larutan yang menitrasi) adalah larutan yang bersifat
basa.Untuk titer, kita berikan sedikit indikator pp untuk mengetahui apakah
senyawa tersebut memiliki sifat asam atau basa. setelah penambahan indikator PP
pada larutan asam maih berwarna bening, maka kita akan mentitrasinya dengan
titran yang memiliki sifat basa. ketika terjadi pencampuran awal, antara larutan
asam dan larutan basa maka warna larutan masih tetap berwarna bening, namun
ketika mol asam sudah habis karena digunakan untuk bereaksi dengan mol basa
(titik ekivalen), maka larutan basa akan berikatan dengan indikator PP, sehingga

terjadi perubahan warna dari bening ke warna ungu (titik akhir titrasi, ditandai
dengan perubahan warna). Karena memang larutan basa akan lebih memilih
berikatan dengan larutan asam dulu dari pada dengan indikator PP.
Perhitungan pada proses tirtasi adalah sebagai berikut:
M1 . V1 = M2 . V2
M1 . 7,5 = 0,1 . 25,4
M1 =

2,54
7,5

M1 = 0,3 mL
V.
5.2.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kimia dasar dengan materi Titrasi Asam

Basa, dapat disimpulakn bahwa untuk melakukan titrasi, kita harus menyiapkan
terlebih dahulu peralatan dan bahan yang dibutuhkan.Selain itu, kita juga harus
menyiapkan larutan baku, yaitu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya. Setelah semuanya telah siap kita lajutkan pada proses
pencampuran larutan dengan indikatonya kedalam gelas erlenmeyer. Kemudin
memasukan larutan basa ke dalam buret hingga mencapai batas nol.
Selanjutnya,melakukan tritasi yaitu dengan cara meneteskan larutan yang ada
didalam buret secara perlahan ke dalam gelas erlenmeyer,dan menggojoknya
hingg homogen, penetesan dihentikan jika sudah tercapai titik akhir titrasi, yaitu
saat zat dalam larutan yang dititrasi tepat habis bereaksi dengan zat dalam larutan
penitrasi. Titik akhir titrasi diketahui dari perubahan warna larutan indikator. Tepat

10

pada saat seluruh zat habis bereaksi, larutan indikator segera berubah warna, dan
pada saat inilah penetesan dari buret harus segera dihentikan.
Rumus perhitungan yang digunakan adalah :
M1 . V1 = M2 . V2
Keterangan :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan.
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan.
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan.
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan.
5.2.

Saran
Saran saya untuk praktikum selanjutnya supaya lebih baik lagi.

Kelengkapan alat dan bahan harus juga di perhatikan, dan juga penggunaan waktu
saat praktikum harus tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta.
Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Kimia 2. Yudhistira: Jakarta.
Mawar remodia. 2013. Penegrtian Asam Basa (http://omnipaque.blogspot.co.id/).
Diakses pada tanggal 01 April 2016.

11

Permata Sari. 2014. Pengertian Titrasi. (http://permatasarinur.blogspot.co.id/).


Diakses pada tanggal 01 April 2016.
Rani

Shabrani.
2015.
Kesetimbangan
Asam
Basa.
(http://chemkpop.blogspot.co.id/) Diakses pada tanggal 02 April 2016.

Rizky Dwi Fitriani. 2012. Asam Basa Konjugasi


(http://belajarasambasa.blogspot.co.id/) Diakses pada tanggal 01 April
2016.
Winona Ayushasi Anggraeni. 2015. Indikator Dalam Reaksi
(http://dokumen.tips/). Diakses pada tanggal 01 April 2016.

Kimia.

13

Anda mungkin juga menyukai